Dosen:
Fatin Adriati
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS BAKRIE
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada saat ini banyak jenis metode perbaikan tanah, salah satunya adalah
Dynamic Compaction (DC). Metode ini ditemukan oleh Menard (france 1960),
dengan metode ini bisa menghemat biaya karena mensubstitusikan penggunaan pile
menjadi pondasi dangkal. Sehingga beban konstruksi yang telah direncanakan dapat
diterima dengan kapasitas daya dukung tanah.
Cara kerja metode DC yaitu dengan cara menjatuhkan pounder secara terus
menerus dengan ketinggian tertentu yang diilustrasikan pada gambar. 1. Pada
umumnya berat pounder berkisar 5.4 s.d. 27.2 ton dan tinggi jatuhnya berkisar 12.2
s.d. 30.5 meter. Jumlah tumbukan bisa satu atau beberapa kali dengan pola jatuh
pounder membentuk grid. Energi tumbukan yang dihasilkan merupakan fungsi dari
berat pounder, tinggi jatuh, jarak tumbukan dan jumlah tumbukan. Sebelum tanah
dasar dapat digunakan, cekungan yang diakibatkan tumbukan pouder harus
diratakan menggunakan dozer atau diisi dengan tanah granular.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah
2.1.1. Definisi Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk
yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami dibawah pengaruh air,
udara, dan macam - macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah
mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil
pelapukan (Dokuchaev 1870).
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan,
menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison,
atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari
suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan
materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu
lingkungan alam (Soil Survey Staff, 1999).
Agar dapat membedakan secara rinci mengenai jenis – jenis tanah yang ada
di alam semesta ini, perlu adanya suatu sistem yang dibuat untuk mengatur,
membagi dan menggolongkan tanah yang berbeda – beda tetapi mempunyai
sifat-sifat yang serupa kedalam kelompok-kelompok dan subkelompok berdasarkan
klasifikasi tertentu kedalam sebuah data dasar.
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan
selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR)
dan United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American
Society for Testing and Materials (ASTM) telah memakai USCS sebagai
metode standar guna mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk yang sekarang,
sistem ini banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik. Dalam
USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu:
1) Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas kerikil dan
pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang lolos saringan No. 200 (F200 <
50). Simbol kelompok diawali dengan G untuk kerikil (gravel) atau tanah
berkerikil (gravelly soil) atau S untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy
soil).
2) Tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana lebih dari 50% tanah lolos
saringan No. 200 (F200 ≥ 50). Simbol kelompok diawali dengan M untuk lanau
inorganik (inorganic silt), atau C untuk lempung inorganik (inorganic clay),
atau O untuk lanau dan lempung organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut
(peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi.
Simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi adalah W - untuk gradasi baik
(well graded), P - gradasi buruk (poorly graded), L - plastisitas rendah (low
plasticity) dan H - plastisitas tinggi (high plasticity).
Adapun menurut Bowles (1991) kelompok-kelompok tanah utama pada sistem
klasifikasi Unified diperlihatkan pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Bowles, 1991)
Keterangan :
Simbol
Divisi utama Nama umum
kelompok
Kerikil bergradasi-baik dan campuran
(hanya kerikil)
Kerikil bersih
GW kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus
Butiran
dengan
Kerikil
Kerikil berlempung, campuran kerikil-
halus
GC
pasir-lempung
Tanah berbutir kasar≥ 50% butiran
butiran halus
Pasir bersih
tertahan saringan No. 200
lempung
elastis
batas cair ≥ 50%
Kriteria klasifikasi
Cu = D60 / D10 > 4
(D 30) 2
Cc = antara 1 dan 3
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
60
50 CH
40 CL
30 Garis
A CL-ML
20
4 ML ML atau OH
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Sifat- sifat fisik tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak
penggunaan tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, kapasitas penyimpanan
air, plastisitas semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisik tanah. Hal
ini berlaku apakah tanah ini akan digunakan sebagai bahan struktural dalam
pembangunan jalan raya, bendungan, dan pondasi untuk sebuah gedung, atau untuk
sistem pembuangan limbah.
Untuk mendapatkan sifat-sifat fisik tanah, ada beberapa ketentuan yang harus
diketahui terlebih dahulu, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Kadar Air
Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan dalam persen.
2) Berat Jenis
Sifat fisik tanah dapat ditentukan dengan mengetahui berat jenis tanahnya
dengan cara menentukan berat jenis yang lolos saringan No.
200 menggunakan labu ukur.
3) Batas Atterberg
Batas Atterberg adalah batas konsistensi dimana keadaan tanah melewati
keadaan lainnya dan terdiri atas batas cair, batas plastis dan indek plastisitas.
a) Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah tidak mendapat gangguan
dari luar. (Scott.C.R, 1994). Sifat fisik tanah dapat ditentukan dengan
mengetahui batas cair suatu tanah, tujuannya adalah untuk menentukan kadar air
suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair.
b) Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis adalah kadar air minimum dimana tanah dapat dibentuk
secara plastis, maksudnya tanah dapat digulung-gulung sepanjang 3 mm.
Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan
batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Cara kerja batas-batas
Atterberg menggunakan standar ASTM D-4318, yaitu :
1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji.
2. Plastis Indek (PI) dengan rumus PI = LL – PL.
4) Analisa Saringan
Tujuan dari analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi butiran
tanah. Caranya dapat dilakukan dengan pengayakan, setelah itu material organik
dibersihkan dari sampel tanah, lalu berat sampel tanah yang tertahan di setiap
ayakan dicatat. Tujuan akhir dari analisanya adalah memberikan nama dan
mengklasifikasikannya, sehingga dapat diketahui sifat-sifatnya.
2.1.4. Stabilisasi Tanah
1. Physio - Mechanical
Pemadatan langsung dengan alat pemadat maupun aplikasi teknologi
seperti cakar ayam, tiang pancang dan geomembran atau geotextile.
2. Granulometric
Pencampuran tanah asli dengan tanah lain yang mempunyai sifat dan
karakteristik yang lebih baik lalu dipadatkan dengan alat pemadat.
3. Physio – Chemical
Pencampuran tanah asli dengan semen, kapur ataupun aspal sebagai
bahan pengikat-partikel tanah.
4. Electro – Chemical
Ionisasi partikel tanah dengan mencampurkan bahan kimia tertentu
contohnya ISS 2500, yang bertujuan untuk merubah sifat-sifat buruk tanah,
seperti kembang susut menjadi tanah yg mudah dipadatkan dan stabil secara
permanen.
Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri
dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut (Bowles, 1991)
:
1) Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis seperti
mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis,
tekstur, pembekuan, pemanasan dan sebagainya.
2) Bahan Pencampur (Additive), yaitu penambahan kerikil untuk tanah kohesif,
lempung untuk tanah berbutir, dan pencampur kimiawi seperti semen,
gamping, abu batubara, gamping dan/atau semen, semen aspal, sodium dan
kalsium klorida, limbah pabrik kertas dan lain-lainnya.
Metode atau cara memperbaiki sifat – sifat tanah ini juga sangat bergantung
pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena didalam proses
perbaikan sifat – sifat tanah terjadi proses kimia yang dimana memerlukan
waktu untuk zat kimia yang ada didalam additive untuk bereaksi
2.2. Pemadatan Tanah
2.2.1. Dasar Teori Pemadatan Tanah
Pada pemadatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak
struktur teknik lainnya, tanah yang lepas haruslah dipadatkan untuk meningkatkan
berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan
tanah, sehingga denagn demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kemampatan lereng timbunan.
Tingkat pemadatan tanah di ukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air
tersebut akan berfungsi sebagia unsur pembasah pada partikel-partikel tanah.
Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik
bila kadar air dalam tanah meningkat. Pada saat kadar air w = 0, berat volume basah
dari tanah adalah sama dengan berat volume keringnya.
Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan
yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga
meningkat secar bertahap pula. Berat volume kering dari tanah pada kadar air dapat
dinyatakan:
Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan kadar air
justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan
karena air tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang
sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana
harga berat volume kering maksimum tanah dicapai tersebut kadar air optimim.
Untuk spesifikasi cara pemadatan, macam dan berat mesin pemadat, jumlah
lintasan serta ketebalan setiap lapisan juga ditentukan. Hal ini banyak dipakai untuk
proyek pengerjaan tanah yang besar seperti bendungan.
Kerucut pasir terdiri atas sebuah botol plastik atau kaca dengan
sebuah kerucut logam dipasang diatasnya. Botol plastik dan kerucut ini diisi
dengan pasir ottawa kering bergradasi buruk. Di lapangan, sebuah lubang kecil digali
pada permukaan tanah yang telah dipadatkan. Bila berat tanah basah yang digali dari
lubang tersebut dapat ditentkan dan kadar air dari tanah galian itu juga
diketahui. Setelah lubang tersebut digali, kerucut dengan botol berisi pasir
diletakkan di atas lubang itu.Pasirnya dibiarkan mengalir keluar dari botol mengisi
seluruh lubang dan kerucut. Sesudah itu, berat dari tabung, kerucut, dan sisa
pasir dalam botol ditimbang. Jadi,
𝑤5 = 𝑤1 − 𝑤4
Dimana:
Ws = berat dari pasiryang mengisi lubang dan krucut volume dari lubang yang
digali dapat ditentukan sebagai berikut:
Dimana:
Prosedur pelaksanaan metode balon karet sama dengan metode kerucut pasir,
yaitu sebuah lubang uji digali dan tanah asli diambil dari lubang tersebut dan
ditimbang beratnya. Tetapi volume lubang ditentukan dengan memasang balon karet
yang berisi air pada lubang tersebut. Air ini berasal dari suatu bejana yang sudah
terkalibrasi , sehingga volume air yang mengisi lubang ( sama dengan volume lubang
) dapat langsung dibaca. Berat volume kering dari tanah yang dipadatkan dapat
ditentukan dengan persamaan diatas.
Alat ukur pemadatan nuklir sekarang telah digunakan pada beberapa untuk
menentukan berat volume kering dari tanah yang dipadatkan. Alat ini dapat
dioprasikan didalam sebuah lubang galian atau permukaan tanah. Alat ini dapat
mengukur berat tanah basah persatuan volumedan juga berat air yang ada pada suatu
satuan volume tanah.Berat volume kering dari tanah dapat ditentukan dengan cara
mengurangi berat basah tanah dengan cara mengutangi berat basah tanah dengan
barat air per satuan volume tanah.
Dalam praktek usaha perbaikan tanah sering dijumpai dari cara yang
tradisional sampai cara yang modern. Kedua cara tersebut dapat diterima tetapi secara
ekonomi pada prinsipnya adalah stabilitas tanah ini untuk mencari alternatif
perbaikan tanah yang termurah dan berkonsidi cukup stabil. Hampir selalu usaha
perbaikan tanah menjadi mahal karena menyangkut perbaikan tanah dalam volume
yang sangat besar.
a. Metode Gilasan
Perbaikan tanah dengan gilasan diutamakan untuk tanah yang berkohesif.
Model perbaikan tanah dengan gilasan diutamakan untuk tanah yang berkohesif.
Cara kerjanya adalah butiran tanah ditekan secara langsung sehingga
orientasinya berubah dan memaksa rongga udara dalam tanah berkurang.
Peralatan lapangan yang dipakai untuk perbaikan dengan tipe gilasan yang
banyak dalam praktek adalah:
Steel whell roller
Roda ban pneumatic : alat berat gilasan/berode angina dengan berat kotor w
= 13 ton dst.
Roda baja bergigi : alat berat gilas dengan berat kotor w =8,10 dan 12 ton
b. Metode Tumbukan
Perbaikan tanah dengan tumbukan dilakukan secara dinamis untuk lapisan
permukaan dan lapisan dalam tanah. Cara tumbukan ini juga disebut tipe
kompaksi. Tumbukan dengan berat khusus dan getar yang bekerja simultan
dinamakan tumbukan dinamis atau dynamic consolidation. Cara ini diutamakan
untuk tanah yang berbutir agar kasar, sangat tebal lapisannya dan basah,
misalnya pada suatu deposit pasir atau tanah berpasir. Prinsip cara kerja
pemadatan dengan tumbukan adalah pemadatan secara paksa dimana akan
terjadi pemampatan seketika. Caranya adalah dengan menjatuhkan beban seberat
3 sampai 20 ton dari ketinggian 4 sampai 20 m. Sehingga energi yang besar
memaksa terjadinya kepadatan langsung. Beban dapat dibuat dari baja atau
beton bertulang yang dikatrol dengan mekanisme khusus sehingga
mampubekerja efisien dan cepat.
c. Metode Getaran
Metoda tekanan, tumbukan dan getaran seringdisebut metoda energi yang
mana pada prinsipnya akan mendorong udara dan air tanah serta rongga tanah
akan mampat dan rongga tersebut akan mengecil atau bahkan hilang. Proses
pemampatan tanah juga merubah orientasi butir menjadi tersusun. Besar energi
yang timbul akan tergantung pada besar beban dan besar usaha dari alat yang
digunakan dan tentu disesuaikan dengan kebutuhan dalam praktek.
2.4.2. Perbaikan Tanah dengan Cara Perkuatan
Tanah lempung lunak jenuh adalah tanah dengan rongga kapiler yang sangat
kecil sehingga proses konsolidasi saat tanah dibebani memerlukan waktu
cukup lama, sehingga untuk mengeluarkan air dari tanah secara cepat adalah
dengan mebuat vertical drain pada radius tertentu sehingga air yang terkandung
dalam tanah akan termobilisasi keluar melalui vertical drain yang telah terpasang.
Vertical drain ini dapat berupa stone column atau menggunakan material
fabricated lainnya. Pekerjaan vertical drain ini biasanya dikombinasikan dengan
pekerjaan pre-load berupa timbunan tanah, dengan maksud memberikan beban
pada tanah sehingga air yang terkandung dalam tanah bisa termobilisasi dengan
lebih cepat.
Metode perbaikan dengan cara ini adalah metode perbaikan tanah dengan
menggunakan material buatan berupa polymer sintesis jenis- jenisnya adalah
sebagai berikut :
Geotekstil
Geomembrane
Geogrid
Geonet
Geomat
Geosynthetic Clay Liner Atau GCL
Geopipe
Geocomposit dan
Geocell
2.5. Pemadatan Tanah dan Alat-alat yang Digunakan
A. Peralatan Mekanik
Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan
pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik.
Adapun macam-macam / type dari alat ini adalah sebagai berikut :
1. Three Wheel Roller
Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini
sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar.
Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari
pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air)
ataupun pasir. Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.
2. Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak
halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton.
Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair.
3. Pneumatik Tired Roller (PTR)
Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda
muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak
tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan
yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara
mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan
bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.
B. Peralatan Manual
Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia / hewan sehingga
pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang
memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah
terpencil / pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat
mekanik karena biaya yang mahal. Ada 2 jenis alat pemadat manual :
Alat Pemadat Tangan Alat
Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi tangkai untuk
menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan dipadatkan.
Alat pemadat silinder beton
Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara
melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau
lembu dan dapat juga mempergunakan kendaraan bermotor sebagai penariknya.
2.6. Preleminary Design
A. Klasifikasi Tanah
Parameter tanah, ketebalan lapisan dan kedalaman tanah jelek harus diketahui
terlebih dahulu. Biasanya data tersebut didapatkan melalui analisa lapangan
dengan menggunakan Standard Penetration Test (SPT), Cone Penetration Test
(CPT), Pressuremeter Test (PMT), atau test lainnya.
C. Penentuan Desain
𝐷 = 𝑛(𝑊𝐻)0,5
Dimana :
Untuk menentukan berat dan tinggi jatuh pounder berdasarkan alat DC yang
tersedia dapat dilihat pada grafik berikut.
𝑁×𝑊×𝐻×𝑃
𝐴𝐸 =
𝐺𝑟𝑖𝑑𝑠𝑝𝑎𝑐𝑖𝑛𝑔2
Dimana :
AE = Besarnya energy
W = Berat pounder
Grid Spacing = Jarak antar tumbukan (1,5 sampai dengan 2,5 diameter
pounder)
Heave adalah naiknya permukaan tanah asli pada sisi lubang yang di
akibatkan tumbukan pounder seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Sketsa heave pada lubang akibat tumbukan
Stabilisasi ini bertujuan agar alat berat yang beroperasi diarea kerja dapat
bermobilisasi dengan baik sehingga proses pelaksanaan menjadi efektif. Hal
ini dilakukan jika kondisi tanah asli terlalu lepas.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Pemilihan alat berat didasarkan oleh energi tumbukan yang dapat dihasilkan
dari alat berat. Besarnya energi tersebut ditentukan dari jenis alat berat, berat pounder
dan tinggi jatuh.
CONTOH PROYEK
Dari penelitian tanah lapangan, didapatkan tebal tanah yang akan diperbaiki
sebesar 14 m. Lapisan ini terdiri dari beberapa jenis tanah, diantaranya lempung, pasir
dan kerikil.
Untuk meningkatkan daya dukung tanah pada proyek ini, akan digunakan
perbaikan tanah. Metode yang akan digunakan berupa pemadatan dinamis dengan
menggunakan Dynamic Compaction.
4.2. Data Umum Proyek
Metode perbaikan : Dynamic Compaction (DC)
Pelaksana dan Pengawas : MENARD Soltraitement
Pengawas : ZETAS Zemin Teknolojisi
Investigasi Tanah : ZETAS Zemin Teknolojisi
Total Luasan Proyek : ± 100.000 m2
Luasan tanah yang dipadatkan sebesar 78.467 m2, dengan rincian :
o Blok A : 20433 m2
o Blok B : 48419 m2
o Blok C : 9615 m2
4.3. Data Teknis Proyek
Data Tanah :
o N – SPT awal : 10
o Jenis Tanah : Granular (termasuk zona 1)
Spesifikasi pounder :
o Berat Pounder : 18 sampai dengan 25 ton
o Tinggi Jatuh : 15 sampai dengan 25 m
4.4. Kesimpulan Proyek
KESIMPULAN
Berlian, Welly Nawi, dkk. “Perbaikan Daya Dukung Tanah dengan Metoda
Dynamic Commpaction”. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Emmitt, S. and Gorse, C. "Ground and soil stabilisation". Oxford, Blackwell,
2010
FHWA, “Dynamic Compaction Geotechnical Engineering Circular vol. 1,”
Federal Highway Administration, 1995
ISBN, “ A case study on soil improvement with heavy dynamic compaction,”
Prague.
Kumar, S. and Vijay, P.K., "Soil improvement Using Tamping - A Case History,"
Southern Illinois University, U.S.A, 2001
Menard, L., "Principle of the menard pressuremeter test," france, 1957
Putri, Olivia Prastika, dan Wahdaniah. 2014. “Pemadatan Tanah”. Fakultas
Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Malang.