Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelanggaran HAM (Hak asasi Manusia) di Indonesia & dunia, contohnya di Indonesia
banyak kasus-kasus pelanggaram HAM yang kini pelum diusut sampai tuntas, hal ini tentu saja
menjadi perhatian kita semua untuk belajar dari sejarah mengenai contoh-contoh kasus
pelanggaran HAM baik itu di Indonesia atau yang terdapat di berbagai negara agar tidak
terulang di hari kemudian.
Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia untuk
memperoleh perlindungan dari negara. Perlindungan dari hak-hak asasi manusia ini tidak akan
terjamin dengan hanya menyatakan bahwa hak-hak asasi manusia ini diakui. Yang diperlukan
ialah suatu persediaan yang lebih konkrit. Persediaan konkrit dimaksud adalah adanya
pembagian/pemisahaan kekuasaan (trias politica), yang mana ada kekuasaan legislatif,
eksekutif dan yudikatif dalam bentuk negara hukum
Coba kita bayangkan betapa kejamnya negara kita dahulu disaat HAM ibarat tulisan dan
nama saja yang tak berfungsi apa-apa. Tentu kita semua tidak ingin berada di masa tersebut
yang terdapat banyak pelanggaran-pelanggaran HAM baik yang ringan maupun yang berat.
Apalagi jika saat ini HAM sama seperti dulu, tentu banyak macam-macam kasus pelanggaran
HAM di sekitar kita, jadi beruntunglah kita sekarang ini HAM (Hak Asasi Manusia) kini telah
hadir, telah kuat, dan dapat menjaga kita semua.
Indonesia sebagai negara hukum menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin
segala hak warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, dan
wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Penjabaran
hak asasi manusia ini selain dalam UUD juga dalam berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Konsep negara hukum yang berkembang di negara-negara barat, selalu
mensyaratkan adanya perlindungan hak asasi manusia sebagai hak dasar manusia.
Pengaturan dan penegakan hak asasi manusia di dalam negara hukum mutlak
diperlukan, khususnya di Indonesia. Selain itu menurut Soerjono Soekanto perlu ditingkatkan
kesadaran hukum masyarakat, sehingga masing-masing anggotanya menghayati hak dan
kewajibannya, serta secara tidak langsung meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana

1 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


penegak hukum ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan
martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum sesuai Undang Undang Dasar 1945.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang penegakan
HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya
menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini,
pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun
makalah yang berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Indonesia”,untuk memberikan
informasi tentang apa itu pelanggaran HAM.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan makalah ini yaitu :
1. Apa saja bentuk-bentuk pelanggaran HAM ?
2. Apa saja contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia ?
3. Bagaimana Upaya pemerintah dalam penegakkan HAM di Indonesia ?
4. Bagaimana peran masyarakat dalam penegakkan HAM di Indonesia ?
5. Bagaimana upaya perlindungan HAM di Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran HAM
2. mengetahui dan memahami kasus pelanggaran HAM di Indonesia
3. mengetahui upaya pemerintah dalam penegakkan HAM di Indonesia
4. mengetahui peran masyarakat dalam penegakkan HAM di Indonesia
5. mengetahui perlindungan HAM di Indonesia

2 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak yang bersifat universal. Secara historis, hak asasi
manusia sudah ada dalam Magna Charta, tahun1215 di Inggris. Oleh banyak para ahli-ahli
hukum, Magna Charta ini dianggap sebagai dasar utama hak-hak demokratis. Dalam piagam
ini raja Inggris John Lackland (John tidak bernegeri, Jan zonder land) telah dipaksakan
untuk mengakui hak-hak dari rakyat yang sudah hidup sejak turun temurun. Kemerdekaan
seseorang tidak boleh dirampas jika tak didasarkan undang-undang dan keputusan hakim.
Pajak-pajak tidak boleh dipungut semata-mata atas perintah raja saja, untuk memungut pajak
ini terlebih dahulu diperlukan persetujuan dari suatu dewan permusyawaratan. Meskipun
belum sempurna, Magna Charta ini dapat dipandang sebagai permulaan daripada pengakuan
kebebasan dan kemerdekaan rakyat.
Menurut Living Stone Hall, sebagai mana dikutip Mien Rukmini,5 Pasal 39 dari
Magna Charta menentukan bahwa “tidak seorangpun boleh dikurung, dirampas miliknya,
dikucilkan atau diambil nyawanya, kecuali melalui hukuman yang saholeh hukum
negaranya”. Kemudian pada abad ke enam belas diperluas dengan ketentuan bahwa “tiada
orang yang pada tingkat atau dalam kondisi kehidupan apapun juga boleh dibawa, atau
dikurung, atau dihukum mati, tanpa dipertanggung jawabkan sebagaimana mestinya melalui
proses hukum yang wajar”.
Perkembangan selanjutnya adalah proklamasi suatu Bill of Right, pada tahun 1776 di
Virginia, Amerika Serikat. Dalam ilmu hukum internasional proklamasi ini seringkali disebut-
sebut dan dipandang sebagai salah satu dari dokumen-dokumen terpenting, dalam mana hak-
hak asasi manusia telah ditetapkan. Dengan susunan perkataan-perkataan yang menawan
hatidinyatakan dalam proklamasi tersebut, bahwa tiap-tiap manusia yang hidup dalam dunia
ini sebenarnya telah diciptakan merdeka dengan dikurniaibeberapa hak y a n g t i d a k d a p a
t d i r a m p a s a t a u dimusnahkan. Bahwa tiap-tiap manusia berhak untuk hidup dalam
kesejahteraan dan perdamaian tenpa ketakutan akan dirampasnya hak-hak miliknya oleh
penguasa, bahwa semua kekuasaan sesungguhnya dari rakyat.6 Selanjutnya pada tahun itu
juga muncul Declaration of Independence yang menjadi tonggak sejarah Amerika dengan
dilindunginya hak-hak kebebasan perseorangan. Semua orang diciptakan sama, demikian inti

3 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


proklamasi tersebut. Pada tahun 1941 Presiden Amerika Serikat, Franklin D Roosevelt
menyatakan bahwa ada empat hak dasar manusia yang suci dan harus dihormati, yaitu:
a. kemerdekaan berbicara,
b. kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengabdi kepada Tuhan menurut
kepercayaannya masing-masing,
c. kebebasan dari kemiskinan
d. kebebasan dari ketakutan.
Pada tahun 1946, dalam tubuh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dibentuk
“Commission on Human Rights”. Komisi bertugas merumuskan HAM yang meliputi hak-hak
sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Hasil kerja Komisi diumumkan
pada tanggal 10 Desember 1948 dalam “Declaration of Human Rights”. Hak asasi manusia itu
meliputi hak-hak sipil dan politik (civil and political rights), dan hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya (economic, social and cultural rights).
Apabila hak - hak tersebut dijabarkan lebih lanjut, HAM itu meliputi:
 Hak-hak asasi pribadi atau “the personal rights”, yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan sebagainya
 Hak-hak asasi ekonomi atau “the property rights”, yaitu hak untuk memiliki sesuatu,
membeli dan menjual serta memanfaatkannya
 Hak-hak asasi manusia untuk mendapat kan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau yang biasa disebut “the rights of legal equality”
 Hak-hak politik atau “the political rights”, yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak m e n d i r i
k a n partai politik dan sebagainya
 Hak-hak sosial dan kebudayaan atau “the social and cultural rights”, misalnya hak
untuk memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan dan sebagainya
 Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau
“the procedural rights”, misalnya peraturan dalam hal penangkapan, penggeledahan,
peradilan dan sebagainya.

4 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


B. Pengertian HAM
Hak asasi manusia pada hekekatnya merupakan hak- hak fundamental yang melekat
pada kodrat manusia sendiri, yaitu hak- hak yang paling dasar dari aspek- aspek kodrat
manusia sebagai manusia. Setiap manusia adalah ciptaan yang luhur dari Tuhan Yang Maha
Esa. Setiap manusia harus dapat mengembangkan dirinya sedemikian rupa sehingga dia dapat
berkembang secara leluasa. HAM tidak tergantung pada pengakuan orang lain , tidak
tergantung dari pengakuan masyarakat atau negara.
Penindakan terhadap HAM bertentangan dengan keadilan dan kemanusiaan, sebab
prinsip dasar keadilan dan kemanusiaan adalah bahwa semua manusia memiliki martabat
yang sama dengan hak- hak dan kewajiban yang sama. Setiap manusia, setiap Negara
dimanapun, kapanpun wajib mengakui dan menjunjung tinggi HAM sebagai hak- hak
fundamaental atau hak- hak dasar. Sebagaimana dikemukakan dalam ketentuan pasal1 angka
1 Undang- Undang No 39 tahun 1999, yang intinya bahwa Haka Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.

C. Pengertian Pelanggaran HAM


Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak
asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak
Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan
tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

5 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan
baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak
asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi
pijakanya.
D. Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum
Konsep Negara Hukum mulai berkembang dengan pesat sejak akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20. Di Eropa Barat/ Kontinental, Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl
menyebutnya dengan istilah Rechtsstaat, sedangkan di negara-negara Anglo Saxon, A.V.
Dicey menggunakan istilah Rule of Law.
Menurut F.J. Stahl merumuskan unsur-unsur Rechtsstaat dalam arti klasik sebagai
berikut :
a. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan negara untuk menjamin hak-hak asasi manusia;
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan;
d. Adanya peradilan administrasi.
Dalam perkembangan negara hukum, unsur-unsur yang dikemukakan oleh Stahl
tersebut kemudian mengalami penyempurnaan yang secara umum dapat dilihat sebagaimana
tersebut di bawah ini:
a. Sistem pemerintahan yang didasarkan atas kedaulatan rakyat.
b. Bahwa pemerintah dalam melaksana kan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
hukum atau peraturan perundang-undangan.
c. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).
d. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.
e. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang bebas dan
mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak
berada dibawah pengaruh eksekutif.
f. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga negara untuk turut
serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah.
g. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata
sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.

6 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


Pandangan ini tidak lepas dari sejarah munculnya negara demokrasi (modern) karena
munculnya negara demokrasi itu seiring dengan pengakuan persamaan hak di depan hukum
(equality before the law) dan hak-hak asasi manusia, sehingga Negara hukum yang demokratis
bercirikan pula adanya pembatasan kekuasaan oleh hukum untuk menghindari kekuasaan
sewenang-wenang penguasa dan adanya badan peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Unsur-unsur Rule of Law menurut A.V. Dicey adalah sebagai berikut :
a. supremasi aturan-aturan hukum (the absolute supremacy of predominance of
reguler law)
b. kedudukan yang sama dihadapan hukum (equality before the law, or the equal
subjection of all classes to the ordinary law of the land administrated by ordinary
law courts)
c. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (a formula expressing the fact that
with us the law of constitution, the rules wich in foreign countries naturally form
parts of a constitutional code, are not the source but the consequense of the rights
of individuals as defined and enforced by the countries)
Selanjutnya menurut J.B.J.M. ten Berge bahwa prinsip-prinsip negara hukum dan prinsip-
prinsip negara demokrasi sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip negara hukum;
1) Asas legalitas , pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemerintah) harus
ditemukan dasarnya dalam undang-undang yang merupakan peraturan umum.
Undang-undang secara umum harus memberikan jaminan (terhadap warga
masyarakat) dari tindakan (pemerintah) yang sewenang-wenang, kolusi, dan
berbagai jenis tindakan yang tidak bena r. Pelaksanaan wewenang oleh organ
pemerintahan harus dikembalikan dasarnya pada undang-undang tertulis, yakni
undang-undang formal.
2) Perlindungan hak-hak asasi
3) Pemerintah terikat pada hukum.
4) Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum. Hukum harus
dapat ditegakkan, ketika hukum tersebut dilanggar. Pemerintah harus menjamin
bahwa di tengah masyarakat terdapat instrumen yuridis penegakan hukum.

7 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


Pemerintah dapat memaksa seseorang yang melanggar hukum melalui sistem
peradilan negara.Memaksakan hukum publik, secara prinsip merupakan tugas
pemerintah.
5) Pengawasan oleh hakim yang merdeka. Superioritas hukum tidak dapat
ditampilkan, jika aturan-aturan hukum hanya dilaksanakan organ pemerintahan.
Oleh karena itu dalam setiap negara hukum diperlukan pengawasan oleh hakim
yang merdeka.
b. Prinsip-prinsip demokrasi;
1) Perwakilan politik. Kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara dan dalam
masyarakat diputuskan oleh badan perwakilan, yang dipilih melalui pemilihan
umum.
2) Pertanggungjawaban politik . Organ-organ pemerintahan dalam menjalankan
fungsinya sedikit banyak tergantung secara politik yaitu kepada lembaga
perwakilan.
3) Pemencaran kewenangan .
4) Pengawasan dan kontrol . (Penyelenggaraan) pemerintahan harus dapat dikontrol.
5) Kejujuran dan keterbukaan pemerintahan untuk umum
6) Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam kedua macam negara hukum tersebut di atas, baik
Rechtsstaat maupun Rule of Law mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan pokok
antara Rechtsstaat dengan Rule of Law adalah adanya keinginan untuk memberikan
perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang telah diimpikan berabad-
abad lamanya dengan perjuangan dan pengorbanan yang besar. Faktor utama penyebab
timbulnya penindasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia itu, karena terpusatnya
kekuasaan negara secara mutlak pada satu tangan, yakni raja atau negara (absolut). Karena
itu adanya keinginan untuk memisahkan atau membagikan kekuasaan negara kepada
beberapa badan atau lembaga negara lainnya, merupakan salah satu cara untuk menghindari
terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan sekaligus memberikan jaminan serta
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Demikian pula harapan agar pemerintahan
dijalankan berdasarkan hukum atas dasar persamaan dihadapan hukum, terkandung maksud

8 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


untuk mewujudkan pemerintahan bukan oleh manusia tetapi oleh hukum (Government by
laws, not by men).
Dalam negara demokrasi modern, semua pihak terikat pada hukum, tidak hanya warga
masyarakatnya tetapi juga pemerintah. Jaminan adanya hak asasi manusia merupakan bagian
penting dalam pelaksanaan negara demokrasi. Hak-hak asasi tersebut melekat pada diri
manusia dan apabila hukum menghendaki, muncul sejak manusia itu ada dalam kandungan
ibunya. Asas-asas pemerintahan yang baik menjadi tuntutan yang harus ada dalam setiap
hukum dan perundang - undangannya . Sistem kontrol dan transparansi pemerintahan menjadi
milik rakyat dan rakyat berhak untuk mengajukan keberatan apabila terjadi penyimpangan-
penyimpangan dai pemerintahan. Hukum menempati peranan sentral karena tidak hanya
merambah pada rakyat tetapi juga penyelenggara negara.
Menurut Philip Nonet dan Philip Selznick terdapat tiga kategori hukum yaitu: hukum
repressive, hukum otonom dan hukum responsive. Ke tiga tipe tersebut harus dilihat sebagai
berkaitan satu sama lainnya di dalam urutan perkembangan. Ketiga tipe itu juga tidak hanya
merupakan tipe-tipe hukum yang berbeda satu sama lainnya melainkan dapat juga diartikan
sebagai tahap-tahap evolusi di dalam hubungan hukum dengan tata politik dan tata sosial.
Masing-masing tipe hukum berhubungan dengan suatu problem lain dalam tata sosial.
Dalam hukum represif, tata tertibnya sendiri yang menarik semua perhatian. Hukum
otonom mempermasalah kan legitimasi daripada tata tertib sosial. Legitimasi ini didasarkan
atas ide bahwa tata tertib social dapat dibuat sah apabila penggunaan kekuasaan diletakkan
di bawah pengawasan dari prinsip-prinsip konstitusional, prosedur-prosedur formal, dan
institusi-institusi peradilan yang bebas. Ini pada dasarnya adalah cita-cita kekuasaan berdasar
hukum yang klasik liberal. Dalam hukum responsive pada akhirnya yang dipermasalahkan
adalah tujuan tata tertib social. Tipe hukum ini berasal dari suatu hasrat untuk membuat
hukum lebih bertujuan di dalam melayani manusia dan institusi-institusi untuk mencapai,
tidak hanya keadilan yang formal, tetapi juga keadilan yang substantive
Model perkembangan dilandasi suatu dinamika dari dalam yang mendorong hukum
represif ke arah hukum otonom, dan hukum otonom ke arah hukum responsive. Dalam
pengkategorian, maka hukum represif menempati posisi yang terendah, kemudian disusul
oleh hukum yang otonom baru kemudian hukum yang responsive. Ketiganya dapat berubah-
ubah sesuai dengan penerapan hukumnya di masyarakat. Hukum repressive, tidak bisa

9 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


memecahkan problem legitimasi selama ia tetap bersifat represif; ia hanya mampu
memecahkannya apabila ia menjadi hukum otonom. Hukum otonom tendensinya ke arah
formalisme hukum, yang akan mengurangi relevansi hukum untuk pemecahan problem, dan
yang akan membuatnya tidak peka terhadap tuntutan-tuntutan keadilan sosial. Hal ini
merupakan kelemahan utama hukum otonom. Hukum otonom hanya akan mampu mengatasi
kelemahan ini bila ia menjadi lebih responsive terhadap gerak dinamika masyarakatnya.
Dengan kemampuannya memahami gerak dinamika masyarakatnya, maka dapat
dikatakan hukum itu mampu merespon dan melayani manusia. Apabila hal ini dikaitkan
dengan pandangan Lawrence Friedman, maka hukum itu memperoleh tempatnya yang logis
dalam kerangka budaya milik masyarakat umum, yang didalamnya antara lain keseluruhan
nilai sosial yang berhubungan dengan hukum, rasa respek atau tidak respek terhadap hukum,
kesediaan orang untuk menggunakan pengadilan atau tidak menggunakan pengadilan dan
lain sebagainya . Disamping itu secara struktural, bagian-bagian yang ada didalamnya
bergerak dalam suatu mekanisme dan secara substansi adalah hasil-hasil aktual yang
diterbitkan oleh sistem hukum, yang termasuk didalamnya adalah kaidah-kaidah tak tertulis.
Dengan demikian dalam analisis terhadap putusan pengadilan ini masuk dalam
kategori hukum yang otonom, karena belum sepenuhnya mampu memenuhi dan melayani
kepentingan masyarakat, dan masih cenderung formal procedural.

E. Pengaturan HAM dalam Pancasila dan UUD 1945


Hak asasi manusia yang diatur dalam UUD 1945 telah lahir terlebih dahulu daripada
Declaration of Human Rights. UUD 1945 menjamin tegaknya negara hukum, dalam arti tidak
hanya sebagai negara hukum dalam arti formal atau sempit, tetapi juga dalam arti material
atau dalam arti luas. Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 menegaskan hal itu yang berbunyi
“Kemudian daripada itu untuk menbentuk suatu Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum , mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial....”
Para penyusun UUD tersebut berkehendak bahwa mereka menyusun UUD
berdasarkan asas kekeluargaan, suatu asas yang sama sekali bertolak belakang dengan paham
individualisme dan liberalisme.

10 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


Tataran hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan
pengejawantahan cita hukum yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Cita hukum
yang dimaksud adalah segenap gagasan, ide, keinginan, cipta dan pikiran berkenaan dengan
hukum atau persepsi tentang makna hukum, yang dalam intinya menurut Gustav Radbruch
terdiri dari atas tiga unsur: keadilan, daya guna/manfaat dan kepastian hukum. Cita hukum ini
terbentuk dalam pikiran dan s an u b ar i manusia sebagai produk berpadunya pandangan
hidup, keyakinan keagamaan dan kenyataan kemasyarakat an, cita hukum itu akan
mempengaruhi dan berfungsi sebagai asas hukum umum yang mempedomani, norma kritik
(kaidah evaluasi) dan faktor yang memotivasi dalam penyelenggaraan hukum (pembentukan,
penemuan dan penerapan hukum) dan perilaku hukum. Dirumuskan dan dipahaminya cita
hukum akan memudahkan penjabarannya ke dalam berbagai perangkat aturan kewenangan
dan aturan perilaku, dan memudahkan terjaganya konsistensi dalam penyeleng garaan hukum.
Di Indonesia, cita hukum itu berakar dari Pancasila, yang oleh para pendiri Negara
ditetapkan sebagai dasar kefilsafatan dalam menata kerangka dan struktur dasar organisasi
Negara sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa Indonesia yang berisikan pandangan bangsa Indonesia dalam
berhubungan antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan sesamanya, serta antara
manusia dengan alam semesta. Dalam pandangan hidup itu akan memberikan arah pandangan
dalam pikiran dan tindakan, dan hal ini sudah tercermin dalam Pembukaan, rumusan pasal-
pasal, Aturan Peralihan dan Aturan tambahan. Pelaksanaan UUD 1945 harus dilakukan mulai
dari konsolidasi norma hukum hingga dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan hukum berdasarkan Pancasila adalah mewujudkan pengayoman bagi
manusia, yakni melindungi manusia secara pasif dengan mencegah tindakan sewenang-
wenang, dan secara aktif dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi yang
memungkinkan proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar sehingga secara adil tiap
manusia memperoleh kesempatan yang luas dan sama untuk mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya secara utuh.
Hak asasi manusia yang yang dilandasi falsafah integralistik dalam
Pancasila bermuara kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana terkandung dalam sila
pertama, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa bagi orang yang
beragama tentulah dalam masyarakat lebih mengutamakan kewajib an bagi umat manusia, baik

11 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


sebagai orang biasa maupun sebagai pejabat, mengutama kan kewajiban akan mendatangkan
kesentausaan serta kedamaian, demikian Bismar Siregar. 17 Oleh karena itu penggunaan HAM
di Indonesia harus diimbangi dengan kewajiban asasi, sehingga hak dan kewajiban asasi
merupakan dwitunggal.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 harus menjadi acuan dasar sehingga benar-benar
hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan Negara dan kehidupan warga Negara (the living
constitution).
Sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa, maka UUD 1945 tidak mengatur
secara detil berbagai permasalahan yang ada, termasuk didalamnya yang mengatur hak-hak
asasi manusia.
Menurut UUD 1945 Pasal 1 ayat (2) dan (3) perubahan ketiga, disebutkan bahwa : (2)
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. (3)
Negara Indonesia adalah Negara hukum.
Konsekuensi logis dari hal tersebut diatas adalah bahwa setiap tindakan baik yang
dilakukan oleh penyelenggara negara maupun rakyat haruslah berdasarkan pada hukum,
dimana hukum yang menjadi landasan pola gerak dan berpikir dalam penyelenggaraan negara
di Indonesia. Pada dasarnya prinsip-prinsip negara hukum bagi Indonesia sudah terpenuhi, dan
dalam garis besarnya sudah diatur dalam UUD 1945.
Pengaturan hak asasi manusia dalam Undang Undang Dasar 1945 yaitu Pasal 27,
Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 33 dan Pasal 34 kemudian ditambah dengan
pasal-pasal baru hasil amandemen, yaitu Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J.
Pencantuman pasal-pasal tentang HAM dalam UUD 1945, selain senafas dengan jiwa
negara hukum, juga sebagai mana diisyaratkan dalam Penjelasan UUD 1945 ialah memuat
hasrat bangsa Indonesia untuk membangun negara yang bersifat demokratis yang hendak
menyelenggarakan keadilan sosial dan perikemanusiaan.
Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak asasi manusia,
antara lain Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Undang-
undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat UU HAM),
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia serta Keputusan Presiden
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun
2004 – 2009.

12 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, khususnya
pasal-pasal 35, 36 dan 66, kedudukan yang sama di depan hukum tersirat didalamnya.
Kemudian dalam Penjelasan Umum pada angka 2 nya mengulang dan menegaskan Pasal 27
UUD 1945, yang menyatakan:“ ….. menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin
segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Pengaturan mengenai hak asasi manusia secara lebih rinci diatur dalam UU HAM. UU
HAM ini merupakan payung dari seluruh peraturan perundang - undangan tentang hak asasi
manusia di Indonesia. Pelanggaran baik langsung maupun tidak langsung atas hak asasi
manusia dikenakan sanksi pidana perdata dan/ atau administrative sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Hak-hak yang diatur dalam UU HAM adalah :
 Hak untuk hidup
 Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
 Hak memperoleh keadilan
 Hak atas kebebasan pribadi
 Hak atas rasa aman
 Hak atas kesejahteraan
 Hak turut serta dalam pemerintahan,
 Hak wanita,
 Hak anak.

Selanjutnya peraturan perundang-undangan yang lain yang mengatur hak asasi


manusia adalah dalam UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia serta
Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia Indonesia Tahun 2004 – 2009. Keputusan presiden ini merupakan penjelmaan dari
Vienna Declaration and Programme of Action of The World Conference on Human Rights
(Deklarasi dan Program Aksi di Bidang Hak Asasi Manusia) yang diterima oleh Negara-negara
anggotanya pada tanggal 25 Juni 1993.

13 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


BAB III
PEMBAHASAN
A. Bentuk – bentuk pelanggaran HAM
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak
asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.
Hampir dapat dipastikan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan pelanggaran
hak asasi manusia, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain. Pelanggaran itu, bisa
dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, baik secara perorangan ataupun kelompok.
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
 Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan massal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan.
(UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM).
2. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan
yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti pengusiran penduduk
secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.
 Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain

14 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


B. Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Kita telah mengetahui bahwa hak asasi manusia itu hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan
keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak pada
pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang lain,
menjarah dan lain-lain. Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara
aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering
terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Kenyataan yang terjadi di
Indonesia adalah banyaknya kasus HAM. Berikut adalah kasus-kasus HAM yang terjadi
sebelum era reformasi.
a. 1965
 Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jendral Angkatan Darat.
 Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan mereka yang
diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia. Aparat keamanan terlibat
aktif maupun pasif dalam kejadian ini.
b. 1966
 Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus berlangsung,
banyak yang tidak terurus secara layak di penjara, termasuk mengalami siksaan dan
intimidasi di penjara.
 Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi pada bulan
Desember.
 Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember.
c. 1967
 Koran- koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah.
 April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi anti Cina di
Jakarta.
 Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.

15 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


d. 1969
 Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak diadili dikirim
ke sana.
 Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
 Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat, sehingga
hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung dengan Indonesia
belum mewakili suara seluruh rakyat Papua.
 Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi aktivitas
politik, partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar disebut-
sebut bukan termasuk partai politik.
e. 1970
 Pelarangan demo mahasiswa.
 Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.
 Sukarno meninggal dalam ‘tahanan’ Orde Baru.
 Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.
f. 1971
 Usaha peleburan partai- partai.
 Intimidasi calon pemilih di Pemilu ’71 serta kampanye berat sebelah dari Golkar.
 Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa ganti rugi yang
layak.
 Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemuda- pemuda yang
di duga masih ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana yang
kemudian diadili adalah Sum Kuning sendiri. Akhirnya Sum Kuning dibebaskan.
g. 1972
 Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung.
h. 1973
 Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung.
i. 1974
 Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang yang
meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaran- pembakaran pada peristiwa
Malari. Sebelas pendemo terbunuh.

16 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


 Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain ‘Indonesia Raya’ pimpinan
Muchtar Lubis.
j. 1975
 Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.
 Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius.
k. 1977
 Tuduhan subversi terhadap Suwito.
 Kasus tanah Siria- ria.
 Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan barang milik
seorang hakim perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta tambahan
atas bayaran yang kurang dari si hakim.
 Kasus subversi komando Jihad.
l. 1978
 Pelarangan penggunaan karakter- karakter huruf Cina di setiap barang/ media
cetak di Indonesia.
 Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas berjalannya
pemerintahan, beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi.
 Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas, yang memberitakan peritiwa
di atas.

Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiiwa
besar pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari
pemerintah dan masyarakat Indonesia, seperti :
1. Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal
dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran
HAM dimana terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan
penembakan.
2. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong,
Jatim (1994)

17 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di PT
Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan
diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan
pembunuhan.
3. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian
Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan
sudah tewas.
4. Peristiwa Aceh (1990)
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban, baik
dari pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga
dipicu oleh unsur politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh
merdeka.
5. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap para
aktivis yang menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang
dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang).
6. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya
luka-luka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga
sipil meninggal) dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa
meninggal dan 217 orang luka-luka).
7. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999 di
timor timur secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi Kebenaran dan
Persahabatan (KKP) Indonesia - Timor Leste kepada dua kepala negara terkait.
8. Kasus Ambon (1999)
Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang merambat
kemasala SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi
penganiayaan dan pembunuhan yang memakan banyak korban.

18 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


9. Kasus Poso (1998 – 2000)
Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri dengan
bentuknya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso.
10. Kasus Dayak dan Madura (2000)
Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian etnis) yang juga memakan
banyak korban dari kedua belah pihak.
11. Kasus TKI di Malaysia (2002)
Terjadi peristiwa penganiayaan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia dari persoalan
penganiayaan oleh majikan sampai gaji yang tidak dibayar.
12. Kasus bom Bali (2002) DAN beberapa tempat lainnya
Telah terjadi peristiwa pemboman di Bali, yaitu tahun 2002 dan tahun 2005 yang
dilakukan oleh teroris dengan menelan banyak korban rakyat sipil baik dari warga
negara asing maupun dari warga negara Indonesia sendiri.

Selain kasus-kasus besar diatas, terjadi juga pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti
dilingkungan keluarga, dilingkungan sekolah atau pun dilingkungan masyarakat.
 Contoh kasus pelanggaran HAM dilingkungan keluarga antara lain:
1. Orang tua yang memaksakan keinginannya kepada anaknya (tentang masuk sekolah,
memilih pekerjaan, dipaksa untuk bekerja, memilih jodoh).

2. Orang tua menyiksa/menganiaya/membunuh anaknya sendiri.

3. Anak melawan/menganiaya/membunuh saudaranya atau orang tuanya sendiri.

4. Majikan dan atau anggota keluarga memperlakukan pembantunya sewenang-wenang


dirumah.

 Contoh kasus pelanggaran HAM di sekolah antara lain :

1. Guru membeda-bedakan siswanya di sekolah (berdasarkan kepintaran, kekayaan, atau


perilakunya).

2. Guru memberikan sanksi atau hukuman kepada siswanya secara fisik (dijewer, dicubit,
ditendang, disetrap di depan kelas atau dijemur di tengah lapangan).

19 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


3. Siswa mengejek/menghina siswa yang lain.

4. Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain.

5. Siswa melakukan tawuran pelajar dengan teman sekolahnya ataupun dengan siswa dari
sekolah yang lain.

 Contoh kasus pelanggaran HAM di masyarakat antara lain :

1. Pertikaian antarkelompok/antargeng, atau antarsuku(konflik sosial).

2. Perbuatan main hakim sendiri terhadap seorang pencuri atau anggota masyarakat yang
tertangkap basah melakukan perbuatan asusila.

3. Merusak sarana/fasilitas umum karena kecewa atau tidak puas dengan kebijakan yang
ada.

C. Upaya Pemerintah dalam Penegakkan HAM


Penegakkan HAM itu penting dilakukan di Indonesia :
 agar negara Indonesia tidak termasuk negara ‘unwillingness state’ yaitu negara yang
tidak mempunyai kemauan menegakkan HAM
 agar tercipta keamanan, ketentraman, kedamaian, kebahagian dan kesejahteraan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
upaya pemerintah :
1. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
 Tanggal 7 Juni 1993
 Berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pementauan dan mediasi HAM
2. Pembentukan Instrumen HAM
 UUD Negara RI 1945 pasal 28A-28J tentang HAM
 Tap MPR No XVII/MPR/1998 tentang HAM
 UU No 30 Tahun 1999 tentang HAM
 UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

20 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


3. Pembentukan Pengadilan HAM
 Berdasarkan UU No 26 Tahun 2000
Bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggran hak
asasi manusia berat
Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan faham
individualisme dan liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistis sebagai
hak-hak yang inheren dengan harkat dan martabat kemanusiaan, apapun latar belakang ras,
etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan
yang berasumsi negatif terhadap pemerintah dalam menegakkan HAM. Sangat perlu diketahui
bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM. Hal ini dapat kita
lihat dari upaya pemerintah sebagai berikut;
a. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM
di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap
pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden
atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak,
Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas
kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil,
wanita dan anak-anak.
b. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain
telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas)
dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal
kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres
nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan
c. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia ,
Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak
UU yang lain yang belum tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.

D. Peran serta Masyarakat dalam Penegakkan HAM


Peran serta masyarakat dalam penegakan HAM telah diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM antara lain yaitu :
1. Pihak yang berhak berpatisipasi dalam penegakan HAM adalah:

21 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


a. Individu
b. Kelompok
c. Organisasi politik
d. Organisasi masyarakat
e. LSM
f. Perguruan tinggi
g. Lembaga studi
h. Lembaga kemasyarakatan lainnya

2. Peran serta dalam penegakan HAM yang dapat dilakukan adalah


a. Menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran HAM kepada Komnas HAM
atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan dan pemajuan HAM
b. Memajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan
HAM kepada Komnas HAM dan atau lembaga lainnya
c. Secara sendiri-sendiri maupun bekerja bersama-sama dengan Komnas HAM dapat
melakukan penelitian , pendidikan dan penyebarluasan informasi megenai HAM
3. Wujud peran serta masyarakat dalam penegakan HAM antara lain:
a. Wujud partisipasi warga Negara dalam penegakan HAM dalam hubungan dengan
pemerintah, antara lain:
 Mendirikan LSM atau NGO (Non Government Organazation)
 Mengajukan laporan atau pengaduan, baik lisan atau tertulis kepada Komnas
HAM untuk meminta perlindungannya dengan syarat telah memiliki alasan dan
bukti yang kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar.
 Menyampaikan pendapat dimuka umum atas terjadinya suatu kasus pelanggaran
HAM sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
 Menyampaikan kritik atau saran kepada pemerintah, tentang pelaksanaan HAM
 Melakukan penelitian dan menyampaikan hasil penelitian atas suatu kasus
pelanggaran HAM secara professional dan proporsional, dan lain-lain.
b. Wujud partisipasi warga Negara dalam penegakan HAM dalam hubungan dengan
sesama warga Negara dalam pergaulan hidup sehari-hari, antara lain:

22 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


 Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban sesama manusia
 Mengembangkan sikap saling menghormati dan mencintai sesama
 Bersikap tenggang rasa terhadap orang lain
 Tidak semena-mena terhadap orang lain
 Bersikap adil terhadap sesama manusia
 Berani membela kebenaran dan keadilan

E. Perlindungan terhadap Korban HAM


Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM yang berat mendapatkan hak perlindungan
dari aparat dan aparat keamanan . Ada dua macam perlindungan yang diberikannya yaitu:
o Perlindungan fisik
o Perlindungan mental dari ancaman , gangguan, teror dan kekerasan dari pihak manapun.

Setiap korban pelaggaran HAM yang berat dan atau ahli warisnya dapat memperoleh
kompensasi, restitusi dan rehabilitasi.
o Kompensasi adalah imbala yang dierikan oleh Negara karena tidak mampu
memberikan ganti rugi yang sepenuhnya menjadi tanggungjawabnya.
o Restitusi adalah ganti rugi yang diberikan pada korban atau keluarganya oleh pelaku
atau pihak ketiga. Restitusi dapat berupa :
a. Pengembalian harta milik
b. Pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau penderitaan
c. Pengganti biaya untuk tindakan tertentu
o Rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan semula, misal nama baik, jabatan,
kehormatan dan hak-hak lainnya

23 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


BAB IV
PENUTUP / KESIMPULAN
Dari Pembahasan ini dapat di simpulkan bahwa, Hak asasi manusia adalah hak dasar
yang bersifat universal. Hak asasi manusia adalah hak yang melekat dalam jati diri manusia
yang secara universal dan kodrati menjaga menjaga keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan yang mempunyai kedudukan yang sama dengan orang lain, dan tidak boleh diabaikan
dan dirampas oleh pihak manapun Hak asasi manusia yang diatur dalam UUD 1945 telah lahir
terlebih dahulu daripada Declaration of Human Rights. UUD 1945 menjamin tegaknya negara
hukum, dalam arti tidak hanya sebagai negara hukum dalam arti formal atau sempit, tetapi juga
dalam arti material atau dalam arti luas. Pengaturan hak asasi manusia dalam UUD 1945 dan
berbagai peraturan perundang-undangan yang lain telah memberikan jaminan perlindungan hak
yang bersifat asasi.
Satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM
orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan
RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar
dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan
dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain

24 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani


DAFTAR PUSTAKA

A . A . G Peters dan K oesrian ISiswosoebroto , H ukum d a n Perkembangan Sosial, Buku


Teks Sosiologi Hukum, Buku III, Sinar Harapan, Jakarta, 1990.
Assiddiqie, Jimly, Perubahan UUD 1945 dan Pembangunan Hukum Nasional, makalah
disampaikan pada Seminar “UUD1945 sebagai Hukum Tertinggi dengan empat Kali
Perubahan Sebagai Dasar menuju Milenium III” Kerjasama Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan MK RI dengan PDIH Universitas Diponegoro , Semarang, 5 Juli 2007.
Darmodihardjo, Dardji, dkk, Santiaji Pancasila , Usaha Nasional , Surabaya, 1981.
Friedman, Lawrence. M, On Legal Development , Rutgers Law Review, hlm. 27-30, 1969.
Gautama, Sudargo (Gouwgioksiong), Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung,
1973.
Rukmini, Mien, Perlindungan HAM Melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Asas
Persamaan Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Alumni,
Bandung, 2003.
Marbun, Peradilan Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003.
Ridwan, Hukum Administrasi Negara, UII. Press, Yogyakarta, 2003.
Sidharta, Bernard. Arief, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Sebuah penelitian Tentang
Fundasi Kefilsafatan dan Sifat keilmuan Ilmu Hukum Sebagai landasan Pengembangan
Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2000.
Sunarjati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni,
Bandung
Sunarjati Hartono, Apakah The Rule Of Law itu ?, Alumni, Bandung, 1982

25 | Pelanggaran dan Penegakkan HAM di Indonesia , oleh Ummuhani

Anda mungkin juga menyukai