Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KLINIK
Yang dilaksanakan di
PRAKTERDOKTER EWAN BERSAMA (PDHB) 24 JAM DRH.
CUCU K. SAJUTI DKK
Kasus Bedah Kelompok

Tumor pada Anjing

Oleh:
ADE MAHENDRA (180130100111014)

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB 1 TINJAUAN KASUS

1.1 Signalement
Nama : Momo
Jenis Hewan : Anjing
Ras : Mix golden
Jenis Kelamin : Betina
Berat Badan : 26 Kg
Usia : ± 9 Tahun

Gambar 1.1 Pasien Anjing Momo (Dokumentasi Pribadi, 2018)


1.2 Anamnesa
Seekor anjing bernama Momo dibawa ke PDHB klinik dengan keluhan
terdapat benjolan di sekitar anal, tumor tumbuh lagi selama 3 bulan. Ada
riwayat hart strok

1.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Gizi : Baik
Sikap berdiri : Berdiri tegak dengan menggunakan 4 kaki,
Suhu per rektal : 37.8 °C
Frekuensi nadi : 116 kali/ menit
Frekuensi napas : 32 kali/ menit
Kulit dan Rambut
Aspek rambut : Mengkilat
Kerontokan : Tidak ada kerontokan
Kebotakan : Tidak ada kebotakan
Turgor kulit : <2 detik
Permukaan kulit : Pigmentasi normal
Bau kulit : Bau khas kulit
Kepala dan Leher
Ekspresi wajah : Murung
Pertulangan wajah : Kompak
Posisi tegak telinga : Telinga tegak berdiri keduanya
Posisi kepala : tegak
Mata dan Orbita Kiri
Palpebrae : Membuka dan menutup dengan sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjungtiva : Rose, licin, basah, tidak ada kerusakan
Membrana nictitans : Tidak terlihat
Sklera : Putih
Kornea : Jernih
Iris : Warna hitam, tidak ada perlekatan
Pupil : Dapat membesar dan mengecil
Limbus : Rata
Refleks pupil : Ada
Vasa injeksio : Tidak ada
Mata dan Orbita Kanan
Palpebrae : Membuka dan menutup dengan sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjungtiva : Rose, licin, basah, tidak ada kerusakan
Membrana nictitans : Tidak terlihat
Sklera : Putih
Kornea : Jernih
Iris : Kuning
Pupil : Dapat membesar dan mengecil
Limbus : Rata
Refleks pupil : Ada
Vasa injeksio : Tidak ada
Hidung dan Sinus
Bentuk : Simetris
Aliran udara : Aliran udara bebas di kedua cavum nasal
Cermin hidung : Kering
Mulut dan Rongga Mulut
Defek bibir : Tidak ada
Mukosa mulut : Semi Rose, basah, tidak ada kerusakan
Gigi : Lengkap, tidak ada kelainan
Lidah : Rose, basa, kasar, tidak ada kerusakan
Telinga
Posisi : Tegak ke atas keduanya
Bau : Khas serumen
Permukaan daun telinga : Sedikit kotor
Krepitasi : Tidak ada
Refleks panggilan : Ada
Leher
Perototan : Simetris
Trakea : Teraba, tidak ada refleks batuk saat dipalpasi
Esofagus : Tidak teraba
Kelanjar Pertahanan
Ln. Mandibularis : Teraba, diameter sekitar 0,3 cm, lobulasi jelas
Ln. Retropharingeal : Tidak teraba
Ln. Axilaris : Tidak teraba
Ln. Prefemoralis : Tidak teraba
Ln. Popliteus : Teraba, diameter sekitar 0,3 cm, lobulasi jelas,

Thoraks
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernafasan : Costal
Ritme pernafasan : Ritmis/teratur
Intensitas : Dangkal, cepat
Frekuensi : 32x/menit
Trakea : Teraba
Refleks batuk : Tidak ada
Palpasi
Penekanan rongga toraks : Tidak tampak reaksi kesakitan
Penekanan M. intercostalis : Tidak tampak reaksi kesakitan
Perkusi
Lapang paru-paru : Tidak ada perluasan
Gema perkusi : Suara nyaring
Auskultasi
Suara pernafasan : Lama inspirasi sama dengan lama ekspirasi
Suara ikutan : Tidak ada
Suara Peredaran Darah
Inspeksi
Ictus codis : Tidak teraba
Auskultasi
Frekuensi : 116x/menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Ritmis
Suara ekstrasistolik : Tidak ada
Sinkron pulsus dengan detak jantung : Sinkron
Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi
Ukuran rongga abdomen : Tidak ada pembesaran
Bentuk rongga abdomen : Simetris
Palpasi
Epigastrikus : Tidak tamak reaksi kesakitan
Mesogastrikus : Tidak tampak reaksi kesakitan
Hipogastrikus : terdapat benjolan pada sisi dexter sekitar anal
Auskultasi
Suara peristaltik usus : Terdengar
Suara borbomitis : Tidak terdengar
Anus
Daerah sekitar anus : Kotor
Refleks spincter ani : Terdapat refleks mengkerut dan menghisap
Kebersihan perianal : Kotor
Sistem Urogenital
Ginjal : tidak teraba
Vesika urinaria : Terletak di hipogastrikus dorsal, tidak terdapat
kelainan
Alat Kelamin Betina
Mukosa vagina : Rose , licin, mengkilat, basah, tidak ada luka
Kelenjar mamae : Terletak di ventral abdomen dan ventral toraks,
berukuran besar, dengan konsistensi lembek
Sistem Saraf
Tengkorak : Pertulangan tegas
Collumna vertebralis : Tidak ada rekasi kesakitan
Refleks : Ada
Gangguan kesadaran : Tidak ada gangguan
Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Cara berjalan : Koordinatif
Bentuk pertulangan : Tegak dan lurus
Tuber coxae dan tuber ischi : Simetris
Palpasi dan Struktur Pertulangan
Kaki kanan depan : Tegas, kompak, lurus
Kaki kanan belakang : Tegas, kompak, lurus
Kaki kiri depan : Tegas, kompak, lurus
Kaki kiri belakang : Tegas, kompak, lurus
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi kesakitan
Panjang kaki depan kanan-kiri : Sama panjang, simetris
Panjang kaki belakang kanan-kiri : Sama panjang, simetris
Reaksi saat palpasi otot : Tidak ada reaksi kesakitan

1.5 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Darah Lengkap


Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter Hasil Nilai Normal Unit
WBC 14 6 -7 103/µL
RBC 7,03 5,5 - 8,5 103/µL
Hb 18 12,0 - 18,0 g/gL
HCT 50,7 37,0 -55,0 %
MCV 72,01 60,0 -77,0 fL
MCH 25,6 19,5 – 24,5 pg
MCHC 35,5 32,0 – 36,0 g/dL
Trombosit 34,0 200 – 500 103/µL
Limfosit 9,5 12,0 – 30,0 %
Monosit 2,2 3,0 – 10,0 %
Eosinofil 6,7 2,0 – 10,0 %
Granulosit 81,7 60,0 – 80, 0 %
Limfosit 1,4 1,0 – 4,8 103/µL
monosit 0,3 0, 15 – 1, 35 103/µL
Eosinofil 0,9 0,01 – 1, 25 103/µL
Granulosit 11,4 3,5 -14,0 103/µL
RDW 13 12,0 – 16,0 %
PCT 0,24 0,0 – 2,9 %
MPV 7,2 6,7 – 11,0 fL
PDW 14 0,0 – 50 %
KIMIA DARAH
AST/SGOT 61 8,9 – 48,5 U/L
ALT/SGPT 91 8,2 - 57,3 U/L
BUN 32 10-20 mg/dL
Kreatinin 32 1-2 mg/dL
Total
8 5,4 – 7,5 g/dL
protein
Albumin 3,6 2,6 – 4,0 g/dL
Globulin 4,4 2,7 – 4,4 g/dL
Ratio A/G 0,82 0,6 – 1,1
Total
0,209 0,07- 0,61 mg/dL
bilirubin
ALP 603 10,6 – 100,7 U/L
Kolesterol 273,2 115,6 – 252,7 mg/dL
Glukosa 67 mg/dL

Interpretasi hasil:

C. X-Ray

Gambar 1.3 Hasil X-Ray menunjukkan adanya masa berwarna radioopaque yang berada
pada perianal (Dokumentasi Pribadi, 2017)
1.6 Diagnosa

Tumor

1.7 Prognosa
infausta

1.8 Terapi
 Terapi cairan : Infus RL (IV)
 Antiemetik : ampicilin
 Tindakan bedah :
Alat dan Bahan Operasi
Alat : Gunting (tajam tumpul, bengkok, gunting benang), pinset anatomis,
pinset chirurgis, scaple, blade, towel clamp, surgical drape, needle
holder, needle (cutting dan tapper point), alice tissue forceps, arterial
clamp lurus dan bengkok, codoss clipper (hair shaver), endotracheal
tube (ETT), IV catheter, dan syringe, nierbeken, pakaian bedah steril
(surgical dress, cap, gloves, masker).
Bahan : cairan RL (Ringer Lactat), NaCl Fisiologis, alkohol 70%, pentofol,
dan isoflurance, ketoprofen, alkohol, benang vicryl 3-0, tampon
steril, syringe kasa, surgicel, drain penrose

Metode Operasi
a. Pre Operasi
- Hewan dipuasakan selama 8 jam untuk mencegah hewan muntah saat
diberikan anastesi.
- Pemasangan IV chateter pada vena chepalica dan diinfus RL (Ringer
Lactat)
- Persiapan ruang operasi, alat dan bahan keperluan operasi
- Hewan diberi premidikasi injeksi diazepam, atropin penkiler + antibiotik
- Diberikan pentothal untuk anastesi
- Dilakukan pencukuran rambut daerah operasi
- Dilakukan pencucian dibidang yang telah dicukur
- Setelah hewan teranastesi, endotracheal tube (ETT) ukuran 3
dimasukkan kedalam trakea kemudian dihubungkan dengan mesin
anastesi inhalasi isofluran sebagai maintenance anastesi selama proses
operasi berlangsung.
- Hewan diletakkan pada meja operasi dengan posisi rebah ventro dorsal
- Desinfeksi dilakukan pada area sekitar abdomen menggunakan cairan
NaCl Fisiologi dan betadin

b. Teknik Operasi
Operasi pada anjing momo dilakukan sebagai berikut :
- Anjing diletakan pada posisi ventral dorsal, ditentukan orintasi sayatan
- Dilakukan irisan berbentuk melingkar pada sisi tumor. Gambar A
- Dilakukan pemisahan jaringan tumor dengan jaringan sekitar dengan
preparasi tumpul maupun tajam. Gambar B
- Pembuluh darah yang terpotong diligasi mengunakan benang vicryl 3-0 dan
pembuluh darah kecil dijepit dengan arteri clamps. Gambar C
- Setelah tumor ter eksisi dilakukan pemasangan surgicel, yang berfungsi
sebagai hemostasis (Gambar D)
- Dilakukan penjahitan muskulus mengunakan benang vicryl 3-0 hingga
rongga tertutup (Gambar E).
- Dilakukan penjahitan subkutan dan membuatan drainase insisi pada daerah
sayatan dan pemasangan drain penrose (Gambar F).
- Dilakukan disenfeksi menggunakan NaCl fisologis dan salep bonti
- Dilakukan bandage mengunakan kasa

A B

C D

E F

Gambar 1.4 Langkah operasi tumor pada anjing Momo (Dokumentasi pribadi, 2017).

Terapi post operasi


 Antiinflamasi : ketoprofen
 Analgesik : diazepam
 Antibiotik :
- Ampicilin
 Supportive : omega 3 plus

1.9 Rekam Medis


Tabel 1.3 Rekam medis rawat inap anjing Momo
Hari Keadaan Umum Terapi
RAWAT INAP
Daerah icisi tampak
memar, namun jahitan
sudah bagus
T/ Cefodroxyl
Hari ke-1 Suhu : 37,8oC
Seloxy
post BAB : ada
Rymoxlyl
operasi Urinasi : Ada
Omega 3 plus
Muntah : Tidak ada
Makan : sedikit
Minum : sedikit
Daerah incisi tampak T/ Cefodroxyl
memar, jahitan tampak Seloxy
bagus Rymoxlyl
Hari ke-2 Suhu : 38oC Omega 3 plus
post BAB : ada T/ Cefodroxyl
operasi Urinasi : ada Seloxy
Muntah : Tidak ada Rymoxlyl
Makan : makan sedikit Omega 3 plus
Minum : sedikit
Suhu : 38oC
BAB : ada
T/ Cefodroxyl
Hari ke-3 Urinasi : ada
Seloxy
post Muntah : Tidak ada
Rymoxlyl
operasi Makan : makan sedikit
Omega 3 plus
Minum : sedikit

Suhu : 38oC
BAB : ada
T/ Cefodroxyl
Hari ke- 4 Urinasi : ada
Seloxy
post Muntah : Tidak ada
Rymoxlyl
operasi Makan : makan sedikit
Omega 3 plus
Minum : sedikit
BAB 2 PEMBAHASAN

Anjing momo berusia 9 tahun dibawa ke PDHB klinik dengan keluhan


benjolan pada perianl timbul kembali selama 3 bulan, pernah dikasi bawang putih
makan dan untuk makan dan minum masih baik, dengan pemerksaan pada bagian
benjolan kosistensi keras ukuran benjolan sedang didalam kulit. Kemudian
dilakukan pemeriksan penunjang x ray terdapat radiopaque pada bagian
hyepogastrcum disekitar peri anal. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan darah
lengkap untuk tes hematologi terinterpretasi semua masih geeaadan normal,
akantetapi terjadi peningkatan pada limfosit dan monosit akan tetapi kenaikan yang
terjadi tidak siknifikan terhadap kadar normal pada anjing, sedangkan pada tes kima
darah terdapat kenikan pada parameter hepar yaitu aspaetat tranferrase AST da
ALT.
Menurut Tjarta (2002) neoplasma adalah suatu massa jaringan yang abnormal
pertumbuhannya melebihi jaringan yang normal, pertumbuhan ini tidak ada
koordinasi dan berlangsung terus dalam keadaan yang berlebihan walaupun
perangsang yang menimbulkannya telah dihilangkan. Faktor-faktor penyebab
neoplasma sendiri terdiri dari faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-faktor
instrinsik antara lain : 1. Keturunan Adanya riwayat keluarga yang mengidap
kanker, terutama kanker dari satu jenis, adalah faktor risiko terjangkit kanker.
Kecenderungan genetik untuk karsinogenesis mungkin disebabkan oleh kerentanan
terhadap inisiator atau promotor tertentu, gagalnya fungsi sistem imun atau
rapuhnya gen-gen regulator. Rapuhnya gen-gen regulator, seperti gen p-53, gen
myc akan mempengaruhi kontrol terhadap pembelahan sel (Corwin 2000). 2. Cell
rest Menurut teori Conheim apabila dalam pertumbuhan embrional terdapat sel-sel
yang salah letaknya sehingga sel-sel ini akan merupakan sebagian titik permulaan
dari neoplasma. Cell rest adalah sel-sel yang salah letak pada waktu pertumbuhan
embrional. 3. Umur Penuaan menyebabkan lebih banyak mutasi di DNA, sehingga
tumor lebih sering ditemukan pada individual yang berumur tua. Faktor umur ini
menunjukkan waktu inkubasi yang lama untuk menghasilkan sel tumor, terutama
karsinoma dan kemungkinan dibutuhkan juga rangsangan yang banyak selama
waktu tertentu untuk menimbulkan gangguan dan pertumbuhan dari sel. 4 4. Jenis
kelamin Tumor sama banyak ditemukan pada hewan jantan maupun pada betina,
namun resiko terbesar terkena tumor lebih banyak diderita jantan daripada betina.
5. Imunitas inang terhadap tumor Imunitas tumor adalah suatu hasil interaksi antar
berbagai sel-sel tumor dan sistem imun. Kejadian ini dari regresi secara spontan,
walaupun sangat jarang dan kehadiran dari infiltrasi limfoid di sekeliling tumor
menunjukkan bahwa mekanisme pertahanan imunologi berlawanan dengan
pertumbuhan tumor (Culling 2002). Beberapa tumor limfoid ini pada individu yang
kebal, terjadi sebagai akibat kegagalan dalam sistem kontrol imunologis (Tizard
1988). Sel tumor dapat dikenali oleh sistem pertahanan sebab sel tumor sering
memiliki antigen khas tumor (tumor spesific antigen), yaitu antigen yang hanya
terdapat pada sel tumor dan tidak ditemukan pada sel normal (Tjarta 2002).
Walaupun jelas tampak respon imun terhadap tumor, sel-sel kanker sering mampu
menghindari sistem imun. Sel-sel kanker yang sangat anaplastik yang secara primer
mengekspresikan antigen-antigen onkofetal memiliki kemungkinan besar
menghindari deteksi imun dengan demikian sel kanker tersebut sangat ganas
(Corwin 2000). 6. Pigmentasi Warna merupakan faktor pada hewan-hewan yang
berkulit putih. Terutama pada kuda putih dan abu-abu dimana sering timbul
melanosarcoma dan pada sapi (Hereford) yaitu, squamous cell carsinoma pada mata
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anjing momo setelah melakukan pemeriksaan penunjang hasil x ray


terdapat tumor dibawah kulit pada bagian sekitar anal untuk menenutukan tumor
tersebut termasuk tumor jinak atau tidak, tidak dilakukan biopsi jaringan sehingga
interpretasi tumor tersebut masih dubius
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai