PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pembangunan di bidang kesehatan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun
1992 merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dengan tujuan tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional, yaitu untuk mempercepat terwujudnya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, bangsa Indonesia mencanangkan cita-cita Indonesia Sehat
2010 antara lain programnya adalah pemberantasan penyakit menular yang salah satunya adalah
penyakit diare. Berbagai upaya kesehatan berupa peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) dilaksanakan secara utuh, menyeluruh
dan berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat (Depkes RI,1999).
Diare : keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-
anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja (Ngastiah, 1998).
Penyakit diare merupakan suatu penyebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada
anak dimana gejala utamanya yaitu cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, dan nafsu makan
menurun. Dimana faktor penyebab dari penyakit ini diantaranya adalah kesehatan lingkungan, keadaan
gizi, faktor sosial dan ekonomi. Pada anak dengan Diare dapat menyebabkan kekurangan cairan akibat
BAB terus menerus, muntah, dan evaporasi. Jika tidak diatasi segera akan mengakibatkan dehidrasi dan
renjatan hipovolemik syok dan bisa berdampak buruk yaitu kematian yang cepat. Hal ini disebabkan
daya tahan tubuh anak dan kompensasi anak terhadap suatu penyakit belum sempurna, sehingga
meningkatkan motalitas usus, sekresi dan osmotik sistim
pencernaan.(http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/ktikeperawatan-anak-dengan-diare.html)
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga
di negara maju. Penyakit gastroenteritis masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan
penderita yang banyak dalam waktu singkat. (Nursalam,2005).
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden
diare tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di USA dengan penduduk
sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare setiap tahunnya menempati peringkat ketiga dari
daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, WHO memperkirakan ada sekitar 4 milyar kasus diare
setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, berarti setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang
pertahunnya. Penyakit diare berada pada urutan ketiga dengan pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit
utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama dari
kematian,(http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/kti-keperawatan-anak-dengan-diare.html)
Di Indonesia berdasarkan hasil survei awal dilapangan kasus diare pada tahun 2008 di Kabupaten
Sambas terjadi 12.961 kasus pada semua golongan umur (23 per 1000 penduduk). Di Sulawesi tengah
khususnya di Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli berdasarkan data dari Medical Record RSU
Mokopido Tolitoli pada tahun 2010 tercatat jumlah penderita diare yaitu sebanyak 391 penderita untuk
semua golongan umur. Pada tahun 2011 jumlah penderita diare yaitu 371 penderita dimana terdiri dari
100 orang penderita dewasa dan 271 penderita anak. Sedangkan untuk bulan januari sampai dengan
bulan juli 2012 jumlah penderita adalah 119 yang terdiri dari 29 dewasa dan 90 penderita dari kalangan
anak-anak.
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang diuraikan diatas maka perlunya penanganan
masalah diare secara maksimal salah satunya adalah dengan pemberian asuhan keperawatan oleh
karena pasien diare cenderung mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang
mana keaadaan tersebut dapat mengancam kehidupan pasien sehingga pemberian asuhan keperawatan
yang cepat, tepat dan efisien dapat membantu menekan angka kejadian dan kematian pasien diare.
Keadaan ini mendorong minat peneliti untuk meneliti penerapan Asuhan Keperawatan Pada An.M
dengan kasus diare di Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan
Pada An M Dengan kasus Diare Di Ruang Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli ”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di
Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai
Anak RSU Mokopido Tolitoli
Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak
RSU Mokopido Tolitoli
Mampu melaksanaan implementasi keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan
Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli
Mampu melakukan evaluasi pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU
Mokopido Tolitoli
D. METODE PENELITIAN
Study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan tahap pengkajian dengan cara :
Obsevasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan asuhan keperawatan
Yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang spesifik tentang penyakitnya melalui
pemeriksaan secara (head to toe)
Study dokumentasi
Pengumpulan data dengan melihat catatan atau dokumentasi keperawatan yang diperoleh melalui
dokumen medik
Study perpustakaan yaitu mempelajari buku, literatur dan data– data yang ada relevansinya dengan
karya tulis ilmiah ini
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus diare dan meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.
Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan,
khususnya Asuhan keperawatan pada klien dengan kasus diare.
Bagi peneliti
Sebagai pengalaman berharga dan tak terhingga serta dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam bidang asuhan keparawatan (ASKEP). Menambah wawasan peneliti mengenai
penyakit diare itu sendiri
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. (Hipocrates, 1985).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer dengan frekwensi lebih
banyak dari pada biasanya (di bagian ilmu kesehatan anak FKUI RCCMC).
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak-anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair, setengah
padat dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari pada biasanya (normal 100 – 200 ml)
pertinja (Saifullah Noer, 1998).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO 1980 dikutip dari mansjoer
arief, dkk 1999)
Dari ke 4 pengertian diare tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa diare adalah buang air
besar/defekasi yang tidak normal pada bayi lebih dair 4 kali dan lebi dari 3 kali
pada anak dengan konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah, atau lendir saja.
2. Penyebab / Etiologi
Diluar usus infeksi diluar usus tubuh manapun seperti pneumonia, infeksi telinga, tonsillitis dapat
menyebabkan mencret dalam stadium yang biasanya ringan.
Didalam usus penyebab diare paling sering pada anak kecil adalah infeksi dengan berbagai bakteri ini
dapat terjadi karena infeksi oleh organisme disentri basiler, bakteri disamping virus dan protozoa. Yang
paling sering dijumpai dalam jumlah besar yang berasal dari lingkungan kotor. Anak yang kurang gizi
amat rentan dalam periode bebas diare.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.
1) Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh virus, kuman patogen dan apatogen, hiperperistaltik usus
halus akibat kimia atau bahan makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dan
defisiensi imun terutama IgA sekretonik.
2) Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein (KPK),
atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
3. Patofisiologi
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri menghasilkan toksin yang
mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan air dan elektrolit kedalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat
makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).
4. Tanda dan Gejala
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena setiap defekasi tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat didahului dengan diare atau
tampak muntah dan disebabkan karena lambung meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu turgor kulit menurun, mata cekung dan ubun-ubun
menjadi cekung (pada bayi). Terjadinya renjatan hipovolemik harus di hindari. Kekurangan cairan akan
menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta
suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebkan frekwensi
pernapasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka
denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit pada anak) tekanan darah menurun sampai tidak terukur,
pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstermitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium
akan menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga jika
kekurangn cairan tidak segera di atasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubuler.(mansjoer arief
dkk.)
Secara klinis diare karena infeksi akut di bagi menjadi dua golongan. Pertama koleriform dengan diare
yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua, desentriform, padsa diare didapatkan lendir kental dan
kadang-kadang darah. (mansjoer arief dkk.)
5. Penatalaksanaan
Rehidrasi cairan
1) Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi
rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian
mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui diare dan/muntah
(previous water loses= PWL), ditambah dengna banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan
pernafasan (normal water loses=NWL), dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja
dan muntah yang masih terus berlangsung (concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung pada
derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur. (mansjoer arief dkk.)
a) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
b) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
1. Ringan 30 80 25 175
2. Sedang 50 80 25 155
3. berat 80 80 25 185
c) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur>15 tahun (BB 15-25 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
1. Ringan 25 65 25 115
2. Sedang 50 65 25 140
3. berat 80 65 25 170
No. Penilaian A B C
Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan 5% dari berat badan. Pada diare
dengan dehidrasi ringan sudah Nampak tanda-tanda kekurangan cairan yaitu penderita kekurangan
nafsu makan dan aktifitasnya menurun. Cairan untuk pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini
adalah elektrolit oral melalui mulut dengan formula lengkap.
Diare dengan dehidrasi sedang ditandai dengan kehilangan cairan 6–10% berat badan. Kasus ini
memerlukan perhatian yang lebih khusus, pemberian oralit pada penderita hendaknya dilakukan
petugas kesehatan dari sarana kesehatan dan penderita perlu diawasi beberapa jam lamanya (4-6 jam).
Kalau penderita sudah baik keadaannya boleh pulang dengan dibekali beberapa bungkus oralit.
Sedangkan kalau jatuh kedalam berat harus diupayakan pemberian cairan secara parenteral. Bagi
penderita yang boleh pulang agar diberi penyuluhan kepada orang tuanya mengenai cara melarutkan
dan pemberian oralit, juga agar ditekankan bahwa pemberian oralit adalah pengganti cairan yang hilang
bukan untuk menghentikan diarenya dengan segera.
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali
disertai dengan muntah. Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan. Di masyarakat disebut
dengan muntaber. penderita harus mendapat cairan infus sebagai berikut :
Ringer laktat merupakan pilihan utama perhatikan khusus untuk penderita neonatus. Penderita diare
dengan penyakit berat seperti kekurangan kalori protein, pneumonia, kelainan jantung dan sebagainya.
Dalam keadaan tertentu (dimana ringer laktat tidak tersedia) dapat digunakan cairan (Half Sterngth
Dorrow Glukosa).
Cairan dehidrasi oral dengan formula lengkap cairan yang mengandung 4 komponen yaitu : NaCl, KCl,
NaHCO3 atau Na Sitrat dan glukosa atau pengganti cairan. Formula ini dikenal dengan nama larutan
oralit dan diberikan bila sudah timbul tanda-tanda dehidrasi dan cairan formula rehidrasi tidak lengkap
(sederhana) cairan yang mengandung paling sedikit 2 komponen yaitu NaCl dan glukosa atau
penggantinya seperti makanan dan minuman yang ada di rumah termasuk disini larutan gula garam dan
air tajin. Fungsi glukosa pada cairan dehidrasi oral baik pada formula legkap atau tidak lengkap sebagai
penarik air dan elektrolit kedalam cairan intraseluler menggantikan cairan penghilang karena diare dan
muntah.
Pada umumnya cairan yang digunakan adalah Ringer Laktat (RL). Mengenai pemberian cairan sebanyak
beberapa yang harus diberikan tergantung pada berat ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan dengan berat badannya serta berat badan masing-masing anak dan golongan umur
klien.
Makanan harus di teruskan bahkan di tingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk status gizi
Bayi yang sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan susu formula.
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh di gunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan
usus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada:
Obat-obat anti diare meliputi anti motilitas (misalnya loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adrosben
(misalnya norit,kaolin, attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak semua
obat-obat ini mempunyai efek yang nyata terhadap diare dan beberapa malahan mempunyai efek
berbahaya . obat-obat ini tidak boleh di berikan untuk anak <5 tahun.
6. Komplikasi
Akibat dari diare/kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebaga berikut :
Renjatan hipovolemik
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa.
g. Malnutrisi energy proretin (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)
7. Pemeriksaan diagnosis
a. Pemeriksaan tinja : mikroskopis, pH, dan kadar gula jika di duga ada intoleransi gula (sugar
intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai
antibiotika (pada diare persisten).
Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, AGG dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P seru pada
diare yang disertai kejang).
Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kuantitatif terutama
pada diare kronik.
Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan di curigai adanya infeksi sistemik
8. Pencegahan
Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal dua tahun pertama dan mampertahankan status gizi dan
imunisasi.
1. Pengertian
Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran
panjang (cm, inchi), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, walaupun demikian seorang
anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan,
bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang yang mendapat
tugas untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor yang dapat
dirubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi
yaitu faktor lingkungan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sebagai
berikut:
Faktor Keturunan/Herediter
1) Seks
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangam pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki.
2) Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih besar dibanding anak Asia.
Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Eksternal
Kebudayaan, Status sosial ekonomi keluarga, Nutrisi, Penyimpangan keadaan sehat, Olah raga, Urutan
anak dalam keluarga.
2) Lingkungan Internal
a) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai integensi tinggi, mempunyai perkembangan lebih baik.
b) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu: Somatotropin, hormon yang
mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa pertumbuhan. Berkurangnya hormon
ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan tulang. Berkurangnya
hormon ini dapat menyebabkan kreatinisme; Hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan
merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoid. Sedangkan estrogen
merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur: kekurangan homon
gonadotropin dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
c) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti dengan ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru
akan memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Cara anak
berinteraksi dalam keluarga akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila keinginan anak
tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan tertentu dapat memberi pengaruh terhadap
tahap perkembangan selanjutnya.
Dengan adanya pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak, karena dengan anak diharapkan dapat terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat
segera diketahui sedini mungkin serta dapat dipecahkan/dicari jalan keluarnya dengan cepat.
2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar
bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah
ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individual.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan
pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal di bawah ini:
Directional trends
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien
atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
Misalnya: mengangkat kepala dulu kemudian mengangkat dada dan menggerakkan ekstremitas bagian
bawah.
2) Proximodistal atau Near to Far Direction (Menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat) Misalnya: bahu dulu baru jari-jari.
3) Mass to specific atau simple to complex (Menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru
kemudian daerah yang lebih kompleks) Misalnya: mengangkat bahu dulu baru kemudian menggerakkan
jari-jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan batu bisa memainkan jarinya.
Prinsip-prinsip tersebut berjalan, sejalan tidak dipengaruhi materi dan sebagainya tetapi cepat
lambatnya dapat dipengaruhi.
Sequential Trends
Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui, maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat
diprediksi. Dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap
fase ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya, Misalnya: tengkurap – merangkak; berdiri –
berjalan.
Sensitive Period
Ada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh – kembang dimana anak berinteraksi, terutama
dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik, Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :
1) Masa Kritis
Yaitu masa yang apabila tidak di rangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat di gantikan pada
masa berikutnya.
2) Masa Sensitif
Mengarah pada perkembangan dan microorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya
menderita flu maka kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/ ancepalitis.
3) Masa optimal
Yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3
tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut
dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak. Misalnya:
b) Ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya
c) Dan sebagainya
Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan serta laju tumbuh kembang
yang berlainan diantara organ-organ.
Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan berbeda antara anak yang
satu dengan yang lain.
Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunteer
tercapai.
Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya ada yang badannya lebih dulu berkembang
kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan sebagainya
Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu ” milestone” yang merupakan
tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Berdasarkan Hasil
Rapat Kerja UKK pediatrik Sosial di Jakarta, Oktober 1986, yaitu :
Masa Pranatal
Masa Remaja :
Dalam asuhan keperawatan pada kasus diare yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien
tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan
dan pola pertahanan pasien serta memudahkan perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan
Doenges (1999) diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Label diagnosa
keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses
keperawatan.
NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap mesalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi
tanggung gugat perawat.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala-gejala yang
ada yakni :
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
kurang.
7) Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan BAB yang terus menerus.
9) Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi disekitar daerah anus.
10) Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient.(doengoes 1999)
11) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.(doengoes 1999)
Rencana Tindakan / Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi :
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah kaluaran faces.
3) Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan minuman jernih,
5) Observasi TTV
Rasional :
2) istirahat menurunkan motilitas dan menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan
adalah komplikasi.
3) Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan atau
cairan. Makan kembali secara bertahap, cairan mencegah keram dan diare berulang.
4) Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan.
Diagnose keperawatan 2
Intervensi :
Rasional :
4) Cairan infus sangat baik, penting bagi yang mengalami defisit volume cairan karena cairan langsung
masuk ke pembuluh darah.
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi :
Rasional
2) Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah menyebabkan terjadinya penguapan
sehingga membantu menurunkan suhu tubuh.
3) Baju yang tipis dan menyerap keringat membuat klien merasa cerah sehingga memberikan
kenyamanan pada klien.
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
1) Siapkan makanan dalam keadaan hangat.
3) Anjurkan pada orang tua klien untuk menghindari makanan yang berasa asam dan merangsang.
Rasional
3) Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan meningkatkan pH lambung.
Diagnosa Keperawatan 5
Intervensi
Rasional
1) Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami oleh orang tua klien.
2) Informasi yang adekuat akan membantu keluarga menenangkan dan mengurangi kecemasan.
Diagnosa keperawatan 6
Gangguan rasa nyaman nyeri
Intervensi
Rasional
1) Mengetahui sejauh mana tingkat nyeri mempengaruhi keadaan klien sehingga memudahkan dalam
pemberian intervensi.
Diagnosa Keperawatan 7
Intervensi
Rasional
Diagnosa Keperawatan 8
Intervensi
Rasional
Diagnosa Keperawatan 9
Intervensi
4) Anjurkan pada ibu agar selalu menjaga kebersihan daerah bokong dan anus.
Rasional
1) Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
Tujuan :menunjukan berat badan yang stabil atau meningkatkan berat badan sesuai sasaran dengan
nilai laboratorium normal dan tidak ada malnutrisi
intervensi :
4) Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi yang
tidak terburu-buru.
Rasional
2) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
4) Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif untuk makan.
Diagnosa ke 11
Intervensi
2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejalah dan
mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung.
Rasional
4. Implementasi
Implementasi adalah langkah keempat dari proses keperawatan dimana merupakan realisasi dari
rencana keperawatan yang telah disusun, dan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus
bekerjasama dengan klien, keluarga dan petugas kesehatan lainnya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana perawatan atau
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pasien.
Tujuan evaluasi
1) Tujuan tercapai.
BAB III
A. Pengkajian
Data umum
Identitas Klien
Nama : An.M
Umur : 12 Tahun
Agama : Kristen
Nama : Tn. M
Umur : 38 tahun
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : sanger/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Riwayat Kesehatan
Ayah klien mengatakan anaknya sudah BAB encer bercampur lendir ± 4 kali sejak pagi hari , klien
mengatakan Nafsu makan tidak ada, orang tua klien mengatakan anaknya muntah 1 kali, klien juga
mengatakan bahwa perutnya terasa sakit, sakit seperti melilit, dirasakan pada seluruh bagian perut,
nyeri di rasakan hilang timbul, skala nyeri 6.
1) Menurut orang tua klien pada umur 9 tahun klien pernah masuk rumah sakit dan di rawat inap di
ruang Anggrek dengan kasus DBD, orang tua klien juga mengatakan bahwa anaknya alergi terhadap
telur dan mie instan namun tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan.
2) Orang tua klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular atau
alergi terhadap makanan dan obat-obatan
1) Orang tua klien mengatakan dulu adik dari ibunya pernah menderita berak-berak namun tidak
sampai di rawat di RS, orang tua klien juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
menderita alergi makanan dan obat-obatan.
2) Genogram 3 generasi
A B
C
D
F : saudara klien
Keluarga klien mengatakan tidak mengetahui dengan pasti tentang penyakit yang di derita anaknya.
Mereka hanya mengetahui bahwa anaknya sakit perut dan berak-berak.
Data psikososial
Menurut ibu klien, klien biasa bermain dengan teman-teman sekolahnya dan teman-teman di sekitar
lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan klien dan orang tua klien dengan tenaga kesehatan baik.
Ibu klien merasa khawatir dengan penyakit anaknya karena anaknya berak-berak dan muntah tetapi ibu
selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh. Ekspresi wajah orang tua klien cemas. Orang tua kooperatif
terhadap akan semua tindakan yang dilakukan.
Riwayat spiritual
Orang tua klien beragama kristen. Klien biasa menjalankan ibadah remaja dan ibadah setiap hari
minggu.
1 Nutrisi :
2 Minum :
Pola minum Air putih, susu, teh Air putih, susu, teh
3 Eliminasi
BAK :
BAB :
5 Personal Hygiene
2 x sehari
3 x seminggu
Cuci rambut
Ganti pakaian
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
Suhu : 38oc
RR : 20 x/menit
BB sebelum masuk RS : 37 kg
BB masuk RS : 35 kg
BB ideal : 2n+9 (n=umur)
2×12+9=33
= 33 kg
Head to toe
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa,Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada oedema
2) Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris kiri kanan,Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterus, reaksi pupil
terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil simetris kiri kanan, Mata tidak cekung, Tidak ada tanda-tanda
peradangan pada konjungtiva
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, Tekanan bola mata seimbang kiri kanan fungsi
penglihatan baik, lapang pandang normal.
3) Hidung
Inspeksi : Bentuk lubang hidung simetris kiri kanan, Tampak ada pengeluaran cairan dari hidung,
Mukosa hidung hiperemis, Tidak ada pernapasan kuping hidung, tidak ada deformitas pada tulang
hidung.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, sinus
edmodalis dan sinus frontalis, fungsi penciuman baik
4) Telinga
Inspeksi : Tidak ada pengeluaran cairan dari telinga,Tidak ada tanda-tanda radang pada
telinga,Keadaan telinga luar bersih, serumen tidak ada, Membran tympani utuh.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada tulang mostoideus fungsi
pendengaran baik
5) Mulut/Tenggorokan
Inspeksi : Selaput mukosa mulut Nampak kering, Lidah tidak kotor, Fungsi mengecap dan
mengunyah baik,Tonsil tidak meradang, mukosa bibir lembab
Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan.
6) Leher
Inspeksi : Tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada leher.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba denyut nadi karotis dua jari lateral sinistra
adam apel.
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri kanan,Pengembangan dada seimbang mengikuti alur nafas,
Frekuensi pernafasan 20 x/menit, Jenis pernafasan dada,tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada masa pada dinding dada.
8) Jantung
Inspeksi : bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada salah satu dinding dada.
9) Abdomen
Inspeksi : Permukaan perut datar,Tidak ada lesi,Tidak ada hipo / hiperpigmentasi kulit, Tidak nampak
dalam keadaan acites.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, Turgor kulit menurun ,Tidak teraba adanya pembesaran limpa,
Tidak teraba adanya massa.
10) Genetalia/Anus
11) Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Tangan kiri dapat digerakan dengan bebas. Sedangkan tangan kanan terpasang IVFD RL
28 Tpm, Jari-jari kedua tangan lengkap kuku bersih tidak ada oedema dan tanda sianosis,Lengan reflex
bisep baik, trisep baik.
Tonus otot :
5 5
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Kedua kaki dapat digerakan dengan bebas,Jari-jari kedua kaki lengkap,Tidak ada sianosis,Tidak
ada oedema maupun benjolan.
Tonus otot :
5 5
Pemeriksaan Penunjang.
1. cotrimoxazole 2 x 1 tablet/oral
2. Dialac 3 x 1gr/oral
3. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV
4. Ketorolac 2 x 1 amp/IV
2. Ketorolac 2 x 1 amp/IV
1. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV
Klasifikasi Data
Data Subjektif
1) Klien mengatakan Buang air besar encer 4 kali sejak tadi pagi
6) Klien mengatakan perutnya sakit, nyeri di rasakan seperti melilit, nyeri di rasakan di seluruh
bagian perut, di rasakan hilang timbul.
7) keluarga klien mengatakan tidak terlalu mengerti dengan penyakit yang di derita anaknya.
8) Ibu klien mengatakan hanya memberikan obat entrostop yang di beli di apotik.
2) Kesadaran : composmentis
BB saat sakit : 35 kg
Suhu : 38 oC
RR : 20 x/menit
Tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal
21/07/2012
Data Objektif
– kesadaran : composmentis
– BAB encer ± 4
– Vital sign:
HR : 102 kali/menit
RR : 20 kali/menit
SB : 38ºc
– Terpasang IVFD RL 20 Tpm
Data Objektif
– Skala nyeri 6
– TTV
HR : 102 x/menit
SB : 38ºc
RR : 20 x/menit
Data Objektif
Tabel 3.8. Diagnosa berdasarkan prioritas masalah An.M dengan kasus diare ruang teratai anak RSU
Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
21 Juli 2012
3.
08.30 WITA
Kurang pengetahuan b/d kurang terpajan
informasi tentang penyakit
E. PERENCANAAN
Nd:60-100x/menit
No DIAGNOSA PERENCANAAN
dx KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Kesadaran: composmentis
Memberikan istirahat
Ekspresi wajah klien kolon dengan
meringis menghilanghkan atau
Peristaltik usus 24 kali per menurunkan motalitas
menit usus.
No DIAGANOSA PERENCANAAN
DX KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Hipotensi, takikardia,
demam dapat
Observasi TTV menunjukan respon
terhadap dan atau
efek kehilangan
cairan.
a.Cefotaxim
mengobati infeksi
suparatif lokal.
b.dialac untuk
Kolaborasi pemberian mencegah dan
obat
Cefotaxim
Dialac
No DIAGANOSA PERENCANAAN
DX KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
memelihara fungsi
saluran pencernaan
DO ND : 60-100x/menit
WBC 19,5³m
a.untuk mengurangi
nyeri
b.mengobati infeksi
Kolaborasi pemberian
obat :
Ketorolac /IV
cefotaxim /IV
Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No PERENCANAAN
dx
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Untuk menambah
pengetahuan dan
pemahaman klien dan
keluarga klien tentang
penyakit
I Diare berhubungan Sabtu,21 juli 09.00 mengobservasi dan Sabtu 21 juli 2012
dengan proses infeksi 2012 mencatat catat
frekuensi defekasi, Jam 16.00
Dengan data : karakteristik, dan S:
Data Subjektif: jumlah kaluaran faces.
Klien mengatakan masih
– Klien mengatakan dia Hasil : BAB encer
BAB encer ± 4 kali sejak BAB encer ± 4 kali, faces Klien juga mengatakan
tadi pagi cair campur lendir. perutnya masih sakit saat
– Klien mengatakan ingin BAB.
perutnya terasa nyeri
Mengukur TTV O:
– Klien mengatakan
fesesnya berwarna Hasil : Ku: lemah
kuning kecoklatan HR :102x/menit TTV
– HR : 102x/menit
09.20 SB : 37ºc
RR : 20x/menit
– Kesadaran:
composmentis
Menganjurkan kepada
– Ekspresi wajah klien klien untuk banyak
meringis istirahat, dan
09.29 mendekatkan alat-alat
– Peristaltik usus 24 yang di butuhkan
kali per menit klien.(mendekatkan gelas
– Vital sign: dan piring kesisi kanan
klien)
HR : 102 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Menganjurkan klien
SB : 38ºc untuk banyak minum
Peristaltik 22 kali/menit
Observasi TTV
Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi
II Nyeri berhubungan Sabtu,21 juli 08.50 Mengkaji skala nyeri Sabtu 21 juli 2012
dengan hiperperistaltik 2012
Hasil : Klien mengatakan 16.15
usus
sakit perut saat ingin
BAB, nyeri di rasakan S:
Dengan data : seperti melilit, nyeri di Klien masih mengeluh
rasakan di seluruh sakit perut
Data Subjektif bagian perut, dirasakan
– Klien mengatakan hilang timbul, skala O:
sakit perut saat ingin BAB, nyeri 6 Ekspresi wajah klien
nyeri di rasakan seperti meringis
melilit, nyeri di rasakan di
seluruh bagian perut, di Skala nyeri 6
rasakan hilang timbul. TTV
Data Objektif HR : 104 x/menit
– Ekspresi wajah SB : 37ºc
RR : 20x/menit
A: masalah belum
teratasi
RR : 20x/menit
Memberikan injeksi
cefotaxim 1 gr/Iv
Memberikan injeksi
ketorolac 1 amp/IV
III Kurang pengetahuan Sabtu/21 juli 11.30 mengumpulkan klien Selasa/24 juli 2012
berhubungan dengan 2012 dan keluarganya di
kurang terpajan informasi suatu tempat dan Jam 11.45
tentang penyakit. menanyakan kepada S:
mereka tentang
Dengan data : penyakit apa yang di Orang tua klien
derita anaknya. mengatakan sudah
Data Subjektif
sedikit mengerti tentang
– Orang tua klien Hasil : orang tua klien penyakit anaknya.
mengatakan belum mengatakan bahwa
mengerti tentang anaknya sakit berak- Orang tua klien
penyakit yang di derita berak mengatakan penyakit
diare itu adalah buang
anaknya.
air besar lebih dari 3 kali
Data Objektif pada bayi dan lebih dari
4 kali
– Orang tua klien
terlihat bingung dan
bertanya-tanya
III tentang penyakit 11.35 mengkaji tingkat pada anak dengan atau
anaknya. pengetahuan keluarga tanpa darah dan lendir
11.40 tentang diare dalam tinja.
G. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
I Minggu 22 08.00 S :
juli 2012
Klien mengatakan hanya BAB encer berampas 4 kali
sejak semalam
O:
KU : lemah
BAB 1 kali
Skala nyeri 5
P : intervensi di lanjutkan
Observasi TTV
I:
mengobservasi TTV
08.30
HR :132x/menit
RR :22x/menit
SB :36,7ºc
08.35
menganjurkan kepada klien dan keluarga agar klien
tetap istirahat di atas tempat tidur
R : intervensi di lanjutkan
09.00
12.00
Tanggal
II Minggu 22 08.00 S:
juli 2012
– Klien masih mengeluh sakit perut, nyeri seperti
meleilit, dirasakan pada seluruh bagian perut, rasa nyeri
yang di rasakan klien datang kemudian hilang
O:
08.30 – Ekspresi wajah klien meringis
– Skala nyeri 5
– TTV
HR : 132 x/menit
SB : 36ºc
08.37 RR : 22x/menit
Observasi TTV
I:
Mengkaji nyeri
Observasi TTV
Hasil :
HR : 132 x/menit
SB : 36ºc
RR : 22x/menit
R : intervensi di lanjutkan
Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
Tanggal
I:
E : masalah teratasi
R : intervensi di lanjutkan
lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
Tanggal
I Senin 08.30 S:
O:
– KU : lemah
– Skala nyeri 4
P : intervensi di lanjutkan
Observasi TTV
I:
mengobservasi TTV
12.00
HR :120x/menit
RR :20x/menit
12.05
SB :37ºc
R : intervensi di lanjutkan
Tanggal
II Senin 08.30 S:
23 juli 2012 – Klien masih mengeluh sakit perut saat ingin BAB,
nyeri seperti meleilit, dirasakan pada seluruh bagian
perut, rasa nyeri yang di rasakan klien datang kemudian
hilang
O:
– Skala nyeri 3
– TTV
HR : 120 x/menit
SB : 37ºc
RR : 20x/menit
P: intervensi di lanjutkan
Observasi TTV
I:
Mengkaji nyeri
HR : 120 x/menit
SB : 37ºc
09.00 RR : 20x/menit
R: intervensi di lanjutkan
12.05
Tanggal
I Selasa 08.00 S:
O:
– Ku : baik
– Klien santai
– TTV
ND :100x/menit
SB : 36ºc
RR : 22x/menit
P: intervensi di hentikan
I:
E: masalah teratasi
R:
Tanggal
II Selasa 08.00 S:
O:
– Klien tenang
– TTV
HR : 100 x/menit
SB : 36ºc
RR : 22x/menit
I:
E : masalah teratasi
R:
BAB IV
PEMBAHASAN
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu
wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses
keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien. Langkah atau tahapan
pada proses keperawatan meliputi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus dilakukan secara
komprenhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang klien, dan membuat perumusan masalah
yang di alami klien.
Secara teori pada pasien diare di dapatkan data pasien BAB encer lebih dari 3 kali pada bayi dan 4 kali
pada anak, cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, bunyi usus hiperaktif, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, mungkin di sertai darah dan/lendir, makin lama warna tinja menjadi kehijau-hijauan,
dehidrasi, turgor kulit menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, suara menjadi serak,
takipnue, takikardia,
3. Kesenjangan yang terjadi antara hasil pengkajian secara langsung dengan teori tentang diare adalah
dalam pengkajian penulis tidak menemukan adanya penurunan turgor kulit, tulang pipi menonjol, lidah
menjadi kering, pasien cengeng, pasien gelisah, ujung-ujung ekstremitas dingin dan sianosis, gangguan
biokimiawi seperti asidodis, takipnue, dan takikardia.
Hal ini terjadi karena dalam pengkajian pada An M denagn kasus diare penulis tidak menemukan data-
data tentang adanya penurunan turgor kulit, tulang pipi menonjol, lidah menjadi kering, pasien cengeng,
pasien gelisah, ujung-ujung ekstremitas dingin dan sianosis, gangguan biokimiawi seperti asidodis,
takipnue, dan takikardia.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik
pasien serta respon terhadap masalah aktual, resiko tinggi ataupun potensial.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan kurang.
f. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan peregangan dengan spasme pada
intestinal.
Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan BAB yang terus menerus.
Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi disekitar daerah anus.
Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient.(doengoes 1999)
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.(doengoes 1999)
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan tersebut karena penulis menemukan beberapa batasan
karakteristik yang dapat di jadikan acuan untuk mengangkat diagnose keperawatan tersebut.
Diantaranya BAB encer lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feces cair adanya muntah dan
nyeri abdomen.
Penulis mengakat diagnosa keperawatan ini karena dalam pengkajian penulis mennemukan data-data
yang menunjang dan sesuai dengan referensi yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini.
Diantaranya yaitu klien mengatakan sakit perut, wajah klien terlihat meringis
Penulis mengangkat diagnosa ini sebagai masalah keperawatan ke empat karena penulis menemukan
data diantaranya orang tua klien mengatakan belum terlalu mengerti dengan penyakit yang di derita
anaknya, orang tua klien terlihat bingung.
Berdasarkan diagnosa di atas, penulis menemukan kesenjangan bahwa tidak selamanya diagnosa yang
ada dalam teori terdapat pula dalam praktek. Adapun kesenjangan tersebut antara lain :
Diagnosa ini tidak diangkat kerena tidak di temukan data yang memungkinkan untuk mengangkat
diagnosa tersebut
Diagnosa hypertermi tidak di angkat karena suhu 38ºc yang di alami klien hanya berlangsung beberapa
saat saja.
Diagnosa kecemasan tidak diangkat karena kecemasan orang tua klien akan teratasi setelah di berikan
HE yang merupakan salah satu dari tindakan keperawatan untuk diagnosa ke tiga yaitu diagnosa kurang
pengetahuan.
Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial berhubungan dengan BAB yang terus menerus.
Diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ada data yang dapat dijadikan dasar untuk mengangkat
diagnosa tersebut.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB.
Diagnosa gangguan pemenuhan istirahat tidur tidak di angkat karena dari hasil pengkajian klien tidak
mengalami masalah dalam hal pemenuahan istirahat tidur.
Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi disekitar daerah anus.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit tidak di angkat karena tidak di temukan data yang
dapat di jadikan rujukan untuk mangangkat diagnosa tersebut.
Diagnosa ini tidak di angkat karena penurunan berat badan yang di alami oleh klien belum signifikan
sehingga belum dapat dijadikan alasan yang kuat untuk mengangkat diagnosa tersebut.
Berdasarkan diagnosa di atas kesenjangan yang terjadi adalah bahwa tidak semua diagnosa yang ada
pada teori juga terdapat pada studi kasus begitu pula sebaliknya. Karena diagnosa keperawatan
merupakan respon klien terhadap perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul
akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan yang berbeda sehingga
kesenjangan antara teori dan studi kasus sangatlah mungkin terjadi
C. Intervensi
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi yang ada dalam teori dapat di
aplikasikan ke dalam praktek, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat
di aplikasikan kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan dalam penelitian ini, bahwa antara teori
dengan praktek terdapat kesenjangan. Adapun kesenjangan dalam perencanaan tersebut adalah :
Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada teori dan intervensi yang
terdapat dalam praktek.
Pada diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan antara intervensi yang ada dalam praktek, namun
tidak terdapat dalam teori. Kesenjangan tersebut adalah
Penulis menggunakan intervensi ini karena intervensi yang terdapat dalam teori tidak sesuai dengan
masalah yang dialami klien saat ini sehingga penulis mengajukan intervensi kaji skala nyeri untuk
menggantikan intervensi tersebut.
Pada diagnosa ketiga: kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang
penyakit.
Dalam diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan intervensi yaitu kesenjangan intervensi yang di
terapkan dalam praktek tetapi tidak ada dalam teori, yaitu:
Intervensi ini penulis tambahkan karena penulis merasa dengan pemberian Health Education akan
menambah pemahaman klien dan keluarga tentang penyakit diare dan dapat mengatasi masalah
tersebut.
Kesenjangan antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam study kasus terjadi karena tidak
selamanya intervensi yang ada dalam teori sesuai dengan kebutuhan pasien, begitupun sebaliknya
intervensi yang tidak ada dalam teori dapat digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi masalah
yang dialami pasien
D. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah disesuakan
dengan diagnosa keperawatan yang telah di rumuskan. Adapun implementasi yang dapat di lakukan
oleh peneliti pada penelitian ini, hanya dapat dilakukan selama 4 hari rawat. Hal ini disebabkan karena
secara umum kondisisi kesehatan pasien yang sudah pulih atau membaik Dan sudah di perbolehkan
untuk pulang.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah di berikan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah di tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi,
didapatkan bahwa semua masalah teratasi.
Diare berhubungan dengan proses infeksi (teratasi pada hari selasa tanggal 24 juli 2012)
Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus (teratasi pada hari selasa tanggal 24 juli 2012)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang penyakit (teratasi pada
hari minggu tanggal 22 juli 2012).
RIWAYAT HIDUP PENULIS
I. IDENTITAS
Nim : 09096
Agama : Islam
@mail : Wahyu_f2wz@yahoo.com
Hp : 085340047540
Tahun 2003
Tahun 2006
Tahun 2009
Tahun 2009
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung pada klien An.M dan uraian dari bab ke bab
sebelumnya, maka penulis dapat menulis beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada klien An M dan keluarganya pada tanggal 21 juli 2012 di dapatkan data antara
lain BAB encer ±4 kali, konsistensi feces cair bercampur lendir, feces berwarna kuning kecoklatan, klien
juga mengeluh sakit perut, orang tua klien mengatakan anaknya muntah1 kali, orang tua klien
mengatakan klien menolak untuk makan, berat badan sebelum sakit 37 kg, berat badan sat sakit 35 kg,
ND: 102xper menit, SB: 38ºc, RR: 20x per menit, terpasang IVFD RL 28 tpm.
2. Diagnosa
Dalam menegakan diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada kondisi klien saat ini, dan disesuaikan
dengan konsep teori yang ada. Dari hasil analisa data yang di temukan, di rumuskan 3 diagnosa
keperawatan yaitu : diare berhubungan dengan proses infeksi, nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik usus, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang
penyakit.
3. Intervensi
Pada tahap perencanaan kasus diare terdapat beberapa kesenjangan yang terjadi sebagai akibat
perubahan respon klien sebagaimana yang terdapat pada pengkajian. Dengan adanya perubahan
tersebut maka perencanaan yang disusun berubah dengan beberapa penambahan yang disesuaikan
dengan diagnosa yang muncul.
4.Implementasi
Pada tahap pelaksanaan secara umum penulis dapat merealisasikan rencana yang telah di susun
berdasarkan masalah yang muncul pada klien. Hal ini terwujud berkat kerjasama, dukungan, serta sikap
yang koomperatif dari klien, keluarga, perawat ruangan dan profesi kesehatan lain yang ada di ruangan.
5.Evaluasi
Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang di tegakan maka penulis menganalisa
bahwa semua masalah yang di alami klien sudah teratasi. Hal ini dapat terwujud karena tindakan yang
bersifat kausal terhadap sumber penyakit.
B. Saran
Perlunya penambahan jumlah tenaga perawat dan tenaga lainya, agar semua petugas di tiap-tiap
ruangan dapat bekerja sesuai dengan proporsinya masing-masing sehingga perawat di ruangan dapat
memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien-pasien dengan kasus diare.
Institusi Pendidikan
Pendidikan lebih meningkatkan pengayaan, penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan bagi
mahasiswanya, penambahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keterampilan mahasiswa
dalam segi knouladge, afektif dan psikomotorik serta skilstation,
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat dan peneliti selama proses pemberian asuhan
keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan baik bagi diri, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
Peneliti
Merupakan pengalaman yang tak terhingga yang dapat meningkatkan secara khusus kualitas peneliti
sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Akper, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Akper Pemda Tolitoli, 2012
Doenges, M.E., Moorhause, M.F., Geissler, A.C.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3, Jkarta EGC :
Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC, ed. 7 jakarta EGC,2007
Mansyoer Arif. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, 1999, edisi 2 Jilid 1 – 2.
www.gooogle.com(http://adf.Iy/1487760/banner/http://mydocumentku.blogspot.com/2012/06/kti-
diare.html)/29-07-2012
www.google.com (http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/kti-keperawatan-anak-dengan-
diare.html)12/10/07
http://www.google.com(http://skripsikti.blogspot.com/2011/07/kti-gambaran-kejadian-diare-
balita.html)12/10/07
www.google.com(http://suryaadinata.2011.proposaldiaretakasima.blogspot.comarchive.html)12/10/07
www.google.com(Hendra_tolen,2012http://2012.cityselatiga.blogspot.com/2012/05/penyakit–
diare.htm)12/10/07
PENYAKIT DIARE
OLEH:
WAHYUDDIN A TAHIR
NIM : 09096
AKADEMI KEPERAWATAN
TOLITOLI
2012
SATUAN ACARA PENYULUHAN DIARE
Waktu : 25 menit
TUJUAN
Setelah di berikan penyuluhan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit diare .
Setelah di lakukan penyuluhan di harapkan pasien dan keluarga mampu menyebutkan atau megerti:
MATERI PENYULUHAN
Pegertian diare
Penyebab diare
METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya jawab
leaflet
Menyampaikan tujuan
Menjelaskan penyebab
diare
Menjelaskan cara
mengatasi diare
Menjelaskan cara
mencegah penyakit
diare
Menutup penyuluhan
(memberikan salam
– menjawab salam
MATERI PENYULUHAN
DIARE
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari dengan/tanpa darah dan atau lendir dalam
tinja.
Awal : cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, timbul
diare. Tinja menjadi cair, bisa mengandung darah dan/atau lendir, anus dan sekitarnya lecet.
Muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila banyak kehilangan cairan dan elektrolit
terjadilah dehidrasi. Berat badan menurun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, mata cekung, denyut nadi sangat cepat.
Berikan banyak cairan dari biasanya. Gunakan cairan rumah tangga (CRT) seperti oralit, makanan cair
(sup, air biasa, air tajin) atau larutan gula garam.
Catatan: 1 bungkus
oralit = 1 gelas = 200 ml. Perkiraan oralit untuk kebutuhan 2 hari.
Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun, anak lebih tua berikan beberapa teguk.
Bila anak muntah, tunggulah 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit.
Dibuat dengan cara air matang sebanyak 5 gelas dicampur dengan 8 sendok teh gula dan ½ sendok teh
garam.
untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, diberikan susu selama 2 hari.
Beri makanan untuk cegah gizi : teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan :
Segera bawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut :
Muntah berulang-ulang
Demam
Tinja berdarah
Bagaimana Cara Mencegah Diare.
Mencuci tangan.
Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal 2 tahun pertama, meningkatkan status gizi, dan imunisasi