Anda di halaman 1dari 6

PERUBAHAN FISIOLOGIS KALA I PERSALINAN

By. Elisa Christiana, SST

1) Endokrin

Sistem endokrin aktif saat proses terjadinya persalinan menyebabkan kadar estrogen, prostaglandin dan
oksitosin meningkat serta terjadinya penurunan progesteron. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan
kontraksi rahim (his). Dalam persalinan frekuensi kontraksi semakin sering. Oksitosin diduga bekerja
sama melalui prostaglandin yang makin meningkat dengan semakin tuanya kehamilan yang
berpengaruh terhadap terjadinya kontraksi rahim (his).

Kontraksi uterus selama kala I, dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

a) Fase laten

· Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap (± 2 x 10') selama 20".

b) Fase aktif

· Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap.

· Kontraksi dianggap adekuat jika terjadi ± 3 x 10' selama ≥ 40".

2) Tekanan darah (TD)

a. TD meningkat selama_kontraksi (sistolik rata-rata naik 15 [10-20] mmHg dan kenaikan diastolik
dengan rata-rata 5-10 mmHg). Antara kontraksi, TD kembali normal pada level sebelum persalinan.

b. Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu, yaitu:

a) Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh
darah perifer.

b) Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekuensi denyut nadi melambat.

c) Rasa sakit, takut dan cemas, akan meningkatkan TD.

Dalam hal ini, perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklampsia. Oleh karena
itu, diperlukan asuhan yang mendukung untuk dapat menimbulkan ibu rileks atau santai. Posisi tidur
terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar
aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu. Ibu dapat
mengalami hipotensi dan janin akan mengalami asfiksia. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang
ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Untuk memastikan tekanan
darah yang sebenarnya, pastikan mengeceknya dengan baik pada interval diantara kontraksi memberi
data yang lebih akurat, dan lebih baik dengan posisi ibu berbaring miring. Akan tetapi, baik tekanan
sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi. Observasi tekanan darah
dilakukan setiap 4 jam, kecuali ada indikasi (pre eklampsia, riwayat hipertensi). Wanita yang memang
memiliki resiko hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan
otak.

3) Pernafasan (respiratory rate)

a. Terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan dianggap normal.

b. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis respiratorik (pH
meningkat).

Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan masih normal selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi. Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal
pernafasan karena frekuensi dan irama pernafasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut dan
penggunaan teknik pernafasan. Amati pernafasan wanita dan bantu ia mengendalikannya untuk
menghindari hiperventilasi yang panjang, ditandai oleh rasa kesemutan pada ektremitas dan perasaan
pusing.

4) Suhu tubuh

Meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini jangan
melebihi (0,5 -1) °C. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh agak
sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan. Namun, bila
persalinan berlangsung lebih lama, peningkatan suhu dapat mengidentifikasikan dehidrasi dan
parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat
mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini. Evaluasi suhu tubuh
dilakukan setiap 2 jam atau kurang dari 2 jam, jika ada indikasi (KPD).

5) Jantung (cardiovascular)

Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal
ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan
sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan.

Ibu harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver valsava (menahan napas dan
menegakkan otot abdomen) untuk mengejan selama tahap kedua persalinan. Aktivitas ini meningkatkan
tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik vena dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan
tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama ibu melakukan manuver
valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik napas.
6) Ginjal (renal)

a. Poliuria

Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh peningkatan kardiak output,
peningkatan filtrasi dalam glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal.

b. Proteinuria yang sedikit dianggap biasa

Proteinuria (+1) dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat
kerja fisik selama persalinan. Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan. Akan tetapi
protein urin (+2), merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu primipara, anemia,
persalinan lama atau pada kasus pre eklampsia.

Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan karena berbagai
hal, yaitu:

a. edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi

b. Rasa tidak nyaman

c. Sedasi

d. Rasa malu

e. Ibu dengan posisi persalinan terlentang

Kandung kemih harus sering dievaluasi setiap 2 jam untuk mengetahui adanya distensi, untuk
mencegah:

a) Obstruksi persalinan akibat kandung kemih penuh, yang akan mencegah penurunan bagian
presentasi janin.

b) Trauma pada kandung kemih akibat penekanan lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung
kemih dan retensi urin selama periode pasca persalinan awal.

7) Gastro intestinal (GI)

a. Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat berkurang.

b. Pengurangan getah lambung berkurang.

c. Pengosongan lambung menjadi sangat lambat

Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang banyak sekali selama
persalinan. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi
lebih lama.

Makanan yang dikonsumsi selama periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau fase laten
persalinan cenderung akan tetap berada dalam lambung selama persalinan. Lambung yang penuh dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita
harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan. Akan tetapi makan dan
minum sedikit demi sedikit berguna mempertahankan energi dan hidrasi. Perubahan pada saluran cerna
kemungkinan timbul sebagai respons terhadap salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut:
kontraksi uterus, nyeri, rasa takut dan khawatir atau cemas, obat atau komplikasi.

8) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara berangsur. Ditandai dengan peningkatan
suhu, nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. Metabolisme karbohidrat aerob dan
anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan karena kecemasan, dan aktivitas otot skeletal.
Akibat aktivitas otot skeletal yang meningkat, seringkali ibu bersalin mengalami nyeri pinggang, sendi
dan kram kaki.

9) Segmen atas dan bawah rahim

Uterus terdiri atas dua bagian yaitu segmen atas rahim yang dibentuk oleh corpus uteri dan segmen
bawah rahim yang dibentuk oleh istmus uteri. Hal ini berhubungan dengan kontraksi rahim yang
mempunyai sifat khas, antara lain:

a. Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi
menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi (Retraksi).

b. Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur-angsur
berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim (SBR).

c. Sebagian dari isi rahim keluar dari segmen atas rahim (SAR) dan diterima oleh segmen bawah rahim
(SBR).

d. Jadi, segmen atas makin lama makin mengecil sedangkan segmen bawah makin diregang dan makin
tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah.

e. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas antara segmen atas
dan bawah menjadi jelas (lingkaran retraksi yang fisiologis).

f. Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas dan naik mendekat pusat
(lingkaran retraksi yang patologis atau lingkaran bandle).

10) Bentuk rahim

Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun
muka belakang berkurang. Hal ini terjadi karena ukuran melintang berkurang, artinya tulang punggung
menjadi lebih lurus dan dengan demikian kutup atas janin tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah
ditekan ke dalam PAP.

11) Serviks

a. Agar bayi dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks.

b. Pembukaan dari serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks.

c. Pendataran serviks adalah : pendekatan dari kanalis servikalis berupa sebuah saluran yang
panjangnya 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.

d. Pembukaan dari serviks adalah pembesaran dari OUE yang tadinya berupa suatu lubang dengan
diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang dapat dilalui janin kira-kira 10 cm diameternya.

e. Perubahan serviks selama kala I, dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

a) Fase laten

· Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm.

· Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

b) Fase aktif

· Dari pembukaan (4 – 10) cm. Akan terjadi kecepatan rata-rata 1cm per jam (nullipara/ primipara)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

· Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

12) Vagina dan dasar panggul

a. Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami
perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui oleh janin.

b. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran
dengan dinding yang tipis.

c. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva mengahadap ke depan atas. Dari luar peregangan oleh
bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi
terbuka.

13) Hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml, selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti
sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali ada perdarahan post partum.

Ø REFERENSI:
BUKU WAJIB (BW):

1) Varney, H; Jones; Bartlett. (1997) Varney’s Midwifery. New York, N. Y.

2) Saifuddin, A. B. (2002) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
YBP-SP

3) Pusdiknakes. (2001) Buku III Asuhan Kebidanan Pada Ibu Intrapartum. Jakarta. WHO; JHPIEGO.

BUKU ANJURAN (BA):

1) Dep Kes RI. (2003). Dasar-dasar Asuhan Kebidanan. Jakarta. Direktorat Keperawatan dan
Keteknisan Medik.

2) Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC

3) Saifuddin, A. B. (2004) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
YBP-SP.

4) Sufyan, M. (2001) Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta. PP IBI.

5) JNPK. (2007) Buku Asuhan Persalinan Normal Edisi 3. Jakarta. JNPK-KR; POGI.

Anda mungkin juga menyukai