Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DENGAN GEJALA


SKIZOFRENIA

Disusun Oleh:

Safitri Muhlisa
Pika Ranita Annisaa’

Pembimbing:
dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus


Gangguan Psikotik Akut Dengan Gejala Skizofrenia

Oleh
Safitri Muhlisa
Pika Ranita Annisaa’

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Palembang, November 2018


Pembimbing

dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gangguan Psikotik Akut Dengan
Gejala Skizofrenia”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RS Ernaldi Bahar
Palembang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini, serta
semua pihak yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.

Palembang, November 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN......................................................................................3
2.1 Identifikasi Pasien..........................................................................3
2.2 Anamnesis......................................................................................3
2.3 Pemeriksaan..................................................................................12
2.4 Pemeriksaan Lain.........................................................................16
2.5 Diagnosis Multiaksial...................................................................16
2.6 Diagnosis Differensial..................................................................16
2.7 Terapi............................................................................................17
2.8 Prognosis......................................................................................17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................18
3.1 Definisi.........................................................................................18
3.2 Epidemiologi................................................................................18
3.3 Etiologi.........................................................................................19
3.4 Stresor Psikososial........................................................................20
3.5 Gambaran Klinis...........................................................................22
3.6 Diagnosis .....................................................................................23
3.7 Diagnosis Banding ......................................................................25
3.8 Tatalaksana ..................................................................................26
3.9 Prognosis .....................................................................................27
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31

iv
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identifikasi Pasien


Nama : Ny. SN
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku/Bangsa : Sumatera selatan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai salon
Agama : Islam
Alamat : Sekojo, Palembang
Datang ke RS : Rabu, 31 Oktober 2018
Cara ke RS : Diantar oleh keluarga
Tempat Pemeriksaan : IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar

2.2 Anamnesis
A. Alloanamnesis
Diperoleh dari : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung

a. Sebab utama
Os sering merasa gelisah dan tidak bisa mengurus diri sendiri.

b. Keluhan utama
Os merasa sesak dan tidak bisa bernapas.

c. Riwayat perjalanan penyakit


Sejak ± 2 minggu yang lalu, pasien jalan-jalan ke daerah
Pagar Alam dan Bengkulu selama 4 hari. Setelah pulang ke
Palembang, pasien mulai gelisah dan tidak bisa tidur. Pasien
mengeluh sering terbangun setiap 5 menit sekali setiap tidur.
Sejak ± 1 minggu SMRS, Pasien mulai berbicara melantur
dan tidak jelas. Pasien merasa malu dengan apa yang sudah terjadi
pada dirinya. Pasien mengeluh sakit tenggorokan. Pasien mengaku
sering mendengar suara-suara bisikan orang serta melihat sesosok

5
6

laki-laki. Pasien sering mondar mandir di rumah dan tidak dapat


diam untuk waktu yang lama. Pasien juga sering menangis secara
tiba-tiba. Pasien juga mengeluhkan tangannya sering gemetar.
Pasien juga tidak mau makan walaupun sudah dipaksa oleh
keluarganya.
Sejak 4 hari SMRS, Pasien mengeluh tidak dapat bernapas
sehingga berpikir dirinya akan mati. Pasien tidak mau makan, dan
tidak dapat mandi sendiri. Pasien pernah mencoba ingin bunuh diri
dengan menjerat leher menggunakan hordeng tapi sempat ditolong.
Sejak 1 hari SMRS, Pasien mengamuk dan berteriak kencang
karena merasa bonekanya tertusuk paku dibagian kepala dan
memaksa keluarga untuk mencabut paku tersebut. Pasien gelisah,
tidak mau makan, dan merasa sesak. Kaki dan tangan pasien
gemetaran dan tidak dapat dikontrol. Pasien berteriak. Menurut
keluarga, pasien mulai berubah perilaku semenjak habis jalan-jalan
dengan pacarnya. Pasien Kemudian pasien dibawa ke IGS Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang.

d. Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat trauma kepala disangkal
- Riwayat kejang disangkal
- Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat penyakit kencing manis disangkal
- Riwayat stroke disangkal

e. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis, dibantu
bidan
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak : sosialisasi baik
- Remaja : sosialisasi baik
- Dewasa : sosialisasi baik

f. Riwayat pendidikan
SMA (lulus SMA)

g. Riwayat pekerjaan
Pegawai salon
7

h. Riwayat konsumsi obat-obatan dan alkohol


Riwayat konsumsi obat-obatan dan alkohol disangkal

i. Riwayat gaya hidup


Riwayat merokok disangkal, pasien jarang berolahraga.

j. Riwayat perkawinan
Belum menikah.

k. Keadaan sosial ekonomi


Os tinggal bersama ayah,ibu dan 3 saudara laki-lakinya dengan
sosial ekonomi menengah ke bawah.

l. Riwayat keluarga
Riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.
- Pedigree:

Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan

B. Autoanamnesis dan Observasi


Wawancara dan observasi dilakukan pada Rabu, 31 Oktober 2018
pukul 18.30 s.d.19.30 WIB di IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa
Palembang. Pasien memiliki tingkat kesadaran compos mentis sehingga
dapat dianamnesis. Pasien berperawakan sedang dan berpenampilan kurang.

Tabel 1. Percakapan terhadap pasien dan dokter muda


INTERPRETASI
PEMERIKSA PASIEN
PSIKOPATOLOGI
“Selamat pagi, Ibu. “Pagi (tidak melihat Kontak fisik, mata 8
Perkenalkan saya Pika dan kearah dokter)” dan verbal tidak
ini teman saya Safitri, baik.
dokter muda bagian jiwa.”
(tersenyum dan
mengulurkan tangan)

“Jadi bu, kami mau izin “Iyo” Bicara jelas.


tanya jawab tentang
keluhan ibu, boleh, bu?”

“Siapa namanya bu?” “Suryaningsih” Sikap kurang


kooperatif.

“Umur ibu berapa?” “Masih mudo” Daya ingat kurang


baik.

“Tinggalnya dimana bu?” “Sekojo”

“Ibu tau ini jam berapa “(pasien tidak Orientasi waktu


apa, hari apa?” menjawab)” terganggu.

“Ini lagi dimano bu?” “Rumah Sakit” Orientasi tempat


baik.

“Ibu tau kesini sama “Dengan bapak aku, Orientasi orang


siapa?” pacar aku” baik.

“Aku gamau sakit kaya


“Jadi ibu sekarang Kontak fisik, mata
gini, aku ga punya
keluhannyo apo? dan verbal tidak
napas”
baik.

(lalu pasien menanya


dengan pacarnya)

“Yang kamu ada napas


ga? Kamu masih hidup
ga? Aku udah mati, aku
9

2.3 Pemeriksaan
A. Status Internus
Keadaan Umum
- Sensorium : Compos Mentis
- Frekuensi nadi : 84 x/menit
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Suhu : 36,60C
- Frekuensi napas : 20 x/menit

B. Status Neurologikus
1) Syaraf kepala (pancaindera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
- Gerakan : baik ke segala arah
- Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
- Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm/3mm
- Refleks cahaya : +/+
- Refleks kornea : +/+
- Pemeriksaan oftalmoskopi: tidak dilakukan
4) Motorik
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan
5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -

5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada

C. Status Psikiatrikus
Keadaan Umum
a. Sensorium : Kompos Mentis
b. Perhatian : Tidak Adekuat
c. Sikap : Tidak kooperatif
d. Inisiatif : Adekuat
10

e. Tingkah laku motorik : Normal


f. Ekspresi fasial : Wajar
g. Cara bicara : Lancar
h. Kontak psikis : Tidak Adekuat
Kontak fisik : Tidak Adekuat
Kontak mata : Tidak Adekuat
Kontak verbal : Tidak Adekuat

Keadaan Khusus (Spesifik)


a. Keadaan afektif
Afek : labil
Mood : tidak bisa dinilai

b. Hidup emosi
Stabilitas : stabil
Dalam-dangkal : normal
Pengendalian : terkendali
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : normal

c. Keadaan dan fungsi intelektual


Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : tidak baik
Orientasi orang/waktu/tempat : tidak baik (waktu)
Luas pengetahuan umum : sesuai
Discriminative judgement : baik
Discriminative insight : baik
Dugaan taraf intelegensi : tidak dinilai
Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

d. Kelainan sensasi dan persepsi


Ilusi : tidak ada
11

Halusinasi : halusinasi pendengaran


halusinasi penglihatan

e. Keadaan proses berpikir


Arus pikiran
- Flight of ideas : tidak ada
- Inkoherensi : tidak ada
- Sirkumstansial : ada
- Tangensial : tidak ada
- Terhalang (blocking) : tidak ada
- Terhambat (inhibition) : tidak ada
- Perseverasi : tidak ada
- Verbigerasi : tidak ada

Isi Pikiran
- Waham : tidak ada
- Pola Sentral : tidak ada
- Fobia : tidak ada
- Konfabulasi : tidak ada
- Perasaan inferior : tidak ada
- Kecurigaan : tidak ada
- Rasa permusuhan : tidak ada
- Perasaan berdosa : tidak ada
- Hipokondria : tidak ada
- Ide bunuh diri : ada
- Ide melukai diri : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada

Pemilikan pikiran
- Obsesi : tidak ada
- Aliensi : tidak ada

f. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan


Hipobulia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
Stupor : tidak ada
Pyromania : tidak ada
Raptus/Impulsivitas : tidak ada
Mannerisme : tidak ada
12

Kegaduhan umum : tidak ada


Autisme : tidak ada
Deviasi seksual : tidak ada
Logore : tidak ada
Ekopraksi : tidak ada
Mutisme : tidak ada
Ekolalia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

g. Kecemasan : ada

h. Dekorum
Kebersihan : cukup
Cara berpakaian : tidak rapi
Sopan santun : cukup

i. Reality testing ability


RTA tidak terganggu

2.4 Pemeriksaan Lain


a. Pemeriksaan radiologi/foto thoraks : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan darah rutin dll : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan elektroensefalogram : tidak dilakukan

2.5 Diagnosis Multiaksial


Aksis I : F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala
Skizofrenia
Aksis II : F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF scale 50-41

2.6 Diagnosis Differensial


F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (schizophrenia-like) Akut
F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya

2.7 Terapi
a. Psikofarmaka
- CPZ 1x 25mg
- Risperidone 1x2 mg
13

- THP 2x2 mg

b. Psikoterapi
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam
menghadapi penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.

Kognitif dan Perilaku


Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat
kekhawatiran terhadap anak yang tinggal jauh dari rumah dan
perasaan cemas terhadap kabar buruk tentang orang yang meninggal,
serta sikap dalam menghadapi masalah tersebut.

Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien.

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. SN, perempuan, 22 tahun, agama Islam, belum menikah, bekerja


sebagai pegawai salon datang ke IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
pada tanggal 31 Oktober 2018. Pasien datang dibawa oleh keluarganya yaitu ayah
dan ditemani pacarnya. Wawancara dan observasi dilakukan pada hari Rabu, 31
Oktober 2018 pukul 18.30-19.30 WIB di IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Palembang. Tidak ada kontak mata pasien dan pasien kurang kooperatif.
Pasien berperawakan sedang dan berpenampilan kurang rapi.
Berdasarkan hasil wawancara, ± 2 minggu SMRS, pasien jalan-jalan ke
daerah Pagar Alam dan Bengkulu selama 4 hari. Setelah pulang ke Palembang,
pasien mulai gelisah dan tidak bisa tidur. Pasien mengeluh sering terbangun setiap
5 menit sekali setiap tidur.
Sejak ± 1 minggu SMRS, Pasien mulai berbicara melantur dan tidak jelas.
Pasien merasa malu dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Pasien mengeluh
sakit tenggorokan. Pasien mengaku sering mendengar suara-suara bisikan orang
serta melihat sesosok laki-laki. Pasien sering mondar mandir di rumah dan tidak
dapat diam untuk waktu yang lama. Pasien juga sering menangis secara tiba-tiba.
Pasien juga mengeluhkan tangannya sering gemetar. Pasien juga tidak mau makan
walaupun sudah dipaksa oleh keluarganya.
Sejak 4 hari SMRS, Pasien mengeluh tidak dapat bernapas sehingga berpikir
dirinya akan mati. Pasien tidak mau makan, dan tidak dapat mandi sendiri. Pasien
pernah mencoba ingin bunuh diri dengan menjerat leher menggunakan hordeng
tapi sempat ditolong.
Sejak 1 hari SMRS, Pasien mengamuk dan berteriak kencang karena merasa
bonekanya tertusuk paku dibagian kepala dan memaksa keluarga untuk mencabut
paku tersebut. Pasien gelisah, tidak mau makan, dan merasa sesak. Kaki dan
tangan pasien gemetaran dan tidak dapat dikontrol. Pasien berteriak. Menurut
keluarga, pasien mulai berubah perilaku semenjak habis jalan-jalan dengan

14
15

pacarnya. Pasien Kemudian pasien dibawa ke IGS Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, didapatkan
gejala klinis bermakna berupa pasien lebih pendiam, sering melamun, sering
menyendiri, sering menangis tiba-tiba, nafsu makan berkurang, sulit tidur dan
terbangun setiap 5 menit saat tidur, dan emosi yang labil. Status psikiatri, keadaan
umum kompos mentis, perhatian dan konsentrasi berkurang, dan kontak verbal
inadekuat, afek labil, mood sulit dinilai, daya ingat dan konsentrasi kurang. Pada
arus pikiran sirkumtansial dimana pembicaraan pasien berbelit-belit namun
sampai tujuan. Didapatkan halusinasi visual dan auditorik. Isi pikiran terdapat ide
bunuh diri ada.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan mengacu pada buku PPDGJ III,
keadaan pasien ini memenuhi kriteria diagnosis untuk diagnosis F23.1 Gangguan
Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia.
Kriteria diagnosis untuk gangguan ini adalah:
 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:
(a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik
yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);
(b) Harus ada beberapa jenis halusinasi yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
(c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya;

- Memenuhi kriteria (a), (b), (c) diatas yang khas untuk gangguan psikotik
polimorfik akut (F23.0);
- Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
(F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
- Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-)

Pasien pada kasus ini, onset yang terjadi pada pasien sejak 2 minggu yang
lalu, terdapat halusinasi auditori dan visual, serta keadaan emosional yang labil
sehingga Aksis I dapat didiagnosis F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
dengan Gejala Skizofrenia namun pasien tetap harus diobservasi apabila terdapat
16

gejala-gejla skizofrenia yang menetap untuk lebih satu bulan maka diagnosis
diubah menjadi skizofrenia.
Pada aksis II, pasien memenuhi kriteria F60.3 Gangguan Kepribadian
Emosional Tak Stabil.
Kriteria diagnosis untuk gangguan ini adalah:
- Terdapat kecendrungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan
ketidakstabilan emosional;
- Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.
Pada kasus ini pasien pernah mengamuk dan berteriak kencang karena merasa
bonekanya tertusuk paku dibagian kepala dan memaksa keluarga untuk mencabut
paku tersebut. Pasien juga pernah menjerat leher dengan hordeng namun sempat
ditolong. Pasien sering menangis secara tiba-tiba namun kadang diam. Pasien juga
mengaku malu dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Pada aksis III, tidak ada diagnosis karena tidak ditemukan adanya gangguan
kondisi medik umum pada pasien. Aksis IV, masalah berkaitan dengan lingkungan
sosial. Dan pada aksis V, pasien mengalami gejala berat (serious), disabilitas berat
(GAF scale adalah 50-41).
17

Anda mungkin juga menyukai