Bab I Status Pasien
Bab I Status Pasien
STATUS PASIEN
I. Identifikasi
Nama : Nn. NVT
Tanggal Lahir : 5 Oktober 1992 (26 Tahun)
Alamat : Jln. Revolusi, pelawaran, Muara Enim
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tanggal MRS : 6 Januari 2019
II. Anamnesis
(dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga pasien pada 7
Januari 2019, pukul 10.00 WIB).
Keluhan Utama
Luka bakar pada tubuh pasien sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tambahan
Perih di sekitar luka bakar sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
RiwayatPerjalanan Penyakit
±1 jam sebelum masuk rumah sakit pasien datang ke RSUD Moh. Rabbain
dengan keluhan adanya luka bakar pada lengan kiri, perut, punggung, dada serta
paha kanan dan kiri pasien terkena air panas saat sedang memasak air di kompor,
ketika pasien hendak menuangkan air yang telah mendidih ke dalam termos, tiba-
tiba pasien menyambar panci yang berisis air tersebut hingga tumpah dan
percikan air panasnya mengenai tubuh pasien. kulit pada tubuhnya terkena
siraman air panas mengelupas hingga berwarna kemerahan dan ada juga yang
berbentuk gelembung berisi cairan. Buang air kecil dan buang air besar biasa.
Pasien belum pernah berobat ke RS sebelumnya dengan keluhan yang sama
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal
1
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat darah tinggi selama kehamilan (+)
Riwayat Kebiasaan:
Riwayat minum jamu disangkal
Riwayat merokok (-)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat menggunakan narkoba suntik (-)
III. PemeriksaanFisik
Tanggal pemeriksaan: 7 Januari 2019 Pukul 10.00 WIB
Primary Survey
Airway (A) : Tidak ada sumbatan jalan napas, darah (-), muntah(-),
snooring (-),gurgling (-), C-spine stabil.
Breating (B): Napas spontan, gerakan dinding dada simetris, tampak luka
bakar pada dinding toraks, RR: 24x/mnt
Circulation (C): Akral hangat, CRT < 2”, pucat(-), HR: 98x/mnt, reguler,
isi dan tegangan cukup.
Disability(D) :Sens: Alert, Reflek cahaya (+/+), isokor
Exposure (E) : Luka bakar di lengan kiri, perut, punggung, dada serta
paha kanan dan kiri. Luas luka bakar dihitung.
Secondary Survey
Status generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 98 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
2
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5°c
SpO2 : 99%
Berat Badan : 67kg
Tinggi Badan : 155 cm
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normosefali.
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (-), mata cekung (-).
Hidung : Sekret (-).
Telinga : Sekret (-)
Mulut :Mukosa pucat (-) Sianosis (-), edema (-),
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi (-/-), terdapat luka bakar
dengan dasar bewarna merah dan putih
Palpasi : Sulit dinilai
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : Sulit dinilai
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Sulit dinilai
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : Sulit dinilai
3
Abdomen
Inspeksi : Datar, terdapat luka bakar dengan dasar bewarna merah
dan putih.
Auskultasi : Sulit dinilai
Palpasi : Sulit dinilai
Perkusi : Sulit dinilai
VI. Terapi
- Infus RL 130 cc/jam (maintenance)
- Pro debridement
- Informed consent operasi
- Konsul bagian anestesi
- Informed consent pembiusan
4
V. Rencana Anestesi
a. Jenis pembedahan : Debridement
b. Jenis anestesi : General anestesi – intubasi
c. Teknik anestesi : Intubasi oral sleep apnea, ETT kinking, size 7.0,
orofaringeal airway (+)
d. Lama anestesi: : 60 menit
e. Lama operasi : 60 menit
f. Premedikasi : midazolam 2 mg
g. Induksi : propofol 150 mg, fentanil 100 µgr,
Atracurium 30 mg
h. Medikasi tambahan : Ketorolac 30 mg
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Gambar 1. Anatomi Sistem Integumen (Martini Fundamentals of Anatomy
and Fisiology Edition 9th)
7
A. EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di
tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya
sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6
minggu.5Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum
basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).5
8
B. DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung
dan paling tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini
tidaklah sebagai bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis
yang menonjol ke dalam epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian
epidermis yang menonjol ke dermis disebut rete ridge. Papila ini pada telapak
tangan dan jari-jari terutama tersusun linier yang member gambaran kulit yang
berbeda-beda sebagai dermatoglyphic (sidik jari). Bagian dermis papiler ini
tebalnya sekitar seperlima dari tebal dermis total. Bagian bawah dari dermis
papiler ini dinamakan dermis retikuler yang mengandung vasa darah dan lymphe,
serabut syaraf, adnexa dan lainnya.6. Zone membrane basalis ini merupakan filter
semipermeable yang memungkinkan pertukaran sel dan cairan antara dermis dan
epidermis2.Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.5
C. SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi.Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke
struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.5
9
2.2 Luka Bakar
A. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase
syok) sampai fase lanjut.8
B. Epidemiologi
Di Amerika serikat kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar
setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan
tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di
Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan industri, angka luka bakar juga semakin
meningkat.2,3
C. Etiologi 2
Penyebab Luka Bakar Anak (%) Penyebab Luka Bakar pada Dewasa (%)
Air panas 55% Api 44%
Kontak 21% Air panas 28%
Api 13% Kontak 13%
Gesekan 8% Kimia 5%
Listrik 1% Gesekan 5%
Kimia 1% Listrik 2%
Lainnya 1% Lainnya 3%
(ANZBA Laporan Tahunan Bi–NBR 2011)
10
dewasa.Semakin tua, pola cedera mereka juga berubah. Orang tua berisiko
mengalami luka bakarkarena air panas di rumah atau di rumah jompo (panti
wreda).
11
Luka bakar derajat II kedalaman luka mencapai lapisan dermis. Tetapi
masih ada elemenepitel vital yang menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.
Elemen epitel tersebut terdiri darisel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat dan pangkal rambut. Luka dapat sembuhsendiri dalam 2-3 minggu.9
Gejala yang timbul adalah kemerahan/campuran, epidermisrusak, nyeri, sensitif
terhadap udara, bengkak, permukaan basah dan berair serta terdapatgelembung
atau bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah
karenapermeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat II sering
diakibatkan oleh cairanpanas dan ledakan. Luka bakar derajat II dibedakan
menjadi 2:
A. Derajat IIA (Superficial partial thickness burn)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis.
Penyembuhanterjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
sikatriks.8
B. Derajat IIB (Deep partial thickness burn)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan
epitel sehattinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut
hipertrofi. Biasanyapenyembuhan terjadi dalam waktu > 1 bulan. 8
12
yang tersisa yangmemungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya diikuti
dengan terbentuknya eskar.Eskar merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi
protein jaringan kulit. Kulit tampakpucat abu-abu gelap atau hitam, dengan
permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yangmasih sehat, tidak ada bulla
dan tidak terasa nyeri.9
Kategori Penderita
Berdasarkan berat/ringan luka bakar, diperoleh beberapa kategori luka bakar
menurut American Burn Association, yaitu:
1. Luka bakar berat (major burn)
Derajat II-III >20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas usia
50 tahun.
Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain disebutkan di atas
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
Luka bakar listrik tegangan tinggi
13
Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10 tahun atau dewasa
>40 tahun, dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10%
Luka bakar dengan derajat tiga <10% pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan,kaki dan perineum.
14
A. Luka bakar superfisial
Disebut juga luka bakar dangkal. Merupakan bentuk luka bakar yang
memiliki potensimengalami proses epitelialisasi spontan. Termasuk ke dalam
kategori ini adalah luka bakarepidermal dan dermal bagian superfisial.
15
2. Luka bakar dermal–superfisial
Luka bakar dermal–superfisial mengenai epidermis dan lapis dermis
bagian superfisial,yaitu dermal papilae. Ciri khas luka bakar jenis ini yaitu lepuh
(blister, bula). Lapis kulitdi atas bula (non–vital) terlepas dari lapis dermis (vital)
karena edema. Edemamenyebabkan terlepasnya epidermis dari lapisan dermis dan
proses eksudasimenyebabkan akumulasi cairan dan mendorong epidermis; lapis
epidermis mengalamikematian. Cairan tersebut selnjutnya menyebabkan
kerusakan dermis berlanjut sehinggaluka bertambah dalam. Terpaparnya dermal
pailae memberikan warna merah muda dankarena ujung–ujung saraf sensorik
terpapar, maka hal ini diikuti nyeri yang ekstrim.Dengan suasana kondusif, epitel
akan menyebar dari struktur adneksa kulit (folikel rambut,kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat) dan menutupi dermis (proses epitelialisasi). Prosestersebut
berlangsung dalam waktu maksimal 14 hari dengan bekas luka yang
menunjukkanperbedaan warna. Tidak ada skar yang dibentuk pada luka bakar
dermal–superfisial ini.Bila proses epitelialisasi mengalami keterlambatan, hal ini
menunjukkan bahwa kedalamanluka lebih dalam dibandingkan saat diagnosis
ditegakkan.2
16
1. Luka bakardermal–dalam
Pada luka bakar dermal–dalam mungkin dapat dijumpai bula, namun di
dasar buladitunjukkan karakteristik luka bakar dalam, retikulum dermis
menunjukkan warna merah berbercak. Hal ini disebabkan karena ekstrapasasi
hemoglobin dari sel–sel darahmerah yang rusak dan keluar dari pembuluh darah.
Pertanda khas pada luka bakar iniadalah suatu tampilan yang disebut fenomena
hilangnya capillary blush. Inimenunjukkan kerusakan pleksus dermal. Ujung–
ujung saraf di lapis dermis jugamengalami nasib yang sama, karenanya akan
diikuti hilang sensasi terutama saatdilakukan uji pinprick. 2
17
Gambar 8. Rule of Nine Dewasa
Pada bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala bayi
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbedaan
tersebut “rumus 9” pada bayi seperti berikut; kepala dan leher 18%, tangan kanan
9%, tangan kiri 9%, dada dan perut 18%, punggung 13%, bokong kanan 2,5%,
bokong kiri 2,5%, kaki kanan 14%, kaki kiri 14%. Setiap penambahan umur 1
tahun, luas area kepala dikurangi 1% dan jumlah yang sama ditambah pada setiap
ekstremitas bawah (kiri 0,5% & kanan 0,5%). Setelah usia 10 tahun digunakan
persentase orang dewasa. 9
18
Gambar 9. Rule of Nine Anak
b. Lund and Browder Chart9
Lund and Browder chart merupakan metode yang diperkenalkan untuk
kompensasi besarnyaporsi massa tubuh di kepala pada anak sehingga
dipergunakan untuk estimasi besarnya luasluka bakar pada anak.
E. Patofisiologi
Fase luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu fase akut (fase syok), fase
subakut (fase kompensasi syok) dan fase lanjutan. Pada fase akut, masalah utama
berkisar pada gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar
19
yang melingkar di dada atau trauma multipel di rongga thorax, dan gangguan
sirkulasi seperti keseimbangan elektrolit dan syok hipovolemia.
Fase subakut adalah fase setelah syok berakhir. Masalah utama pada fase
ini adalah SystemicInflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system
Organ Dysfunction Syndrome(MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak atau
perkembangan masalah yang timbulpada fase pertama dan masalah yang bermula
dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).
Fase lanjut berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalahyang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dandeformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan
atau struktur tertentu akibat prosesinflamasi yang hebat dan berlangsung lama,
luka bakar mengakibatkan syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh darah
kapiler yangterpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi sehingga
menyebabkan udem danbulla dengan membawa serta elektrolit, oleh karena itu
terjadi penurunan volume cairanintravaskuler, sel darah yang di dalam pembuluh
darah tersebut juga mengalami kerusakansehingga dapat terjadi anemia.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangancairan tambahan
karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bulla yang terbentukpada
luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Padafase akut peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok.9
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuhmasih bisa mengatasinya tetapi bila di atas 20% akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah 8 jam 9. Setelah 12 -
24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi
danpenyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan
meningkatnyadiuresis. Pada fase ini peristalsis dapat menurun karena kekurangan
ion kalium. 9
Menurut Jacksonpada tahun 1947, luka bakar dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
20
1. Zona koagulasi merupakan zona yang mengalami kerusakan paling berat. Pada
zonaini mengalami kehilangan jaringan yang tidak dapat dikembalikan
dikarenakan olehkoagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi.
2. Zona stasis merupakan zona disekeliling zona koagulasi, ditandai dengan
penurunanperfusi pada jaringan. Jaringan pada zona stasis masih dapat
diselamatkan dengancara melakukan resusitasi pada luka bakar sehingga
perfusi pada jaringan ini dapatmeningkat dan mencegah terjadinya kerusakan
jaringan yang permanen.Apabila terjadi hipotensi berkepanjangan, infeksi
ataupun udem dapat menyebabkanzona ini menjadi kehilangan jaringan.
Hilangnya jaringan di zona stasis akanmenyebabkan luka mendalam dan
melebar.
3. Zona hiperemimerupakan zona terluar dan memiliki perfusi yang lebih
baik.Jaringan pada zona ini akan selalu sembuh, kecuali ada sepsis berat dan
hipoperfusiberkepanjangan.
F. Penatalaksanaan
Pertolongan Pertama2
Pertolongan pertama terdiri dari:
- Hentikan proses pembakaran
- Turunkan suhu luka
21
Gambar 11. Struktur of EMSB
Survei Primer
Segera identifikasi kondisi–kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen
emergensi.
A. Penatalaksanan jalan napas dan manajemen tulang servikal
B. Pernapasan dan ventilasi
C. Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
D. Disabilitas – Status neurologik
E. Paparan + pengendalian lingkungan
22
B. Pernapasan dan Ventilasi
- Paparkan dada dan pastikan bahwa ekspansi rongga toraks adekuat dan
simetri.
- Berikan oksigen 100% (15 L/menit) menggunakan non–rebreather mask
- Bila diperlukan, ventilasi menggunakan bag dan sungkup atau, intubasi bila
perlu. Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pasien bewarna
merah–buah cherry, dan pasien tidak bernapas.
- Hati–hati bila frekuensi pernapasan <10 atau> 30 kali per menit.
-Waspada pada luka bakar melingkar dada dan apakah memerlukan eskarotomi
23
P– dari Pain (Respon terhadap rangsang nyeri)
U– dari Unresponsive (Tidak memberi respon)
- Lakukan pemriksaan respon pupil terhadap cahaya. Harus cepat dan sama.
- Tanggap terhadap hipoksemia dan syok yang menyebabkan kegelisahan dan
penurunan derajat kesadaran.
24
Survei Sekunder
Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan
dilaksanakansetelah kondisi mengancam nyawa diyakini tidak ada atau telah
diatasi .
Riwayat Penyakit:
A – Alergy
M – Medicine (obat–obatan yang baru dikonsumsi)
P – Past illness (penyakit sebelum terjadi trauma)
L – Last meal (makan terakhir)
E – Event (peristiwa yang terjadi saat trauma)
25
Pencucian luka dengan Nacl dan dioles dengan salep silver sulfadiazine,
ditutup dengan supratul dan kassa tebal.
Rawat inap
2. Gunakan Penutup
Idealnya dalam 24 jam perlu dilakukan pemeriksaan dressing ulang.
Pertama kali dressing diganti setelah 48 jam kemudian setiap 3-5 hari. Bila luka
yang diberi dressing terasa nyeri, berbau, terkontaminasi, keluar cairan berlebih,
atau adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, segera ganti dressing. Bila luka
tidak sembuh dalam 3 minggu, segera rujuk ke bedah plastic yang menangani luka
bakar.
26
Tindakan bedah9
Eskarektomi dilakukan pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitasatau tubuh karena pengerutan keropeng dari pembengkakan yang
terus berlangsungdapat mengakibatkan penekanan yang membahayakan
sirkulasi sehingga bagian distaldapat mengalami nekrosis.
Debridemendiusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan kulit
matidengan cara eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin
setelahkeadaan pasien stabil karena eksisi tangensial juga menimbulkan
perdarahan.Biasanya eksisi dini dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh, dan
pasti bolehdilakukan pada hari kesepuluh. Eksisi tangensial sebaiknya tidak
dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh karena dapat terjadi
perdarahan yang cukup banyak.
Pasien luka bakar derajat II dalam dan derajat III dilakukan skin grafting
untukmencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin
grafting dapatdilakukan sebelum hari kesepuluh yaitu sebelum timbulnya
jaringan granulasi.
NUTRISI9
Kebutuhan nutrisipada pasien luka bakar antara lain:
a. Minuman diberikan pada pasien luka bakar:
Segera setelah peristalsis menjadi normal.
Sebanyak 25 ml/kgBB/hari
Sampai diuresis minimal mencapai 30 ml/jam atau 1 ml/kgBB/jam
b. Makanan diberikan oral pada pasien luka bakar:
Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan.
Sedapat mungkin 2500-3000 kalori/hari
Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr.protein/ hari
c. Tambahan, dapat diberikan:
Vitamin A, B, dan D
27
Vitamin C 500 mg
Fe sulfat 500 mg
Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress (tukak Curling).
H. KOMPLIKASI10
Komplikasi luka bakar dapat bermacam-macam sesuai dengan fase yang
sedang berlangsung.Pada fase akut, komplikasi yang sering terjadi adalah syok
dan gangguan keseimbangancairan dan elektrolit. Pada fase subakut dapat terjadi
Systemic Inflammatory ResponseSyndrome (SIRS), Multi-system Organ
Dysfunction Syndrome (MODS) dan Sepsis. Pada fase lanjutan, komplikasi yang
dapat terjadi adalah parut hipertrofik dan kontraktur.
28
Indikasi Rujuk ke Unit Luka Bakar
Seluruh luka bakar yang komplek harus dirujuk yakni
1. Usia < 5 tahun atau > 60 tahun
2. Luka bakar mengenai wajah, tangan atau perineum
Dikaki bila kehilangan banyak kulit
Bila mengenai lipatan aksila atau leher
Luka bakar yang melingkar di ektremitas torso, atau leher
3. Trauma inhalasi
4. Trauma kimia >5% total area tubuh, pajanan terhadar radiasi yang
mengionisasi, trauma listrik tegangan tinggi, luka bakar asam hidrofluorat
>1% total luas permukaan tubuh, trauma yang diduga akibat kekerasan
(kesengajaan).
5. Adanya kondidi komorbid lain yang menyerta seperti kehamilan,
imunosupresi,gangguan jantung, fraktur,trauma kepala atau kecelakaan.
G. Prognosis10
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
29
BAB IV
ANALISIS MASALAH
30
10.00 WIB dilakukan pemasangan NIBP dan O2 dengan hasil TD 138/91 mmHg;
Nadi 99x/menit, dan SpO2 99%.
Dilakukan pemberian premedikasi midazolam 2 mg, dengan tujuan
mengurangi kecemasan dan menciptakan efek amnesia anterogade.
Selanjutnya pasien ini diberikan atracurium bromide 25 mg untuk
merelaksasikan otot-otot pernapasan. Karena dilakukan operasi debridement,
dipilih untuk dilakukan intubasi endotrakeal agar tidak mengganggu operator
sepanjang operasi dilakukan dan supaya pasien tetap dianestesi dan dapat bernafas
dengan adekuat
Pasien disungkupkan dengan sungkup muka yang telah terpasang pada
mesin anestesi yang menghantarkan gas (sevoflurane) dengan ukuran 2 vol%
dengan oksigen dari mesin ke jalan napas pasien sambil melakukan bagging
selama kurang lebih 3 menit untuk menekan pengembangan paru dan juga
menunggu kerja dari pelemas otot sehingga mempermudah dilakukannya
pemasangan endotrakheal tube.
Penggunaan sevofluran dipilih karena sevofluran mempunyai efek induksi
dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan gas lain, dan baunya pun
lebih harum dan tidak merangsang jalan napas sehingga digemari untuk induksi
anestesi dibanding gas lain seperti isoflurane atau halotan. Efek terhadap
kardiovaskular pun relatif stabil dan jarang menyebabkan aritmia.
Pemasangan ETT
Penyulit intubasi (Skala LEMON):
Look externally jejas (-), gigi goyang (-), ompong (-), lidah besar (-),
leher pendek (-)
Evaluate 3-3-2 rule Baik
Mallampati Grade I
Obstruction Tidak ada
Neck mobility kaku (-)
Dilakukan pemasangan ETT jenis kinking dengan size 7.0, Intubasi
berhasil dilakukan tanpa hambatan.
31
Kemudian dialirkan sevofluran 2 vol%, oksigen sekitar 50 ml/menit
sebagai anestesi rumatan. Ventilasi dilakukan dengan bagging dengan laju napas
20 x/menit. Sesaat setelah operasi selesai gas anestesi (N2O) diturunkan untuk
menghilangkan efek anestesi perlahan-lahan dan untuk membangunkan pasien.
Juga diharapkan agar pasien dapat melakukan nafas spontan menjelang operasi
selesai.
Operasi selesai tepat jam 11.15 WIB. Lalu mesin anestesi diubah ke
manual supaya pasien dapat melakukan nafas spontan. Dilakukan bagging untuk
mempertahankan ventilasi selama menunggu pasien bernafas spontan. Gas
sevofluran dihentikan karena pasien sudah nafas spontan dan adekuat. Kemudian
dilakukan ekstubasi endotracheal secara cepat untuk menghindari penurunan
saturasi lebih lanjut.
Total cairan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 500 cc Ringer Laktat.
Pada pukul 11.10 WIB, sebelum selesai pembedahan dilakukan pemberian
analgetik, injeksi ketorolac 30 mg diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka
pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur pembedahan.
Pada pukul 11.15 WIB, pembedahan selesai dilakukan, dengan
pemantauan akhir TD 122/78 mmHg; Nadi 86x/menit, dan SpO2 99%.
Pembedahan dilakukan selama ± 60 menit. Pasien kemudian dibawa ke ruang
pemulihan (Recovery Room).
Selama di ruang pemulihan, jalan nafas dalam keadaan baik, pernafasan
spontan dan adekuat serta kesadaran compos mentis. Tekanan darah selama 15
menit pertama pasca operasi stabil yaitu 120/80 mmHg
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanto, chris et al. 2014. Kapita Selekta. Edisi 4.Jakarta: Media Aesculapsius.
2. The Australian and New Zealand Burn Association Limited. 2013.
EmergencyManagemen of Severe Burns. Edisi 17.
3. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,
editor.2005. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.h. 73-5.
4. Moenadjat Y. Luka bakar. 2003.Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. Perdanakusuma, David, 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan
Luka. Journal Universitas Airlangga.
6. Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta:EGC.
7. Djuanda, A, HamzahM. Aisah S., 2015. Tumor Kulit. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI. Hal 262.
8. Surgery Medical Mini Notes: 2015. p 124-132.
9. Wim DJ. Luka, Trauma, Syok, Bencana dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC.
Jakarta.hal 81-91.
10. Astrid MP. Presentasi Luka Bakar. Departemen Bedah FKUI. Jakarta: 2009.
33