Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ericka Pudji Lestari

NIM : 17/414101/BI/09911
Kelas : Penulisan Karya Ilmiah B

Prevalence of Filarial Parasites in Domestic and Stray Cats in Selangor State, Malaysia
Prevalensi Parasit Filaria pada Kucing Domestik dan Kucing Liar di Negara Bagian
Selangor, Malaysia

Kucing, anjing dan lutung dikenal sebagai hospes reservoir bagi parasit penyebab filariasis.
Beberapa publikasi menyatakan bahwa zoonosis filariasis pada kucing telah ditemukan di banyak
negara wilayah Asia Tenggara, salah satunya Malaysia. Terdapat 2 jenis kucing yang menjadi
objek pada penelitian ini, yaitu kucing domestik dan kucing liar. Di wilayah endemiknya, kucing
domestik dan kucing liar dinyatakan telah terinfeksi oleh beberapa parasit penyebab filariasis.
Parasit tersebut antara lain Brugia malayi, Brugia pahangi, Dirofilaria immitis dan Dirofilaria
repens. Penelitian ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Informasi pada penelitian
ini akan membantu veteriner dalam mengkontrol infeksi filariasis pada kucing. Jika infeksi
filariasis pada kucing teratasi, maka probabilitas terpaparnya parasit tersebut pada manusia akan
berkurang. Selain itu, estimasi prevalensi infeksi filariasis diharapkan dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap masalah serius ini.

Pada penelitian ini, dipilih dua wilayah dengan kondisi geografis yang berbeda, yaitu Bukit
Gasing dan Pulau Carey. Bukit Gasing adalah area perumahan sub-urban dengan kondisi
perbukitan, sedangkan Pulau Carey merupakan daerah pedesaan dengan hutan yang rimbun.
Kedua area tersebut beriklim tropis dengan kelembapan tinggi dan hujan turun sepanjang tahun.

Sebanyak 170 ekor kucing dikumpulkan, terdiri dari 84 ekor dari Pulau Carey (54 kucing
domestik dan 30 kucing liar) serta 86 ekor dari Bukit Gasing (52 kucing domestik dan 34 kucing
liar). Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah oleh veteriner dari vena yang terletak di
telinga kucing. Sampel darah tersebut dimasukan dalam tube EDTA dan disimpan pada suhu 4oC.
Selanjutnya dilakukan pewarnaan pada seluruh sampel darah dengan Teknik Innenkorper
menggunakan pewarna Giemsa 2%. Setelah itu, microfilaria yang terdapat di sampel darah diamati
menggunakan mikroskop cahaya Olympus CX40 dan dianalisis jenisnya.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40 ekor dari total 170 ekor kucing terinfeksi cacing
filariasis, dengan rincian 30 ekor kucing domestik dan 10 ekor kucing liar. Pada pengamatan
mikroskop hanya ditemukan parasit jenis Brugia pahangi dan Dirofilaria repens. Identifikasi
microfilaria ini dilakukan berdasarkan ukuran relatif serta keberadaan dan letak nukleus.
Berdasarkan jenis parasitnya, 35% kucing terinfeksi B. pahangi, 50% kucing terinfeksi D. repens,
dan 15% terinfeksi keduanya. Infeksi oleh B. Pahangi ditemukan pada semua kucing domestik
dari Pulau Carey. Infeksi D. repens ditemukan pada kucing dari Pulau Carey dan Bukit Gasing
serta menjangkit kucing domestik maupun kucing liar. Prevalensi infeksi berdasarkan jenis
kelamin yaitu sebanyak 40% jantan dan 60% betina.

Pada penelitian ini tidak ditemukan infeksi parasit B. malayi maupun D. immitis. Hasil ini
tidak terduga karena D. immitis dikenal sebagai parasit pada spesies carnivora, sedangkan B.
malayi merupakan parasit filariasis pada manusia. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
kucing bukan merupakan hospesutama bagi kedua parasit tersebut. Poin selanjutnya, seluruh
kucing yang terinfeksi B. pahangi berasal dari Pulau Carey dan tidak ada satupun dari Bukit
Gasing. Hal ini sesuai dengan vektornya nyamuk Mansonia annulata dan M. dives yang habitatnya
berupa kawasan hutan di Pulau Carey, bukan pinggiran kota seperti Bukit Gasing.

Meskipun jumlah kucing yang terinfeksi B. pahangi lebih rendah dibanding infeksi oleh
D. repens, namun jumlah mikrofilaria B. pahangi yang ada dalam sirkulasi lebih banyak. Hal ini
memungkinkan B. pahangi dapat menginfeksi manusia apabila terdapat vektor yang cocok.

Salah satu kekurangan dari penelitian ini adalah mendiagnosis microfilaria dengan
menggunakan mikroskop cahaya, padahal sensitivitas dan akurasinya kurang jika dibandingkan
dengan teknik lain seperti Polymerase Chain Reaction.

Jenis parasit dan prevalensinya pada kucing domestik maupun kucing liar dapat memberikan
wawasan tentang status penularan zoonosis yang menjadi perhatian di Malaysia. Meskipun
diketahui bahwa B. malayi merupakan parasit yang banyak ditemukan pada kasus filariasis,
namun dengan hasil penelitian ini patut diperhatikan pula B. pahangi karena berpotensi
menimbulkan ancaman bagi manusia. Kesimpulannya, data dari penelitian ini menunjukkan
bahwa B. pahangi dan D. repens bisa menjadi parasit utama yang menyebabkan filariasis di daerah
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai