TINJAUAN PUSTAKA
B. Gizi Buruk
1. Pengertian
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui
revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan
balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi melalui tata
laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit,
penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat
melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Masalah Gizi buruk tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor
kesehatan. Gizi buruk merupakan dampak dari berbagai macam
penyebab, seperti rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan,
ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat (sosial budaya), dan
sebagainya.
Oleh karena itu, pemecahannya pun harus secara
komprehensip. Perawatan balita gizi buruk dilaksanakan di Puskesmas
Perawatan atau Rumah Sakit setempat dengan Tim Asuhan Gizi yang
terdiri dari dokter, nutrisionis/dietisien dan perawat, melakukan
perawatan balita gizi buruk dengan menerapkan 10 langkah tata
laksana anak gizi buruk meliputi fase stabilisas untuk mencegah /
mengatasi hipoglikemia, hipotermi dan dehidrasi, fase transisi, fase
rehabilitasi untuk tumbuh kejar dan tindak lanjut.
Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi, baik karena
kekurangan atau kelebihan asupan makanan maupun akibat kebutuhan
yang meningkat. Pada pembahasan selanjutnya yang dimaksud dengan
malnutrisi adalah keadaan klinis sebagai akibat kekurangan asupan
makanan ataupun kebutuhan nutrisi yang meningkat ditandai dengan
adanya gejala klinis, antropometris, laboratoris dan data analisis diet.
(Depkes RI, 2007).
Malnutrisi ringan dan sedang umumnya tidak menunjukkan
gejala klinis yang spesifik: anak tampak kurus, BB/TB : 70-90% atau
diantara -2SD dan -3SD (Z-score), sangat mungkin terdapat gejala
defisiensi nutrien mikro. Malnutrisi berat umumnya menunjukkan
gejala klinis yang khas, BB/TB < 70% atau <-3SD (Z-score) kecuali
bila ada edema serta sudah terdapat kelainan biokimiawi. Saat ini
kriteria WHO 1999 digunakan untuk diagnosis dan tatalaksana anak
malnutrisi berat. (Depkes RI, 2007)
2. Jenis Malnutrisi
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe
marasmus dan tipe marasmik-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut
didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe
yang berbeda-beda.
a) Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama
terjadi selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi
pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua
(berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan
tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan,
gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran
hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak
menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah:
1) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar
lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
2) Wajah seperti orang tua
3) Otot paha mengendor (baggy pant)
4) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih
terasa lapar (Depkes RI, 2000)
b) Kwasiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein
yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat, asupan kalori
biasanya juga mengalami defisiensi.
Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan
protein yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita
kwashiorkor, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan,
perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan
pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita
ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala
gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala
penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit. (Hassan et
al., 2005).
c) Marasmus-Kwasiorkor
Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun
protein, dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak
subkutan, dan biasanya dehidrasi. Gambaran klinis merupakan
campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
(Dorland, 1998)
3. Faktor Penyebab Malnutrisi
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
a) Penyebab langsung, kurangnya jumlah dan kualitas makanan
yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan
menderita penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup
baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita
kurang gizi.
b) Penyebab tidak langsung, ketersediaan pangan rumah tangga,
perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain
selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi
buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan
pangan dan kesempatan kerja.
Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan
kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya. (Dinkes
SU, 2006)
4. Patofisiologi
Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka
akan terjadi deplesi cadangan nutrien pada jaringan tubuh dan
selanjutnya kadar dalam darah akan menurun. Hal ini akan
mengakibatkan tidak cukupnya nutrien tersebut di tingkat seluler
sehingga fungsi sel terganggu misalnya sintesis protein, pembentukan
dan penggunaan energi, proteksi terhadap oksidasi atau tidak mampu
menjalankan fungsi normal lainnya. Bila berlangsung terus maka
gangguan fungsi sel ini akan menimbulkan masalah pada fungsi
jaringan atau organ yang bermanifestasi secara fisik seperti gangguan
pertumbuhan, serta kemunculan tanda dan gejala klinis spesifik yang
berkaitan dengan nutrien tertentu misal edema, xeroftalmia,
dermatosis, dan lain-lain yang kadang-kadang ireversibel. (Depkes RI,
2007).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok
atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,
protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah
25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi jika kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di
dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan
sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi
nutrisi yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.
5. Diagnosis
Gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri
dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda
tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur
penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan
vitamin dan mineral yang menyertainya. (Krisnansari D., 2010).
Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas,
yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan
yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan
sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan
tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan
yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau
terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya
beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi
tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun,
tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan
perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya
dijumpai kelainan kulit dan rambut.
Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang
berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi
dan kepadatan penduduk. (Krisnansari D, 2010).
6. Komplikasi
a) Syok
b) Hipoglikemi
c) Hipertermi
d) Septikemia
e) Infeksi
f) Dehidrasi
g) Gangguan keseimbangan elektrolit, asam basa
h) Jangka panjang: berkurangnya potensi tumbuh kembang
7. Manifestasi Klinik
a) Kelelahan dan kekurangan energi
b) Pusing
c) Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh
kesulitan untuk melawan infeksi)
d) Kulit yang kering dan bersisik
e) Gusi bengkak dan berdarah
f) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
g) Berat badan kurang
h) Pertumbuhan yang lambat
i) Kelemahan pada otot
j) Asites
k) Tulang yang mudah patah
l) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
8. Penatalaksanaan Malnutrisi
Menurut Depkes RI (2005), penatalaksanaan gizi buruk yaitu:
a) Mencegah dan mengatasi hipoglikemi. Hipoglikemi jika kadar
gula darah <54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat rendah,
kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat.
Pengelolaan berikan segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau
gula 1 sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan,
penderita diberi makan tiap 2 jam, antibotik, jika penderita tidak
sadar, lewat sonde. Dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika
masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka ulang pemberian
cairan gula tersebut.
b) Mencegah dan mengatasi hipotermi. Hipotermi jika suhu tubuh
anak <350 C , aksila 3 menit atau rectal 1 menit. Pengelolaannya
ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan bersih,
sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung
tangan dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya
(metode kanguru), cepat ganti popok basah, antibiotik. Dilakukan
pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai suhu > 36,5oC,
pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala, kaos kaki.
c) Mencegah dan mengatasi dehidrasi.
d) Koreksi gangguan elektrolit.
e) Mencegah dan mengatasi infeksi.
f) Mulai pemberian makan.
g) Koreksi kekurangan zat gizi mikro. Berikan setiap hari minimal 2
minggu suplemen multivitamin
h) Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang. Mainan
digunakan sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur
dan perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi
stimulasi psikologis, baik mental, motorik dan kognitif.
9. Kebutuhan nutrisi pada anak
Pemberian makanan tambahan sebagai pendamping ASI dimulai
saat anak berusia 6 bulan dengan tetap memberikan ASI. Pemberian
makanan tambahan ASI dinaikkan bertahap dari segi jumlah, frekuensi
pemberian, dan jenis dan konsistensi makanan yang diberikan. Untuk
anak yang mendapatkan ASI, rata-rata makanan tambahan yang harus
diberikan 2-3 kali/hari untuk usia 6-8 bulan, 3-4 kali/hari untuk usia 9-
11 bulan dan 4-5 kali/hari usia 12-24 bulan (Michaelsen, 2005).
Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien
dan mikronutrien. Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh
dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung
yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak
sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga
kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit
dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak ,
vitamin tidak larut lemak dan mineral (Wardlaw et al., 2004).
a) Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi manusia.Satu
gram karbohidrat menghasilkan 4 Kkal.Sebagian karbohidrat
berada di dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan
energi segera dan sebagian lagi disimpan sebagai glikogen di dalam
hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak
(Almatsier, 2001).
b) Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah
protein, separohnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang
dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di
dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi
khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
(Almatsier S., 2001)
c) Lemak
Lemak adalah senyawa-senyawa heterogen yang bersifat
tidak larut dalam air. Lemak merupakan cadangan energi tubuh
paling besar. Lemak disimpan sebanyak 50% di jaringan bawah
kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut dan
5% di jaringan intramuskuler (Almatsier S., 2001).
d) Vitamin
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang
dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umunya tidak
dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin termasuk kelompok zat
pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin
mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. (Almatsier S., 2001)
Penelitian-penelitian membedakan vitamin dalam dua
kelompok : vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K)
dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan C). Sebagian besar
vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain. Vitamin larut
air biasanya tidak disimpan di dalam tubuh dan dikeluarkan melalui
urin dalam jumlah kecil. Oleh sebab itu, vitamin larut air perlu
dikonsumsi tiap hari untuk mencegah kekurangan yang dapat
mengganggu fungsi tubuh normal (Almatsier S., 2001).
e) Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang
peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada
tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap
metabolismen terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-
enzim (Almatsier S., 2001).