Anda di halaman 1dari 12

BAKTERIOLOGI II

Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan

Kelas : TLM II A

Kelompok 8
Nama Anggota :

Alfiyyah Yaasmin (P27903116001)


Siti Alwanah (P27903116033)
Siti Ashlihah (P27903116035)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANTEN
JURUSAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2017
Penyakit saluran pernafasan adalah penyakit infeksi yang menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru
(alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar hidung,
rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2002).
Faktor-faktor predesposisi terjadinya infeksi saluran nafas antara lain :
1) Faktor usia, dimana anak kecil dan orang tua lebih mudah menderita infeksi
saluran nafas
2) Gangguan pertahanan tubuh, misalnya pada orang - orang dengan sistim imun
yang tertekan atau pertahanan tubuh menurun
3) Gangguan pada sekresi saluran nafas, misalnya pada sekresi sel epitel saluran
nafas yang berlebih, misalnya pada penderita asma bronkhiale, atau adanya
hambatan pengeluaran secret saluran nafas, misalnya bronkhoektasi
4) Orang-orang alkoholik dan pemakai obat terlarang.

Mikroba Normal di Saluran Nafas


a. Streptococcus beta- d. Neisseria meningitidis
hemolyticus Non group A. e. Branhamella catarrhalis
b. Streptococcus alpha- f. H. influenzae
hemolyticus g. S. aureus dg coagulase neg.
c. Streptococcus gamma- h. Streptococcus pneumoniae
hemolyticus i. Coliform bacilli

Mikroba Potential Pathogen di Saluran Nafas


a. Streptococcus beta- h. Bordetella pertussis dan
hemolyticus group A & B. bordetella parapertussis
b. Streptococcus pneumoniae i. Pseudomonas aeruginosa.
c. H. influenzae j. Chlamydia trachomatis
d. Neisseria gonorrhoeae k. Legionella spp.
e. Neisseria meningitidis l. M. tuberculosis
f. Branhamella catarrhalis m. Bakteri anaerob: bacteroides
g. K. pneumoniae dan Coliform spp., Fusobacterium spp.
bacilli lain
1. Mycobacterium tuberculosis
Genus Mycobacterium merupakan kelompok bakteri gram positif, berbentuk
batang, berukuran lebih kecil dibandingkan bakteri lainnya. M. tuberculosis
dibedakan dari sebagian besar bakteri lainnya karena bersifat patogen dan dapat
berkembang biak dalam sel fagosit hewan dan manusia. Pertumbuhan
M.tuberculosis relatif lambat dibandingkan bakteri lainnya.
M. tuberculosis tidak menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin. Bagian
selubung M. tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus terhadap proses
mikobakterisidal sel hospes. M. tuberculosis juga mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA), Aerob obligat, dan kuman ini cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap
dan lembab.
Media perbenihan : Medium Lowenstein Jensen (LJ), medium Middlebrook 7H9 /
7H1, medium Ogawa, medium Kudoh
Bentuk koloni dan bentuk M. tuberculosis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (a) Bentuk koloni M. tuberculosis,(b) Bentuk bakteri M. tuberculosis


Sumber: Jurnal Propolis Sebagai Imunostimultor Terhadap Infeksi Micobacterium
Tuberculosis, 2013
Penyakit infeksi saluran pernafasan yang umum disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yaitu Tuberkulosis (TB).

1.1 Tuberkulosis (TB)


Penyakit tuberkulosis (TB) adalah penyakit paru-paru yang menyebar
melalui udara, seperti flu biasa. Menular ketika seseorang bersin, batuk atau
bahkan berbicara, kuman TB dikenal sebagai basil masukkan udara. Kuman ini
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, karena itulah
TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal,
saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena infeksi bakteri ini adalah paru-
paru.
Saat M. tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular / bulat (Gambar 1a.). Gejala
sistemik TB yaitu demam, kehilangan berat badan, berkeringat di malam hari
serta malaise. Sedangkan gejala pernapasan berupa batuk (lebih dari 2-3 minggu),
hemoptisis, nyeri dada dan dispenia. Cara pemeriksaan yaitu pemeriksaan
radiologi, Uji tuberkulin (Mantoux test) dan Pemeriksaan kultur. Terapi kasus dini
menggunakan kombinasi 4 jenis obat (rifampisin, isoniazid, ethambutol,
pirazinamid atau streptomisin)

Gambar 1.1 Penderita Tuberkulosis


Sumber: https://mediskus.com/penyakit/penyakit-tbc-gejala-penyebab-pengobatan

2. Mycoplasma pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae adalah kuman patogen pada saluran nafas yang
dapat menyebabkan infeksi yang bervariasi derajat keparahannya mulai dari
infeksi saluran atas ringan sampai terjadinya pneumonia atipik yang berat.
Mycolasma pneumoniae merupakan organisme gram negatif dan tidak
membutuhkan sel inang untuk bereplikasi.
Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri yang tidak memiliki dinding
sel yang kaku karena tidak terdapatnya lapisan murein. Bakteri ini dapat berubah
menjadi berbagai bentuk, bentuk dasar yang paling sering adalah coccoid dengan
diameter 0,3-0,5 μm kadang-kadang berbentuk panjang seperti filamen jamur.
Bentuknya yang lentur memudahkan kuman ini melewati filter pada sel pejamu
yang biasanya dapat menahan bakteri lain untuk melekat pada sel pejamu. Sifat
dari bakteri ini yaitu anaerob fakultatif dan bersifat sangat pleomorf
Mycoplasma paling baik diamati dengan menggunakan fase kontras atau
dengan mikroskop lapangan gelap. Penggunaan pewarnaan pada kuman ini
menyebabkan mereka mudah hancur. Patogen ini dapat dibiakan dengan
menggunakan media agar khusus dengan tekanan osmotik yang tinggi. Setelah
dua sampai delapan hari akan tampak koloni kecil menyerupai butiran telur
berwarna cerah di bagian dalam agar, seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. (a) M.pneumoniae dengan menggunakan mikroskop elektron


lapangan gelap. (b) koloni M.pneumoniae pada media agar nutrisi isotonik
Sumber: Jurnal Pneumonia Atipik Akibat Mycoplasma Pneumoniae, 2015

Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Mycoplasma pneumoniae yaitu pneumoniae.
2.1 Pneumonia mikoplasma
Pneumonia mikoplasma umumnya merupakan penyakit yang ringan.
spektrum klinis infeksi M.pneumoniae berkisar dari infeksi asimtomatik hingga
pneumonitis berat, yang kadang-kadang disertai keterlibatan sistem syaraf dan
hematologi (contoh,anemia hemolitik) serta berbagai jenis lesi kulit.
Infeksi ditularkan melalui udara dari orang ke orang, transmisi kuman
melalui droplet nuclei atau karena kontak yang erat. Mycoplasma dapat menyebar
dengan cepat kepada orang-orang yang berada di sekitar penderita, misalnya
dalam keluarga, di sekolah atau tempat kerja.
Masa inkubasi bervariasi dari 1 hingga 3 minggu. Awitan penyakit
biasanya perlahan-lahan, ditandai dengan kelelahan, demam, nyeri kepala, nyeri
tenggorok, dan batuk. Pada awalnya, batuk bersifat nonproduktif, tetapi terkadang
bersifat hilang timbul. Pada perkembangan selanjutnya, mungkin terdapat sputum
bernoda darah dan nyeri dada. Cara pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik,
pemeriksaan darah lengkap, dan pemeriksaan apus tenggorokan. Terapi :
tetracycline atau erythromycin

Gambar 2.1 Penderita Pneumonia Mikoplasma


Sumber: http://paru-medis.blogspot.co.id/2012/10/pneumonia.html

3. Corynebacterium diphtheriae
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri gram positif, bersifat
aerob, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini berbentuk basil
seperti palu (pembesaran pada salah satu atau kedua ujung) dengan diameter 0,5 -
1 μm dan panjang 3 – 4 μm, seperti yang terlihat pada Gambar 3. Di dalam
batang (sering kali dekat kutubnya) terdapat granula yang tersebar tidak teratur
yang terwarna penuh pewarna anilin (granula metakromatis) dan memberikan
gambaran bermanik-manik. Ada 4 biotipe C.diphtheriae,yaitu: gravis, mitis,
intermedius dan belfanti. Varian-varian ini telah diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik pertumbuhannya, seperti morfologi koloni, reaksi biokimia, dan
tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan oleh infeksinya. Media
perbenihannya yaitu Loeffler’s medium / Pai medium.
Gambar 3. Corynebacterium diphtheriae dari medium pai yang diwarnai
dengan biru metilen. Beberapa bakteri mempunyai ujung membengkak
Sumber: Buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25, 2013

Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae yaitu difteri.
3.1 Difteri
Patogen genus Corynebacterium pada manusia yang utama adalah C.
diphtheriae, agen penyebab difteri saluran napas. Penyakit ini biasanya
menyerang saluran nafas atas. Difteri mudah menular melalui udara dengan masa
inkubasi antara 1 – 10 (tersering 2-5) hari. Kelompok risiko tinggi adalah anak-
anak dan orang lanjut usia. Gejala yang ditimbulkan yaitu demam, malaise,
pseudomembrane di tonsil dan tenggorok atau di hidung, paralisis, gagal jantung
dan ginjal.
Faktor virulensi utama C. diphtheriae adalah toksigenisitas (kemampuan
memproduksi toksin) bakteri. Toksin menimbulkan peradangan dan destruksi
epitel pada daerah yang terinfeksi, akibatnya akan terjadi nekrosis jaringan dan
terbentuk membran palsu (pseudomembran). Pseudomembran diikuti dengan
terjadinya edema jaringan mukosa dibawahnya. Inilah yang sering menyebabkan
terjadinya obstruksi saluran nafas. Selanjutnya toksin akan menyebar ke seluruh
tubuh, menyebabkan degenerasi dan nekrosis terutama pada jantung dan sel saraf.
Kematian biasanya disebabkan gagal jantung dan gangguan pernafasan. Cara
pemeriksaan yaitu pemeriksaan kultur. Terapi : antitoksin; erythromycin untuk
mencegah transmisi
Gambar 3.1 Penderita Difteri
Sumber: http://nurfaizatul78.blogspot.co.id/2016/02/difteri.html

4. Streptococcus Pneumoniae
Streptococcus pneumoniae adalah sel gram positif berbentuk bulat telur atau
seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung
belakang tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul), tidak
membentuk spora dan tidak bergerak tetapi galur yang ganas berkapsul,
menghasilkan α-hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu
dan deterjen.
Streptococcus pneumoniae adalah penghuni normal pada saluran pernapasan
bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis,
bronchitis,bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya.
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) membentuk koloni bulat
kecil,mula-mula berbentuk kubah dan kemudian timbul lekukan di tengah-
tengahnyadengan pinggiran yang meninggi dan α-hemolisis pada agar darah.
Pertumbuhan bakteri ditinggikan dengan 5-10% CO2. Energi yang diperoleh
kebanyakan dari peragian glukosa yang diikuti oleh pembentukan asam laktat
yang cepat, yang membatasi pertumbuhan.
Gambar 4. Streptococcus pneumoniae
Sumber: Buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25, 2013

Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae yaitu pneumonia pneumokokus.
4.1 Pneumonia Pneumokokus
Pneumonia Pneumokokus adalah suatu infeksi paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri pneumokokus. Pneumokokus menyebabkan penyakit melalui
kemampuan mereka memperbanyak diri di jaringan. Infeksi pneumokokus
menyebabkan aliran hebat cairan edema fibrinosa kedalam alveoli, di ikuti
masuknya eritrosit dan leukosit yang menyebabkan konsolidasi bagian-bagian
paru.
Awitan pneumonia pneumokokus umumnya mendadak, di tandai dengan
demam, menggigil, dan nyeri pleura yang tajam. Sputum serupa dengan eksudat
alveolar, berwarna khas seperti darah atau karat. Masa inkubasi 1-3 hari. Pada
awal perjalanan penyakit, saat demam tinggi, bakteremia timbul pada 10-20%
kasus. Dengan terapi antimikroba, penyakit biasanya segera berakhir jika obat
diberikan secara dini, pembentukan konsolidasi akan di cegah. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Terapi : penicillin,
erythromycin, dan lainnya.

Gambar 4.1 Penderita Pneumonia Pneumokokus


Sumber: https://www.voaindonesia.com/a/who-rekomendasikan-anak-anak-pen-
134203528/100957.html
5. Bordetella pertussis
Bordetella pertussis merupakan patogen penting dan sangat menular pada
manusia, menyebabkan batuk rejan (pertusis). Organisme tersebut adalah
kokobasil gram-negatif kecil menyerupai H. Influenzae. Dengan pewarnaan
toluidin biru, granula metakromatis bipolar dapat diperlihatkan. Terdapat sebuah
kapsul. Organisme ini bersifat aerob obligat dan membentuk asam, tetapi bukan
gas dari glukosa dan laktosa. Hemolisis medium yang mengandung darah
berhubungan dengan B. Pertussis virulen.

Gambar 5. Bordetella pertussis


Sumber : Buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20, 1996

Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis yaitu Batuk rejan (pertusis).
5.1 Batuk rejan (pertusis)
Batuk rejan adalah salah satu jenis batuk yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis, yang penularannya dapat disebarkan melalui udara ketika
ada penderita, yaitu melalui percikan ludah dari pasien yang terkena penyakit lalu
dihirup orang yang sehat dan kekebalan tubuhnya rendah. Gejala timbul dalam
waktu 7-10 hari setelah terinfeksi. Bakteri menginfeksi lapisan tenggorokan,
trakea dan saluran udara sehingga pembentukan lendir semakin banyak. Pada
awalnya lendir encer, tetapi kemudian menjadi kental dan lengket.
Pertusis atau batuk rejan merupakan penyakit yang rentan menyerang
siapapun terutama anak-anak. Tak jarang, pertusis mampu menimbulkan kematian
akibat gagal napas yang diakibatkannya. Pertusis juga mampu menghambat proses
tumbuh kembang anak. Cara pemeriksaan yaitu apus nasofaring, test serologis,
kultur dan ELISA. Terapi : Erythromycin - efektif bila diberikan sebelum mulai
batuk dengan spasm, mengeliminasi Bordetella pertussis

Gambar 5.1 Penderita pertussis


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Batuk_rejan
DAFTAR PUSTAKA

Geo F. Brook, . 2013. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25 Jawetz, Melnick &


Adelberg. Jakarta : EGC
Kaihena, Martha. 2013. Propolis Sebagai Imunostimultor Terhadap Infeksi
Micobacterium Tuberculosis. Prosiding FMIPA. Universitas Pattimura,
Ambon, hal. 69-80
Prijanto, Muljati. 2002. Vaksin Haemophilus Influenza Tipe b untuk Pencegahan
Meningitis dan Pneumonia. Vol 12, No. 1, hal. 42-44
Sunarno, Kambang Sariadji, Wibowo HA, dan Olly Arif. 2013. Potensi Gen dtx
dan dtxr Sebagai Marker untuk Deteksi dan Pemeriksaan Toksigenisitas
Corynebacterium Diphtheriae. Jakarta : J. Kesehatan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Vol. 41, No. 1, hlm.1-10
Wijaya Dewi, Handayani Diah, Cahyarini, Taufik F.F. 2015. Pneumonia Atipik
Akibat Mycoplasma Pneumoniae. Jakarta : J. Res Ind. Vol. 35, No. 2,
hlm.124-134

Anda mungkin juga menyukai