Anda di halaman 1dari 14

POKOK-POKOK HASIL SEMINAR INTERNASIONAL

CURRICULUM, ASSESMENT AND PEDAGOGY:


INNOVATION TO DELIVER QUALITY EDUCATION
Oleh :
Prof. Jim Oates, Ph.D dan Roderic Gillespie, Ph.D
(Cambridge Assesment UK)
Hotel Ambhara Jakarta, 12 – 13 Desember 2015
(Disarikan oleh Dr. Hari Wuljanto, S.Pd., M.Si)

A. PENDAHULUAN

1. Kebijakan pendidikan nasional merupakan solusi terhadap kondisi


dan tantangan yang dihadapi, yang harus dibuat oleh pembuat
kebijakan di suatu negara itu sendiri.

2. Penting untuk melihat kembali manfaat pendidikan dalam


konteks makro maupun mikro seperti kaitannya dengan
kehidupan integrasi sosial, pertumbuhan ekonomi, dinamika
masyarakat yang pada intinya melihat kembali hubungan antara
peningkatan pendidikan dengan individu, masyarakat dan ekonomi
dalam kesatuan ekosistem pendidikan. Ini juga menyangkut
pentingnya aparatur negara mendukung kelompok-kelompok ini
dalam meningkatkan pendidikan, juga hubungan antara berbagai
elemen masyarakat dengan ekonomi.

3. Dalam konteks mikro pengaruh pendidikan terhadap


perkembangan kognitif anak, perkembangan pembelajaran dan
manajemen sekolah yang memungkinkan anak-anak berkesempatan
belajar lebih banyak dan lebih berkualitas untuk meningkatkan
kapasitas diri mereka.

B. SUBJEK
1. Kurikulum
a. Perbandingan Kebijakan Pendidikan Internasional
1) Kebijakan pendidikan di berbagai negara telah difokuskan
pada kepentingan negara tersebut dan perspektif negara
dalam memandang arti pendidikan bagi kemajuan bangsanya.

1
2) Policy learning harus memperhatikan konteks sejarah dan
budaya suatu negara baik nilai-nilai yang dianut, budaya,
sejarah, agama serta kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya.

3) Belajar dalam konteks perbandingan sistem politik tentang


kebijakan pendidikan antar negara harus komprehensif
karena ada dua kutub pandangan dikotomis yaitu
pandangan yang menyatakan bahwa kita tidak dapat belajar
apa-apa tentang sesuatu hal dan di satu sisi kita dapat belajar
semua hal tentang pendidikan. Dalam konteks tersebut,
hendaknya kita mampu memiliki pandangan di tengah-tengah
yaitu kita dapat belajar secara sistematis.

4) Di banyak negara revisi kurikulum nasional dihadapkan pada


tantangan (a) menurunnya kapasitas guru (b) perubahan
orientasi pendidikan dan (c) perubahan penilaian

5) Perbandingan internasional menyangkut kebijakan pendidikan


tidak selalu menghadirkan sesuatu yang serba
sempurna. Finlandia sendiri yang dinilai sebagai negara
dengan kinerja terbaik bidang pendidikan tahun 2000
sebenarnya tidak mengetahui mengapa ia dapat menjadi baik.
Mereka sendiri sulit memahami bagaimana sistem
pendidikannya telah bekerja.

6) Untuk mengadakan perbaikan kinerja pendidikan kita harus


terlebih dahulu mengetahui dengan mewawancarai siswa,
guru dan pelaku-pelaku pendidikan di lapangan. Selebihnya
kita harus mengetahui sifat-sifat dan karakteristik khas
kurikulum. Bahkan penggunaan cerita-cerita yang digunakan
untuk edukasi.

7) Pemerintah mengembangkan praktik-praktik yang baik


dan menawarkan program tersebut kepada sekolah untuk
dikembangkan.

b. Koherensi Kurikulum
1) Gagasan mengenai pendidikan berkualitas itu penting. Oleh
karenanya semua masyarakat harus mengetahui tujuan
pendidikan. Itulah sebabnya sistem pendidikan berkinerja
tinggi harus dibangun dengan sistematis. Sistem pendidikan
2
berkinerja tinggi akan membentuk sistim yang memiliki
kemampuan meningkatkan kualitas pendidikan secara
komprehensif.

2) Di berbagai negara terdapat negara yang berkinerja tinggi dan


berkinerja rendah. Kita memiliki kinerja tinggi bila unsur-unsur
dalam sistem pendidikan memiliki dukungan optimal. Sistem
yang memiliki kinerja tinggi memiliki koherensi yang
tinggi. Sebagai contoh apabila kita menginginkan adanya
proses belajar yang tinggi namun penilaian (ujian nasional)
yang bermutu rendah. Itu menunjukkan tidak adanya
koherensi atau keselarasan kurikulum. Hal itu
menunjukkan kinerja yang buruk dari sistem pendidikan.

3) Kurikulum hendaknya dapat berinteraksi dengan berbagai


faktor pendukung atau pengendali. Gagasan mengenai
pengendali kurikulum harus benar-benar dikenali, apa sajakah
elemen yang benar-benar menentukan keberhasilan kurikulum
di tingkat sekolah, bukan sekedar kebijakan kurikulum yang
baik, tetapi jaminan terhadap praktik baik di sekolah.

4) Perlu dipahami bahwa kebijakan pendidikan tidak pernah


final karena konteks perubahan. Kalau kita akan melakukan
perubahan pendidikan, maka kita harus chek seintensif
mungkin terhadap berbagai faktor-faktor dalam sistem
pendidikan. Demikian pula bila kita ingin mengadakan
perubahan dalam kurikulum kita, maka kita harus chek
betul secara intensif faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap implementasi dan keberhasilan kurikulum
kita.

c. Policy Learning
1) Pada negara-negara dengan kinerja pendidikan tinggi,
mereka menganalisis faktor-faktor capaian PISA,
TIMMS dan PIRLS dengan seksama untuk melihat faktor
apa yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di negara
mereka.

2) Dalam konteks ini pengukuran melalui benchmarch TIMMS


menurutnya lebih berbasis kurikulum dibandingkan

3
pengukuran dengan PISA karena, PISA menuntut penguasaan
bahasa (reading) yang panjang sehingga konten kurikulum
sering justru terabaikan.

3) Dengan membandingkan sistem–sistem yang berbeda dari


berbagai negara, maka dapat dikembangkan yuridiksi
dengan kinerja tinggi berintikan pada perbaikan terus
menerus dan berkelanjutan dalam sistem dan kebijakan
pendidikan.

4) Elemen-elemen yang cukup menonjol sebagai pengendali


keberhasilan kurikulum meliputi :
- Pelatihan guru yang diorientasikan mengenai
pemahaman konten pembelajaran.
- Penggunaan teksbook / buku ajar yang sama
- Pentingnya budaya belajar
- Peran penting penilaian
- Kualitas pengalaman mengajar guru
- Kemampuan mempengaruhi anak berpikir dalam
belajar

5) Untuk dapat melaksanakan kurikulum yang baik di tingkat


sekolah, maka yang perlu dilakukan adalah :
- Menyelenggarakan pelatihan guru dengan standar dan
mutu yang baik.
- Memotret serta menyebarluaskan praktik yang baik
dalam pembelajaran (Best Practices Learning).

6) Kurikulum yang berjalan dengan baik didukung oleh kualitas


guru (teacher quality) dan kualitas pembelajaran (quality of
teaching)

d. Review Kurikulum dalam Reformasi Pendidikan


1) Ide-ide tentang pengembangan pengetahuan bergantung
pada sikap-sikap para guru terhadap pembelajaran.

2) Kesalahan pengukuran hasil belajar akan menyebabkan tidak


berkembangnya ide pengembangan pengetahuan karena
membiasnya praktik pendidikan dari yang semestinya.

4
3) Kita harus mampu mengembangkan pemikiran yang skeptis
terhadap ide pembaharuan pendidikan agar mampu
menjadikan faktor pengendali pendidikan bekerja dengan baik.
4) Salah satu contoh yang baik adalah ide tentang otonomi
sekolah. Apakah ide otonomi sekolah cocok dikembangkan
pada semua sekolah, semua level sekolah, sekolah desa dan
kota, sekolah negeri dan swasta, sekolah di pedesaan atau
perkotaan, sekolah dengan sumber daya bagus atau terbatas,
sekolah berkinerja tinggi atau rendah. Kita harus kritis
terhadap ide pembaharuan itu. Tidak harus semua
sekolah melaksanakan satu perubahan tanpa
mengenali faktor-faktor pengendali kebijakan itu
bekerja.

5) Jangan sampai terjadi reformasi sekolah hanya


menguntungkan segelintir pihak saja apakah itu pihak
penerbit atau orang-orang yang mau mengambil keuntungan
dalam situasi yang sulit.

6) Ide pembaharuan harus menjamin meningkatnya mutu


sekolah. Itupun harus dikendalikan apakah ada jaminan
mutu sekolah tersebut dapat meningkat secara permanen
dalam waktu lama atau hanya sebentar saja kemudian
menurun kembali. Ide perubahan yang diperlukan adalah ide
perubahan yang sistematis dan berkelanjutan melalui kontrol
kinerja yang efektif.

e. Ambiguitas Sistem
1) Apakah perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi benar-
benar meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu
pendidikan atau hanya sekedar telah berubah?

2) Apabila perubahan kurikulum itu nyata membawa perubahan,


aspek-aspek apa saya yang berubah dan meningkat, berapa
lama dan seberapa permanen serta berapa lama bertahan.

3) Perubahan kurikulum haruslah disertai dengan faktor-


faktor pengendali implementasi kurikulum meliputi :
- Guru-guru berkualitas tinggi
- Proses pembelajaran dengan level tinggi

5
- Semua guru dilatih dengan kualifikasi yang sangat tinggi
baik menyangkut kontens pembelajaran, pedagogy
maupun kematangan profesi.

4) Aspek-aspek kurikulum utamanya mengenai tujuan (standar


nasional), konteks, metode/pedagogy, assesment dan
evaluasi. Dalam hal tersebut kita tidak hanya berfokus pada
penguasaan satu mata pelajaran saja melainkan bagaimana
implementasi kontens lintas mata pelajaran, seperti
matematika dalam fisika, matematika dalam geografi,
matematika dalam kimia dan matematika itu sendiri. Demikian
pula bahasa dalam science, bahasa dalam matematika, bahasa
dalam fiksi dan bahasa dalam konteks perkembangan
pengetahuan. Ataupun kewargenegaraan dalam mata
pelajaran maupun integrasinya pada ekstrakurikuler,
bagaimana merumuskan, memformulasikan serta dan
mengimplementasikannya.

5) Pertanyaan kritis tentang ambiguitas sistem pendidikan dalam


konteks reformasi pendidikan adalah (a) apakah sekolah
berkinerja tinggi harus selalu otonom? Pandangan demikian
perlu dikembangkan bahwa sekolah otonom adalah sekolah
dengan kolaborasi baik. Karena kolaborasi saja dapat
dilakukan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Jadi
sekolah otonom adalah menggabungkan antara kolaborasi
baik dengan kualitas tinggi dengan praktik-praktik terbaik dari
masing-masing sekolah.

f. Performance Tinggi dalam Koherensi Kurikulum


1) Performance tinggi dalam koherensi kurikulum didukung oleh
sistim kerjasama dan administrasi pemerintahan yang
berfokus pada pengurutan kompetensi berdasarkan usia.
Anak-anak sekolah dasar yang berumur di bawah 6 tahun
dengan yang dia atas 6 tahun memiliki perbedaan. Anak anak
di bawah 6 tahun pasti ketinggalan karena kognitif mereka
belum berkembang secara sempurna untuk menerima
rangsangan yang bersifat kompleks. Berbeda dengan anak
usia 6 tahun ke atas yang telah matang dan siap menerima
perintah kompleks.

6
2) Oleh karena itu, kurikulum hendaknya tidak terlalu banyak
beban, sehingga elemen-elemen pengendali dapat
mengontrol bekerjanya sistem kurikulum dengan cermat dan
efektif. Saat ini tugas kurikulum nasional semua negara adalah
menyiapkan disiplin anak untuk memasuki abad XXI.

3) Ini juga berkaitan dengan dukungan orangtua dan masyarakat


sebagai salah satu pengendali kurikulum. Apakah perilaku
masyarakat menginginkan inovasi ataukah tidak (stagnasi).

4) Negara-negara yang berkinerja pendidikan tinggi menyadari


sepenuhnya bahwa investasi di bidang pendidikan melalui
perbaikan kurikulum sistematis dan berkelanjutan merupakan
investasi ekonomi jangka panjang yang meyakinkan.

g. Kurikulum Nasional
1) Kegagalan kurikulum selama ini didasarkan pada :
- Kegagalan memetakan problem
- Kegagalan menyusun analisis yang tepat
- Kegagalan menetapkan solusi
- Kegagalan memantau pelaksanaan dan
- Kegagalan mengontrol keberhasilan

2) Kurikulum nasional hendaknya berbasis pada trilogi,


Kurikulum, Assesment dan Akuntabilitas.

CURRICULUM

KOHERENSI

KURIKULUM
TEKSBOOK TEACHING
THINKING

3) Harus dipahami bahwa tidak ada satu sistem kurikulum


atau sistem pendidikan yang terlalu baik, apakah pilihan
sistem secara selektif ataukah komprehensif. Setiap pilihan
memiliki konsekuensinya. Untuk itu dalam ekosistem
pendidikan harus tersedia kontrol kurikulum menyangkut

7
elemen-elemen yang dapat dikendalikan ataukah yang tak
dapat dikendalikan. Elemen yang dapat dikendalikan seperti
guru, siswa, bahan ajar, sistim intruksional dan manajemen
sekolah. Sedangkan elemen sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat termasuk teknologi merupakan elemen yang
tidak dapat dikendalikan.

4) Di Inggris dikembangkan kontrol terhadap elemen yang un


controllable seperti sosial ekonomi. Assesment yang dilakukan
terhadap anak-anak dilakukan saat mereka berumur 7 tahun,
11 tahun, 14 tahun dan 16 tahun. Assesment terhadap usia
anak itu didasarkan pada pertanyaan apakah ujian itu?
Mengapa perlu dilakukan dan untuk apa ujian dilakukan. Hasil
assesment anak-anak pada periode usia tersebut data-datanya
akan digunakan untuk melihat perkembangan capaian prestasi
kehidupan dan masa depan mereka setelah dewasa nanti. Ada
korelasi yang baik bahwa anak-anak yang memperoleh
pendidikan berkualitas pada usia – usia itu memiliki tingkat
masa depan meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan yang
lebih baik daripada anak-anak yang pada usia tersebut
mendapatkan pendidikan dengan kualitas buruk.

2. Pengembangan Penilaian dalam Sistem Pendidikan


a. Penilaian pendidikan harus didasarkan pada tiga kata inti:
penilaian berbasis bukti, sistematik/terstruktur dan
berkelanjutan.

b. Kita harus yakin bahwa penilaian yang pada anak dalam


pembelajaran didasarkan pada bukti-bukti yang nyata. Jangan
mengambil mode baru pembelajaran tanpa adanya bukti-
bukti nyata bahwa mode baru tersebut berdampak positif
terhadap perkembangan hasil belajar anak. Mode
kreativitas mungkin saja penting tetapi bentuk implementasi
dalam proses pembelajaran di sekolah yang praktis seperti apa?
Demikian pula dengan mode industrialisasi dan produksi seperti
yang ingin ditiru dari industri, semacam apakah pembelajaran
yang dikembangkan yang memungkinkan anak-anak memproleh
kompetensi terstrukturdan berkelanjutan. Jangan mudah
mengubah-ubah sistem pendidikan tanpa ada bukti-bukti

8
yang yata bahwa perubahan tersebut berdampak pada mutu
pendidikan.

c. Salah satu contoh aktual adalah trend pendidikan


menggunakan teknologi informasi. Jangan mudah terkecoh
dengan teknologi informasi bagi pembelajaran. Harus
dibedakan antara orang menggunakan TI untuk memudahkan
belajar dengan TI untuk belajar. Orang dengan mudah
mengoperasionalisasikan TI tetapi jangan lupa bahwa belajar
memerlukan kontruk belajar dan perilaku belajar yang baik.

d. Demikian pula dengan pengembangan penilaian


pembelajaran, harus dipahami bahwa penilaian pembelajaran
bukan sekedar teknis membuat soal sesuai dengan kaidah
pembuatan soal yang benar, melainkan harus memahami sifat
pertanyaan yang pada akhirnya membuat pemikiran
anak-anak tumbuh dengan baik. Untuk itulah dalam penilaian
pembelajaran harus selalu dilakukan perbaikan berkelanjutan
pada sumber daya manusia penilainya maupun
kemampuan menyusun kerangka penilaian yang sesuai
psikologis dan kompetensi siswa.

e. Melihat hal itu, kita sebenarnya memerlukan model penilaian


yang banyak untuk banyak tujuan. Bukan model penilaian
satu untuk banyak tujuan. Kerangka penilaian pembelajaran
harus dikembangkan di tingkat sekolah untuk tujuan-tujuan
tertentu dan di tingkat nasional untuk tujuan tertentu pula. Tidak
harus disamakan antara tujuan penilaian tingkat sekolah dengan
tingkat nasional.

f. Untuk itu bagi suatu negara, mampu menyusun kurikulum


dengan sangat baik adalah baik tetapi tidak memikirkan
bagaimana implementasinya di sekolah hanyalah
menimbulkan kekecewaan.

9
g. Dalam performance sekolah dikenal adanya dukungan dan
harapan terhadap kualitas sekolah sebagai berikut:

HIGH EXPECTATION

FRUSTASI KOHERENSI

LOW SUPPORT HIGH SUPPORT

DISQUALITY KECEWA

LOW EXPECTATION

h. Dalam konteks teori di atas, sekolah perlu membangun


ekspektasi yang tinggi dan dukungan yang tinggi agar
terwujud koherensi kurikulum. Sekolah yang memiliki
ekspectasi tinggi tanpa dukungan akan menyebabkan frustasi,
sedangkan dukungan tinggi tetapi tidak adanya ekspectasi tinggi
menimbulkan kekecewaan. Sedangkan sekolah tanpa ekspectasi
dan dukungan sama sekali tidak akan menghasilkan kualitas.

3. Kualitas Pendidikan
a. Konstruk Pembelajaran
1) Apakah yang dimaksud dengan kontruk dan bagaimanakah
guru-guru kita fokus pada kontruk untuk meningkatkan
kualitas hasil belajar anak. Dalam pelajaran sains ketika guru
menyuruh anak mengamati telur-telur katak, mencatat
perkembangannya dan menggambarkan dalam selembar
kertas. Kita harus segera tahu, apa yang sedang difokuskan
atas kontruk pengetahuan. Apakah mungkin gambarnya jelek
tetapi dia tahu bahwa ide/kontruks gambar telur dan katak
adalah metamorfosa. Ketika ditanyakan apakah definisi lain
dari metamorfosa dari makhluk lain, ia masih fokus dengan
menjawab kupu-kupu karena ada perubahan bentuk, maka
anak tersebut fokus pada konstruk. Jadi jangan dilihat

10
gambarnya yang jelek melainkan ia memiliki ide/kontruk yang
tepat tentang ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari.

2) Untuk itu, kita harus rajin melakukan penilaian untuk


menjajagi pemikiran anak-anak sesuai dengan usia mereka.
Berikan pertanyaan sesuai dengan tingkatan usianya. Jadi
dalam membuat pertanyaan, kita harus :
- Fokus pada kontruk atau ide pengetahuan
- Fokus pada pertanyaan yang membuat tumbuhnya
pemikiran anak
- Membuat pertanyaan yang tepat sesuai kontens dan usia
anak.

3) Tes atau penilaian di sekolah diharapkan :


- Tidak memberatkan
- Tidak terlalu luas dengan tes
- Membiasakan agar anak familiar sesuai dengan usia dan
karakteristik anak.
- Membuat model tugas yang sederhana

4) Karakter pembelajaran yang diharapkan dibangun:


- Fokus pada kontruk
- Kaitan antara pembelajaran dengan assesment
- Keahlian pada subjek
- Adaya konsep unik pada pembelajaran

b. Guru
1) Strategi Peningkatan Kualitas Guru kaitannya dengan
Pembelajaran dan Assesment. Perlu dilakukan adalah :
- Penyiapan pelatihan guru dengan level tinggi
- Mengatasi kekurangan guru baik kompetensi, kualifikasi,
profesi
- Mengembangkan best practice tentang pembeajaran

2) Guru-guru dengan kualitas baik akan mendukung sekolah


berkinerja baik.

11
c. Buku Ajar
1) Bila kita melihat fenomena membaca maka didapati bahwa
teksbook yang baik akan meningkatkan kemampuan
membaca.

2) Mungkin teknologi komunikasi seperti note book, ipad penting


untuk membantu belajar tetapi bahwa buku ajar memiliki
peran fundamental dalam proses belajar.

3) Penggunaan teksbook dalam versi digital harus sangat hati-


hati dan jangan menghilangkan fungsi teksbook.

4) Teksbook yang baik akan membantu guru dalam mengajar


dan meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Dipahami bahwa
mengajar itu sangat sulit. Teksbook akan membantu guru
mengajar dan memudahkan kerja guru.

5) Bagaimana dengan teksbook, siswa belajar lebih banyak dan


belajar lebih baik.

6) Teksbook mampu mengendalikan keberhasilan kurikulum.


Untuk itu gambar-gambar dibuat untuk mendukung kontruk.

d. Membangun Kesetaraan dalam Pendidikan


1) Kesetaraan anak dalam memeproleh pendidikan dilakukan
dengan cara mengembangkan potensinya masing-
masing. Bagi negara, anak-anak yang memperoleh
pendidikan baik pada level awal dan dapat dipelihara pada
level berikutnya akan berkontribusi pada perilaku yang baik
anak-anak tersebut di masa mendatang.

2) Sekolah perlu mengembangkan model manajemen


perilaku bagi setiap anak agar mereka berkembang sengan
optimal.

3) Dipahami bahwa semua anak pada dasarnya mampu untuk


belajar. Di Singapura, bila ada anak yang kesulitan belajar,
Guru akan mengatakan bahwa ia belum mampu
membelajarkan dengan baik dan memahamkan pada anak

12
didik tersebut. Berbeda dengan di Singapura, di Inggris bila
ada anak tidak mampu maka dianggap bodoh.

4) Perlu dikembangkan prinsip bahwa semua anak mampu


untuk belajar dan bahwa semua anak memiliki
harapan yang tinggi. Untuk itu kita perlu memberikan
dukungan yang memadai pada mereka agar mereka mampu
menggapai harapannya.

5) Guru perlu melatih kecepatan belajar membaca dan menulis


sejak dini. Pendidikan di pre school amat penting bukan saja
dalam pengembangan emosi melainkan juga meletakkan
dasar-dasar kognitif. Kehadiran anak-anak pre school juga
amat penting karena ini menyangkut tingkat partisipasi dan
kemauan belajar

C. PENUTUP:
Dalam seminar ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kita tidak boleh sekedar meng-copy kebijakan pendidikan dari suatu
negara, namun yang dapat dilakukan adalah mempelajari kebijakan
di suatu negara untuk disusun kebijakan pendidikan yang
sesuai dengan nilai-nilai, kondisi, tantangan dan sosial-
ekonomi serta budaya.

2. Diperlukan koherensi kurikulum dengan penilaian


pembelajaran sehingga yang diperlukan bukan hanya guru yang
berkualitas namun juga pembelajaran yang berkualitas.

3. Peningkatan mutu guru dan pembelajaran dapat ditempuh


melalui pelatihan guru dengan level tinggi, memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang dimiliki guru serta mengembangkan best practices
pembelajaran.

4. Kita harus mengupayakan sistem dan kebijakan pendidikan


berkinerja tinggi dengan cara membangun ekspektasi yang tinggi
disertai dukungan masyarakat yang tinggi pula.

13
5. Perubahan kurikulum dan penilaian harus mampu menjamin
peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu elemen-elemen
pengendali keberhasilan kurikulum dan penilaian harus dicermati dan
dipantau sungguh-sungguh.

Jakarta, 13 Desember 2015

14

Anda mungkin juga menyukai