Anda di halaman 1dari 87

BUKU PEDOMAN

PRAKTIK DASAR-DASAR
TIM PENYUSUN
PEDOMAN
PRAKTEK
DASAR
TAHUN K3DASAR-
2014
K3

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK


KESEHATAN JAKARTA II KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2014
KATA PENGHANTAR

Penerbitan Buku Pedoman Praktikum Dasar-Dasar K3 ini merupakan


salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar pada
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Kesehatan Lingkungan.

Dengan menggunakan Buku Pedoman Praktikum ini, maka proses


bimbingan pelaksanaan praktikum, baik bagi mahasiswa maupun
pengajar akan lebih terstruktur, sehingga target kompetensi yang akan
dicapai menjadi lebih tepat. Dengan adanya buku pedoman praktikum,
maka tahapan kegiatan perencanaan, persiapan dan pelaksanaan
praktik, serta kegiatan paska praktikum, peserta praktik dapat
memahami dan mampu dalam menggunakan alat-alat praktikum yang
ada di Jurusan Kesehatan Lingkungan, baik yang berkaitan dengan bahan
praktikum, keamanan selama praktik serta waktu yang di perlukan.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, perkembangan akan selalu
mengikuti, sehingga suatu saat ditemukan hal baru yang berkaitan
dengan buku pedoman praktikum ini. Oleh karena itu saran dan kritik
atas buku pedoman praktikum ini selalu terbuka.

Harapan kami, Buku Pedoman Praktikum Dasar-Dasar K3 memberikan


manfaat bagi para penggunanya.

Jakarta, Desember 2014

Tim Penyusun
Buku Pedoman Praktikum Dasar - dasar
K3

Wastyo Wiarawan
Yusuf Dawudi

Editor
Wakhyono Budianto,SKM.,Msi
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan
Lingkungan i
DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………………………
………………………. i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………………………………………
……………………. ii

I. PENDAHULUAN
……………………………………………………………………………………………………………
…….. 1

1.1 Latar Belakang 1


………………………………………………………………………………………………
…………
1.2 Maksud Dan Tujuan 2
………………………………………………………………………………………………
..
1.2.1 Maksud 3
……………………………………………………………………………………
…………………
1.2.2 Tujuan 3
……………………………………………………………………………………
………………….
1.2.2 Tujuan Umum 3
.1 ……………………………………………………………………………………
…….
1.2.2 Tujuan Khusus 3
.2 ……………………………………………………………………………………
……..
II. PENENTUAN 4
SAMPEL
2.1 Penentuan Titik Pengambilan Sampel di lingkungan kerja 4
………………………….
2.2 Pengambilan sampel ada beberapa metode berdasarkan
periode
waktunya Menurut National Institute Ocupational Safety and
Health
(NIOSH) 5
………………………………………………………………………………………………
………………………..
2.3 Loka Pengambilan Sampel berdasarkan lokasi / area
si dapat di
bedakan dalam beberapa tempat 5
……………………………………………………………………..
2.4 Pelaksanaan Pengambilan sampel berdasarkan peralatan 5
sampling ……….
III. PENGUKURAN FAKTOR BAHAYA KERJA 6
………………………………………………………………
3.1 Faktor Bahaya Fisik 6
………………………………………………………………………………………………
….
3.1. Pengukuran Tekanan Panas / Iklim Kerja 6
1 …………………………………………..
3.1.2 Pengukuan Intensitas Penerangan di Tempat Kerja 10
…………………………
3.1.3 Pengukuan Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja 15
……………………………
3.2 Faktor Bahaya Ergonomi 20
………………………………………………………………………………………..
3.3 Faktor Bahaya Kimia 29
………………………………………………………………………………………………
.
3. 4 Faktor Psikososial 32
………………………………………………………………………………………………
………
Daftar Pustaka 38
……………………………………………………………………………………………………………
…………..
Format Laporan Praktikum 39
…………………………………………………………………………………………………
Soal ………………………………………………………………………………… 40
Latihan ………………………………………….
1. Tekanan Panas
…………………………………………………………………………………………
…. 40
2. Kebisingan
…………………………………………………………………………………………
………….. 40
3. Pencahayaan
…………………………………………………………………………………………
…….. 41
4. Debu
…………………………………………………………………………………………
……………………. 41

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan


Lingkungan ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan ilmu multi disiplin yang


menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan
kerja , keselamatan kerja dan melindungi tenaga kerja terhadap resiko
bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya
kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan kerja. Tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah melindungi keselamatan tenaga kerja dalam
melakukan kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi dan jaminan keselamatan setiap orang lain yang berada
ditempat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
nyaman dimana tenaga kerja dapat terhindar dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.

Berdasarkan teori penyebab kecelakaan , di ketahui bahwa kecelakaan


kerja dapat di hindari apabila penyebabnya dapat di ketahui dan
dihilangkan. Faktor penyebab atau di sebut hazard terdiri atas fisik ,
kimia, biologis, ergonomi dan psikososial.

Hazard kimia adalah faktor bahaya di lingkungan kerja, kadar debu,


kadar gas CO, kadar CO2 , kadar gas amonia dan sebagainya. Hal
tersebut dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan tenaga kerja yang pada akhirnya dapat
menurunkan produktivitas tenaga kerja.

Hazard fisik adalah faktor bahaya dilingkungan kerja seperti tingkat


kebisingan, tekanan panas, penerangan, getaran, radiasi sinar ultra
violet dan gelombang elektromagnetik. Hal tersebut dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan tenaga kerja yang pada
akhirnya dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.

Hazard biologis adalah faktor bahaya di lingkungan kerja potensi


bahaya yang di sebabkan oleh mahluk hidup (biologi) gangguan
kesehatan pada pekerja yang terpajan . Potensi bahaya yang
menyebabkan alergi / iritasi akibat bahan-bahan biologis (debu kapas,
dedaunan, bulu, bunga, dll) Bahaya faktor biologi atau biological
hazard (biohazard) didefinisikan sebagai agen infeksius atau produk
yang dihasilkan agen biologi atau biological agent didefinisikan
sebagai mikroorganisme,

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 1


Lingkungan
Hazard ergonomi adalah melakukan gerakan yang sama berulang-
ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktifitas
tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan
banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang
berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan
otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat
apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan
usaha yang terlalu besar.

Hazard Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul


karena adanya interaksi dari aspek-aspek (uraian tugas) job
description, disain kerja dan organisasi serta managemen di tempat
kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan
ganggua fisik, sosial dan psikologi.
Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah
agar produktivitas kerja dapat tetap terjaga. Hal ini dapat ditinjau dari
dua faktor yaitu: a. Dari aspek Kesehatan adalah untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan
yang timbul karena faktor-faktor yang ada di tempat kerja, dan
a. Dari aspek Keselamatan adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakaan karena orang yang terkena stress memiliki risiko yang
lebih besar untuk terjadinya kecelakaan.

Dalam praktikum dasar-dasar k3 mahasiswa akan di latih untuk dapat


melakukan praktik identifikasi hazard, analisis resiko dan merencanakan
tindakan pengendalian, jenis-jenis hazard yang di evaluasi di sesuaikan
dengan peralatan yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Tersedianya penduan praktikum Kesehatan dan keselamatan kerja
yang dapat di jadikan pedoman dalam melakukan pengukuran /
monitoring dan evaluasi dilingkungan kerja.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 2
Lingkungan
1.2.2 Tujuan
1.2.2.1 Tujuan Umum
Diharapkanpraktikum dapat menerapkanpengetahuan
tentang
peralatan, pengujian dan evaluasi faktor-faktor bahaya di
tempat kerja.
1.2.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan praktikum dapat :
Melakukan pengukuran faktor kimia (kadar debu partikel
di lingkungan kerja ).
Melakukan pengukuran faktor fisik (kebisingan,
pencahayaan, tekanan panas, di lingkungan kerja ).
Melakukan pengukuran faktor biologi
Melakukan pengukur factor psikososial (kelelahan dan stress
kerja).
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 3
Lingkungan
II. PENGAMBILAN SAMPEL

2.1 Penentuan Titik Pengambilan Sampling di Lingkungan Kerja

Pengambilan titik sampling sangat penting karena dapat


menggambarkan kondisi sesungguhnya pada lokasi dan tempat
tertentu merupakan langkag awal untuk mendapatkan sampel yang
representatif, sebelum menentukan lokasi titik pengambilan sampel
lingkungan kerja. Ada 3 langkah yang harus di perhatikan dan perlu
dibandingkan:

1. Langkah Awal
Menentukan titik pengukuran ,
Pengenalan Lingkungan (Hazar Indentifikasi)
Memahami tahap-tahap proses produksi atau kegiatan yang
menyangkut kegiatan operasional perusahaan dan faktor-faktor
bahaya yang timbul dalam proses tersebut, jumlah tenaga kerja
yang terpapar sehingga dapat mengetahui bagian mana dan
parameter apa dapat diketahui secara jelas.

2. Langkah Kedua
Penilaian Lingkungan (Risk Assesment) pada tahap ini di ketahui
bagian apa dan parameter apa diadakan pengukuran di
lapangan dan pengambilan sampel dengan menggunakan
peralatan sesuai yang di butuhkan, setelah sampling di analisis,
hasil nya di bandingkan dengan Standart Nilai Ambang Batas
(NAB).

3. Langkah Ketiga
Pengendalian (Risk Control) dalam tahap ini setelah didapat
hasil analisa di bandingkan dengan NAB, ternyata melebihi NAB
yang telah ditentukan, maka langkah pengendalian dari faktor-
faktor lingkungan tersebut.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 4
Lingkungan
2.2 Pengambilan sampling ada beberapa metode berdasarkan
periode waktunya Menurut National Institute Ocupational
Safety and Health (NIOSH) :
1. Pengambilan Sampel selama 8 jam ( Full Periode )
Pengambilan sampel selama waktu 8 jam di sesuaikan dengan
jam kerja.
2. Pengambilan Sampel kurang dari 8 jam ( Full Periode Single
Sample )
3. Pengambilan Sampel kurang dari 8 jam ( Full Periode
Consecutif Sample )
4. Pengambilan Sampel Sesaat ( Random / Grab Sample )

2.3 Lokasi Pengambilan Sampling berdasarkan lokasi / area


dapat di bedakan dalam beberapa tempat :

1. Pada Sumber Kontaminan


Langsung didekatkan pada
sumber
2. Pada Lokasi Kerja di dekat
Tenaga Kerja Langsung dekatkan
ke pekerja
3. Pada tempat-tempat yang sering dilalui tenaga
kerja Langsung / tempatkan pada lokasi yang
sering pekerja lalui
4. Pada Personal / Perorangan.
Langsung pada pekerja / alat di kenakan pekerja selama jam
kerja

2.4Pelaksanaan Pengambilan sampling berdasarkan peralatan


sampling dapat di bedakan 2 yaitu :
1. Direct Reading
Pengambilan sampel dengan pembacaan langsung tanpa
melalui analisia laboratorium.
2. Indirect Reading
Pengambilan sampel dengan mengunakan analisa laboratorium .
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 5
Lingkungan
III. PENGUKURAN FAKTOR BAHAYA KERJA

3.1 Faktor Bahaya Fisik


3.1.1 Pengukuran Tekanan Panas / Iklim Kerja

1. Dasar Teori
Tekanan panas adalah faktor di tempat kerja yang ditimbulkan oleh
perpaduan kondisi suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan radiasi. Pengujian yang dilakukan ditentukan dengan
mengukur suhu kering, suhu basah dan suhu bola dimana satuan
dan rumus yang digunakan dinyatakan sebagai Indeks Suhu Basah
dan Bola ( ISBB).

2. Tujuan
Memahami konsep dasar pengukuran tekanan panas di dan
melakukan pengukuran di lingkungan kerja dengan menggunakan
parameter Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), sesuai dengan Nilai
Amabang Batas (NAB) yang ditentukan.
3. Alat
Area Heat Stress Monitor
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan panas pada
area kerja
4. Cara Kerja
a. Tentukan lokasi dan titik sampling
b. Lakukan pengukuran tekanan panas di dekat tenaga kerja
yang sedang
melakukan aktivitas.
c. Posisikan Area Heat Stress Monitor berada di dekat tenaga
kerja.
d. Tekan tombol On pada alat heat stress monitor diamkan
selama 10 menit berada ditempat pengukuran.
e. Setelah 10 menit amati dan baca pada layar monitor
tercantum suhu udara kering, suhu udara basah, suhu udara
basah, suhu udara bola (globe), kelembaban udara, indeks
suhu bola basah (ISBB) Indoor dan Out door.
f. Catat pda formulir hasil pengukuran tekanan panas
g. Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB)
Kepmenakertrans No : 13 tahun 2011 tentang NILAI AMBANG
BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 6


Lingkungan
ISBB (˚C )
Pengaturan waktu kerja Beban
setiap jam Kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50 % - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas
radiasi:

ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu
kering.

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar


ruangan tanpa panas radiasi :

ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

Catatan :
Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan
200 Kilo kalori/jam.
Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200
sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam.
Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350
sampai dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jam.

5. Rumus Indeks suhu bola basah bola


a) Rumus yang dikembangkan berdasarkan perpindahan lokasi
kerja. Dalam hal pemaparan ISBB yang berbeda-beda karena
lokasi kerja yang berpindah-pindah menurut waktu, maka
berlaku ISBB rata-rata dengan rumus sebagai berikut:

(ISBB1) (t1) + (ISBB2) (t2) +………+(ISBBn)


(tn)
ISBB rata-rata = ---------------------------------------------------------------
t1 + t2 +……………….+.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 7
Lingkungan
Keterangan :
0C : Derajat Celcius
ISBB : Indeks Suhu Basah dan Bola
ISBB1 : Indeks Suhu Basah dan Bola menurut waktu 1
ISBB2 : Indeks Suhu Basah dan Bola menurut waktu 2
ISBBn : Indeks Suhu Basah dan Bola menurut waktu n
ISBB rata- : Indeks Suhu Basah dan Bola diterima rata-rata selama
rata waktu
tertentu
SBA : Suhu Basah Alami
SK : Suhu Kering
SB : Suhu Bola
t1, t2, tn, : Jangka waktu pemaparan selama ISBB1, ISBB2, ISBBn
yang
bersangkutan, dinyatakan dalam menit.
(Catatan : Waktu
pemaparan selama 30-60 menit,
dan waktu pengukuran
dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu awal, tengah,
dan akhir
shift kerja.

Catatan :
1. Hasil dari ISBB rata-rata adalah hasil yang digunakan untuk
dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu
peratuan-peraturan yang terkait.
2. Waktu Kerja dan Istirahat disesuaikan dengan lamanya waktu
kerja yang dilakukan oleh pekerja di ruangan tersebut, yang
dinyatakan dalam persentase.
3. Perhitungan kategori beban kerja adalah sebagai berikut :
a. Grandjen (1998),menyatakan bahwa salah satu pendekatan
untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah
dengan menghitung nadi kerja, konsumi oksigen, kapasitas
vasilitas paru & suhu inti tubuh.

PENILAIAN BEBAN KERJA


(Christensen,1991.Encyclopaedia of Occupational Health and Safety.ILO Geneva)

Beban kerja Konsumsi 02 Ventilasi paru Suhu Denyut


rectal
l/mnt l/mnt Jantung
ringan 0,5-1,0 11-20 37,5 75-100

sedang 1,0-1,5 20-31 37,5-38 100-125

berat 1,5-2,0 31-43 38-38,5 125-150


Sangat berat 2,0-2,5 43-56 38,5-39 150-175

Sgt berat sekali 2,5-4,0 60-100 >39 >175

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 8


Lingkungan
b. Penilaian beban kerja dapat dilakukan berdasarkan berat
badan pekerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Kebutuhan Kalori Perjam Menurut Jenis Aktivitas

Sumber (SUMA’MUR,1982)

Contoh : Seorang pekerja dengan berat badan sekitar 65 kg bekerja


sebagai tukang batu dibawah terik matahari , maka berdasarkan data
tersebut diatas / baris 21 , diperoleh jumlah kalori yang dibutuhkan
adalah :

5,71 x 65 kg = 371 Kilocal / jam.

Beban kerja ini termasuk dalam kategori beban kerja berat ( > 350- 500 Kilokal
/jam-----Kepmenaker No.51 th 1999)
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 9
Lingkungan
Formulir Tekanan Panas
Nama :
…………………………………………………………………………………………………………………
Perusahaan ………………………………..
Alamat Perusahaan :
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………..
Petugas :
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………..
Tanggal :
…………………………………………………………………………………………………………………
Sampling ………………………………..

N Lokasi Wakt Hasil Beban Keterang


o u Pengukuran Kerja an
Pengukura 0 0 0
n
SK C SB C RH % ISBB C

3.1.2 Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja

1. Dasar Teori
Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk
menberikan penerangan kepada benda-benda yang merupakan
obyek kerja, peralatan atau mesin dan proses produksi serta
lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas penerangan yang
optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan juga
diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya.

2. Tujuan
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang,
maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di
tempat kerja.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 10
Lingkungan
3. Alat
Lux Meter
Mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian
eneergi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada
layar monitor.

4. Penentuan Titik
Pengukuran a.
Penerangan Setempat
Obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan dan
pengukuran dapat di lakukan di atas meja.
b. Penerangan Umum
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada
setiap jarak tertentu setinggi 1 (satu) meter. Jarak tertentu
tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan.
Luas ruangan kurang dari 10 m² .
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak 1 (satu) meter.
Luas ruangan antara 10 sampai 100 m² .
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak 3 (tiga) meter.
Luas ruangan lebih dari 100 m² .
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak 6 (enam) meter.

5. Cara Kerja
a. Hidupkan Luxmeter
b. Letakan alat ke titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
penerangan
setempat atau umum.
c. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
d. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil.
e. Matikan lux meter setelah pengukuran.
f. Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (Permenkes)
Nomor : 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 11
Lingkungan
6. Rumus Pengolahan Data
a) Pencahayaan Umum
Rumus pengolahan data pencahayaan umum adalah sebagai
berikut :
Dalam satu titik dilakukan 3 kali pembacaan/pengukuran
karena angka yang tertera pada alat lux meter / light meter
berubah-ubah tidak stabil. Perhitungan rata-rata pencahayaan

per titik : P1 + P2 + P3 = .... lux


∑ P

Dalam satu ruangan akan diperoleh beberapa titik


pengukuran tergantung dari luas ruangan yang telah di
ukur, sehingga mendapatkan beberapa titik pengukuran.

Perhitungan rata-rata pencahayan ruangan : T1 + T2 + ..........


+ Tn = .... lux
∑T
Keterangan :
P1 = Pembacaan/pengukuran pertama
P2 = Pembacaan/pengukuran kedua
P3 = Pembacaan/pengukuran ketiga
∑P = Jumlah pembacaan/pengukuran
T1 = Titik pertama
T2 = Titik
kedua Tn =
Titik ke- n
∑T = Jumlah Titik

Catatan :
Hasil dari perhitungan rata-rata pencahayaan ruangan adalah
hasil yang digunakan untuk dibandingkan dengan regulasi yang
dijadikan acuan yaitu peraturan-peraturan yang terkait.

b) Pencahayaan Setempat
Rumus pengolahan data pencahayaan setempat adalah
sebagai berikut : Dalam satu titik tempat kerja (objek kerja)
dilakukan 3 kali
pembacaan/pengukuran karena angka yang tertera pada alat
lux meter
/ light meter berubah-ubah tidak stabil.
Perhitungan rata-rata pencahayaan per titik (objek kerja)
:
P1 + P2 + P3 = lux

∑P

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan


Lingkungan 12
Keterangan :
P1 = Pembacaan/pengukuran pertama
P2 = Pembacaan/pengukuran kedua
P3 = Pembacaan/pengukuran ketiga
∑P = Jumlah pembacaan/pengukuran

Catatan :

1. Hasil dari perhitungan rata-rata pencahayaan per titik (objek


kerja) adalah hasil yang digunakan untuk dibandingkan
dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu peraturan yang
terkait.
2. Tentukan kategori ruangan yang dijadikan objek pengukuran
agar bisa menentukan nilai/besaran pencahayaan (lux) yang
akan dijadikan perbandingan dari hasil pengukuran.

Formulir Intensitas penerangan setempat

………………………………………………………………………………
1. Nama Perusahaan : ………………………………………….
………………………………………………………………………………
2. Alamat : ………………………………………….
………………………………………………………………………………
3. Jenis Perusahaan : ………………………………………….
………………………………………………………………………………
4. Jumlah Tenaga Kerja : ………………………………………….
………………………………………………………………………………
5. Ruangan Kerja : ………………………………………….
………………………………………………………………………………
6. Jenis Lampu : ………………………………………….
………………………………………………………………………………
7. Tanggal Pengukuan : ………………………………………….
Denah penerangan
setempat

Meja Kerja 1 Meja Kerja 2

Meja Kerja 3 Meja Kerja 4

Meja Kerja 5 Meja Kerja 6


Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 13
Lingkungan
Hasil Pencatatan Pengukuran penerangan setempat

Ruangan Hasil (Lux) Rata-rata


Pengukuran Pengukuran 2 Pengukran 3
1

Formulir Intensitas penerangan umum

1. Nama Perusahaan : ………………………………………………………………………………


………………………………………….

2. Alamat : ………………………………………………………………………………
………………………………………….

3. Jenis Perusahaan : ………………………………………………………………………………


………………………………………….

4. Jumlah Tenaga : ………………………………………………………………………………


………………………………………….
Kerja
5. Ruangan Kerja : ………………………………………………………………………………
………………………………………….

6. Jenis Lampu : ………………………………………………………………………………


………………………………………….

7. Tanggal Pengukuan : ………………………………………………………………………………


………………………………………….

Denah penerangan meter


umum

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 14


Lingkungan
Hasil Pencatatan Pengukuran penerangan umum
Hasil (Lux)
Ruangan Pengukuran Pengukuran Pengukran Rata-rata
1 2 3

3.1.3 Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja


1. Dasar Teori
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.

2. Tujuan
Memahami konsep dasar intensitas kebisingan dan melakukan
pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter di lingkungan kerja.
Dengan prinsip kebisingan diterima oleh mikrofon pada sound level
meter dan dirubah menjadi gelombang listrik yang kemudian dibaca
pada monitor dalam satuan desibel (dB).

3. Alat
Integrating Sound Level Meter (SLM)
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan pada
frequensi yang berbeda-beda dan untuk mengukur intensitas
bunyi dengan frequensi tertentu.
Noise Dosimeter
Merupakan sound level meter yang digunakan untuk mengukur dose paparan bising
hubungan dengan waktu, alat ini di pergunakan pengukuran kebisingan personal yang
diterima oleh pekerja selama 8 jam/hari terutama bagi tenaga kerja yang berpindah-
pindah.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 15
Lingkungan
4. Penentuan Titik Pengukuran
Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi
ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja.
Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai
kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana,
misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari
sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1
meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat
pengukur yang digunakan.
Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat
bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta
tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi
kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan
dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang
sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat
kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan,

1. warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah


85 dBA,

2. warna orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas


90 dBA,
3. warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara
85 – 90 dBA.

Pengukuran dengan Grid


Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat
contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–
titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama
diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi
beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama,
misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris
dan kolom untuk memudahkan identitas.

5. Nilai Ambang Batas Kebisingan


Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap
aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari
atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di
tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata
yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 16


Lingkungan
tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu
maksimum bekerja , bandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (MENAKERTRANS),
Nomor : Per.13/MEN/X/2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam


dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139

6. Cara Kerja
a. Tentukan lokasi dan titik pengukuran .
b. Tekan tombol on pada sound level meter
c. Tekan tombol Respon (jenis suara) slow / fast.
d. Atur tombol Jaringan A atau C.
e. Baca angka yang tertera pada monitor
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 17
Lingkungan
7. Pengolahan Data Intensitas Kebisingan
Pengolahan data pengukuran kebisingan dilakukan dengan
menggunakan Distribusi Frekuensi sebelum dimasukkan kedalam
rumus, yaitu menentukan nilai dengan melakukan tahapan-
tahapan sebagai berikut :

1) Array yaitu urutkan dari data yang terkecil sampai dengan data
yang terbesar.
2) Range yaitu cari nilai Range dengan menggunakan menghitung
selisih dari data terbesar dikurangi data terkecil.
Range = Data max. – Data Min.
3) Kelas (K) yaitu mencari banyaknya kelas dengan
menggunakan rumus
Sturgess.
K = 1 + 3,3 log n

4) Interval (I) yaitu mencari nilai interval dengan membagi Nilai


Range dengan Nilai Kelas.
I=R/K
5) Kemudian masukkan kedalam Tabel Distribusi Frekuensi

No. Interval Kelas (X) Frekuensi (f) Nilai Tengah (Xi)


1 .............. .............. ...................... .......................
Banyakn .... - .... .
ya 2 .............. .............. ...................... .......................
Kelas .... - .... .
... .............. .............. ...................... .......................
.... - .... .
Dst Dst.
Batas Batas
Bawah Atas

Mencari nilai tengah dengan cara menjumlahkan batas


bawah dengan batas bawah kemudian dibagi 2.

6) Setelah mendapatkan frekuensi dan nilai tengah, kemudian


hitunglah menggunakan rumus sebagai berikut :
Ls = 10 log 1/n Tn.100,1Ln
= 10 log 1/n (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + …. +
Tn.100,1Ln)
= 10 log 1/n ( .....................)
= ..........
Keterangan :

Ls = Titik Sampling ke- n

Tn = Frekuensi Kelas ke- n


T1 = Frekuensi Kelas Pertama
T2 = Frekuensi Kelas Kedua
Ln = Nilai Tengah Kelas ke- n
L1 = Nilai Tengah Kelas Pertama
L2 = Nilai Tengah Kelas Kedua

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 18


Lingkungan
Urutan perhitungan yang harus dilakukan adalah langkah sebagai
berikut :
1) Hitung dahulu 0,1 x Nilai Tengah ke- n
2) Kemudian hitung 10 dipangkatkan dengan hasil dari langkah No.
1
3) Kemudian hitung dengan mengalikan Frekuensi ke-n dengan
hasil dari langkah No.2
4) Kemudian lakukan urutan langkah dari No. 1 sampai dengan
langkah No.3 sesuai dengan banyaknya kelas yang di dapat
5) Kemudian jumlahkan hasil dari seluruh banyaknya kelas yang
telah dilakukan
proses langkah No.1 – langkah No. 3
6) Kemudian hitung 1/n ,n itu adalah (jumlah banyaknya
data)
7) Kemudian hitung hasil dari langkah No.5 dikalikan dengan hasil
dari langkah No.6
8) Kemudian cari nilai log (logaritma) dari hasil langkah No. 7
9) Kemudian yang terakhir adalah kalikan hasil nilai log (logaritma)
dari langkah No.8 dengan (10).
10) Langkah No. 9 adalah hasil akhir yang akan dibandingkan
dengan regulasi (peraturan)

Tabel Distribusi Frekwensi

No. Interval Kelas (X) Frekuensi (f) Nilai Tengah (Xi)

1 .................. ....................... .......................


- ..................

2 .................. ....................... .......................


- ..................

3 .................. ....................... .......................


- ..................

4 .................. ....................... .......................


- ..................

5 .................. ....................... .......................


- ..................

6 .................. ....................... .......................


- ..................
dst

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 19


Lingkungan
Formulir Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di tempat kerja

1. Nama Perusahaan : ……………………………………………………………………………………………


…………………………….
2. Alamat :
……………………………………………………………………………………………
3. Jenis Perusahaan : …………………………….

4. Alat yang : ……………………………………………………………………………………………


digunakan …………………………….

5. Ruangan Kerja : ……………………………………………………………………………………………


…………………………….
6. Petugas :
……………………………………………………………………………………………
7. Tanggal Pengukuran : …………………………….

……………………………………………………………………………………………
…………………………….

……………………………………………………………………………………………
…………………………….

N Lokasi Waktu Intenstas Kebisingan Leq


o Pengukuran Pengukuran

3.2 Faktor Bahaya Ergonomi

1. Dasar Teori
Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya (meja,
kursi, dan perlengkapan lainnya) diperlukan ukuran-ukuran tubuh
yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan
dilakukan gerak-gerakan yang dibutuhkan. Dimensi tubuh manusia
sangat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya, antara
laki-laki dan perempuan dan beberapa suku bangsa.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 20
Lingkungan
1. Tujuan
Beberapa ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi
ditempat kerja
Posisi Berdiri
Pada posisi berdiri, ukuran-ukuran tubuh yang paling penting
adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi
pinggul, depa dan panjang lengan.
Posisi Duduk
Pada posisi duduk, ukuran-ukuran tubuh yang penting adalah
tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan
tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk
lutut dan telapak kaki.

2. Alat
Alat ukur
tinggi
Meteran kain
Pengaris
segitiga
Busur
Lembar pengamatan

3. Cara Kerja
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum pengukuran
Antropometri adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan alat-alat yang telah disediakan,
ukurlah dimensi-dimensi tubuh manusia.
Untuk memudahkan pengamatan, gambar antropometri bisa
dilihat di lampiran dengan keterangan sebagai berikut :

4. Pedoman
Pengukuran A.
Tinggi tempat
duduk
a) Tinggi tempat duduk
Tinggi tempat duduk diukur dari lantai sampai pada
permukaan atas bagian depat alas duduk.
Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang
lekuk lutut sampai ke telapak kaki (tinggi belakang lutut
sampai telapak kaki).
Ukuran yang disarankan adalah 38 - 48 cm (tergantung
ukuran antropometri pekerja).

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 21


Lingkungan
b) Panjang alas duduk
Diukur dari garis proyeksi permukaan sedepan sandaran
duduk permukaan atas alas duduk.
Harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis
punggung (jarak dari belakang lutut sampai
pantat/tulang ekor).
Ukuran yang disarankan adalah 36cm.

c) Lebar tempat duduk


Diukur pad garis tengah alas duduk melintang.
Harus lebih besar dari lebar pinggul.
Ukuran yang disarankan 40-45cm (Australia)

d) Sandaran pinggang
Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi
bawah ujung tulang belikat dan bagan bawahnya
setinggi garis pinggul.
Sandaran pinggang dapat disetel ke atas dan ke bawah
dan bergerak 8 - 12 cm di atas alas duduk.
Dalamnya sadaran pinggang adalah 35-38cm dari ujung
depan epan alas duduk

e) Sandaran tangan(bila ada)


Jarak antara tepi dalam kedua sandaran lebih lebar dari
lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu.
Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku (dalam
keadaan duduk). Panjang sandaran tangan adalah
sepanjang lengan bawah.
Ukuran yang di perkenakan adalah:
‡ Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan adalah
46-48 cm
‡ Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk.
‡ Panjang sandaran tangan adalah 21 cm.

f) Sudut alas duduk


Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan
kemudahan pada pekerjaan untuk melaksanakan
pemilihan-pemilihan gerakan dan posisi.
Alas duduk adalah horisontal.
Sudut kemiringan yang disarankan adalah 3 - 5 derajat.

g) Tinggi meja
Tinggi meja dan bagian bawah alas meja (kolong) harus
melebihi dari tinggi lutut depan.
Tinggi meja tidak melebihi tinggi dada dan tidak lebih
rendah dari tinggi siku pada saat posisi duduk.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 22
Lingkungan
B. Komputer
Lokasi peralatan kontrol dan display harus mudah diraih.
Pekerjaan harus memiliki kebebasan bergerak atau merubah
posisi.
Gerakan yang repetitif ,sering berlebihan dengan rotasi
badan atau pinggang yang ekstrim harus dihindari.
Posisi layar adalah sedikit di bawah level mata
pengguna komputer Keyboard dan layar terpisah.
Layar dapat diubah sudutnya.
Warna huruf /obyek gelap dengan latar belakang bewarna
lebih terang/kontras.
Jarak mata ke layar sebaiknya sekitar 50 cm -
70 cm. Jarak mata ke keyboad adalah sekitar
45 cm - 50 cm.
Apabila sudut antar pinggul dan paha lebih dari 90 maka
perlu diberikan penyanggan kaki bagi pekerja.

OSHA (2000) dalam Health & Safety Guidelines For Video


Diaplay Terminal in Workplace, juga menetapkan beberapa
kriteria ,antara lain sebagai berikut :
a. Layar display (monitor)
Karakter (huruf ) tidak boleh berkedip-kedip.
Tulisan dan simbol-simbol tidak boleh kelihatan pecah
atau buyar. Ukuran karakter harus cukup untuk jarak
pandang (ANSI/HFS-
100,1988)
Pekerja harus dapat mengatur program untuk
meningkatkan ukuran karakter sehingga mudah dibaca.
Layar harus mempunyai pengatur tingkat keterangan
(brightness) dan kontras dan operator harus
mengetahui cara mengaturnya.
Warna background harus kontras dengan warna karakter.
Sisi atas layar tepat atau seikit dibawah posisi
pandangan operator. Jarak pandang adalah 16-29 inch.

b. Keyboards
Harus terlepas dari monitor untuk mendapatkan posisi
dan sudut yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
Keyboard harus tipis untuk meminimalkan masalah
pada pergelangan tangan (pegal).
Tuts harus cukup sensitif dan mengeluarkan suara yang
tida terlalu keras.
Permukaan keyboard tumpul.
Keyboard mempunyai alas pergelangan tangan yang
tingginya tidak melebihi tuts baris pertama.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 23


Lingkungan
c. Mouse
Tinggi mouse sama dengan tinggi
keyboard. Letak mouse adalah di
samping keyboard.
Pada saat meggunakan mouse, lengan harus selalu
berada dekat dengan tubuh.
Lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan
usahakan berada pada satu garis lurus,sedikit tinggi di
atas mouse.

d. Document holder
Documen holder harus stabil dan dapat diatur
tinggi,jarak dan sudut pandangnya.
Document holder dapat diletakan disamping
layar/monitor atau antara monitor dan
keyboard,sehingga meminimalkan gerakan kepala dan
leher operator.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 24
Lingkungan
PENGUKURAN ANTROPOMETRI STATIS/DIMENSI TUBUH

Nama : ……………………………… Jenis olahraga yang : ……………………………………


……………… ……………
Umur : dilakukan
……………………………… Jumlah jam/minggu : ……………………………………
Jenis : ……………… ……………
Kelamin
………………………………
Suku Bangsa : ………………

Berat badan : ………………………………


………………
Tanggal ukur :
……………………………
………………..

……………………………
………………..

ANTROPOMETRI STATIS No Data Yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran


(cm)
1. Tinggi badan tegak. tbt
(Tinggi tubuh posisi
tegak
berdiri yaitu : dari
lantai
s/d ujung
kepala)
2. Tinggi mata berdiri. tmb
(Eye height, Tinggi
mata
dalam posisi berdiri
tegak)
3. Tinggi bahu tbhb
berdiri
4. Tinggi siku tsb
berdiri
5. Tinggi panggu berdiri tpgb
l ,
Hip height
6. Tinggi buku tangan tbtgb
berdiri
(Knuckle height, Tinggi
buku tangan yang
terjulur
lepas dalam posisi
berdiri
tegak)
7. Tinggi kepalan tangan tkpltgb
berdiri
(Fingertip Tinggi
height,
kepala tanga yang
n n
terjulu lepas dalam
r posisi
berdiri tegak)

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 25


Lingkungan
ANTROPOMETRI STATIS No Data Yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran
(cm)
8. Tinggi duduk tdt
tegak
(Tinggi tubuh dalam
posisi
duduk : dukur dari atas
tempat duduk/pantat
sampai dengan kepala)
9. Tinggi mata duduk. tmd
(Tinggi
mata dalam posisi
duduk)
10. Tinggi bahu duduk . tbd
(Tinggi
bahu dalam posisi
duduk)
11. Tinggi siku duduk tsd
(Tinggi
siku dalam posisi
duduk
(siku tegak
lurus)
12. Tebal paha tp
15. Tinggi lutut berdiri. tlb
(Tinggi
lutut yang bisa diukur
baik
dalam posisi
berdiri
ataupun duduk)
16. Tinggi tubuh dalam
posisi
duduk yang diukur dari
lantai sampai dengan
paha
20. Tebal dada tdb
berdiri

ANTROPOMETRI STATIS No Data Yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran


(cm)
13. Pantat ke lutut pkl
(panjang paha yang
diukur
dari pantat sampai
dengan
ujung lutut)
14. panjang paha yang pkb
diukur
dari pantat sampai
dengan
bagia belakan dari
n g
lutut/betis
20 Lebar dari dada dalam ldbng
keadaan membusung
21 Tebal perut tpd
duduk
26 Panjang kepala Pk

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 26


Lingkungan
ANTROPOMETRI STATIS No Data Yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran
(cm)
17. Lebar lengan llgn

18. Lebar bahu lb


Lebar dari bahu (bisa
diukur dalam posisi
berdiri
ataupun duduk)
19. Lebar pinggul lp

27 Lebar kepala lk

ANTROPOMETRI STATIS No Data Yang Diukur Simbo Hasil Pengukuran


l (cm)
22 Tinggi siku sampai
dengan bahu
23 Siku ke siku sk
s
Panjang siku yang
diukur
dari siku sampai
dengan
ujung jari – jari dalam
posisi
siku tegak lurus
35 Jangkauan tangan ke
atas Tinggi jangkauan
tangan dalam posisi
duduk tegak, diukur
dari pantat sampai
dengan telapak
tangan yang
terjangkau lurus
keatas (vertikal tetapi
dalam posisi duduk)
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 27
Lingkungan
ANTROPOMETRI STATIS No Data Yang Simbol Hasil Pengukuran
Diukur (cm)
24 Jangkauan tangan ke jtd
depan
Panjang jangkauan
tangan
diuku dar bahu sampa
r i i
dengan ujung jari
tangan
25 Panjang jangkauan
tangan,
diuku dari bahu sampa
r i
dengan ujung ibu
jari
34 Jangkauan tangan ke jta
atas
Tingg jangkaua tanga
i n n
dala posi berdi tegak,
m si ri
diuku dari lantai sampa
r i
denga telapak tanga
n n
yang terjangka luru
u s
keatas (vertikal)
36 Panjang jangkauan
tangan
diuku dar teba bahu
r i l
samp dengan ibu
ai ujung
jari
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 28
Lingkungan
3.3 Faktor Bahaya Kimia

3.3.1 Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja.


1. Dasar Teori
Analisa bahan kimia dalam udara memerlukan beberapa langkah
diantaranya pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja
secara gravimetri yang meliputi tahap persiapan, pengambilan
contoh, penimbangan dan perhitungan kadar debu total.

2. Tujuan
Mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran debu di ruang kerja,
mengetahui kadar debu di udara ruang kerja, membandingkan
kadar debu dengan standar / peraturan perundangan dan
membuat rencana pengendalian debu di ruang kerja.

3. Alat
LVS (Low Volume Sampler) atau HVS (High Volume Sample)
Timbangan
Analitik Oven
Pinset
Desikat
or
Thermohygrometer

4. Cara Kerja
Timbang Kertas saring dengan Analitic Balance (timbangan
elektrik)
Keringkan filter dengan menggunakan oven temperature
1000C selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam
eksikator selama 15 menit.
Timbang filter kering dengan menggunakan timbangan
elektrik dengan teliti (A)
Masukkan filter kedalam filter holder, rangkaian dengan pompa
hisap
Nyalakan pompa dan atur volume udara yang akan dihisap
(Flow Rate) selama 1 jam
Matikan alat, lepas filter holder dan dengan hati-hati
keluarkan filter Keringkan kembali lakukan seperti
sebelum ditimbang
Timbang kembali filter (B) dan lakukan penghitungan

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 29


Lingkungan
5. Pengolahan data pengukuran kadar debu
Pengolahan data di dalam pengukuran kadar debu total
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Kadar Debu Total = W2 – W1


Qxt
Keterangan :

W2 = Berat kertas saring setelah


pengukuran
W1 = Berat kertas saring sebelum
pengukuran
t = Lamanya waktu pengukuran yang
digunakan
Q = Tekanan (daya hisap) pompa yang
digunakan
Catatan :

1. Lamanya waktu pengukuran yang digunakan berbeda


tergantung dari alat ukur yang digunakan, HVS (High
Volume Sample) atau LVS (Low Volume Sample). Untuk
pengukuran yang menggunakan alat HVS lamanya waktu
pengukuran adalah 30 menit, sedangkan pengukuran
yang menggunakan alat LVS lama waktu pengukuran
adalah 60 menit.

2. Tekanan (daya hisap) pompa yang digunakan berbeda


tergantung dari alat ukur yang digunakan, HVS (High
Volume Sample) atau LVS
(Low Volume Sample). Untuk pengukuran yang
menggunakan alat HVS tekanan yang digunakan dalam
satuan m3/menit, sedangkan pengukuran yang
menggunakan alat LVS tekanan yang digunakan dalam
satuan liter/menit.

3. Lakukan konversi hasil dari berat kertas saring dari gram (g)
menjadi miligram (mg) dan konversikan juga tekanan
(daya hisap) alat LVS

dari liter/menit menjadi m3/menit terlebih dahulu,


karena satuan yang dipakai pada NAB adalah mg/m3.
1 gram = 1000 mg
1 liter/menit = 10-3 atau 0,001 m3/menit

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 30


Lingkungan
RUMUS PERHITUNGAN KADAR DEBU BERDASARKAN SNI 16-
7058-2004

(W2 - W1) - (B2 - B1)


C = (mg/l)
-----------------------------------

V
Atau
( W2 - W1 ) - ( B2 - B1 ) x 103
C =
-----------------------------------
V
(mg/m3)
Keterangan :

C = kadar debu total (mg/l) atau (mg/


m3);
W = berat filter contoh setelah pengambilan
2 contoh (mg);
W = berat filter contoh sebelum pengambilan
1 contoh (mg);
B2 = berat filter blanko setelah pengambilan
contoh (mg);
B1 = berat filter blanko sebelum pengambilan
contoh (mg);
V = volume udara pada waktu pengambilan contoh (l) atau
(m3).
Formulir pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja

Nama perusahaan : . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.. .... ... ..
Alamat perusahaan : . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.. .... ... ..
Jenis perusahaan : . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.. .... ... ..
Tanggal : . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
pengukuran .. .... ... ..
Data pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja

Lokasi Nomor Waktu Flowrate SK RH Keterang


No Pengukura an
Pengukuran Filter n (l/menit) (ºC) (%)
(menit)
CATATAN Pengukuran suhu dan kelembaban adalah untuk mengetahui kondisi
lingkungan saat pengambilan contoh.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 31


Lingkungan
3.4Faktor Bahaya Psikososial

3.4.1 Kelelahan Kerja di tempat kerja

1. Dasar Teori
Kata Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi
semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh. Terdapat dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot
dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot
atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum
ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
sebabnya adalah persyaratan atau psikis (Suma’mur).

2. Tujuaan
Tujuan ada dua yaitu :
Kerja otot dinamis, yaitu kerja otot yang rythmis dan
berirama, dimana pengerutan dan pengendoran terjadi silih
berganti, bekerja sebagai pompa peredaran darah, berjalan
sesuai dengan tingkat kontraksi otot.
Kerja otot statis, yaitu kerja otot yang menetap untuk periode
tertentu secara kontinyu, dimana pembuluh darah akan
tertekan dan peredaran darah berkurang, sehingga otot
tubuh merasa sakit dan mudah lelah.

3. Permeriksaan kelelahan secara subyektif


a). Penilaian secara subyektif (Industrial Fatique Research Committee/IFRC :
dari Jepang)

Kuesioner kelelahan 30 item/daftar


pertanyaan Pertanyaan :
No Urut 1 s/d 10= Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan
No Urut 11 s/d 20 = Pertanyaan tentang pelemahan
motivasi No Urut 21 s/d 30 = Pertanyaan tentang
pelemahan fisik
Cara pengisian
Contoh desain penilaian kelelahan kerja subyektif dengan
4 skala likert,dimana :

Skor – 1 = tidak pernah merasakan


Skor – 2 = kadang-kadang merasakan
Skor – 3 = sering merasakan
Skor – 4 = sering sekali merasakan

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 32


Lingkungan
b). Klasifikasi tingkat kelelahan subyektif berdasarkan total skor
individu
Penentuan
Interval C =
Xn – Xi
K

Keterangan:
K(kelas) = 4 (rendah,sedang,tinggi, dan sangat
tinggi)
Xn = 4 x 30
Xi = 1 x 30
Interval = (4 x 30) – (1
x 30)

= 120 – 30
4
= 22

Tingkat Total Skor Klasifikasi Tindakan Perbaikan


Kelelahan Individu Kelelahan
1 30 – 52 Rendah Belum diperlukan tindakan
perbaikan
2 53 – 75 Sedang Mungkin diperlukan
tindakan
kemudian hari
3 76 – 98 Tinggi Diperlukan tindakan segera
4 99 – 120 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan
menyeluruh sesegera
mungkin

Pedoman diatas merupakan pedoman sederhana untuk


menentukan klasifikasi kelelahan subyektif
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 33
Lingkungan
Nama tenaga Tanggal tes
kerja
Bagian Jenis L/P
kelamin
Shift kerja Umur Tahun
Masa kerja Bulan/tahu Berat badan Kg
n
Petugas/paraf Tinggi Cm
badan

N Pertanyaan tentang pelemahan Skoring


o Kegiatan, Motivasai, dan Fisik 1 2 3 4

1 Perasaan berat di kepala


2 Menjadi Lelah seluruh badan
3 Kaki merasa berat
4 Menguap
5 Merasa kacau pikiran
6 Menjadi mengantuk
7 Merasakan beban pada mata
8 Kaku dan canggung dalam gerakan
9 Tidak seimbang dalam berdiri
10 Mau berbaring
11 Merasa susah berpikir
12 Lelah untuk berbicara
13 Menjadi gugup
14 Tidak dapat berkonsentrasi
15 Sulit memusatkan perhatian
16 Mudah Lupa
17 Kurang Kepercahaya diri
18 Merasa Cemas
19 Sulit mengontrol sikap
20 Tidak tekun dalam kerja
21 Tidak dapat tekun dalam pekerjaan
22 Sakit di kepala
23 Kaku di bahu
24 Nyeri di punggung
25 Sesak napas
26 Haus
27 Suara serak
28 Merasa pening
29 Tremor pada anggota badan
30 Merasa Kurang sehat
Jumlah skor pada kolom 1,2,3,dan 4
Total skor strees
individu
Langkah:

1. Hitunglah jumlah skor pada masing-masing kolom(1,2,3 dan 4)


dari 30 pernyataan di atas.
2. Kemudian Jumlahkan masing-masing hasil jumlah skor kolom
1,2,3, dan 4.
3. Kemudian hasil penjumlahan tersebut dimasukan kedalam
klasifikasi kelelahan yang ada yaitu termasuk kelelahan
rendah,sedang,tinggi dan sangat tinggi(skor terendah 30 dan
skor tertingi 120).
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 34
Lingkungan
3.4.2 Stress Kerja
1. Dasar Teori
Stress akibat kerja merupakan gangguan fisik dan emosional
sebagai akibat ketidak sesuaian antara kapabilitas, sumber daya
atau kebutuhan pekerja yang berasal dari lingkungan pekerjaan.
Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya stress karena beban
kerja yang tidak sesuai, buruknya lingkungan sosial, konflik yang
terjadi, lingkungan kerja yang berbahaya. Kondisi tempat kerja
yang tidak nyaman tersebut menjadi peranan yang penting dalam
menyebabkan terjadinya stress kerja. Padahal stress kerja secara
langsung dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
pekerja. Hal ini dikarenakan stress kerja dapat memicu terjadinya
gangguan kesehatan bahkan terjadinya kecelakaan kerja.

2. Tujuan
Mengidentifikasi faktor – faktor stress kerja : lingkungan organisasi
( TuntutanTugas, tuntutan Peran, tuntutan sosial, struktur
organisasi, Kepemimpinan, dan pengembangan organisasi ),
Individu (masalah dalam keluarga,masalah ekonomi keluarga)

Cara cepat untuk mendeteksi stress kerja


Nama tenaga Tanggal tes
kerja
Bagian Jenis L/P
kelamin
Shift kerja Umur Tahun
Masa kerja Bulan/tahu Pendidikan
n
Petugas/paraf Jabatan

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Saya tidak mempunyai waktu untuk melakukan hobi
atau
kegiatan lain di luar pekerjaan
2 Saya sering membawa pekerjaan ke rumah dan
mengerjakannya
pada malam hari
3 Saya tidak dapat melakukan pekerjaan atau tugas sebaik
biasanya
. Kadang-kadang saya merasa penilaian saya kabur dan
tidak
sebaik biasanya
4 Kelihatannya pada hari kerja saya tidak tersedia cukup
waktu
untuk mengerjakan semua hal yang harus saya kerjakan
5 Saya sering merasa tidak sabar dengan kecepatan kerja
yang ada
6 Kadang-kadang saya sangat enggan pergi kerja
7 Saya coba menyelesaikan tugas banyak dalam waktu
yang lebih
sedikit. Hal ini kadang-kadang mengakibatkan saya
tidak
mempunyai waktu lagi untuk mengatasi masalah –
masalah yang
timbul tak terduga

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 35


Lingkungan
NO PERTANYAAN YA TIDAK
8 Nafsu makan saya berubah.Kadang-kadang saya
ingin
kudapan/ngemil terutama makan yang manis-manis,
atau kadang-
kadang saya malah kehilangan nafsu
makan
9 Saya merasa terlalu banyak tenggang waktu yang harus
dipenuhi
baik dalam pekerjaan ataupun dalam hidup saya,yang
sulit untuk
dipenuhi.
10 Kadang – kadang saya merasa marah dan kesal pada
sesuatu yang
tidak jelas atau merasa bahwa ada sesuatu yang hilang,
tetapi saya
tidak tahu apa yang hilang itu
11 Rasa percaya diri fan kepuasan diri saya lebih rendah
dari biasanya.
12 Saya sering kali mempunyai sedikit perasaan bersalah
jika saya
relaks dan tidak mengerjakan sesuatu meskipun dalam
waktu
sebentar saja
13 Saya sering berfikir tentang masalah pribadi,bisnis atau
kehidupan
professional saya yang harus saya kerjakan.Masalah-
masalah
tersebut seringkali mengganggu pikiran saya pada saat
saya sedang
menikmati aktivitas rekreasi
14 Kadang-kadang saya merasa sangat kelelahan.Saya juga
meraskan
kelelahan itu disaaat saya bangun
tidur
15 Saya mencoba mengajak orang lain untuk cepat-
cepat
mengerjakan tugasnya. Semua orang kelihataannya
bergerak
terlalu lamban.
16 Kadang –kadang saya menyela dan menyelesaikan
kalimat orang
lain
17 Walau saya kelihatan sedang mendengarkan
pembicaraan orang
lain,tapi sebenernya saya sedang sibuk dengan pikiran
saya sendiri
18 Saya mempuny kecenderung untuk maka
ai an n,
berbicara,bergerak,berjalan dan mengerjakan hamper
segala
sesuatunya dengan cepat
19 Saya merasa sangat sakit dan nyeri, terutama pada leher
atau
kepala,dada,punggung bawah, bahu dan rahang.(pada
wanita:
siklus menstruasi seringakali tidak
teratur)
20 Saya menja marah dan meradang jika mobil atau
lalu lintas
didepan saya bergerak terlalu lambat. Saya merasa
perustasi jika
sedang mengantri.
21 Kadang – kadang saya merasa desfresi, mudah
tersinggung,mudah
terluka, cepat marah, tegang, ceroboh,daya ingat dan
konsentrasi
terganggu. Kadang- kadang saya berkeringat
berlebihan .
22 Gairah sex yang menurun , atau saya merasa tihdak
puas pada
kehidupan sexual
saya.
23 Saat mengerjakan tugas rutin, saya menjadi tidak
sabar.
24 Saya menggertakan gigi saya , terutama jika saya
merasa stress
atau tidak sabar.
25 Saya mempunyai ketergantungan yang besa pada
r
alcohol,rokok,kopi,atau obat-obatan (baik obat resep
atau obat
bebas
).
Sumber : Suicide and material health association
international 2004-2006

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 36


Lingkungan
3. Interprestasi hasil tes

a) Nilai 4
Anda tidak dalam keadaan stress akibat kerja dan tidak mudah
dan kemungkinan kecil untuk menjadi stress akibat kerja.

b) Nilai 5 – 13
Anda cenderung untuk mendapat stress akibat kerja dan
menderita efek negative dan stress kerja. Anda sebaiknya
melakukan pengendalian tergadap stress dan mengikuti
konseling.

c) Nilai ≥ 14
Anda sangat mudah kena stress akibat kerja dan dampak
negatifnya. Dan harus secepatnya mengatasi hal tersebut
segera konsultasi ke dokter dan mencari konselor yang ahli
dalam manajemen stress.

Keterangan :

Bila jawaban responden “ya” bernilai 1 sedangkan jawaban


responden “tidak” bernilai 0

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 37


Lingkungan
Daftar Pustaka

1. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7061-2004 Pengukuran Iklim


Kerja (panas) dengan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola. (ICS
17.200.10 Badan Standar Nasional / BSN)
2. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7058-2004 Pengukuran kadar
debu total di udara tempat kerja. (ICS 17.060 Badan Standar
Nasional / BSN)
3. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7062-2004 Pengukuran intensitas
penerangan di tempat kerja (ICS 17.180.20 Badan Standar Nasional /
BSN)
4. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7231-2009 Metode pengukuran
intensitas kebisingan di tempat kerja (ICS 13.140 Badan Standar
Nasional / BSN)
5. SNI (Standar Nasional Indonesia) 7269-2009 Penilaioan beban kerja
berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi
(ICS 13.100 Badan Standar Nasional / BSN)
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
(Permenakertrans) Nomor Per.13.MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes)
Nomor : 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
8. Sumadi, SKM.,MM, Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan KerJa (K3)
9. Kuat Prabowo, SKM.,M.Kes, Mata Kuliah IKL 3901 Hyperkes II ,
Ergonomi dan Biomekanika .
10. Nurmianto, Eko, 1996, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya
Edisi Pertama, Jurusan Teknik Industri ITS, PT. Candimas Metropole,
Jakarta.
11. Suma’mur PK, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT Gunung
Agung, Jakarta.
12. Rachman A, dkk, Pedoman Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja, Depkes RI Jakarta, 1990
13. Harrington & Gill F.S, Buku Saku Kesehatan Kerja, EGC,2005
14. OSHA (2000), Health & Safety Guidelines For Video Diaplay
Terminal in Workplace.
15. National Institute Ocupational Safety and Health (NIOSH) U.S
Department of Health,
Education, and welfare Public Health Service.Center for Disease
Control, 1977.
16. Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee
(IFRC) Jepang
17. Suicide and Material Health Association International 2004-2006

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 38


Lingkungan
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

1. Judul
Jenis pengukuran yang dilakukan.

2. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya pengukuran tersebut.

3. Manfaat
Manfaat bagi mahasiswa dan pekerja yang tempat kerjanya
dilakukan pengukuran.

4. Tinjauan Pustaka
Pustaka yang mendukung isi pembahasan dari hasil praktikum,
berisi teori dan peraturan yang mendukungnya.

5. Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan pada saat melakukan
praktikum.

6. Cara Kerja
Cara kerja pada saat melakukan praktikum, hal-hal yang
di ukur dan diamati pada saat pengukuran.

7. Hasil
Data hasil pengukuran yang telah dilakukan pengolahan.

8. Pembahasan
Pembahasan hasil pengolahan data, dibandingkan
dengan teori atau peraturan yang ada.

9. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dari hasil yang telah di analisis serta saran yang
dapat dilakukan untuk tindakan perbaikan.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 39


Lingkungan
SOAL LATIHAN

1. TEKANAN PANAS

Sebuah perusahaan textile melakukan kegiatan identifikasi bahaya


fisik rutin terkhusus kepada masalah tekanan panas yang ada pada
bagian spinning. Pengukuran dilakukan menggunakan alat
pengukur tekanan panas manual berupa termometer suhu basah
alami, termometer suhu kering, dan termometer suhu bola yang
dirakit pada satu rangkaian statif. Waktu pengukuran dibagi
kedalam 3 kali pengukuran selama 8 jam kerja yaitu awal shift
kerja sekitar jam 08.30 WIB, pertengahan kerja sekitar jam 11.30
WIB, dan akhir shift kerja sekitar jam 14.30 WIB. Lama pemaparan
tekanan panas yang dilakukan tiap-tiap waktu adalah 30 menit.

Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :


1) Awal Kerja : SBA = 28 0C, SB = 29 0C, dan
SK = 30 0C
2) Pertengahan : SBA = 29 0C, SB = 31 0C, dan
Kerja SK = 30 0C
3) Akhir Kerja : SBA = 29 0C, SB = 30 0C, dan
SK = 31 0C
Hitunglah ISBB rata-rata di dalam ruangan spinning tersebut, jika
beban kerjanya termasuk beban kerja sedang dan waktu
kerjanya 75-100%. Kemudian
lakukan pembahasan hasil ISBB rata-rata yang didapat
dibandingkan dengan regulasi yang digunakan yaitu
PERMENAKER No. 13 Tahun 2011 tentang
NAB faktor fisik dan kimia.

2. KEBISINGAN

Sebuah perusahaan manufacture melakukan kegiatan identifikasi


bahaya fisik rutin terkhusus kepada masalah kebisingan yang ada
pada bagian Chucking Machine. Pengukuran dilakukan
menggunakan Sound Level Meter. Titik pengukuran dibagi kedalam
3 titik sampling dimana ada aktvitas dari si pekerja. Lama
pengukuran kebisingan yang dilakukan adalah 5 menit yang di
ambil datanya setiap 1 menit/5 detik.

Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :


1 Titik Pertama :
)
95, 93, 92, 88, 87, 93, 91, 90, 87, 89, 90, 88, 89, 86, 90,
88, 87, 89, 90, 88
88, 87, 85, 84, 88, 89, 94, 86, 91, 90, 88, 85, 84, 87, 89,
90, 87, 86, 91, 95
89, 92, 88, 86, 84, 86, 91, 93, 89, 95, 84, 86, 87, 85, 84,
86, 89, 92, 88, 91
2 Titik Kedua :
)
93, 90, 87, 86, 84, 85, 82, 86, 87, 89, 88, 92, 88, 85, 93,
86, 89, 85, 82, 85
88, 87, 89, 93, 86, 88, 87, 86, 85, 82, 88, 90, 86, 87, 91,
86, 87, 92, 87, 84
86, 91, 87, 93, 84, 82, 86, 90, 86, 92, 87, 90, 87, 85, 82,
86, 89, 93, 88, 86
3 Titik Ketiga :
)
91, 86, 84, 89, 87, 85, 80, 82, 80, 85, 88, 90, 84, 85, 87,
91, 86, 88, 85, 84
89, 86, 83, 81, 85, 90, 87, 89, 86, 84, 85, 89, 90, 87, 91,
86, 87, 84, 80, 81
85, 88, 87, 90, 87, 91, 87, 85, 83, 86, 87, 90, 86, 83, 82,
86, 85, 80, 84, 86

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 40


Lingkungan
Hitunglah kebisingan masing-masing titik di bagian Chuncking
Machine tersebut. Kemudian lakukan pembahasan hasil yang didapat
dibandingkan dengan regulasi yang digunakan yaitu PERMENAKER
No. 13 Tahun 2011 tentang NAB
faktor fisik dan kimia.

3. PENCAHAYAAN

Sebuah perusahaan melakukan kegiatan identifikasi bahaya fisik rutin


terkhusus kepada masalah pencahayaan yang ada pada ruangan
administrasi. Pengukuran dilakukan menggunakan lux meter dan di
ukur dengan metode pengukuran pencahayaan umum dan setempat.
Waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari sekitar jam 09.00 WIB.
Cahaya yang ada di dalam ruangan adalah hanya cahaya buatan yang
bersumber dari lampu TL/neon. Luas ruangan adalah 60m 2 sehingga
diperoleh 6 titik pengukuran di setiap 3x3 meter. Di dalam ruangan
ada 4 meja kerja yaitu meja kerja Pak Wanda, Pak Tono, Ibu Sri, dan
Ibu Kiki.

Dari pengukuran pencahayaan umum diperoleh hasil sebagai berikut


:

Titik 1 = 98 lux, 110 lux, 107 lux


Titik 2 = 100 lux, 103 lux, 99 lux
Titik 3 = 102 lux, 92 lux, 90 lux
Titik 4 = 100 lux, 90 lux, 93 lux
Titik 5 = 107 lux, 112 lux, 115 lux
Titik 6 = 108 lux, 99 lux, 103 lux

Dari pengukuran pencahayaan setempat diperoleh hasil sebagai


berikut :

Meja Pak = 90 lux, 85 lux, 92


Wanda lux
Meja Pak Tono = 100 llux, 98 lux,
103 lux
Meja Ibu Sri = 98 lux, 105 lux,
100 lux
Meja Ibu Kiki = 89 lux, 85 lux, 86
lux

Hitunglah pencahayaan secara umum dan setempat dari ruangan


administrasi tersebut menggunakan rumus yang sesuai dengan
tipe pengukuran pencahayan yang digunakan. Kemudian lakukan
pembahasan hasil yang di dapat secara umum dan setempat
dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu
Kepmenkes 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

4. DEBU
Sebuah perusahaan melakukan kegiatan identifikasi bahaya fisik
rutin terkhusus kepada masalah kadar debu total yang ada pada
ruangan produksi. Pengukuran dilakukan menggunakan HVS (High
Volume Sample) untuk bagian Cold Forming. Waktu pengukuran
dilakukan pada 3 kali yaitu pada pagi hari sekitar jam 09.00 WIB,
siang hari jam 12.00 WIB, dan Sore hari jam 15.00 WIB.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 41


Lingkungan
Dari pengukuran menggunakan LVS (Low Volume Sample)
diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pagi Hari
W1 = 0,09562
g
W = 0,09570
2 g
t = 60 menit
V = 10
liter/menit
2. Siang Hari

W = 0,09551
1 g
W = 0,09561
2 g
t = 60 menit
V = 10
liter/menit
3. Sore Hari

W = 0,09557
1 g
W = 0,09568
2 g
t = 60 menit
V = 10
liter/menit

Hitunglah kadar debu total dari alat LVS diruangan Cold Forming
tersebut. Kemudian lakukan pembahasan hasil yang di dapat
secara umum dan setempat dibandingkan dengan regulasi yang
dijadikan acuan yaitu Kepmenkes 1405
Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan 42
Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai