Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PELAKSANAAN

KEGIATAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DALAM RANGKA KEWASPADAAN DINI


PENANGGULANGAN PENYAKIT ZOONOSIS BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) TAHUN 2018

A. Latar Belakang
Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam
masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB),
memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan
maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi (Depkes RI, 2004). Sedangkan salah
satu tujuan khusus surveilans, antara lain: Memonitor kecenderungan (trends) penyakit, Mendeteksi
perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; dan memantau kesehatan
populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi.
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional
masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan
tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar
program. Ruang lingkup surveilans epidemilogi dalam pelaksaan dilapangan salah satunya adalah
surveilans Epidemiologi penyakit tidak menular penyakit yang terglong ppenyakit Menular adalah
penyakit Zoonosis atau penyakit yang sumber penularannya berasal dari hewan yang terinfeksi virus
dan ditularkan ke manusia dengan kontak langsung.
Untuk mengendalikan masalah-masalah zoonosis, Presiden RI mengeluarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis. Perpres terdiri atas 7 bab
dan 43 pasal. Perpres ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan yaitu 20 Mei 2011. Di dalam Perpres
No. 30/2011 diatur langkah-langkah komprehensif dan terpadu dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dunia usaha, organisasi profesi, lembaga non pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga
internasional serta seluruh lapisan masyarakat serta pihak terkait lainnya.
Strategi pengendalian zoonosis dilakukan dengan mengutamakan prinsip pencegahan penularan
kepada manusia dengan meningkatkan upaya pengendalian zoonosis pada sumber penularan.
penguatan koordinasi lintas sektor, sinkronisasi, pembinaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan, strategi dan program perencanaan terpadu dan percepatan pengendalian
melalui surveilans, pengidentifikasian, pencegahan, tata laksana kasus dan pembatasan penularan,
penanggulangan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dan pandemi serta pemusnahan sumber
zoonosis pada hewan apabila diperlukan.
Strategi lain adalah melalui penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap
penularan zoonosis baru. Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan
zoonosis. Penguatan kapasitas sumber daya manusia, logistic.
Berdasarkan beberapa kasus tersebut untuk mencegah kemunculan kasus yang sama serta
mencegah terjadinya kasus yang meluas dan berevolusinya penyakit zoonosis khususnya kasus
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dan bertabahnya angka kematian (Lyssa) akibat Rabies di
wilayah kerja Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo dan adanya prospek program nasinala
dalam rangka daerah Eliminasi Rabies di Kabupaten Kepulauan Morotai, maka BTKLPP Kelas I
pada tahun 2018 akan melaksanakan kegiatan surveilans epidemiologi dalam rangka
Penanggaluangan Penyakit Zoonosis yang berpotensial KLB.

B. Tujuan Surveilans Rabies


1) Mengetahui gambaran besaran Masalah dan beban rabies di wilayah kabupaten Gorontalo dan
Kabupaten Kepulauan Morotai.
2) Mengetahu trenkecenderungan dan deteksi dini ptensial KLB Rabies.
3) Sebagai bahan dasar untuk peneltian/kajian lebih lanjut tentang penyakit rabies serta evidence
Based untuk penentuan daerah eliminasi Malaria.

C. Metode Pelakasaan Kegiatan


1) Pengumpulan Data Sekunder
2) Pengamatan secara langsung terhadap faktor risiko yang dicurigai menjadi penyebab Rabies
dan Penyebab Gigitan.
3) Wawancara pada Keluarga Kasus
4) Pemberian Bahan KIE berupa Brosur tentang Pencegahan dan Penanganan Gigitan Hewan
Penular Rabies.
5) Pengolahan dan analisis Data Kasus Diare serta pelaporan.

D. Hasil Pelaksanaan Kegiatan


1) Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo
Pada tanggal 05-06 Desember 2018 tim BTKLPP Kelas I Manado didampingi oleh petugas
Dinas Kesehatan sert Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo
melakukan kegiatan surveilans terhadap penyakit zoonosis pada hewan dan manusia dalam
rangka penagggulangan serta kewaspadaan dini agar tidak terjadi KLB di Wilayah kerja Dinas
kesehatan Kabupaten Gorontalo. Hasil Pelaksanaan Kegiatan oleh tim BTKLPP Kelas I
Manado dalam 2 (dua) hari tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pengumpulan Datababsed (Data Sekunder) di Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo
Hal tersebut dilakukan agar dapat melihat gambaran besaran masalah penyakit zoonosis
khususnya penyakit Rabies/ GHPR/ Lyssa (Kematian akibat rabies berdasarkan Orang,
tempat, waktu. Sehingga dapat memudahkan dalam penngambilan keputusan untuk
melakukan pengendalian penyakit atau preventif terhadap penyearan kasus penyakit.

b) Hasil Wawancara dan Tindaklanjut


Pada Tanggal 06 Desember 2018, Tim BTKLPP Kelas I Manado bersama dengan
petugas Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Provinsi Gorontalo
mengunjungi rumah-rumah kasus GHPR untuk dilakukan Observasi dan wawancara.
Dari hasi Wawancara dan Observasi pada beberapa kasus GHPR disimpulkan bahwa :
 Pengetahun dan tindakan masyarakat tentang tatalaksana pertolongan pertama pada
orang yang digigit HPR masih sangat kurang, 85% masyarakat masih menggunakan
cara tradisional seperti memberikan obat racikan daun pada luka gigitan HPR serta
menaburkan Cabe (Rica) pada luka yang masih berdarah.

 Hewan Piaraan (seperti anjing dan kucing) masih ada yang belum di vaksin padahal
hean telah pernah menggiit orang lain.
 Berdasarkan hasil pembicaraan dengan petugas dinas peternakan bahwa
permasalahan yang terpenting tidak tuntasnya kasus rabies (GHPR) diakiatakan
populasi anjing liar di kabupaten gorontalo yang begitu pesat.
 Kurangnya kooperatifnya warga dalam melakukan pelaporan ke Distanak jika ada
hewan liar menggigit warga.
Kegiatan Tindaklanjut yang dilakukan adalah :
 Direkomendasikan kepada peihak dinas Peternakan agar melakukan surveilans Aktif
selama trimester untuk menscrening kembali HPR yang belum di vaksin.
 Melakukan advokasi dan sosialisasi rutin terhadap penanggulangan terhadap hewan
penular rabies dengan cara melakukan pelaporan rutin sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan oleh piahak dinas peternakan dan kesehatan Hewan Kabupaten
Gorontalo.

 Tim BTKLPP Kelas I Manado bersama dengan tim gabungan Dinas Kesahatan
Kabupaten Gorontalo serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten
Gorontalo melakukan sosialisasi serta penyuluhan singkat kepada kelompok hewan
ternak dan warga sekitaran kasus sambil membagikan brosur mengenai cara
penanganan pertama bagi orang yang digigit oleh hewan penular rabies serta cara
pencegahannya.
2) Kabupaten Kepulauan Morotai Provinsi Maluku Utara
Tim BTKLPP Kelas 1 Manado berangkat dari Manado Ke Kabupaten Morotai pada tanggal 5
desember 2018 dan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan mengenai pelaksanaan
kegiatan, pada tanggal 6 desember 2018 tim BTKLPP Kelas 1 Manado berangkat kedesa
Sangowo bergabung dengan BALIVET Maros yang melakukan pengambilan sampel darah pada
anjing yang telah divaksin yang bertujuan untuk melihat apakah vaksin yang telah diberikan
berfungsi dengan baik atau tidak. Setelah dikonfirmasi melalui informasi dari petugas dinas
kesehatan dan hasil anlisis data sekunder bahwa dinyatakan Telah terjadi KLB rabies pada suatu
wilayah tertentu apabila memenuhi salah satu criteria :
1. Peningkatan jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies menurut periode waktu
(minggu/harian) disuatu kecamatan, desa/kelurahan dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
2. Terjadi satu kasus klinis rabies pada manusia.
Jumlah Kasus
No PKM
2013 VAR 2014 VAR 2015 VAR 2016 VAR 2017 VAR 2018 VAR
1 Daruba 18 14 8 8 9 5 5 5 3 3 - -
2 Sangowo 0 0 16 7 28 15 1 1 5 4 - -
3 Bere - Bere 11 7 8 4 26 20 6 2 4 4 - -
4 Sopi 5 3 8 5 15 10 5 3 2 2 - -
5 Wayabula 4 3 0 0 6 4 4 1 6 6 3 -
6 Posi – posi 4 4 4 2 8 4 14 14 8 8 8 -
7 Tiley 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 1 -

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan diketahui jumlah kasus di desa Sangowo untuk tahun
2015 ada 28 kasus gigitan sedangkan untuk tahun 2016 ada 1 gigitan tahun 2017 ada 5 gigitan,
belum ada tanda peningkatan kasus
E. Saran dan Rekomendasi
1. Sistem Kewaspadaan Dini terhadap penyakit Rabies perlu ditingkatkan sehingga pada saat
terjadi Peningkatan Kasus atau KLB Rabies cepat terdeteksi sedini mungkin.
2. Respon lintas sector ditingkatkan dalam penanganan dan pencegahan peningkatan kasus
maupun KLB penyakit Rabies.
3. Sosialisasi secara berkala oleh petugas Puskesmas tentang definisi, penyebab dan bahaya
penyakit Rabies.
4. Vaksinasi secara berkala oleh Dinas Peternakan pada hewan peliharaan

Menyetujui
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi

Rusen Tombi, SKM, M.Kes


NIP. 197603012005012002

Anda mungkin juga menyukai