Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Judul Makalah
FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :
NUR SYAMSI INNAYAH
0517140094

PROGRAM STUDI
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hidayah – Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Faktor Penghambat
Perkembangan Bahasa Indonesia” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis berharap


semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Deni Oktavia .Spd,.Mpd. selaku dosen mata kuliah bahasa Indonesia.

2. Teman - teman kelas TK3 angkatan tahun 2017.

Penulis mengakui, dalam makalah ini masih jauh dari sempurna karena
pengalaman yang masih kurang. Oleh karena itu, penulis berharap kepada para
pembaca untuk memberikan kritik dan masukan-masukan guna menyempurnakan
makalah ini.Terimakasih.

Surabaya , 01 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
BAB II Pembahasan
2.1 Bahasa Indonesia ..............................................................................
2.2 Fungsi Bahasa Indonesia ...................................................................
2.3 Bahasa Daerah ...................................................................................
2.4 Bahasa Gaul ......................................................................................
2.5 Bahasa Asing ....................................................................................
2.6 Faktor – faktor Penghambat Perkembangan Bahasa Indonesia ........
2.7 Upaya Pencegahan Penghambatan Perkembangan Bahasa
Indonesia ...........................................................................................
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh rakyat Indonesia
dalam berkomunikasi. Sarana utama dalam pengembangan dan penyebaran
ilmu adalah bahasa. Bahasa mempunyai ragam dan tingkat sesuai dengan
tujuan dalam mencapai keefektifan komunikasi. Bahasa Indonesia menjadi
identitas bangsa di tengah – tengah bangsa lain di dunia.
Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya di Indonesia semakin
terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia
dalam penggunaan tata bahasanya. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas
bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa
Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul.
Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif
terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat
sekarang dan masa yang akan datang.
Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat,
seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini adalah beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, sebagai
berikut :
1. Apa saja yang menjadi faktor penghambat perkembangan bahasa
Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh dari terhambatnya perkembangan bahasa
Indonesia?
3. Apa saja upaya yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya
penghambatan perkembangan bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan dari rumusan masalah diatas,
yaitu :
1. Mengetahui faktor – faktor yang menjadi penghambat dalam
perkembangan bahasa Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh – pengaruh dari terhambatnya perkembangan
bahasa Indonesia.
3. Mengetahui upaya apa saja yang akan dilakukan untuk mencegah
terjadinya penghambatan perkembangan bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat
Indonesia untuk keperluan sehari – hari, misalnya belajar, bekerja sama, dan
berinteraksi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di
Indonesia.
Bahasa nasional adalah bahasa yang menjadi standar di Negara Indonesia.
Adapun bahasa resmi, yaitu bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi,
seperti dalam perundang – undangan dan surat – menyurat dinas. Dalam hal
ini, bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan
masuk akal. Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat
kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian.
Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi.
Persebaran bahasa Indonesia di antara penduduk lokal sangat pesat karena
adanya campur tangan dari kerajaan Sriwijaya yang pada saat itu menjadi
penguasa jalur perdagangan di Nusantara.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan,
yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai
sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai
bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari
berbagai peninggalan – peninggalan, misalnya :
1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai :


1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan – aturan
hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia mengalami tiga kali perubahan


ejaan, sehingga terbentuklah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) seperti
sekarang ini dan menjadi dasar penulisan yang berlaku. Dalam ejaan ini, hal
yang berubah :
Penggunaan huruf “c” yang menggantikan “tj” seperti misalnya pada kata –
kata : tjontoh, tjandra, tjatjing, dan lainnya.
 Dj digantikan dengan huruf j.
 Penggantian ch menjadi kh.
 Pengubahan penulisan nj menjadi ny.
 Perubahan sj menjadi sy, dan yang terakhir
 Perubahan j menjadi y.

Susunan kata dasar, yaitu Subjek – Predikat – Objek (SPO), walaupun


susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan
kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak
mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata
keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau petunjuk lain seperti
"sudah" atau "belum".
2.2 Fungsi bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya (Umar, 2017) sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang
identitas nasional, alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya,
serta sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain fungsi – fungsi diatas, bahasa Indonesia juga harus berfungsi sebagai
alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda – beda ke dalam satu
kesatuan kebangsaan yang bulat.

Bahasa mempunyai enam fungsi sebagai berikut :


1. Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya,
penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur
bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga
memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam
hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang
sedih, marah atau gembira.
2. Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi
direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak
hanya membuat pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan
kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
3. Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa
bersifat fatik. Artinya, bahasa berfungsi menjalin hubungan,
memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial.
Ungkapan – ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap,
seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh
karena itu, ungkapanungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara
harfiah.
4. Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi
untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur
atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang
melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk
menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang
dunia di sekelilingnya.
5. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual
atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan
bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan
masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain – lain. Tetapi dalam
fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau
menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran
bahasa di mana kaidah – kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
6. Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (pesan) yang disampaikan, maka bahasa itu
berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan, yang hanya imajinasi (khayalan) saja.

Sedangkan, menurut Krech (dalam Blake dan Haroldsen, 2003),


menetapkan tiga fungsi utama bahasa, sebagai berikut :
1. Bahasa adalah alat utama dalam berkomunikasi.
2. Bahasa mencerminkan kepribadian individu dan kebudayaan masyarakat
sekaligus. Pada gilirannya, bahasa membantu membentuk kepribadian
dan kebudayaan manusia.
3. Bahasa meningkatkan pertumbuhan dan pewarisan kebudayaan,
kelangsungan masyarakat dan fungsi pengawasan, serta pengendelian
yang efektif dari kelompok-kelompok masyarakat.
Selain itu, menurut Barker (Mulyana, 2004) bahasa memiliki tiga fungsi,
yaitu :
1. Penanaman (naming atau labeling), merujuk pada usaha untuk
mengidentifikasi objek, tindakan atau orang dengan menyebut namanya
sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2. Interaksi, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Transisi informasi, melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada
orang lain.

2.3 Bahasa Daerah


Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah
dalam sebuah negara kebangsaan, baik daerah kecil, negara bagian federal atau
provinsi, atau daerah yang luas.
Menurut Wittgenstein (Ferina, 2012) bahasa merupakan bentuk pemikiran
yang dapat dipahami, berhubungan dengan realita, dan memiliki bentuk serta
struktur yang logis. Menurut Saussure (Ferina, 2012) bahasa adalah ciri
pembeda yang paling menonjol, karena dengan bahasa setiap kelompok sosial
merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain. Dan
menurut Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang
dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan)
yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.

2.4 Bahasa Gaul


Bahasa gaul atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata
dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar
penuturan dialek atau bahasa.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai
bahasa pergaulan. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980 – an. Bahasa gaul
pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi antar remajadan
sekelompoknya selama kurun waktu tertentu. Pada saat itu, bahasa gaul dikenal
sebagai bahasa para anak jalanan. Ini disebabkan dari arti kata prokem dalam
pergaulan sebagai preman (Sofa, 2009).
Bahasa gaul memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
 Kosakata khas :
berkata → bilang berbicara → ngomong
cantik → kece dia → doi, doski
kaya → tajir reseh → berabe
ayah → bokap ibu → nyokap
cinta →cintrong aku →gua, gue, gwa
kamu → lu, lo, elu dan lain – lain.
 Penghilangan huruf (fonem) awal :
sudah → udah saja → aja
sama → ama memang → emang
dan lain – lain.
 Penghilangan huruf “h”:
habis → abis hitung → itung
hujan → ujan hilang → ilang
hati → ati hangat → anget
tahu → tau lihat → liat
pahit → pait tahun → taon
bohong → boong dan lain – lain.
 Penggantian huruf "a" dengan "e"
benar → bener cepat → cepet
teman → temen cakap → cakep
sebal → sebel senang → seneng
putar → puter seram →serem
 Penggantian diftong "au", "ai" dengan "o" dan "e":
kalau → kalo sampai → sampe
satai → sate gulai → gule
capai → cape kerbau → kebo
pakai → pake mau (bukan diftong) → mo
 Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang :
terima kasih → makasi, trims bagaimana → gimana
begini → gini begitu → gitu
ini → nih itu → tuh.
 Peluluhan sufiks me-, pe- seperti :
membaca → baca bermain → main
berbelanja → belanja membeli → beli
membawa → bawa pekerjaan → kerjaan
permainan → mainan
 Penggunaan akhiran "- in" untuk menggantikan akhiran "-kan" :
bacakan → bacain mainkan → mainin
belikan → beliin bawakan → bawain
 Nasalisasi kata kerja dengan kata dasar berawalan “c”:
mencuci → nyuci mencari → nyari
mencium → nyium menceletuk → nyeletuk
mencolok → nyolok
 Untuk membentuk kata kerja transitif, cenderung menggunakan proses
nasalisasi. Awalan "me-", akhiran "-kan" dan "-i" yang cukup rumit
dihindarkan.
 Proses nasalisasi kata kerja aktif+ in untuk membentuk kata kerja
transitif aktif :
memikirkan→ mikirin menanyakan → nanyain
merepotkan → ngerepotin mengambilkan → ngambilin
 Bentuk pasif 1 (di + kata dasar + in) :
diduakan → diduain ditunggui → ditungguin
diajari → diajarin ditinggalkan → ditinggalin
 Bentuk pasif 2 (ke + kata dasar yang merupakan padanan bentuk pasif
"ter-") dalam bahasa Indonesia baku :
tergaet → kegaet tertimpa → ketimpa
terpeleset → kepeleset tercantol → kecantol
tertipu → ketipu tertabrak → ketabrak
Dari ciri – ciri bahasa gaul di atas, dapat diketahui jenis bahasa gaul apa
yang paling sering para remaja gunakan sehingga dapat dimengerti pula apa
yang mereka bicarakan. Akan tetapi, bahasa gaul tidak berhenti sampai disini,
para remaja terus berkreasi untuk menciptakan aturan bahasa gaul yang
terbaru. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin hari semakin banyak jenis
bahasa gaul yang digunakan.

2.5 Bahasa Asing


Bahasa asing merupakan bahasa milik bangsa lain yang dikuasai, biasanya
melalui pendidikan formal dan secara sosiokultural tidak dianggap sebagai
bahasa sendiri, serta merupakan bahasa yang tidak termasuk bahasa Indonesia
dan bahasa daerah, seperti bahasa Inggris, Cina, Arab, dan Hindi.
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan
dimasyarakatkan oleh setiapwarga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar
bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruhdan budaya asing yang jelas
– jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok dengan bahasa dan budaya bangsa
Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar
kemungkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah
tidak jelas dan tidak ada lagi, serta pengaruh alat komunikasi yang begitu
canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsaIndonesia,
termasuk jati diri bahasa Indonesia.

2.6 Faktor – faktor Penghambat Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia di era ini mengalami perubahan dan pergeseran makna,
baik dari struktur bahasa, hingga penggunaanya dalam kehidupan sehari – hari.
Hal ini tentu saja dipengaruhi berbagai faktor. Antara lain dikarenakan
munculnya bentuk bahasa baru seperti bahasa prokem yang lebih diminati
untuk digunakan oleh remaja di dalam lingkungan pergaulannya.
Faktor penghambat meliputi kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
masih rendah dan sikap mentalnya yang masih kurang percaya diri. Hal ini
juga dapat menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap perkembangan
terutama pada remaja yang mulai terpengaruh dengan berkembangnya bahasa
asing di Indonesia.
Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan,
pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa prokem
yang digunakan. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan
mereka menciptakan bahasa prokem (Sumarsana dan Partana, 2004).
Rendahnya kualitas sumber daya manusia menyebabkan bahasa Indonesia
sulit dikembangkan ke dunia internasional. Masih banyak warga negara
Indonesia yang belum dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Selain itu, masyarakat juga tidak terbiasa menggunakan bahasa
Indonesia, akan tetapi lebih sering menggunakan bahasa daerah, serta
mentalitas masyarakat Indonesia yang banyak menganggap bahwa bahasa
asing, khususnya bahasa Inggris, memiliki gengsi sosial yang tinggi. Adanya
kecenderungan penggunaan bahasa daerah dikalahkan oleh bahasa Indonesia,
dan penggunaan bahasa Indonesia dikalahkan oleh bahasa asing (bahasa
Inggris).

2.7 Upaya Pencegahan Penghambatan Perkembangan Bahasa Indonesia


Sebagai generasi muda bangsa Indonesia, kesiapan dan peran nyata bahasa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
memerlukan pemantapan rasa kecintaan dan rasa kebanggaan memiliki bahasa
Indonesia. Rasa kebanggaan ini harus terikat erat dengan pencerminan dan
perwujudan cinta tanah air, cinta budaya Indonesia, serta cinta terhadap
keseluruhan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
Indonesia.
Sikap bahasa merupakan faktor pendukung optimalisasi peran dan
kedudukan bahasa Indonesia sebagai penguat jati diri bangsa. Sikap positif
terhadap bahasa Indonesia harus terus ditingkatkan. Sikap berbahasa
mengandung keterpaduan antara sikap menghormati dan memuliakan secara
nyata serta sikap taat pada kesepakatan bangsa mengenai peran dan kedudukan
bahasa Indonesia. Selain itu, dengan meningkatkan kemampuan dalam
menjaga dan mengembangkan sumber daya yang kita miliki baik di bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, seni budaya, dan yang lainnya,
sehingga Indonesia selalu menarik warga asing maupun warga Negara
Indonesia sendiri. Berdasarkan dari upaya – upaya yang telah disebutkan, maka
kita seharusnya dapat melestarikan bahasa Indonesia sehingga menjadi penting
untuk dipelajari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari faktor – faktor penghamhambat perkembangan bahasa
Indonesia di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Rendahnya sikap dan mental warga Indonesia dalam penggunaan bahasa
Indonesia sehingga menyebabkan tidak percaya diri.
2. Masyarakat Indonesia terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa sehari – hari.
3. Adanya rasa gengsi sosial yang tinggi, sehingga banyak warga Indonesia
yang juga menggunakan bahasa asing sebagai bahasa sehari – hari.
4. Kurangnya rasa cinta terhadap tanah air dan budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Drs Azhar. 2017. Kedudukan, Fungsi, dan Ragam Bahasa Indonesia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan
Tenaga Kependidikan.

Cahyani, Isah. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.

Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta. Rineka Cipta


Jakarta Timur.

Dewi, Ponco. 2013. Modul Ilmu Komunikasi. Jakarta. Fakultas Ekonomi


Universitas Negeri Jakarta.

Kridalaksana, Harimurti. 2013. Kamus Linguistik Fourth Edition. Jakarta.


Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai