Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KLINIK
yang dilaksanakan di
PDHB 24
SUSPECT LEPTOSPIROSIS

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

49
A. SIGNALEMENT
Nama : Bilbo
Ras/Breed : Yorkshire
Warna Rambut : Coklat
Berat Badan : 3,5 kg
Suhu : 38,50C
Sex : Jantan
Usia : 1 Tahun

B.ANAMNESA
 Muntah berwarna kekuningan
 Nafsu makan menurun.
 Lemas
 Sudah di vaksin (DHPPI : Vaksin anti Distemper, Hepatitis, Parvovirus dan
Parainfluenza)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/Tingkah laku : Tenang
Gizi : Baik
Pertumbuhan Badan : Baik
Sikap berdiri : Mampu berdiri dengan empat kaki
tetapi lemah
Ekspresi wajah : Bereaksi
Adaptasi lingkungan : Sikap bereaksi, respon menurut
Suhu tubuh : 38,5 oC
Frekuensi nadi : 112x/ menit
Frekuensi napas : 64x/menit

50
Capillary Refill Time (CRT) : >2 detik
2. Kulit dan Rambut
Aspek rambut : Sedikit kotor dan agak kering
Kerontokan : Terdapat sedikit kerontokan
Kebotakan : Tidak ada kebotakan
Turgor kulit : > 2 detik
Permukaan kulit : Pigmentasi normal
Bau Kulit : Bau khas kulit
3. Kepala dan Leher
a. Inspeksi
Ekspresi wajah : Bereaksi
Pertulangan wajah : Kompak
Posisi tegak telinga : Telinga tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak dibawah bahu
Mata dan Orbita Kiri
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjunctiva : Pucat, basah dan tidak ada kerusakan
Membran nictitans : Tidak terlihat
Mata dan Orbita Kanan
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjunctiva : Pucat, basah, tidak ada kerusakan
Membran nictitans : Tidak terlihat
Bola Mata Kiri
Sclera : Putih
Kornea : Bening
Iris : Kuning kecoklatan
Pupil : Tidak ada perubahan.
Limbus : Rata, tidak ada kelainan

51
Refleks pupil : Ada, pupil membesar dan mengecil dengan
sempurna
Lensa : Tidak ada kelainan
Vasa Injection : Tidak ada
Bola Mata Kanan
Sklera : Putih
Kornea : Bening
Iris : Kuning kecoklatan
Pupil : Tidak ada perubahan
Limbus : Rata
Refleks pupil : Ada, pupil dapat membesar dan mengecil
dengan sempurna.
Lensa : Tidak ada kelainan
Vasa Injection : Tidak ada
Hidung dan Sinus
Bentuk pertulangan : Simetris
Aliran udara : Aliran udara lancar pada kedua kavum nasal
Cermin hidung : Sedikit kotor
Mulut dan Rongga Mulut
Defek bibir : Tidak ada perubahan
Mukosa : Jaundice
Lidah : Pucat , basah, dan tidak ada kerusakan
Gigi geligi : Terdapat karang pada gigi
Telinga
Posisi : Tegak
Bau : Bau khas serumen
Permukaan daun telinga : Telinga sedikit kotor dan tidak ada kelainan
Krepitasi : Tidak ada
Reflek panggilan : Ada
Leher

52
Perototan : Kompak
Trakea : Teraba, ada refleks batuk saat di palpasi
Esofagus : Teraba dan kosong
Kelenjar Pertahanan
Ln. Mandibularis : Teraba
Lobulasi : Jelas
Konsistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris
Ln. Popliteus : Teraba
Lobulasi : Jelas
Konsistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris
Ln. Axilaris : Teraba
Lobulasi : Jelas
Konsistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris

4. Thoraks
a. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme pernapasan : Ritmis/ teratur
Intensitas : Cepat
Frekuensi : 64x/menit
Trakea : Teraba
Refleks batuk : Ada
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada reaksi kesakitan

53
Penekanan M. intercostalis : Tidak ada reaksi kesakitan
Perkusi
Lapangan Paru-Paru : Tidak ada perluasan
Gema Perkusi : Nyaring

b. Sistem Peredaran Darah


Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada
Auskultasi

Frekuensi : 112x/menit
Intensitas : Sedikit cepat
Ritme : Ritmis
Suara ikutan : Tidak ada
Sinkron Pulsus dan Jantung : Sinkron
5. Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi
Ukuran rongga abdomen : Ukuran normal, abdomen tegang
Bentuk rongga abdomen : Simetris
Palpasi
Epigastrikus : Ada reaksi kesakitan
Mesogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Hipogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Auskultasi
Suara peristaltik usus : Terdengar
Suara borboritmis : Tidak terdengar
Anus
Daerah sekitar anus : Terdapat sedikit darah
Refleks sphincter ani : Terdapat refleks mengkerut
Kebersihan perianal : Agak kotor

54
6. Sistem Urogenital
Ginjal : Teraba saat dilakukan dipalpasi,
terletak di epigastrikum dan ada reaksi
kesakitan saat dipalpasi.
Vesica Urinaria : Teraba, terletak didaerah hipogastrikum
dan tidak ada reaksi kesakitan saat
dipalpasi.
Alat Kelamin Jantan
Preputium : tidak ada kerusakan
Penis : pucat, licin, mengkilat, basah, tidak ada
kerusakan
Skrotum : Belum dikastrasi, testikel kiri dan
testikel kanan ukuran sama besar,
menggantung keduanya, tidak ada luka
7. Sistem Saraf
Tengkorak : Pertulangan tegas
Collumna vertebralis Tidak ada reaksi kesakitan pada saat
:
palpasi.
Reflek : Ada
Gangguan kesadaran : Tidak ada gangguan
8. Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Ada
Cara berjalan : Koordinatif
Bentuk pertulangan : Tidak ada penonjolan
Tuber coxee dan tuber ischii : Simetris

55
Palpasi Struktur Pertulangan
Kaki kanan depan : Tegas dan kompak
Kaki kanan belakang : Tegas dan kompak
Kaki kiri depan : Tegas dan kompak
Kaki kiri belakang : Tegas dan kompak
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi kesakitan
Panjang kaki depan ka/ki : Sama panjang, simetris
Panjang kaki belakang ka/ki : Sama panjang, simetris
Reaksi saat palpasi otot : Tidak ada rasa sakit

D. Pemeriksaan Penunjang

 Uji Hematologi
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN KISARAN
NORMAL

Sel darah putih 35,7 10^3/µl 6.0-17.0


(WBC)
Sel darah merah 6,64 10^6/µl 5.5-8.5
(RBC)
Hemoglobin (Hb) 16,1 g/dL 12.0-18.0

Hematocrit (HCT) 45,5 % 37.0-55.0

MCV 68,5 fL 60.0-77.0

MCH 24,2 pg 19.5-24-5

MCHC 35,4 g/dL 32.0-36.0

56
Trombosit 169 10^3/µl 200-500
(PLT)

Limfosit 3,9 % 12.0-30.0

Monosit 0,9 % 3.0-10.0

Eosinofil 2,7 % 2.0-10.0

Granulosit 92,5 % 60.0-80.0

RDW 12,4 % 12.0-16.0

PCT 0,13 % 0.0-2.9

MPV 7,9 fL 6.7-11.0

PDW 14,5 % 0.0-50.0

Limfosit 1,4 10^3/µl 1.0-4.8

Monosit 0,3 10^3/µl 0.15-1.35

Eosinofil 1 10^3/µl 0.01-1.25

Granulosit 33 10^3/µl 3.5-14.0

57
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi menunjukkan adanya penurunan limfosit,
monositopenia, leukositosis, dan trombositopenia.

 Uji Kimia Darah

AST/SGOT 114 U/L 8,9 – 48,5

ALT/SGPT 63 U/L 8,2 – 57,3

Ureum (BUN) 306,2 mg / dL 10 – 20

Kreatinin 9 mg / dL 1 -2

Total Protein 7,2 g / dL 5,4 – 7,5

Albumin 3,4 g / dL 2,6 – 4,0

Globulin 3,8 g / dL 2,7 – 4,4

Ratio A/G 0,89 0,6 – 1,1

Total Bilirubin 1,558 mg / dL 0,07 – 0,61

Alkalin
Phosphatase 662 U/L 10, 6 – 100,7
(ALP)

Glukosa 33,2 mg / dL 60 - 100

Kolesterol 290,8 mg / dL 115,6 – 252,7

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah menunjukkan terjadinya peningkatan SGPT,


SGOT dan Kolesterol

E. Diagnosis
Suspect Leptospirosis
F. Diagnosa Banding

58
 Leptospirosis
 Cholangiohepatitis
 Acite Renal Failure

G. PROGNOSIS
 Dubius

H.TERAPI
 Treatment ARF : Infus RL
 Antasida : Ranitidine 1mg/kg
 Anti mual: Strocain (polymigel)
 Antibiotik : Ampicillin Dosis : 20 mg/kg IV , jeda setiap 6 jam (diberikan 4x
sehari, Doxycicline Dosis: 5mg/kg 2x sehari selama 2 minggu
 Vitamin : Bio ATP (ATP,Vit B,E) , Metycobalt (mecobalamin, vit.B12)
10mg/kg
 Suplemen: TF Plus (isolat protein susu,zinc,ekstrak kedelai,zaitun,lidah buaya)
 Pronicy (ciproheptadin) 1mg/5kg

I. PEMBAHASAN
Anjing yorkshire bernama Belli datang ke klinik dengan kondisi lemas, tidak
nafsu makan, sudah divaksin (DHPPI : Vaksin anti Distemper, Hepatitis, Parvovirus
dan Parainfluenza) serta muntah. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil yaitu
abdomen tegang, mukosa jaundice dan mengalami dehidrasi. Selanjutnya dilakukan tes
parvo dengan hasil yang negatif. Terjadinya muntah pada anjing belli belum diketahui
penyebabnya. Muntah dapat terjadi karena adanya obstruksi, inflamsi pada daerah
abdomen serta dapat disebabkan oleh organ lain selain organ pencernaan. Selain itu
hewan juga mengalami jaundice.Untuk mengetahui penyebabnya maka selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu x-ray dan uji hematologi dan kimia darah.

59
Pada hasil x-ray Gambar.1 menunjukkan bahwa tidak ada obstruksi/benda
asing pada lambung,.Pada hasil uji hematologi Tabel.1 menunjukkan menunjukkan
adanya penurunan limfosit, monositopenia, leukositosis, dan trombositopenia.
Terjadinya penurunan limfosit mengindikasikan terjadinya stress dan imunodefisiensi.
Sedangkan monositopenia dapat terjadi sebagai respon terhadap adanya toksin pada
darah yang berasal dari bakteri tertentu (endotoksinemia) pada infeksi yang berat serta
dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid. Terjadinya leukositosis dengan
peningkatan sel granulosit terutama neutrofil band menunjukkan terjadinya infeksi
bakteri yang akut. Sedanfgakan trombositopenia dapat mengindikasikan adanya
perdarahan internal/eksternal. Pada kasus ini trombositopenia dapt terjadi akibat
Endotoxin (LPS) akan menstimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit
yang mengakibatkan rusaknya sel endotel kapiler pembuluh darah, dan
trombositopenia. Hasil uji kimia darah Tabel.2 menunjukkan terjadinya azotemia yaitu
peningkatan BUN dan Kreatinin yang signifikan yang mengindikasikan terjadinya
gangguan pada ginjal terjadinya hipoglikemi yang dapat mengindikasikan terjadinya
gangguan fungsi ginjal (tidak terjadi fungsi filtrasi dan reabsorbsi). Peningkatan
kolesterol, SGOT dan SGPT juga menindikasikan terjadinya gangguan metabolisme
pada hepar. Dari hasil hasil tersebut dapat diketahui bahwa anjing Belli mengalami
infeksi, gangguan multi organ yaitu hepar dan ginjal. Penyakit yang mengarah pada
infeksi dan kegagalan multi organ yaitu infeksi Leptospira.

Etiologi
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang menyebabkan kegagalan
ginjal akut serta gangguan pada hepar yang disebabkan oleh bakteri aerob, gram
negatif, genus leptospira dengan bentuk spiral dan bergerak aktif. Pada anjing terdapat
banyak serovar leptospira antara lain yaitu L.australis, L.autumnalis, L.ballum,
L.batislava, L. Bataviae, L. Canicola, L. Gryppotiphosa, L. Hardjo, L.
Icterrohemorragicha, L. Pomona, L. Tarrasovi. Penularan dari leptospira secara
langsung dapat melalui kontak langsung terhadap urin, abortusan dan cairan sperma

60
penderita. Penularan secara tidak langsung dapat melalui tanaman,tanah,makanandan
air.

Patogenesa

Patogenesa dari Leptospira yaitu Bakteri leptospira menembus kulit dan


mukosa dalam hitungan menit, Selanjutnya bakteri akan masuk dengan cepat ke
pembuluh darah dan bereplikasi dengan cepat selama 4-7 hari, Bakteri menyebar ke
seluruh tubuh dalam waktu 2-4 hari, Bakteri Leptosira memiliki endotoksin LPS yang
menyebabkan toksisitas seluler, Terjadi respon imun seluler dan humoral (membentuk
antibodi spesifik). IgM merupakan respons humoral utama terhadap lipopolisakarida
dalam fase akut. Sedangkan IgG bersifat spesifik terhadap protein leptospira .
Pertumbuhan leptospira yang lambat menyebabkan periode inkubasi berlangsung 2-4
minggu. Ketika antibody tinggi Bakteri leptospira langsung dapat terelininasi pada
ginjal sehinga tidak muncul gejala klinis. Ketika antibody sedang Leptospiremia
berlangsung cepat dengan gejala yang tidak begitu nampak. Sedangkan apabila kondisi
antibodi redah atau tidak ada antibody maka akan terjadi fase leptospiremia dimana
Endotoxin (LPS) akan menstimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit
yang mengakibatkan rusaknya sel endotel kapiler pembuluh darah, dan
trombositopenia, terjadinya vaskulitis yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
kapiler yang kemudian mengarah pada kegagalan multi organ seperti ginjal dan hepar.
Pada ginjal terjadi nefrotoksik, reaksi imunologis,invasi langsung mikroorganisme
yang menimbulkan kerusakan ginjal berupa interstitial nefritis dengan infiltrasi sel
mononuklear dan gagal ginjal akibat nekrosis akut. Pada organ hepar manifestasi
berupa nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit, proliferasi sel kupfer
dan kolestasis. Selanjutnya akan terjadi Fase leptospiruria dimana leptospira dapat
ditemukan pada urin. Leptospira yang terdapat pada urin yaitu mikroorganisme yang
terisolasi dari sistem imun dan mencapai tubulus dan berlangsung 1-4 minggu.

Gejala Leptospirosis

61
Gejala klinis yang biasanya akan muncul setelah masa inkubasi yang
berlangsung selama 5-15 hari . Gejala pada penderita perakut dan akut antara lain yaitu
anorexia, lesu, pernafasan dangkal ,muntah, demam, mukosa pucat,jaundice,
ptechie,epistaksis . Munculnya gejala tergantung pada kekebalan tubuh dan serovar
dari leptospira.

Patologi klinis
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi azotemia yang
mengindikasikan terjadinya gangguan pada ginjal serta perubahan pada ALT/SGPT
yang signifikan yang mengindikasikan terjadinya gangguan pada hepar.

Penetapan Diagnosa Leptospirosis


Penetapan diagnosa dari Leptospirosis dapat dilakukan berdasarkan anamnesa
dan gejala klinis yang muncul dan pemeriksaan penunjang lain seperti, uji hematologi
da kimia darah untuk mengetahui terjadinya infeksi serta adanya kelainan yang
mengarah pada kegagalan fungsi organ. Pemeriksaan penunjang yang lebih sensitif
yaitu dengan MAT (Microscopic Agglutination Test), sampel serum dikirim ke
laboratorium diagnostik.

Terapi

Terapi pada anjing Belli yaitu dengan pemberian cairan infus RL untuk
mengganti cairan elektrolit yang hilang. Selain itu juga diberikan Ranitidine sebagai
antasida. Ranitidin merupakan suatu histamin antagonis H2 yang menghambat kerja
histamin secara kompetitif pada reseptor H2, antagonis reseptor H2 dapat menghambat
produksi asam sehingga mengurangi sekresi asam lambung. Diberikan juga strocain
(polymigel) sebagai anti mual. Antibiotik yang diberikan yaitu Ampicilin yang
diberikan secara IV yang diinjeksikan setiap 6 jam untuk mengeliminasi bakteti
langsung pada peredaran darah karena ampicilin kurang di serap di usus. Pemberian
ampicilin dihentikan setelah hewan berhenti muntah, sedangkan untuk antibiotik oral
diberikan Doxycicline 2 kali sehari selama 2 minggu untuk mengeliminasi bakteri yang
mencapai ginjal. Sedangkan untuk terapi supportif diberikan vitamin Bio ATP ( ATP,

62
Vit B,E), Metycobalt (mecobalamin, vit.B12) erta suplemen TF Plus yang merupakan
isolat protein susu dan zinc serta diberikan penambah nafsu mkan yaitu Pronicy
(ciproheptadin).

Tabel 3. Rekam Medik Belli

TANGGAL Keadaan umum (keaktifan, appetite, Pengobatan


turgor,BAB dan BAK, suhu, mukosa,
perkembanganpenyakit dll).
8 Desember 2017 PAGI Infus RL
Suhu : 39,5oC Ranitidin
- Muntah Strocain
- Tidak BAB
- Disuap GI Blend lahap
- Mukosa semu Jaundice
- CRT <2
SORE
- Makan disuap terjadi muntah dan
hanya masuk sedikit
- Mukosa semu Jaundice
- Abdomen tegang
- Tidak terlalu lesu
- CRT <2

9 Desember 2017 PAGI Infus RL


- o
Suhu : 39,5 C Ampicilin IV
- Muntah Ranitidin
- Tidak BAB Strocain
- Disuap GI Blend lahap
- Mukosa Jaundice
- CRT<2
- X-Ray
- Dilakukan pengambilan darah
untuk uji hematologi dan kimia
darah
-
SORE
- Makan disuap terjadi muntah dan
hanya masuk sedikit
- Mukosa pink
- Tidak terlalu lesu

10 Desember 2017 PAGI

63
- Suhu : 38,2oC Infus RL
- Mukosa Jaundice Ampicilin IV
- Pagi muntah Ranitidin
SORE: Strocain
Suhu : 38Oc,
- jaundice
- Tidak BAB
- BAK bagus
- Tidak muntah

14 Desember 2017 PAGI -Infus RL


- Suhu: 38,2, -Doxyciclin
- jaundice, -TF Plus
- tidakmuntah -Pronicy
- BAB kurang -Bio ATP
- BAK bagus -Metylcobalt
- Tegang abdomen -Curcuma
- Kesakitan
- Dilakukankonsultasi dengan
drh.Cucu
1. Arahan diagnosa leptospira
2. Sampel darah MAT/PCR

SORE :
- Suhu : 38,7oC,
- Pucat semu
- Jaundice
- Vomit
- Nausea
- Abdomen tension masih ada
- Tidak BAB
15 Desember 2017 - Makandisuapmasih lahap -Infus RL
- Tidakmuntah -Doxyciclin
- BAB lembek -TF Plus
- Palpasi abdomen tegang -Pronicy
- Tidakterlalu lesu -Bio ATP
SORE -Metylcobalt
- Tidak muntah -Curcuma
- Disuapkan pakan masih mau
- Mukosa pink dan semu jaundice
- Abdomen tegang
-
16 Desember Suhu : 38,5oC -Infus RL
- Disuap makanan lahap -Doxyciclin

64
- Tidakmuntah -TF Plus
- Abdomen tegang -Pronicy
- Mukosa semu jaundice -Bio ATP
- Discharge mukus sedikit dari -Metylcobalt
vulva -Curcuma
- BAB bagus
SORE
Suhu normal
- Disuap dengan GI Blend lahap
- Tidak muntah
- Mukosa semu jaundice
- Lesu

17 Desember 2017 Suhu : 38,9oC -Infus RL


- Tidak mau makan daging -Doxyciclin
- Disuap renalblend lahap -TF Plus
- Tidak muntah -Pronicy
- BAB masih OK -Bio ATP
- Aktif -Metylcobalt
- 18 Desember pulang -Curcuma

J. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan fisik,pemeriksaan darah dan x-ray diagnosa mengarah
pada penyakit leptospirosis

K. REFERENSI
Alper AB dan Shenava RG. 2010. Uremia. http://www.
emedicine.medscape.com/nephrology [23 Maret 2010].
Amann K dan Ritz E. 1997. Cardiac disease in chronic uremia: pathophysiology. Adv
Ren Replace Ther. 4(3): 212-24.
Bucurescu G. 2008. Uremic Encephalopathy. http://www.
emedicine.medscape.com/nephrology [24 Maret 2010].
Carlton WW dan McGavin MD. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology 2nd
Ed. Mosby-Year Book, Inc. St. Louis. Missouri.

65
Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis 3rd Ed. Bailliere Tindall. London.
Lohr JW. 2009. Encephalopathy, Uremic. http://www.
emedicine.medscape.com/nephrology [24 Maret 2010].
Moe SM dan Sprague SM. 1994. Uremic encephalopathy. Clin Nephrol 42(4): 251-6.
Price SA dan Wilson LM. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Penerjemah: Pendit BU et al. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
West GP. 1979. Black’s Veterinary Dictionary 13th Ed. English Language Book
Society And Adam & Charles Black. London.
Vanholder R dan Smet RD. 1999. Review pathopysiologic effects of uremic retention
solution. J Am Soc Nephrol. 10: 1815-1823.

66

Anda mungkin juga menyukai