Anda di halaman 1dari 74

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat pernyataan benar-benar telah melakukan penelitian

Lampiran 2 : Surat izin permintaan data Di Rumah Sakit Mokopido Tolitoli

Lampiran 3 : Surat permoohonan izin pengambilan kasus

Lampiran 4 : Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) penyakit diare

Lampiran 5 : Daftar Riwayat Hidup Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Pembangunan di bidang kesehatan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun
1992 merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dengan tujuan tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional, yaitu untuk mempercepat terwujudnya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, bangsa Indonesia mencanangkan cita-cita Indonesia Sehat
2010 antara lain programnya adalah pemberantasan penyakit menular yang salah satunya adalah
penyakit diare. Berbagai upaya kesehatan berupa peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) dilaksanakan secara utuh, menyeluruh
dan berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat (Depkes RI,1999).

Diare : keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-
anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja (Ngastiah, 1998).

Penyakit diare merupakan suatu penyebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada
anak dimana gejala utamanya yaitu cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, dan nafsu makan
menurun. Dimana faktor penyebab dari penyakit ini diantaranya adalah kesehatan lingkungan, keadaan
gizi, faktor sosial dan ekonomi. Pada anak dengan Diare dapat menyebabkan kekurangan cairan akibat
BAB terus menerus, muntah, dan evaporasi. Jika tidak diatasi segera akan mengakibatkan dehidrasi dan
renjatan hipovolemik syok dan bisa berdampak buruk yaitu kematian yang cepat. Hal ini disebabkan
daya tahan tubuh anak dan kompensasi anak terhadap suatu penyakit belum sempurna, sehingga
meningkatkan motalitas usus, sekresi dan osmotik sistim
pencernaan.(http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/ktikeperawatan-anak-dengan-diare.html)

Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga
di negara maju. Penyakit gastroenteritis masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan
penderita yang banyak dalam waktu singkat. (Nursalam,2005).

Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden
diare tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di USA dengan penduduk
sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare setiap tahunnya menempati peringkat ketiga dari
daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, WHO memperkirakan ada sekitar 4 milyar kasus diare
setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, berarti setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang
pertahunnya. Penyakit diare berada pada urutan ketiga dengan pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit
utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama dari
kematian,(http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/kti-keperawatan-anak-dengan-diare.html)

Di Indonesia berdasarkan hasil survei awal dilapangan kasus diare pada tahun 2008 di Kabupaten
Sambas terjadi 12.961 kasus pada semua golongan umur (23 per 1000 penduduk). Di Sulawesi tengah
khususnya di Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli berdasarkan data dari Medical Record RSU
Mokopido Tolitoli pada tahun 2010 tercatat jumlah penderita diare yaitu sebanyak 391 penderita untuk
semua golongan umur. Pada tahun 2011 jumlah penderita diare yaitu 371 penderita dimana terdiri dari
100 orang penderita dewasa dan 271 penderita anak. Sedangkan untuk bulan januari sampai dengan
bulan juli 2012 jumlah penderita adalah 119 yang terdiri dari 29 dewasa dan 90 penderita dari kalangan
anak-anak.

Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang diuraikan diatas maka perlunya penanganan
masalah diare secara maksimal salah satunya adalah dengan pemberian asuhan keperawatan oleh
karena pasien diare cenderung mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang
mana keaadaan tersebut dapat mengancam kehidupan pasien sehingga pemberian asuhan keperawatan
yang cepat, tepat dan efisien dapat membantu menekan angka kejadian dan kematian pasien diare.
Keadaan ini mendorong minat peneliti untuk meneliti penerapan Asuhan Keperawatan Pada An.M
dengan kasus diare di Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan
Pada An M Dengan kasus Diare Di Ruang Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli ”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan secara komprehensif Asuhan Keperawatan pada pasien An M


dengan kasus Diare di ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli.

Tujuan Khusus

Karya tulis ini di buat untuk :

Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di
Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli

Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai
Anak RSU Mokopido Tolitoli

Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak
RSU Mokopido Tolitoli
Mampu melaksanaan implementasi keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan
Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli

Mampu melakukan evaluasi pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU
Mokopido Tolitoli

D. METODE PENELITIAN

Study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan tahap pengkajian dengan cara :

Wawancara langsung dengan Tanya jawab pada klien dan keluarganya.

Obsevasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan asuhan keperawatan

Melakukan pemeriksaan fisik

Yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang spesifik tentang penyakitnya melalui
pemeriksaan secara (head to toe)

Study dokumentasi

Pengumpulan data dengan melihat catatan atau dokumentasi keperawatan yang diperoleh melalui
dokumen medik

Study perpustakaan yaitu mempelajari buku, literatur dan data– data yang ada relevansinya dengan
karya tulis ilmiah ini

E. MANFAAT PENELITIAN

Bagi institusi Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus diare dan meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.

Institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan,
khususnya Asuhan keperawatan pada klien dengan kasus diare.

Bagi keluarga pasien


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan
tentang penyakit diare di masyarakat sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian penderita
diare

Bagi peneliti

Sebagai pengalaman berharga dan tak terhingga serta dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam bidang asuhan keparawatan (ASKEP). Menambah wawasan peneliti mengenai
penyakit diare itu sendiri

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Diare

1. Pengertian

Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. (Hipocrates, 1985).

Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer dengan frekwensi lebih
banyak dari pada biasanya (di bagian ilmu kesehatan anak FKUI RCCMC).

Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak-anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Ngastiah, 1998).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair, setengah
padat dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari pada biasanya (normal 100 – 200 ml)
pertinja (Saifullah Noer, 1998).

Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO 1980 dikutip dari mansjoer
arief, dkk 1999)

Dari ke 4 pengertian diare tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa diare adalah buang air
besar/defekasi yang tidak normal pada bayi lebih dair 4 kali dan lebi dari 3 kali

pada anak dengan konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah, atau lendir saja.
2. Penyebab / Etiologi

Diluar usus infeksi diluar usus tubuh manapun seperti pneumonia, infeksi telinga, tonsillitis dapat
menyebabkan mencret dalam stadium yang biasanya ringan.

Didalam usus penyebab diare paling sering pada anak kecil adalah infeksi dengan berbagai bakteri ini
dapat terjadi karena infeksi oleh organisme disentri basiler, bakteri disamping virus dan protozoa. Yang
paling sering dijumpai dalam jumlah besar yang berasal dari lingkungan kotor. Anak yang kurang gizi
amat rentan dalam periode bebas diare.

c. karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi


glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Malabsorbsi lemak

Malabsorbsi protein

Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.

Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare di bagi menjadi dua, yaitu :

1) Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh virus, kuman patogen dan apatogen, hiperperistaltik usus
halus akibat kimia atau bahan makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dan
defisiensi imun terutama IgA sekretonik.

2) Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein (KPK),
atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

3. Patofisiologi

Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri menghasilkan toksin yang
mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan air dan elektrolit kedalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat
makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).
4. Tanda dan Gejala

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena setiap defekasi tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat didahului dengan diare atau
tampak muntah dan disebabkan karena lambung meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu turgor kulit menurun, mata cekung dan ubun-ubun
menjadi cekung (pada bayi). Terjadinya renjatan hipovolemik harus di hindari. Kekurangan cairan akan
menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta
suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebkan frekwensi
pernapasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka
denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit pada anak) tekanan darah menurun sampai tidak terukur,
pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstermitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium
akan menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga jika
kekurangn cairan tidak segera di atasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubuler.(mansjoer arief
dkk.)

Secara klinis diare karena infeksi akut di bagi menjadi dua golongan. Pertama koleriform dengan diare
yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua, desentriform, padsa diare didapatkan lendir kental dan
kadang-kadang darah. (mansjoer arief dkk.)

5. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah sebagai berikut :

Rehidrasi cairan

1) Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi
rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian
mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).

Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui diare dan/muntah
(previous water loses= PWL), ditambah dengna banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan
pernafasan (normal water loses=NWL), dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja
dan muntah yang masih terus berlangsung (concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung pada
derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur. (mansjoer arief dkk.)

a) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.

Table 2.1. anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg)


No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah

1. Ringan 50 100 25 175

2. Sedang 75 100 25 200

3. berat 125 100 25 250

b) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.

Table 2.2. anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg)

No. Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

1. Ringan 30 80 25 175

2. Sedang 50 80 25 155

3. berat 80 80 25 185

c) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur>15 tahun (BB 15-25 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.

Table 2.3. anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg)

No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah

1. Ringan 25 65 25 115

2. Sedang 50 65 25 140

3. berat 80 65 25 170

Table2.4. penilaian derajat dehidrasi

No. Penilaian A B C

1. Lihat : kedaan Baik, Gelisah, Lesu, lunglai,


umum sadar atau tidak
rewel sadar
2. Mata Normal Cekung Sangat
cekung

3. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

4. Mulut dan lidah basah kering Sangat kering

5. Rasa haus Minum Haus, ingin Malas minum


biasa tidak minum atau tidak
haus banyak bisa minum

6. Periksa : turgor Kembali Kembali Kembali


kulit cepat lambat sangat
lambat

7. Hasil pemeriksaan Tanpa Dehidrasi Dehidrasi


dehidrasi ringan/sedang berat

Bila ada 1 Bila ada 1


tanda di tanda di
tambah 1 tambah 1
tanda atau atau lebih
lebih tanda tanda lain
lain

Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

(1) Diare dehidrasi ringan

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan 5% dari berat badan. Pada diare
dengan dehidrasi ringan sudah Nampak tanda-tanda kekurangan cairan yaitu penderita kekurangan
nafsu makan dan aktifitasnya menurun. Cairan untuk pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini
adalah elektrolit oral melalui mulut dengan formula lengkap.

(2) Diare dengan dehidrasi sedang

Diare dengan dehidrasi sedang ditandai dengan kehilangan cairan 6–10% berat badan. Kasus ini
memerlukan perhatian yang lebih khusus, pemberian oralit pada penderita hendaknya dilakukan
petugas kesehatan dari sarana kesehatan dan penderita perlu diawasi beberapa jam lamanya (4-6 jam).
Kalau penderita sudah baik keadaannya boleh pulang dengan dibekali beberapa bungkus oralit.
Sedangkan kalau jatuh kedalam berat harus diupayakan pemberian cairan secara parenteral. Bagi
penderita yang boleh pulang agar diberi penyuluhan kepada orang tuanya mengenai cara melarutkan
dan pemberian oralit, juga agar ditekankan bahwa pemberian oralit adalah pengganti cairan yang hilang
bukan untuk menghentikan diarenya dengan segera.

(3) Diare dengan dehidrasi berat

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali
disertai dengan muntah. Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan. Di masyarakat disebut
dengan muntaber. penderita harus mendapat cairan infus sebagai berikut :

(a) Macam cairan yang dipakai

Ringer laktat merupakan pilihan utama perhatikan khusus untuk penderita neonatus. Penderita diare
dengan penyakit berat seperti kekurangan kalori protein, pneumonia, kelainan jantung dan sebagainya.
Dalam keadaan tertentu (dimana ringer laktat tidak tersedia) dapat digunakan cairan (Half Sterngth
Dorrow Glukosa).

(b) Cairan peroral

Cairan dehidrasi oral dengan formula lengkap cairan yang mengandung 4 komponen yaitu : NaCl, KCl,
NaHCO3 atau Na Sitrat dan glukosa atau pengganti cairan. Formula ini dikenal dengan nama larutan
oralit dan diberikan bila sudah timbul tanda-tanda dehidrasi dan cairan formula rehidrasi tidak lengkap
(sederhana) cairan yang mengandung paling sedikit 2 komponen yaitu NaCl dan glukosa atau
penggantinya seperti makanan dan minuman yang ada di rumah termasuk disini larutan gula garam dan
air tajin. Fungsi glukosa pada cairan dehidrasi oral baik pada formula legkap atau tidak lengkap sebagai
penarik air dan elektrolit kedalam cairan intraseluler menggantikan cairan penghilang karena diare dan
muntah.

(c) Cairan parenteral

Pada umumnya cairan yang digunakan adalah Ringer Laktat (RL). Mengenai pemberian cairan sebanyak
beberapa yang harus diberikan tergantung pada berat ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan dengan berat badannya serta berat badan masing-masing anak dan golongan umur
klien.

Makanan harus di teruskan bahkan di tingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk status gizi

Bayi yang mendapatkan ASI sebelumnya jangan dihentikan.

Bayi yang sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan susu formula.

Antibiotik dan antiparasit tidak boleh di gunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan
usus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada:

1) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis

2) Suspek kolera dengn dehidrasai berat


3) Diare perisisten

Obat-obat anti diare meliputi anti motilitas (misalnya loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adrosben
(misalnya norit,kaolin, attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak semua
obat-obat ini mempunyai efek yang nyata terhadap diare dan beberapa malahan mempunyai efek
berbahaya . obat-obat ini tidak boleh di berikan untuk anak <5 tahun.

6. Komplikasi

Akibat dari diare/kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebaga berikut :

Dehidrasi (ringan, sedang, berat hipotonik, isotonik dan hipertonik).

Renjatan hipovolemik

Hipokalemia (dengan gejala metorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan


elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa.

Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energy proretin (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)

7. Pemeriksaan diagnosis

a. Pemeriksaan tinja : mikroskopis, pH, dan kadar gula jika di duga ada intoleransi gula (sugar
intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai
antibiotika (pada diare persisten).

Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, AGG dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P seru pada
diare yang disertai kejang).

Pemeriksaan ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kuantitatif terutama
pada diare kronik.

Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan di curigai adanya infeksi sistemik
8. Pencegahan

Pemberian ASI saja dengan umur 4-6 bulan

Mencuci tangan sebelum dan susudah makan

Membuang tinja secara benar

Jangan makan sembarang makanan

Menggunakan air bersih dan dimasak untuk minum

Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal dua tahun pertama dan mampertahankan status gizi dan
imunisasi.

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Pengertian

Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran
panjang (cm, inchi), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan.

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, walaupun demikian seorang
anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan,
bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang yang mendapat
tugas untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor yang dapat
dirubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi
yaitu faktor lingkungan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sebagai
berikut:
Faktor Keturunan/Herediter

1) Seks

Kecepatan pertumbuhan dan perkembangam pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki.

2) Ras

Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih besar dibanding anak Asia.

Faktor Lingkungan

1) Lingkungan Eksternal

Kebudayaan, Status sosial ekonomi keluarga, Nutrisi, Penyimpangan keadaan sehat, Olah raga, Urutan
anak dalam keluarga.

2) Lingkungan Internal

a) Intelegensi

Pada umumnya anak yang mempunyai integensi tinggi, mempunyai perkembangan lebih baik.

b) Hormon

Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu: Somatotropin, hormon yang
mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa pertumbuhan. Berkurangnya hormon
ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan tulang. Berkurangnya
hormon ini dapat menyebabkan kreatinisme; Hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan
merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoid. Sedangkan estrogen
merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur: kekurangan homon
gonadotropin dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.

c) Emosi

Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti dengan ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru
akan memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Cara anak
berinteraksi dalam keluarga akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila keinginan anak
tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan tertentu dapat memberi pengaruh terhadap
tahap perkembangan selanjutnya.

Pelayanan Kesehatan Yang Ada Di Sekitar Lingkungan

Dengan adanya pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak, karena dengan anak diharapkan dapat terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat
segera diketahui sedini mungkin serta dapat dipecahkan/dicari jalan keluarnya dengan cepat.
2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan

Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar
bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah
ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individual.

Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan
pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal di bawah ini:

Directional trends

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien
atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:

1) Cephalocandal atau Head to tae (dari arah kepala ke kaki)

Misalnya: mengangkat kepala dulu kemudian mengangkat dada dan menggerakkan ekstremitas bagian
bawah.

2) Proximodistal atau Near to Far Direction (Menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat) Misalnya: bahu dulu baru jari-jari.

3) Mass to specific atau simple to complex (Menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru
kemudian daerah yang lebih kompleks) Misalnya: mengangkat bahu dulu baru kemudian menggerakkan
jari-jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan batu bisa memainkan jarinya.

Prinsip-prinsip tersebut berjalan, sejalan tidak dipengaruhi materi dan sebagainya tetapi cepat
lambatnya dapat dipengaruhi.

Sequential Trends

Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui, maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat
diprediksi. Dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap
fase ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya, Misalnya: tengkurap – merangkak; berdiri –
berjalan.

Sensitive Period

Ada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh – kembang dimana anak berinteraksi, terutama
dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik, Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :

1) Masa Kritis

Yaitu masa yang apabila tidak di rangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat di gantikan pada
masa berikutnya.

2) Masa Sensitif
Mengarah pada perkembangan dan microorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya
menderita flu maka kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/ ancepalitis.

3) Masa optimal

Yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3
tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut
dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal.

Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak. Misalnya:

a) Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya

b) Ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya

c) Dan sebagainya

3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan serta laju tumbuh kembang
yang berlainan diantara organ-organ.

Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan berbeda antara anak yang
satu dengan yang lain.

Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf.

Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.

Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunteer
tercapai.

Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya ada yang badannya lebih dulu berkembang
kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan sebagainya

4. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja

Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu ” milestone” yang merupakan
tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Berdasarkan Hasil
Rapat Kerja UKK pediatrik Sosial di Jakarta, Oktober 1986, yaitu :
Masa Pranatal

1) Masa Mudigah/embrio : konsepsi – 8 Minggu

2) Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir.

Masa bayi : 0-28 hari

1) Masa Neonatal : 0 – 28 hari

a) Masa Neoratal dini : 0 – 7 hari,

b) Masa Neonatal lanjut : 8 – 28 hari.

2) Masa pasca Neonatal : 29 hari – 1 tahun

Masa Toddler : usia 1 – 3 tahun

Masa Pra Sekolah : Usia 3 – 6 tahun

Masa Sekolah : Usia 6 – 18/20 tahun

Masa Pra remaja : usia 6 – 10 tahun

Masa Remaja :

1) masa remaja dini

a) wanita usia : 8 – 13 tahun,

b) pria usia : 10 – 15 tahun,

2) Masa remaja lanjut

a) Wanita usia :13 – 18 tahun,

b) Pria usia :15 – 20 tahun.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diare

Dalam asuhan keperawatan pada kasus diare yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

Pengkajian pada penyakit diare

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien
tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan
dan pola pertahanan pasien serta memudahkan perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan

menurut Carpenito (2000) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah : “Pernyataan yang


menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat menggunakan proses
keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan, untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah klien yang ada pada
tanggung jawabnya”.

Doenges (1999) diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Label diagnosa
keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses
keperawatan.

NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap mesalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi
tanggung gugat perawat.

Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala-gejala yang
ada yakni :

1) Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus (doenges, Ed 3 1999)

2) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya melabsorbsi usus.

3) Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan dengan dehidrasi.

4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
kurang.

5) Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang penyakit.

6) Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus (doenges, Ed 3 1999)

7) Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan BAB yang terus menerus.

8) Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB.

9) Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi disekitar daerah anus.

10) Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient.(doengoes 1999)

11) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.(doengoes 1999)
Rencana Tindakan / Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1

Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus

Tujuan : maningkatkan fungsi usus, mendekati normal

Intervensi :

1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah kaluaran faces.

2) Tingkatkan tirah baring, dekatkan alat-alat di samping tempat tidur.

3) Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan minuman jernih,

4) hindari minuman dingin.

5) Observasi TTV

6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Rasional :

1) membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode penyakit

2) istirahat menurunkan motilitas dan menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan
adalah komplikasi.

3) Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan atau
cairan. Makan kembali secara bertahap, cairan mencegah keram dan diare berulang.

4) Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan.

5) Mengobati infeksi suparif lokal.

Diagnose keperawatan 2

Gangguan keseimbangan cairan elektrolit.

Tujuan : Volume cairan teratasi.

Intervensi :

1) Kaji tanda – tanda dehidrasi

2) Beri air gula jika klien muntah

3) Beri sesering mungkin sesuai


4) Penatalaksanaan pemberian infus

Rasional :

1) Mengetahui penyebab defisit volume cairan sehingga segera melakukan tindakan.

2) Air gula dapat menekan peningkatan asam lambung.

3) ASI merupakan makanan penting untuk anak/bayi.

4) Cairan infus sangat baik, penting bagi yang mengalami defisit volume cairan karena cairan langsung
masuk ke pembuluh darah.

Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan keseimbangan suhu tubuh hyperthermia.

Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh normal.

Intervensi :

1) Observasi vital sign.

2) Beri kompres hangat.

3) Ganti pakaian klien yang tipis dan menyerap keringat.

4) Beri minum banyak

5) Penatalaksanaan pemberian anti piretik.

Rasional

1) Perbaikan vital sign merupakan indikasi dalam menentukan tindakan selanjutnya.

2) Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah menyebabkan terjadinya penguapan
sehingga membantu menurunkan suhu tubuh.

3) Baju yang tipis dan menyerap keringat membuat klien merasa cerah sehingga memberikan
kenyamanan pada klien.

4) Obat antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh.

Diagnosa Keperawatan 4

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi
1) Siapkan makanan dalam keadaan hangat.

2) Beri makan sedikit tapi sering

3) Anjurkan pada orang tua klien untuk menghindari makanan yang berasa asam dan merangsang.

4) BAB tiap hari

5) Beri nutrisi diet lunak

Rasional

1) Makanan yang hangat dapat merangsang selera makan klien.

2) Membantu mengurangi kerja lambung dan usus, peningkatan asupan nutrisi.

3) Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan meningkatkan pH lambung.

4) Penurunan berat badan akan menunjukkan klien masuk kategori dehidrasi.

5) Membantu mengurangi beban kerja lambung dan usus.

Diagnosa Keperawatan 5

Kecemasan orang tua

Tujuan :Kecemasan teratasi.

Intervensi

1) Kaji tingkat kecemasan orang tua/klien

2) Berikan informasi yang adekuat tentang penyakit yang diderita klien.

3) Memberi HE kepada keluarga tentang pencegahan dan perawatan diare.

4) Memberikan dorongan spiritual kepada keluarga klien.

Rasional

1) Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami oleh orang tua klien.

2) Informasi yang adekuat akan membantu keluarga menenangkan dan mengurangi kecemasan.

3) Menambah pengetahuan dalam pencegahan penanganan.

4) Dorongan spiritual memberi ketenangan jiwa dan hati.

Diagnosa keperawatan 6
Gangguan rasa nyaman nyeri

Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi

1) Kaji tingkat nyeri

2) Observasi tanda-tanda vital

3) Penatalaksanaan pemberian analgetik.

Rasional

1) Mengetahui sejauh mana tingkat nyeri mempengaruhi keadaan klien sehingga memudahkan dalam
pemberian intervensi.

2) Vital sign merupakan indikator dalam melakukan tindakan selanjutnya.

3) Analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri.

4) Mengatur posisi klien nyaman/lutut fleksi

Diagnosa Keperawatan 7

Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial

Tujuan :Infeksi nosokomial tidak terjadi.

Intervensi

1) Bila klien BAB secepatnya dibersihkan dengan menggunakan handschoen.

2) Ganti alat tenun yang kotor

3) Cuci tangan sebelum dan sesudah meneteki.

Rasional

1) Memakai handschoen untuk mencegah terjadinya penularan pada orang lain.

2) Agar tidak terjadi tempat berkumpulnya dan berkambang biak bakteri.

3) Merupakan tindakan septik dan antiseptik yang dapat mencegah penularan.

Diagnosa Keperawatan 8

Gangguan pemenuhan istirahat tidur


Tujuan :Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi

Intervensi

1) Kaji pola tidur klien

2) Ajar posisi klien sesuai dengan kebutuhan klien.

3) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman

4) Penatalaksanaan pemberian obat sedatif.

Rasional

1) Mengetahui sejauh mana perubahan pola tidur yang dialami klien.

2) Posisi yang sesuai dengan keinginan klien merangsang untuk tidur.

3) Lingkungan yang tenang dan nyaman membantu klien untuk istirahat.

4) Obat sedatif sebagai obat penenang

Diagnosa Keperawatan 9

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit.

Tujuan :Integritas kulit terpelihara dengan baik.

Intervensi

1) Observasi kemerahan eksplorasi pada daerah kulit.

2) Gunakan krem kulit 2 x /sehari setelah mandi.

3) Beri alas pada daerah bokong dan anus.

4) Anjurkan pada ibu agar selalu menjaga kebersihan daerah bokong dan anus.

5) Gunakan tehnik septik dan antiseptik saat mengganti popok.

Rasional

1) Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.

2) Memberi rasa nyaman pada klien.

3) Untuk mencegah terjadinya iritasi kulit karena lembab.

4) Memberikan informasi yang adekuat dan menambah pengetahuan ibu.


Diagnosa 10.

Nutrisi,perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrient

Tujuan :menunjukan berat badan yang stabil atau meningkatkan berat badan sesuai sasaran dengan
nilai laboratorium normal dan tidak ada malnutrisi

intervensi :

1) Timbang berat badan tiap hari

2) Dorong tirah baring dan/pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.

3) Anjurkan istirahat sebelum makan

4) Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi yang
tidak terburu-buru.

Rasional

1) Membuktikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.

2) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

3) Menenangakan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.

4) Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif untuk makan.

Diagnosa ke 11

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Tujuan Menyatakan pemahaman proses penyakit, dan pengobatan

Intervensi

1) Tentukan persepsi pasien dan keluarga tentang penyakit

2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejalah dan
mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung.

Rasional

1) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.


2) Faktor pencetus/pemberat individu; sehingga kebutuhan pasien untuk waspada terhadap
makanan, cairan, dan faktor pola hidup dapat mencetuskan gejala.

4. Implementasi

Implementasi adalah langkah keempat dari proses keperawatan dimana merupakan realisasi dari
rencana keperawatan yang telah disusun, dan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus
bekerjasama dengan klien, keluarga dan petugas kesehatan lainnya.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana perawatan atau
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pasien.

Tujuan evaluasi

1) Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan.

2) Menilai keefektifitasan rencana atau strategi asuhan keperawatan

Hal-hal yang dievaluasi

1) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif.

2) Apakah perubahan perilaku pasien seperti yang diharapkan.

Penafsiran hasil evaluasi

1) Tujuan tercapai.

2) Tujuan sebagian tercapai.

3) Tujuan sama sekali tidak tercapai.

BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data umum

Identitas Klien

Nama : An.M

Umur : 12 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Suku/Bangsa : Sanger / Indonesia

Alamat : Kelurahan Panasakan

Tanggal/jam MRS : 20-07-2012/23.00 wita

Tanggal/jam pengkajian : 21-07-2012/10.00 wita

No. Register : 070061

Diagnosa Medis : DIARE

Identitas Orang Tua

Nama : Tn. M

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Suku/Bangsa : sanger/Indonesia

Alamat : kelurahan panasakan

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan klien : Ayah (orang tua)

Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : BAB encer lebih dari 7 kali sehari

Riwayat keluhan utama


Klien masuk rumah sakit dengan keluhan buang air besar encer lebih dari 7 kali di rumah dan muntah 1
kali, sejak 3 hari sebelum klien di bawah ke RS orang tua klien mengatakan awalnya keluhan klien di
rasakan karena klien terlalu banyak makan mangga. Dan orang tua klien hanya memberikan obat-
obatan yang dibeli diapotik, namun tidak ada perubahan. karena kawatir akan kondisi anaknya orang tua
klien memutuskan untuk membawa klien ke RSU Mokopido tolitoli pada tanggal 20-07-2012, jam 23.00
wita

Keluhan saat dikaji

Ayah klien mengatakan anaknya sudah BAB encer bercampur lendir ± 4 kali sejak pagi hari , klien
mengatakan Nafsu makan tidak ada, orang tua klien mengatakan anaknya muntah 1 kali, klien juga
mengatakan bahwa perutnya terasa sakit, sakit seperti melilit, dirasakan pada seluruh bagian perut,
nyeri di rasakan hilang timbul, skala nyeri 6.

Riwayat kesehatan masa lalu

1) Menurut orang tua klien pada umur 9 tahun klien pernah masuk rumah sakit dan di rawat inap di
ruang Anggrek dengan kasus DBD, orang tua klien juga mengatakan bahwa anaknya alergi terhadap
telur dan mie instan namun tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan.

2) Orang tua klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular atau
alergi terhadap makanan dan obat-obatan

Riwayat kesehatan keluarga

1) Orang tua klien mengatakan dulu adik dari ibunya pernah menderita berak-berak namun tidak
sampai di rawat di RS, orang tua klien juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
menderita alergi makanan dan obat-obatan.

2) Genogram 3 generasi

A B

C
D

Gambar 3.1 Genogram 3 Generasi An. M


Keterangan :

:laki-laki A : Orang tua ayah klien

:perempuan B : Orang tua ibu klien

:tinggal serumah C : Saudara ayah klien

:klien D : Saudara ibu klien

:menikah E : orang tua klien

F : saudara klien

Pola menejemen kesehatan dan persepsi kesehatan

Tingkat pengetahuan tentang penyakit yang derita

Keluarga klien mengatakan tidak mengetahui dengan pasti tentang penyakit yang di derita anaknya.
Mereka hanya mengetahui bahwa anaknya sakit perut dan berak-berak.

Perilaku untuk mengetahui masalah kesehatan/penyakit

Keluarga hanya memberikan obat entrostop yang di beli di apotik.

Data psikososial

Menurut ibu klien, klien biasa bermain dengan teman-teman sekolahnya dan teman-teman di sekitar
lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan klien dan orang tua klien dengan tenaga kesehatan baik.

Ibu klien merasa khawatir dengan penyakit anaknya karena anaknya berak-berak dan muntah tetapi ibu
selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh. Ekspresi wajah orang tua klien cemas. Orang tua kooperatif
terhadap akan semua tindakan yang dilakukan.

Riwayat spiritual

Orang tua klien beragama kristen. Klien biasa menjalankan ibadah remaja dan ibadah setiap hari
minggu.

Pola kegiatan sehari-hari


Tabel 3.5. Pola kegiatan sehari-hari An.M dengan kasus diare derajat ringan diruang teratai anak RSU
Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012

No Kegiatan Sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit

1 Nutrisi :

Jenis makanan nasi + lauk pauk Bubur + lauk pauk

Pola makan Teratur Teratur

Frekwensi 3 x sehari 3 x sehari

Porsi 1 piring dihabiskan Tidak dihabiskan 2-5

Nafsu makan Baik sendok (1/4 porsi)

2 Minum :

Frekwensi minum Sering Sering

Pola minum Air putih, susu, teh Air putih, susu, teh

Jenis minum Air putih, susu Air putih, susu

Jumlah minuman 250 cc – 500 cc 250 cc – 500 cc

3 Eliminasi

BAK :

Frekwensi 4 – 5 x/sehari 3 – 4 x/sehari

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Bau Amoniak Amoniak

BAB :

Frekwensi 1 – 2 x/hari 4 x/hari

Warna Kuning Kuning kecoklatan

Konsistensi Lunak Encer, berlendir, berampas


Lanjutan tabel 3.5. pola kebiasaan sehari-hari An M kasus diare derajat ringan diruang teraratai anak
RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012

No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit

4 Pola istirahat (tidur)

Tidur malam Jam 22.00 s/d 06.00 Jam 21.00 s/d


05.00
Jam 14.00 s/d 15.30
Jam 11.00 s/d
Tidur siang 14.00

5 Personal Hygiene

Mandi 2 x sehari Belum pernah

2 x sehari

3 x seminggu

Gosok gigi Setiap mandi

Cuci rambut

Ganti pakaian

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital :

Suhu : 38oc

Nadi : 102 x/menit

RR : 20 x/menit

BB sebelum masuk RS : 37 kg

BB masuk RS : 35 kg
BB ideal : 2n+9 (n=umur)

2×12+9=33

= 33 kg

Head to toe

1) Kepala dan wajah

Inspeksi : Bentuk kepala bronchiocepalus,Rambut warna hitam,Rambut lurus.wajah terlihat pucat,


wajah klien terlihat meringis Tidak ada oedema pada wajah, ada bercak-barcak putih (teniapersikolor)
pada wajah klien.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa,Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada oedema

2) Mata

Inspeksi : Kedua mata simetris kiri kanan,Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterus, reaksi pupil
terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil simetris kiri kanan, Mata tidak cekung, Tidak ada tanda-tanda
peradangan pada konjungtiva

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, Tekanan bola mata seimbang kiri kanan fungsi
penglihatan baik, lapang pandang normal.

3) Hidung

Inspeksi : Bentuk lubang hidung simetris kiri kanan, Tampak ada pengeluaran cairan dari hidung,
Mukosa hidung hiperemis, Tidak ada pernapasan kuping hidung, tidak ada deformitas pada tulang
hidung.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, sinus
edmodalis dan sinus frontalis, fungsi penciuman baik

4) Telinga

Inspeksi : Tidak ada pengeluaran cairan dari telinga,Tidak ada tanda-tanda radang pada
telinga,Keadaan telinga luar bersih, serumen tidak ada, Membran tympani utuh.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada tulang mostoideus fungsi
pendengaran baik

5) Mulut/Tenggorokan

Inspeksi : Selaput mukosa mulut Nampak kering, Lidah tidak kotor, Fungsi mengecap dan
mengunyah baik,Tonsil tidak meradang, mukosa bibir lembab
Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan.

6) Leher

Inspeksi : Tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada leher.

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba denyut nadi karotis dua jari lateral sinistra
adam apel.

7) Dada dan paru-paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri kanan,Pengembangan dada seimbang mengikuti alur nafas,
Frekuensi pernafasan 20 x/menit, Jenis pernafasan dada,tidak ada retraksi dinding dada.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada masa pada dinding dada.

Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada area paru-paru

Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan.

8) Jantung

Inspeksi : bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada salah satu dinding dada.

Auskultasi : Terdengar Bj I “ lup “ pada ICS 2 dan 3

Terdengar Bj II “ dup “ pada ICS 4 dan 5

Perkusi : terdengar suara pekak pada area dada sebelah kiri.

Palpasi : teraba denyut jantung apeks pada ICS 5 dan 6

9) Abdomen

Inspeksi : Permukaan perut datar,Tidak ada lesi,Tidak ada hipo / hiperpigmentasi kulit, Tidak nampak
dalam keadaan acites.

Auskultasi : Peristaltik usus 24 x/menit, Bising usus (+).

Perkusi : Terdengar bunyi hypertimpani

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, Turgor kulit menurun ,Tidak teraba adanya pembesaran limpa,
Tidak teraba adanya massa.

10) Genetalia/Anus

Inspeksi : tanpak adanya kemerahan

11) Ekstremitas
Ekstremitas Atas

Inspeksi : Tangan kiri dapat digerakan dengan bebas. Sedangkan tangan kanan terpasang IVFD RL
28 Tpm, Jari-jari kedua tangan lengkap kuku bersih tidak ada oedema dan tanda sianosis,Lengan reflex
bisep baik, trisep baik.

Tonus otot :

5 5

Ekstremitas Bawah

Inspeksi : Kedua kaki dapat digerakan dengan bebas,Jari-jari kedua kaki lengkap,Tidak ada sianosis,Tidak
ada oedema maupun benjolan.

Palpasi : Reflex KPR baik, aciles baik.

Tonus otot :

5 5

Pemeriksaan Penunjang.

pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-07-2012 jam 10.00

Tabel 3.6. hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-07-2012

NO NAMA HASIL SATUAN NILAI NORMAL

1. WBC 19,5 103/µL 5,0-10,0


2. RBC 4,73 103/µL 4,50-5,50

3. HGB 12,7 g/dl 14,0-17,0

4. HCT 38,3 % 40,0-48,0

5. MCV 81,0 103/ µL 82,0-92,0

6. MCH 26,8 g/dl 27,0-31,0

7. MCHC 33,2 g/dl 32,0-36,0

8. RDW 12,4 % 10,0-18,3

9. PLT 331 103/ µL 150-400

10. MPV 4,2 5,0-10,0

b.Therapi/pengobatan pada tanggal 21-07- 2012:

Jenis terapi/obat Dosis

1. cotrimoxazole 2 x 1 tablet/oral

2. Dialac 3 x 1gr/oral

3. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV

4. Ketorolac 2 x 1 amp/IV

5. IVFD RL 28 tetes per menit

Therapi/pengobatan pada tanggal 22-07- 2012


1. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV

2. Ketorolac 2 x 1 amp/IV

3. IVFD RL RL 28 tetes per menit

Therapi/pengobatan pada tanggal 23-07-2012

1. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV

2. IVFD RL 28 tetes per menit

Klasifikasi Data

Data Subjektif

1) Klien mengatakan Buang air besar encer 4 kali sejak tadi pagi

2) Klien mengatakan Warna faces kuning kecoklatan

3) Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan

4) konsistensi faces cair berlendir

5) Ibu klien mengatakan anaknya muntah 1 kali

6) Klien mengatakan perutnya sakit, nyeri di rasakan seperti melilit, nyeri di rasakan di seluruh
bagian perut, di rasakan hilang timbul.

7) keluarga klien mengatakan tidak terlalu mengerti dengan penyakit yang di derita anaknya.

8) Ibu klien mengatakan hanya memberikan obat entrostop yang di beli di apotik.

9) Ibu klien mengatakan badan anaknya lemah

10) Ibu klien mengatakan BB anaknya turun 2 kg


Data Objektif

1) Keadaan umum : lemah

2) Kesadaran : composmentis

3) Ekspresi wajah klien meringis

4) Klien muntah 1 kali

5) Orang tua klien terlihat bingung.

6) Klien menolak untuk makan

7) Bising usus hiperaktif

8) Porsi makan tidak di habiskan (1/4 porsi tidak di habiskan)

9) Terpasang IVFD RL 28 Tpm

10) Terapi oral (cotrimoxazole tablet dan dialac)

11) Peristaltik usus 24 x/mnit.

12) BB sebelum sakit : 37 kg

BB saat sakit : 35 kg

13) Tanda-tanda vital

Suhu : 38 oC

Nadi : 102 x/menit

RR : 20 x/menit

14) Pemeriksaan laboratorium

21-07-2012 jam 10.00

WBC 19,5 103/µL


Analisa Data

Tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal
21/07/2012

No Symton Etiologi Problem

1 Data Subjektif Proses infeksi Diare

– klien mengatakan BAB encer ± 4


kali tadi pagi

– klien mengatakan warna


facesnya kuning kecoklatan

– klien mengatakan perutnya


terasa nyeri

– Konsistensi feces cair

Data Objektif

– keadaan umum : lemah

– kesadaran : composmentis

– BAB encer ± 4

– Ekspresi wajah klien meringis

– Peristaltik usus 24 kali/menit

– Vital sign:

HR : 102 kali/menit

RR : 20 kali/menit

SB : 38ºc
– Terpasang IVFD RL 20 Tpm

– Terapi oral (cotrimoxazole tablet


dan dialac)

– WBC 19,5 103/µ

Lanjutan tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare

diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012

No Symton Etiologi Problem

2 Data Subjektf Hiperperistaltik usus Nyeri

– Klien mengatakan sakit perut,


nyeri di rasakan seperti melilit, nyeri di
rasakan di seluruh bagian perut, di
rasakan hilang timbul.

Data Objektif

– Ekspresi wajah meringis

– Skala nyeri 6

– TTV

HR : 102 x/menit

SB : 38ºc

RR : 20 x/menit

– WBC 19,5 103/µL

Lanjutan tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare

diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012

No Symton Etiologi Problem


3 Data Subjektif Kurang terpajan Kurang
informasi tentang pengetahuan
– Orang tua klien mengatakan penyakit
tidak tahu tentang penyakit anaknya

Data Objektif

– Orang tua klien gelisah dan


bertanya-tanya tentang penyakit
anaknya.

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah

Tabel 3.8. Diagnosa berdasarkan prioritas masalah An.M dengan kasus diare ruang teratai anak RSU
Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012

NO Tgl / Jam Diagnosa keperawatan Paraf

1. 21 Juli 2012 Diare b/d proses infeksi

08.30 WITA (NANDA 2009-2011. Hal 123)

2. 21 Juli 2012 08.30 Nyeri b/d hiperperistaltik usus


WITA
(NANDA 2009-2011. Hal 410)

21 Juli 2012
3.
08.30 WITA
Kurang pengetahuan b/d kurang terpajan
informasi tentang penyakit

(Doenges 1999. Hal 444)

E. PERENCANAAN

Tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
DX
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

I Diare berhubungan Setelah dilakukan Observasi dan catat Membantu


dengan proses infeksi. tindakan keperawatan frekuensi defekasi, membedakan
selam 3×24 jam, diare karakteristik, dan penyakit individu dan
Dengan data : klien hilang dengan jumlah keluaran faces. mengkaji beratnya
DS: kriteria hasil : episode.

Klien mengatakan BAB Frekuensi BAB normal 1 Tingkatkan tirah


encer ± 4 kali sejak tadi kali sehari baring, dekatkan alat-
pagi Faces tidak ada darah alat di samping tempat
Istirahat menurunkan
Klien mengatakan dan lendir tidur.
motilitas dan
perutnya terasa nyeri Nyeri perut tidak ada menurunkan laju
Klien mengatakan metabolisme bila
Tidak ada dehidrasi infeksi atau
fesesnya berwarnah
kuning kecoklatan Vital sign dalam batas
normal

Nd:60-100x/menit

Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGNOSA PERENCANAAN
dx KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

– DO: Rr:12-16x/menit perdarahan adalah


komplikasinya
Ku: lemah Sb:36-37,5ºc

Kesadaran: composmentis
Memberikan istirahat
Ekspresi wajah klien kolon dengan
meringis menghilanghkan atau
Peristaltik usus 24 kali per menurunkan motalitas
menit usus.

Vital sign: Mulai lagi pemasukan


cairan peroral secara
HR : 102 kali/menit bertahap, tawarkan rangsang makanan
atau cairan. Makan
RR : 20 kali/menit minuman jernih kembali secara
bertahap, cairan
SB : 38ºc mencegah keram
Terpasang IVFD RL 20 hindari minuman
Tpm dingin

WBC 19,5 103/mL

Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGANOSA PERENCANAAN
DX KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

I tarapi oral (cotrimoxsazole dan diare berulang.


tablet dan dialac)

Hipotensi, takikardia,
demam dapat
Observasi TTV menunjukan respon
terhadap dan atau
efek kehilangan
cairan.

a.Cefotaxim
mengobati infeksi
suparatif lokal.

b.dialac untuk
Kolaborasi pemberian mencegah dan
obat

Cefotaxim
Dialac

Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGANOSA PERENCANAAN
DX KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

memelihara fungsi
saluran pencernaan

Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGANOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN


DX
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

II Nyeri berhubungan dengan Setelah di lakukan Kaji skala nyeri


hiperperistaltik usus tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam nyeri Menurunkan
Dengan data : klien hilang dengan tegangan abdomen
dan meningkatkan
DS kriteria hasil:
istirahat kolon
Klien mengatakan sakit perut Melaporkan bahwa
saat ingin BAB, nyeri di
rasakan seperti melilit, nyeri nyeri hilang
di rasakan di seluruh bagian
perut, di rasakan hilang Vital sign dalam
rentang normal
timbul.

DO ND : 60-100x/menit

Ekspresi wajah meringis SB : 36-37,5 ºc

Skala nyeri 6 RR : 12-16x/menit


Atur posisi klien
Peristaltik usus 24x/menit Untuk mengetahui
tingkat nyeri yang di
alami klien, dan untuk
menentukan
intervensi selanjutnya

Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGANOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN


DX
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

II TTV Observasi TTV Dapat menunjukan


terjadinya obstruksi,
HR : 102 x/menit usus karena
SB : 38ºc inflamasi usus dan
oedema.
RR : 20 x/menit

WBC 19,5³m
a.untuk mengurangi
nyeri

b.mengobati infeksi

Kolaborasi pemberian
obat :

Ketorolac /IV

cefotaxim /IV
Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No PERENCANAAN
dx
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

III Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Membuat


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 pengetahuan dasar
kurang terpajan informasi jam klien dan keluarga dan memberikan
tentang penyakit menunjukan pengetahuan kesadaran
tentang proses penyakit kebutuhan belajar
Dengan data : dengan kriteria hasil individu
DS klien dan keluarga
Orang tua klien menyatakan pemahaman Untuk mengetahui
mengatakan tidak tau tentang proses penyakit, sejauh mana
tentang penyakit Anaknya kondisi, dan program
pemahaman klien
pengobatan
DO dan keluarga
program tentang penyakit
Orang tua klien gelisah dan pengobatanMelakukan yang deritanya
bertanya-tanya tentang perubahan s
Kaji tingkat
penyakit anaknya.
Tentukan persepsi klien dan pengetahuan klien
keluarga tentang penyakit. dan keluarga.

Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No DIAGANOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN
DX
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

III pola hidup tertentu. Berikan health


education (HE) tentang
penyakit khususnya
gambaran tentang
penyakit, penyebab
panyakit, tanda dan
gejala penatalaksaan,
dan pencegahan

Untuk menambah
pengetahuan dan
pemahaman klien dan
keluarga klien tentang
penyakit

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tabel 3.10. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEPERAWATAN
TANGGAL

I Diare berhubungan Sabtu,21 juli 09.00 mengobservasi dan Sabtu 21 juli 2012
dengan proses infeksi 2012 mencatat catat
frekuensi defekasi, Jam 16.00
Dengan data : karakteristik, dan S:
Data Subjektif: jumlah kaluaran faces.
Klien mengatakan masih
– Klien mengatakan dia Hasil : BAB encer
BAB encer ± 4 kali sejak BAB encer ± 4 kali, faces Klien juga mengatakan
tadi pagi cair campur lendir. perutnya masih sakit saat
– Klien mengatakan ingin BAB.
perutnya terasa nyeri
Mengukur TTV O:
– Klien mengatakan
fesesnya berwarna Hasil : Ku: lemah
kuning kecoklatan HR :102x/menit TTV

– HR : 102x/menit

09.20 SB : 37ºc

RR : 20x/menit

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

No DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx KEPERAWATAN
TANGGAL

I Data Objektif SB : 37ºc

– Ku: lemah 09.25 RR : 20x/menit

– Kesadaran:
composmentis
Menganjurkan kepada
– Ekspresi wajah klien klien untuk banyak
meringis istirahat, dan
09.29 mendekatkan alat-alat
– Peristaltik usus 24 yang di butuhkan
kali per menit klien.(mendekatkan gelas
– Vital sign: dan piring kesisi kanan
klien)
HR : 102 kali/menit

RR : 20 kali/menit
Menganjurkan klien
SB : 38ºc untuk banyak minum

– Terpasang IVFD RL 20 Terpasang IVFD RL 20


Tpm tpm

Peristaltik 22 kali/menit

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

NO DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEPERAWATAN
TANGGAL
I – Terapi oral 10.00 Menganjurkan kepada A : masalah belum
(cotrimoxsazole tablet keluarga klien untuk teratasi
dan dialac) tidak memberikan
minuman dingin kepada
– WBC 19,5 klien. P : intervensi di lanjutkan
10.05
Observasi dan catat
12.00
Memberikan obat frekuensi defekasi,
dialac 1 gr karakteristik dan jumlah
keluaran faces

Pertahankan tirah baring


Memberikan injeksi
Pertahankan cairan
cefotaxim 1 gr/Iv
peroral

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

No DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx KEPERAWATAN
TANGGAL

I Hindari minuman yang


dingin

Observasi TTV

Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

NO DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEPERAWATAN
TANGGAL

II Nyeri berhubungan Sabtu,21 juli 08.50 Mengkaji skala nyeri Sabtu 21 juli 2012
dengan hiperperistaltik 2012
Hasil : Klien mengatakan 16.15
usus
sakit perut saat ingin
BAB, nyeri di rasakan S:
Dengan data : seperti melilit, nyeri di Klien masih mengeluh
rasakan di seluruh sakit perut
Data Subjektif bagian perut, dirasakan
– Klien mengatakan hilang timbul, skala O:
sakit perut saat ingin BAB, nyeri 6 Ekspresi wajah klien
nyeri di rasakan seperti meringis
melilit, nyeri di rasakan di
seluruh bagian perut, di Skala nyeri 6
rasakan hilang timbul. TTV
Data Objektif HR : 104 x/menit
– Ekspresi wajah SB : 37ºc

RR : 20x/menit

A: masalah belum
teratasi

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

NO DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEPERAWATAN
TANGGAL

II klien meringis 08.55 Membantu/meng-atur P: intervensi di


posisi klien dengan posisi lanjutkan
– Skala nyeri 6 12.00
lutut fleksi
Kaji skala nyeri
– TTV
Atur posisi klien
HR : 102 x/menit 12.00 Mengobservasi TTV
Observasi TTV
SB : 38ºc
Hasil :
Kolaborasi pemberian
RR : 20x/menit 12.05 HR :102x/menit obat sesuai indikasi
– WBC19,5³/m SB : 37ºc

RR : 20x/menit

Memberikan injeksi
cefotaxim 1 gr/Iv
Memberikan injeksi
ketorolac 1 amp/IV

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

NO DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEPERAWATAN
TANGGAL

III Kurang pengetahuan Sabtu/21 juli 11.30 mengumpulkan klien Selasa/24 juli 2012
berhubungan dengan 2012 dan keluarganya di
kurang terpajan informasi suatu tempat dan Jam 11.45
tentang penyakit. menanyakan kepada S:
mereka tentang
Dengan data : penyakit apa yang di Orang tua klien
derita anaknya. mengatakan sudah
Data Subjektif
sedikit mengerti tentang
– Orang tua klien Hasil : orang tua klien penyakit anaknya.
mengatakan belum mengatakan bahwa
mengerti tentang anaknya sakit berak- Orang tua klien
penyakit yang di derita berak mengatakan penyakit
diare itu adalah buang
anaknya.
air besar lebih dari 3 kali
Data Objektif pada bayi dan lebih dari
4 kali
– Orang tua klien
terlihat bingung dan
bertanya-tanya

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

NO DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEPERAWATAN
TANGGAL

III tentang penyakit 11.35 mengkaji tingkat pada anak dengan atau
anaknya. pengetahuan keluarga tanpa darah dan lendir
11.40 tentang diare dalam tinja.

Hasil : orang tua klien O :


mengatakan bahwa
penyakit anaknya itu di Orang tua klien Nampak
sebabkan kerena koomperatif
terlalu banyak makan mendengarkan saat
buah mangga. perawat menjelaskan.

Orang tua klien terlihat


tenang dan mengemasi
Memberikan HE barang-barangnya untuk
tentang penyakit persiapan pulang.

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

No DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx KEPERAWATAN
TANGGAL

diare. A : ,masalah teratasi

SAP terlampir. P : intirvensi dilanjutkan


dirumah

G. CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel 3.11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari/ Jam SOAPIER

Tanggal

I Minggu 22 08.00 S :
juli 2012
Klien mengatakan hanya BAB encer berampas 4 kali
sejak semalam

Klien mengatakan perutnya masi sakit tapi sakitnya


sudah tidak seperti kemarin

O:

KU : lemah
BAB 1 kali

Ekspresi wajah meringis

Skala nyeri 5

Terpasang IVFD RL 28 tpm

A : Diare berhubungan dengan proses infeksi

P : intervensi di lanjutkan

Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik,


dan jumlah kaluaran faces.

Observasi TTV

Pertahankan tirah baring, dekatkan alat-alat di samping


tempat tidur.

pertahankan cairan peroral secara bertahap, tawarkan


minuman jernih,

hindari minuman dingin.

kolaborasi pemberian obat antibiotik (cefotaxsim)

I:

mengobservasi frekuensi defekasi, karakteristik dan


jumlah keluaran faces

hasil: BAB encer berampas 1 kali

mengobservasi TTV
08.30
HR :132x/menit

RR :22x/menit

SB :36,7ºc
08.35
menganjurkan kepada klien dan keluarga agar klien
tetap istirahat di atas tempat tidur

menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk


memberikan banyak minum
08.40 dan tidak memberikan minuman dingin kepada klien

memberikan injeksi cefotaxim 1 gr/IV

08.40 E : masalah belum teratasi

R : intervensi di lanjutkan

09.00

12.00

Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari/ Jam SOAPIER

Tanggal

II Minggu 22 08.00 S:
juli 2012
– Klien masih mengeluh sakit perut, nyeri seperti
meleilit, dirasakan pada seluruh bagian perut, rasa nyeri
yang di rasakan klien datang kemudian hilang

O:
08.30 – Ekspresi wajah klien meringis

– Skala nyeri 5

– TTV

HR : 132 x/menit

SB : 36ºc
08.37 RR : 22x/menit

A: nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus

12.00 P: intervensi di lanjutkan

12.07 Kaji skala nyeri

Atur posisi klien nyaman

Observasi TTV

Kolaborasi pemberian obat analgetik (ketorolac)

I:

Mengkaji nyeri

Hasi : nyeri di rasakan saat klien ingin BAB, nyeri seperti


meliilit, dirasakan pada seluruh bagian perut, rasa nyeri
yang di rasakan klien datang kemudian hilang, skala
nyeri 5

Mengatur posisi klien dengan posisi lutut fleksi

Observasi TTV

Hasil :

HR : 132 x/menit

SB : 36ºc

RR : 22x/menit

Memberikan injeksi ketorolac 1 amp/IV

E : masalah belum teratasi

R : intervensi di lanjutkan
Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari/ Jam SOAPIER

Tanggal

III Minggu 22 08.00 S:


juli 2012
Orang tua klien mengatakan sudah mengerti tentang
penyakit yang diderita anaknya

Orang tua klien tau dan mengatakan bahwa anaknya


menderita penyakit diare.
08.30 O:

Orang tua klien terlihat tenang

A: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpajan informasi tentang penyakit.

P: intervensi di lanjutkan dirumah

ubah salah satu kebiasaan yaitu mencucu tangan


sebelum dan sesudah makan

I:

E : masalah teratasi

R : intervensi di lanjutkan
lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari/ Jam SOAPIER

Tanggal

I Senin 08.30 S:

23 juli 2012 – Klien mengatakan hanya BAB encer 1kali sejak


semalam

– Klien mengatakan perutnya masih sakit

O:

– KU : lemah

– Ekspresi wajah meringis

– Skala nyeri 4

– Terpasang IVFD RL 28 tpm

A : Diare berhubungan dengan proses infeksi masalah

P : intervensi di lanjutkan

Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik,


08.45 dan jumlah kaluaran faces

Observasi TTV

Pertahankan tirah baring, dekatkan alat-alat di samping


09.00 tempat tidur.

pertahankan cairan peroral secara bertahap, tawarkan


minuman jernih,
hindari minuman dingin.

09.10 kolaborasi pemberian antibiotik (cefotaxim)

I:

mengobservasi frekuensi defekasi, karakteristik dan


jumlah keluaran faces
09.15
hasil: BAB tidak ada

mengobservasi TTV
12.00
HR :120x/menit

RR :20x/menit
12.05
SB :37ºc

menganjurkan kepada klien dan keluarga agar klien


tetap istirahat di atas tempat tidur

menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk


memberikan klien banyak minum

tidak memberikan minuman dingin kepada klien

memberikan injeksi cefotaxim 1 gr/IV

E : masalah sebagian teratasi

R : intervensi di lanjutkan

Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari/ Jam SOAPIER

Tanggal
II Senin 08.30 S:

23 juli 2012 – Klien masih mengeluh sakit perut saat ingin BAB,
nyeri seperti meleilit, dirasakan pada seluruh bagian
perut, rasa nyeri yang di rasakan klien datang kemudian
hilang

O:

– Ekspresi wajah klien meringis

– Skala nyeri 3

– TTV

HR : 120 x/menit

SB : 37ºc

RR : 20x/menit

A: masalah nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik


usus

P: intervensi di lanjutkan

Kaji skala nyeri

Atur posisi klien

Observasi TTV

Kolaborasi pemberian obat analgetik (ketorolac)

I:

Mengkaji nyeri

Hasil : nyeri di rasakan saat, nyeri seperti meleilit,


dirasakan pada seluruh bagian perut, rasa nyeri yang di
rasakan klien datang kemudian hilang, skala nyeri 3

Membantu dan mengatur klien dengan posisi lutut fleksi


08.45
Observasi TTV
Hasil :

HR : 120 x/menit

SB : 37ºc

09.00 RR : 20x/menit

Memberikan injeksi ketorolac 1 amp/IV

12.00 E: masalah sebagian teratasi

R: intervensi di lanjutkan

12.05

Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari/ Jam SOAPIER

Tanggal

I Selasa 08.00 S:

24 juli – Klien mengatakan BAB lunak 1 kali sejak tadi


malam
2012
– Klien mengatakan perutnya sudah tidak sakit

O:

– Ku : baik

– Klien santai

– TTV
ND :100x/menit

SB : 36ºc

RR : 22x/menit

A: masalah diare berhubungan dengan proses infeksi

P: intervensi di hentikan

I:

E: masalah teratasi

R:

Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan

No Dx Hari/ Jam SOAPIER

Tanggal

II Selasa 08.00 S:

24 juli 2012 – Klien mengatakan perutnya sudah tidak sakit

O:

– Klien tenang

– TTV

HR : 100 x/menit

SB : 36ºc

RR : 22x/menit

A: masalah nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik


usus teratasi
P: intervensi di hentikan

I:

E : masalah teratasi

R:

BAB IV

PEMBAHASAN

Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu
wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses
keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien. Langkah atau tahapan
pada proses keperawatan meliputi

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus dilakukan secara
komprenhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang klien, dan membuat perumusan masalah
yang di alami klien.

Adapun hasil dari pengkajian pada tanggal 21 juli 2012 adalah

Secara teori pada pasien diare di dapatkan data pasien BAB encer lebih dari 3 kali pada bayi dan 4 kali
pada anak, cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, bunyi usus hiperaktif, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, mungkin di sertai darah dan/lendir, makin lama warna tinja menjadi kehijau-hijauan,
dehidrasi, turgor kulit menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, suara menjadi serak,
takipnue, takikardia,

muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.


2. Dalam pengkajian penulis menemukan data klien mengeluh BAB encer ±4 kali, konsistensi feces cair
bercampur lendir, feses berwarnah kuning kecoklatan, klien juga mengeluh sakit perut, orang tua klien
mengatakan anaknya muntah 1 kali, orang tua klien mengatakan anaknya tidak mau makan, keadaan
umum lemah, kesadaran composmentis, wajah klien meringis, klien menolak untuk makan, bunyi usus
hiperaktif, peristaltik usus 24 kali/menit, berat badan sebelum sakit 37 kg, berat badan setelah sakit 35
kg. penurunan berat badan 2 kg, vital sign ND:102x/menit, RR:20x/menit SB:38ºc, terpasang IVFD RL 28
tpm.

3. Kesenjangan yang terjadi antara hasil pengkajian secara langsung dengan teori tentang diare adalah
dalam pengkajian penulis tidak menemukan adanya penurunan turgor kulit, tulang pipi menonjol, lidah
menjadi kering, pasien cengeng, pasien gelisah, ujung-ujung ekstremitas dingin dan sianosis, gangguan
biokimiawi seperti asidodis, takipnue, dan takikardia.

Hal ini terjadi karena dalam pengkajian pada An M denagn kasus diare penulis tidak menemukan data-
data tentang adanya penurunan turgor kulit, tulang pipi menonjol, lidah menjadi kering, pasien cengeng,
pasien gelisah, ujung-ujung ekstremitas dingin dan sianosis, gangguan biokimiawi seperti asidodis,
takipnue, dan takikardia.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik
pasien serta respon terhadap masalah aktual, resiko tinggi ataupun potensial.

Secara teori didapatkan masalah keperawatan :

Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus (doenges, Ed 3 1999).

Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya melabsorbsi usus.

Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan dengan dehidrasi.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan kurang.

Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang penyakit.

f. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan peregangan dengan spasme pada
intestinal.

Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan BAB yang terus menerus.

Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB.

Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi disekitar daerah anus.

Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient.(doengoes 1999)
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.(doengoes 1999)

Secara praktek di dapatkan diagnosa keperawatan :

Diare berhubungan dengan proses infeksi.

Penulis mengangkat diagnosa keperawatan tersebut karena penulis menemukan beberapa batasan
karakteristik yang dapat di jadikan acuan untuk mengangkat diagnose keperawatan tersebut.
Diantaranya BAB encer lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feces cair adanya muntah dan
nyeri abdomen.

b. Nyeri berhubungn dengan hiperperistaltik usus

Penulis mengakat diagnosa keperawatan ini karena dalam pengkajian penulis mennemukan data-data
yang menunjang dan sesuai dengan referensi yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini.
Diantaranya yaitu klien mengatakan sakit perut, wajah klien terlihat meringis

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang penyakit

Penulis mengangkat diagnosa ini sebagai masalah keperawatan ke empat karena penulis menemukan
data diantaranya orang tua klien mengatakan belum terlalu mengerti dengan penyakit yang di derita
anaknya, orang tua klien terlihat bingung.

Berdasarkan diagnosa di atas, penulis menemukan kesenjangan bahwa tidak selamanya diagnosa yang
ada dalam teori terdapat pula dalam praktek. Adapun kesenjangan tersebut antara lain :

Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya melabsorbsi usus.

Diagnosa ini tidak diangkat kerena tidak di temukan data yang memungkinkan untuk mengangkat
diagnosa tersebut

b. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan dengan dehidrasi.

Diagnosa hypertermi tidak di angkat karena suhu 38ºc yang di alami klien hanya berlangsung beberapa
saat saja.

Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang penyakit.

Diagnosa kecemasan tidak diangkat karena kecemasan orang tua klien akan teratasi setelah di berikan
HE yang merupakan salah satu dari tindakan keperawatan untuk diagnosa ke tiga yaitu diagnosa kurang
pengetahuan.

Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial berhubungan dengan BAB yang terus menerus.

Diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ada data yang dapat dijadikan dasar untuk mengangkat
diagnosa tersebut.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB.

Diagnosa gangguan pemenuhan istirahat tidur tidak di angkat karena dari hasil pengkajian klien tidak
mengalami masalah dalam hal pemenuahan istirahat tidur.

Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi disekitar daerah anus.

Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit tidak di angkat karena tidak di temukan data yang
dapat di jadikan rujukan untuk mangangkat diagnosa tersebut.

g. Nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrient

Diagnosa ini tidak di angkat karena penurunan berat badan yang di alami oleh klien belum signifikan
sehingga belum dapat dijadikan alasan yang kuat untuk mengangkat diagnosa tersebut.

Berdasarkan diagnosa di atas kesenjangan yang terjadi adalah bahwa tidak semua diagnosa yang ada
pada teori juga terdapat pada studi kasus begitu pula sebaliknya. Karena diagnosa keperawatan
merupakan respon klien terhadap perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul
akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan yang berbeda sehingga
kesenjangan antara teori dan studi kasus sangatlah mungkin terjadi

C. Intervensi

Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi yang ada dalam teori dapat di
aplikasikan ke dalam praktek, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat
di aplikasikan kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan dalam penelitian ini, bahwa antara teori
dengan praktek terdapat kesenjangan. Adapun kesenjangan dalam perencanaan tersebut adalah :

Pada diagnosa ke satu: diare berhubungan dengan proses infeksi

Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada teori dan intervensi yang
terdapat dalam praktek.

Pada diagnosa ke dua: nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus

Pada diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan antara intervensi yang ada dalam praktek, namun
tidak terdapat dalam teori. Kesenjangan tersebut adalah

Kaji skala nyeri

Penulis menggunakan intervensi ini karena intervensi yang terdapat dalam teori tidak sesuai dengan
masalah yang dialami klien saat ini sehingga penulis mengajukan intervensi kaji skala nyeri untuk
menggantikan intervensi tersebut.
Pada diagnosa ketiga: kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang
penyakit.

Dalam diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan intervensi yaitu kesenjangan intervensi yang di
terapkan dalam praktek tetapi tidak ada dalam teori, yaitu:

Memberikan Health Education

Intervensi ini penulis tambahkan karena penulis merasa dengan pemberian Health Education akan
menambah pemahaman klien dan keluarga tentang penyakit diare dan dapat mengatasi masalah
tersebut.

Kesenjangan antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam study kasus terjadi karena tidak
selamanya intervensi yang ada dalam teori sesuai dengan kebutuhan pasien, begitupun sebaliknya
intervensi yang tidak ada dalam teori dapat digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi masalah
yang dialami pasien

D. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah disesuakan
dengan diagnosa keperawatan yang telah di rumuskan. Adapun implementasi yang dapat di lakukan
oleh peneliti pada penelitian ini, hanya dapat dilakukan selama 4 hari rawat. Hal ini disebabkan karena
secara umum kondisisi kesehatan pasien yang sudah pulih atau membaik Dan sudah di perbolehkan
untuk pulang.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah di berikan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah di tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi,
didapatkan bahwa semua masalah teratasi.

Adapun masalah keperawatan yang telah teratasi adalah :

Diare berhubungan dengan proses infeksi (teratasi pada hari selasa tanggal 24 juli 2012)

Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus (teratasi pada hari selasa tanggal 24 juli 2012)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang penyakit (teratasi pada
hari minggu tanggal 22 juli 2012).
RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. IDENTITAS

Nama : WAHYUDDIN ABDULLAH TAHIR

Nim : 09096

Tempat, Tanggal Lahir : DIAPATIH, 07 DESEMBER 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : jl. Elang No.2 Kelurahan Tuweley

@mail : Wahyu_f2wz@yahoo.com

Hp : 085340047540

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2003

Tahun 2006

Tahun 2009

Tahun 2009

: Lulus SD Negeri 07 Paleleh

: Lulus SMP Negeri 01 Paleleh

: Lulus SMA Negeri 01 Paleleh

: Terdaftar sebagai mahasiswa akper Pemda Tolitoli


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung pada klien An.M dan uraian dari bab ke bab
sebelumnya, maka penulis dapat menulis beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Dari hasil pengkajian pada klien An M dan keluarganya pada tanggal 21 juli 2012 di dapatkan data antara
lain BAB encer ±4 kali, konsistensi feces cair bercampur lendir, feces berwarna kuning kecoklatan, klien
juga mengeluh sakit perut, orang tua klien mengatakan anaknya muntah1 kali, orang tua klien
mengatakan klien menolak untuk makan, berat badan sebelum sakit 37 kg, berat badan sat sakit 35 kg,
ND: 102xper menit, SB: 38ºc, RR: 20x per menit, terpasang IVFD RL 28 tpm.

2. Diagnosa

Dalam menegakan diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada kondisi klien saat ini, dan disesuaikan
dengan konsep teori yang ada. Dari hasil analisa data yang di temukan, di rumuskan 3 diagnosa
keperawatan yaitu : diare berhubungan dengan proses infeksi, nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik usus, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang
penyakit.

3. Intervensi

Pada tahap perencanaan kasus diare terdapat beberapa kesenjangan yang terjadi sebagai akibat
perubahan respon klien sebagaimana yang terdapat pada pengkajian. Dengan adanya perubahan
tersebut maka perencanaan yang disusun berubah dengan beberapa penambahan yang disesuaikan
dengan diagnosa yang muncul.

4.Implementasi

Pada tahap pelaksanaan secara umum penulis dapat merealisasikan rencana yang telah di susun
berdasarkan masalah yang muncul pada klien. Hal ini terwujud berkat kerjasama, dukungan, serta sikap
yang koomperatif dari klien, keluarga, perawat ruangan dan profesi kesehatan lain yang ada di ruangan.

5.Evaluasi
Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang di tegakan maka penulis menganalisa
bahwa semua masalah yang di alami klien sudah teratasi. Hal ini dapat terwujud karena tindakan yang
bersifat kausal terhadap sumber penyakit.

B. Saran

Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli

Perlunya penambahan jumlah tenaga perawat dan tenaga lainya, agar semua petugas di tiap-tiap
ruangan dapat bekerja sesuai dengan proporsinya masing-masing sehingga perawat di ruangan dapat
memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien-pasien dengan kasus diare.

Institusi Pendidikan

Pendidikan lebih meningkatkan pengayaan, penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan bagi
mahasiswanya, penambahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keterampilan mahasiswa
dalam segi knouladge, afektif dan psikomotorik serta skilstation,

Pasien dan Keluarga

Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat dan peneliti selama proses pemberian asuhan
keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan baik bagi diri, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal.

Peneliti

Merupakan pengalaman yang tak terhingga yang dapat meningkatkan secara khusus kualitas peneliti
sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Akper, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Akper Pemda Tolitoli, 2012

Carpenito, LJ. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGCJakarta, 2000,

Doenges, M.E., Moorhause, M.F., Geissler, A.C.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3, Jkarta EGC :

Jakson M, Dkk,seri panduan praktis keperawatan klinis, Jakarta, Erlangga, 2011

Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC, ed. 7 jakarta EGC,2007
Mansyoer Arif. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, 1999, edisi 2 Jilid 1 – 2.

Meadow R, Dkk,Lecture Notes Pediatrika, Jakarta, Erlangga, 2002

Nanda, Panduan Diagnosa Keperawatan, Prima Medika Jakarta,2006

Ngastiah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC,1998.

Soetjiningsih,Tumbuh Kembang anak,Jakarta, EGC,1995

Wong L. pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,EGC,Jakarta 2003.

________Informasi Spesialite Obat,IAI,Bandung,2012, vol.46

www.gooogle.com(http://adf.Iy/1487760/banner/http://mydocumentku.blogspot.com/2012/06/kti-
diare.html)/29-07-2012

www.google.com (http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/kti-keperawatan-anak-dengan-
diare.html)12/10/07

http://www.google.com(http://skripsikti.blogspot.com/2011/07/kti-gambaran-kejadian-diare-
balita.html)12/10/07

www.google.com(http://suryaadinata.2011.proposaldiaretakasima.blogspot.comarchive.html)12/10/07

www.google.com(Hendra_tolen,2012http://2012.cityselatiga.blogspot.com/2012/05/penyakit–
diare.htm)12/10/07

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYAKIT DIARE
OLEH:

WAHYUDDIN A TAHIR

NIM : 09096

PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI

AKADEMI KEPERAWATAN

TOLITOLI

2012
SATUAN ACARA PENYULUHAN DIARE

Pokok bahasan : penyakit diare

Sasaran : pasien dan keluarga pasien

Hari /tanggal : selasa, 24 juli 2012

Waktu : 25 menit

Tempat : ruangan zaal dua teratai anak RSU mokopido tolitoli

TUJUAN

Tujuan intruksional umum (TIU)

Setelah di berikan penyuluhan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit diare .

Tujuan intruksional khusus (TIK )

Setelah di lakukan penyuluhan di harapkan pasien dan keluarga mampu menyebutkan atau megerti:

Menyebutkan pegertian penyakit diare

Menjelaskan penyebab penyakit diare

Menyebutkan tanda gejala penyakit diare

Menjelaskan cara mengatasi diare

Menjelaskan bagaimana cara mencegah penyakit diare

MATERI PENYULUHAN

Pegertian diare

Penyebab diare

Tanda dan gejala penyakit diarel


Cara mengatasi diare

Cara mencegah penyakit diare

METODE PENYULUHAN

Ceramah

Tanya jawab

MEDIAN DAN ALAT PERAGA

leaflet

PROSES KEGIATAN PENYULUHAN

NO URAIKAN KEGIATAN KEGIATAN SASARAN WAKTU


KEGIATAN PENYULUHAN

1. Pembukaan Pembukaan penyuluhan – Membalas 5 menit


(mengucap salam dan salam
memperkenalkan diri)

Menyampaikan tujuan

2. Apresiasi Menanyakan kepada – Menjawab 5 menit


sasaran tentang apa itu
penyakit diare

2. Isi Menyebutkan pegertian – Mendengarkan 5 menit


diare

Menjelaskan penyebab
diare

Menjelaskan tanda dan


gejala penyakit diare

Menjelaskan cara
mengatasi diare

Menjelaskan cara
mencegah penyakit
diare

3. Memberikan Menutup kegiatan – Bertanya 5 menit


kesempatan penyuluhan
untuk bertanya
Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya

Menjawab pertanyaan – mendengarkan

4. Penutup Mengadakan evaluasi – mendengarkan 5 menit

Menutup penyuluhan
(memberikan salam
– menjawab salam

MATERI PENYULUHAN

DIARE

Pengertian dan penyebab diare.

Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari dengan/tanpa darah dan atau lendir dalam
tinja.

Penyebab diare adalah sebagai berikut :

Infeksi : virus, bakteri, parasit.

Makanan : basi, beracun.

Gangguan penyerapan makanan.

Sistem kekebalan tubuh menurun.

Psikologis : rasa takut dan cemas.


Tanda dan Gejala Diare

Awal : cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, timbul
diare. Tinja menjadi cair, bisa mengandung darah dan/atau lendir, anus dan sekitarnya lecet.

Muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila banyak kehilangan cairan dan elektrolit
terjadilah dehidrasi. Berat badan menurun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, mata cekung, denyut nadi sangat cepat.

Tindakan Bila Anak Diare.

Diare tanpa dehidrasi/kekurangan cairan tubuh :

Berikan banyak cairan dari biasanya. Gunakan cairan rumah tangga (CRT) seperti oralit, makanan cair
(sup, air biasa, air tajin) atau larutan gula garam.

Kebutuhan oralit sesuai kelompok umur

Umur (tahun) Setiap Mencret Oralit yang disediakan

<1 ½ gelas 400 ml/hari (2 bungkus)

1–4 1 gelas 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)

5 – 12 11/2 gelas 800-1000 ml/hari (4-5


bungkus)

Dewasa 3 gelas 1200-2800 ml/hari (6-10


bungkus)

Catatan: 1 bungkus
oralit = 1 gelas = 200 ml. Perkiraan oralit untuk kebutuhan 2 hari.

Cara memberi oralit :

Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun, anak lebih tua berikan beberapa teguk.
Bila anak muntah, tunggulah 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit.

Larutan gula garam.

Dibuat dengan cara air matang sebanyak 5 gelas dicampur dengan 8 sendok teh gula dan ½ sendok teh
garam.

Berikan larutan ini sebanyak anak mau.

teruskan hingga diare berhenti.

untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, diberikan susu selama 2 hari.

Untuk anak > 6 bulan atau telah mendapat makanan padat :

Beri makanan untuk cegah gizi : teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan :

– berikan bubur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan.

– Berikan sari buah segar atau pisang halus

– Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk.

– Dorong anak makan, sedikitnya 6 kali sehari

Segera bawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut :

Buang air besar cair sering kali

Muntah berulang-ulang

Sangat haus sekali

Makan atau minum sedikit

Demam

Tinja berdarah
Bagaimana Cara Mencegah Diare.

Pemberian ASI saja sampai dengan 4-6 bulan.

Mencuci tangan.

Membuang tinja secara benar.

Jangan makan sembarang makanan.

Menggunakan air bersih untuk minum.

Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal 2 tahun pertama, meningkatkan status gizi, dan imunisasi

Anda mungkin juga menyukai