Konselor merupakan pelaku utama dalam sebuah pelaksanaan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu menurut Prof. Sofyan S. Will seorang konselor harus memiliki kualifikasi yang mempuni sebagai seorang konselor. Adapun kualitas seorang konselor meliputi semua kriteria keunggulan, termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan dan nilai-nilai yang dimilikinya. Hal yang menjadi perbincangan menarik tentang kualitas seorang konselor adalah kualitas pribadinya. Beberapa pakar konseling telah melakukan penelitian tentang hal ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa keefektifan seorang konselor ditentukan oleh kualias pribadinya. Menurut Virginia Satir ( 1965 ) karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah reseorce person ( berpengetahuan luas ) dan model of communication ( baik dan cakap dalam berkomunikasi ). Tidak hanya Virginia Satir saja yang mengemukakan pandangannya mengenai karakteristik seorang konselor. Tokoh lain seperti Jay Haley ( 1971 ), Munson ( 1961 ), Menne ( 1975 ) juga melakukan hal yang serupa. Selain dari pakar-pakar yang disebutkan di atas, beberapa praktisi sesuai dengan kualifikasinya masing-masing juga mengemukakan pandangannya masing-masing mengenai kriteria yang efektif untuk seorang konselor. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa kriteria yang efektif bagi seorang konselor meliputi empati, respek, menerima, menghargai, memahami dan jujur. Seorang pakar konseling Roger mengatakan bahwa peranan aspek kepribadian lebih besar peranannya daripada teknik. Uraian di atas berlaku untuk kualifikasi konselor secar umum dan professional. Adapun guru sebagai konselor pendidikan di lingkungan sekolah memiliki kualifikasi yang berbeda dengan yang disebutkan di atas. Kualifikasi guru sebagai konselor pendidikan tidak seberat kualifikasi konselor umum dan professional di atas. Dalam pelaksanaannya, untuk menjalankan pekerjaannya sebagai konselor dengan baik, seorang konselor atau pembimbing harus memenuhi beberapa syarat. Diantaranya seorang guru BK harus memiliki pengetahuan yang luas baik segi teori maupun praktek. Dalam segi psikologi, seorang pembimbing harus bisa mengambil tindakan yang bijaksana. Seorang pembimbing harus sehat fisik dan psikisnya. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaan dan kliennya juga perlu mempunyai inisiatif yang baik sehingga dapat memperoleh kemajuan dalam usaha bimbingan dan konseling ke arah yang lebih sempurna. Permasalahan selanjutnya, siapakah yang pantas menjad pembimbing di lingkungan pendidikan dalam hal ini di sekolah. Yang pantas menjadi seorang pembimbing di sekolah adalah guru yang dididik sebagai konselor. Yang selanjutnya pembimbing di sekolah harus dipegang oleh guru pembimbing. Kedua kriteria tersebut menjadi kualifikasi untuk menjadi pembimbing di sekolah karena memiliki kelemahan dan keuntungannya masing-masing. Idealnya untuk kesuksesan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekolah harus mempunyai keduanya yaitu pembimbing dan guru pembimbing. Secara spesifik, disekolah juga dikenal dengan adanya program bimbingan dan konseling agama, dengan tujuan siswa-siswa yang mengalami kesulitan rohani. Dalam pelaksanaanya seorang pembimbing agama selain harus memiliki kualifikasi sebagiamana guru pembimbing lainnya, juga harus memiliki syarat-syarat mental psikologis. Diantaranya memiliki keyakinan akan kebenaran agama yang dianutnya juga menghayati serta mengamalkannya. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik terhadap anak bimbingnya, memiliki ketenangan jiwa juga rasa tanggung jawab yang tinggi. Memiliki ketangguhan dan kesabaran serta keuletan dalam mengemban tugas dan kewajibannya, memiliki jiwa progresif dan integritas pribadi. Seorang konselor memiliki tanggung jawab yang ringan. Karena itu seorang kensoler tidak boleh meninggalkan prinsip juga kode etik bimbingan. Dimana ketiganya ini saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain. Adapun prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling diantaranya diarahkan untuk pengembangan individu. Pengambilan keputusan yang diambil oleh klien hendaknya berdasakan keinginan sendiri. Permaslahan individu dilayani oleh tenaga professional yang relevan dengan permasalahan tersebut. Perlu adanya kerja sama dengan personal sekolah dan orangtua. Terakhir proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.