Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN DIARE

DI RUANG DAHLIA RSUD DR H SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :

I KADEK AYU WIDIASTUTI

(1808027)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN DIARE

A. Konsep Dasar Diare


1. Definisi Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buangair
besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebihbanyak dari
biasanya (Vivian, 2010). Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui
feses.Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang
menyebabkan diare.Sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang
menyebabkan diare.Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi
larutan diusus (Sodikin, 2012). Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta
anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian
pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta
dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus
(Enterokolitis) (donna L. Wong let, 2009).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Diare adalah
kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali
sehari) dan konsistensi feces cairkarena adanya kelainan yang menganggu
penyerapan diusus besar.
2. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah
a. Diare Akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.
Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam
traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau
saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif).
Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare Kronik
Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14
hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,
intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat
dari pelaksanaan diare akut yang memadai.
3. Tanda dan gejala Diare
Ciri-ciri anak yang menderita diare adalah buang air besar lebih dari 3
kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa bibir
kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat
terlihat mata cekung dan menurut Nelwan (2014), diare dapat bersifat inflamasi
atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa
mencapai lebih dari 1 liter perhari.Biasanya tidak disertai dengan nyeri
abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau lendir pada
feses.Demam bisa dijumpai bisa juga tidak.Gejala mual dan muntah bisa
dijumpai.Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada
kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya kehilangan cairan yang
menyebabkan syok hipovolemik.Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa
sekretori atau disentri.Biasanyadisebabkan oleh patogen yang bersifat
invasif.Gejala mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri perut hebat, dan
tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang
dapat dijumpai.
4. Etiologi Diare
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) diare dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi.Infeksi ada
dua macam yaitu enternal dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi
dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare
sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
misalnya otitis media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia dan
ensefalitis. Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltose dan sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan
galaktosa), pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa
lemak dan protein. Makanan meliputi makanan basi beracun dan
alergi.Psikologi meliputi rasa takut dan cemas.Penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri,
virus atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainnya.Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara
klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan” (Depkes RI, 2011,
hal.2). Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena
infeksi bakteri, virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella,Salmonella, E.
Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,Stafilokokus aureus,
Campylobacter aeromona.Virus yaitu Rotavirus,Adenovirus,
Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,
Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis,
Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides strercoralis,
Schistosomal).
5. Patofisiologi Diare
Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.
Menurut Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai macam kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus,
selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
b. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yangmenyebabkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadipergeseran air dan elektrolit kerongga
usus yang dapat isimeningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik.Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian
menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan
diare.
6. Pathways

Infeksi (Virus, Bakteri,Molabsorbsi KH, Makanan Beracun Faktor Psikologis


Parasit) Protei, lemak `

Berkembang diusus Tek Osmotik↑ Makanan tidak ansietas


Diserap

Pe↑sekresi cairan Pergeseran cairan Penyerapan makanan


dan elektrolit elektrolit ke rongga usus diusus menurun

DIARE

Frek. BAB↑ Distensi abdomen

Hilangnya cairan dan Gangguan intergritas kulit Mual muntah


elektrolit berlebih perianal

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolic Nafsu makan


cairan& elektrolit menurun

Dehidrasi sesak
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Gangguan pertukaran kebutuhan tubuh
gas

Kurang Resiko syok ( Hipertermia


volume hipovolemik)
cairan
7. Komplikasi Diare
Menurut Nelwan (2014),“Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi
sekitar 1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri
diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi.Merupakan tanda awal pada
inflammatory bowel disease.Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau
sindrom hemolitikuremikum”
Sedangkan Menurut Suraatmaja (2007), kebanyakan penderita sembuh tanpa
adanya komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi,
kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang dapat
terjadi yaitu Hipernatremia, Hiponatremia, demam, edema, asidosis,
hipokalemia, illeus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, muntah dan gagal
ginjal.
8. Pemeriksaan Penunjang Diare
Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014)
yaitu dengan pemeriksaan darahyang meliputi darah perifer lengkap, ureum,
kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C_).Analisa gas darah (bila dicurigai ada
gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C.Difficile), antigen
(E. Hystolitica).Fesesmeliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan
parasit :amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur.Pada kasus ringan, diare bisa teratasi
dalam waktu <24 jam. Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat
yang tidak teratasi sehingga menyebabkan hipotensi, disentri,disertai demam,
diare pada usia lanjut, atau pasien dengan kondisi imun yang rendah (pasien
dengan penggunaan obat kemoterapi).
9. Pengobatan Diare
Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah
tuntaskan diare.Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk mengatasi
diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Menurut Depkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak minum harus segera di
bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan.Pemberian oralit
didasarkan pada derajatdehidrasi.
1) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb
danselanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare
tanpadehidrasi.
3) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas.Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan
dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar dapat minum
langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalamtubuh.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric OxideSynthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare danmengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalamepitelisasi dinding usus
yang mengalami kerusakan morfologi danfungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbuktimampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangifrekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkankekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.Berdasarkan buktiini semua anak diare harus diberi Zinc segera
saat anak mengalamidiare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
1) Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau air susu ibu, sesudah larut berikan pada anak diare.
c. Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum air susu ibu
harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk
bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah
diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), dan suspek kolera.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberinasehat
tentang:
1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a) Diare lebih sering
b) Muntah berulang
c) Sangat haus
d) Makan/minum sedikit
e) Timbul demam
f) Tinja berdarah
g) Tidak membaik dalam 3 hari.
10. Konsep Tumbuh Kembang
Konseptumbuh kembang dibagi menjadi:

a. Jean Peaget
Fase sensorik motorik (0-2 tahun) peaget melihat bahwa pada
mulanyaseorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat
terpusatpada diri sendiri. Segala usahanya berhubungan dengan dirinya
sendiriyaitu untuk memuaskan kebutuhan dengan kesenangannya, oleh
karena itukebutuhan pada fase ini kebanyakan bersifat fisik, maka yang
berkembangdengan pesat adalah kemampuan sensorik-motorik. Anak
belajarmelakukan berbagai gerakan yang makin terkoordinasi, terarah
danbertujuan.
b. Robert Sears
Masa bayi berkisar dari umur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada masa inimasih
sibuk dengan dirinya sendiri. Proses asosialisasi berkembangdengan lambat,
bayi lebih mementingkan kebutuhannya sendiri danbelajar berbagai cara
untuk memenuhinya. Bayi sebenarnya banyakmenuntut dan menguasai
lingkungan. Pada masa inilah kepribadian dasarseorang dibangun.
c. Erik Erickson
Masa balita (1-3 tahun), pada masa ini anak sedang belajar
untukmenegakkan kemandiriannya, namun ia belum dapat berpikir
secaradiskriminatif. Oleh karena itu perlu mendapatkan bimbingan secara
tegas.Meskipun lingkungan yang mengharapkan anak untuk dapat
mandiri,anakpun masih perlu dilindungi terhadap pengalaman yang
menimbulkanrasa ragu dan malu.
d. Sigmun Freud
Fase anak (1-3 tahun), pada masa ini anak mulai menunjukkan
sifatkeakuannya, sikap yang sangat narasitik dan egoistik. Iapun belajar
mulaikenal dengan tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan
daripengalaman autoerotiknya. Sesuai dengan namanya "fase anal" salah
satutugas utamanya adalah latihan kebersihan atau disebut "toilet
training"perkembangan bahasa.
11. Konsep Hospitalisasi pada Anak
Hospitalisasi adalah suatu keadaan sakit dan harus dirawat di rumahsakit,
yang terjadi pada anak maupun keluarganya (Wong, 2009).
a. Stress karena adanya perubahan status kesehatan dan kebiasaan sehari-
hari.
b. Anak mempunyai keterbatasan terhadap mekanisme koping
untukmemecahkan kejadian-kejadian stress.
Respon pada anak usia pra-sekolah dalam menghadapi stressor
utamadalam hospitalisasi, reaksi anak pada kondisi stress, sangat dipengaruhi
olehusia, perkembangannya, pengalaman sakit yang lalu, perpisahan,
hospitalisasi,adanya support sistem, koping yang digunakan dan keseriusan
penyakitnya.Bagaimana anak bereaksi terhadap hospitalisasi dan metode
koping yangdigunakan saat sakit adalah sangat dipengaruhi oleh stressor yang
ada selamfase perkembangannya.Stressor utama selama hospitalisasi
adalahperpisahan, kehilangan kontrol, terutama pada tubuh, dan nyeri serta
reaksiperilaku anak.
a. Respon kecemasan karena perpindahan pada anak yang dirawattergantung
pada tingkat usia perkembangan anakPada masa ini anak sudah
melibatkan diri pada kebiasaan atau aktivitasdan bermain. Pada waktu
terjadi perbatasan kebiasaan rutin ini, akanmenjadi regresi bahkan
gangguan dari kebiasaan tersebut, respon perilakuyang ditujukkan dapat
langsung atau spontan.
b. Respon kehilangan kendali pada anak yang dirawat menurut usia
tumbuhkembang (Todler 1-3 tahun)Merupakan masa dimana anak
mencari otonomi yang ditampakkandengan tingkah laku antara lain:
keterampilan motorik, permainanhubungan interpersonal aktivitas
motoriknya akan cemas jika harus, tetapisebaliknya mereka menunjukkan
reaksi negatifisme seperti tempertantumkarena sikap egosentris anak-anak
yang sedang meningkatkan aktivitasmotoriknya dan cemas jika harus dan
akibat tangan kakinya.
c. Respon nyeri pada anak tergantung pada tahap tumbuh kembang
anak.Karakteristik respon nyeri berupa Todler (1-3 tahun)
1) Meringis
2) Mengatupkan mulut
3) Membuka mata lebar-lebar
4) Marah atau bertingkah laku agresif seperti menggigit,
menendang,memukul dan berusaha untuk lari.
d. Mekanisme koping anak pada hospitalisasi Todler (1-3
tahun)Memberikan todler bersama obyek yang memberi rasa aman bagi
merekaseperti selimut, boneka beruang atau obyek khusus lain amatlah
pentingselama tindakan prosedur. Seringkali foto ibu digunakan anak-
anaksebagai pelindung saat mengalami tindakan. Anak menjadi lebih
tenangdan mau bekerjasama dengan perawat jika memegang atau
memeluk fotoibunya.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenalkeadaan
umum dan perilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009),keadaan umum bayi
yang dapat diperiksameliputi mengkaji dehidrasiseperti berkurangnya haluran
urin, menurunnya berat badan, membranmukosa yang kering, turgor kulit yang
jelek, ubun- ubun yang cekung, dankulit yang pucat, dingin serta kering. Pada
dehidrasi yang lebih beratgejala meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi,
menurunnya tekanandarah dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang
(>2 detik) dapatmenunjukan syok yang mengancam).Riwayat penyakit akan
memberikaninformasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya
sepertipengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang
menular,berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan
hewanyang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi,
pengunaanobat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi,
terhadapmakanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya
jusapel).
Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang permasalahan diaredapat
dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besarpada bayi
lebih dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentukcair kadang-
kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makanmenurun, warna kelaman
kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet
didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi.Pada pengkajian faktor penyebab
dapat disebabkan oleh factor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan,
dan juga factor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya
turgor kulit buruk, membran mukosa kering, pada bayi ubun- ubun cekung,
bising usus meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan
tandatanda vital, yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan antaralain seperti kadar kalium, natrium, dan
klorida.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diaremenurut Nanda NIC NOC
2015, adalah :
a. Diare berhubungan denganproses infeksi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volumecairan
aktif (diare)
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karenadiare
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah, hilangnya nafsu makan
e. Resiko syok hipovelemik
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan hasil(NOC)
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan NIC
dengan proses infeksi tindakan keperawatan Diarhea Management
2x24 jam diharapkan - Evaluasi efek
Diare pada pasien samping
teratasi. pengobatan
NOC : Electrolyte and terhadap
Acid base balance gastrointestinal
Kriteria hasil : - Ajarkan pasien
a. Feses berbentuk, untuk
BAB sehari sekali menggunakan
tiga hari obat anti diare
b. Menjaga daerah - Evaluasi intake
sekitar rectal dari makanan yang
iritasi masuk
c. Tidak mengalami - Identifikasi faktor
diare penyebab dari
d. Menjelaskan diare
penyebab diare dan - Monitor tanda dan
rasional tindakan gejala diare
e. Mempertahankan - Observasi turgor
turgor kulit kulit secara rutin
Skala : - Ukur
1. Ekstrim diare/keluaran
2. Berat BAB
3. Sedang - Hubungi dokter
4. Ringan jika ada kenaikan
5. Tidak ada bising usus
Keluhan - Monitor persiapan
makanan yang
aman
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual dan
Muntah
2 Kekurangan volume Setelah dilakukan NIC
cairan berhubungan
tindakan keperawatan Fluid management
Dengan kehilangan
volume cairan aktif 2x24 jam diharapkan - Timbang
(diare) pasien tidak kekurangan popok/pembalut
cairan` NOC : Status jika diperlukan
nutrisi: - Pertahankan
Intake makanan dan intake dan output
cairan yang akurat
Kriteria hasil : - Monitor status
a. Mempertahankan hidrasi dan
urine output sesuai kelembaban
dengan usia dan BB membran mukosa
(urine normal) - Monitor vital sign
b. Tekanan darah nadi - Monitor masukan
suhu dalam batas makanan
normal - Kolaborasi obat
c. Tidak ada tandatanda dengan dokter
dehidrasi. - Monitor berat
Elastisitas turgor badan
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Keluhan
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Manajemen Nutirisi
kebutuhan tubuh 2x24 jam diharapkan - Kaji adanya alergi
berhubungan nutrisi pasien terpenuhi makanan
dengan output NOC: Status nutrisi: - Kolaborasi
yang berlebihan. Intake makanan dan dengan ahli gizi
cairan untuk menentukan
Kriteria Hasil: jumlah kalori dan
a. Adanya nutrisi yang
peningkatan berat dibutuhkan pasien
badan sesuai - Monitor jumlah
dengan tujuan nutrisi dan
b. Berat badan ideal kandungan kalori
sesuai dengan - Berikan informasi
tinggi badan tentang kebutuhan
c. Mampu nutrisi
mengidentifikasi - Kaji kemampuan
kebutuhan nutrisi pasien untuk
d. Tidak ada tandatanda mendapatkan
malnutrisi nutrisi yang
Skala : dibutuhkan
1. Ekstrim Nutrition Monitoring
2. Berat - BB pasien dalam
3. Sedang batas normal
4. Ringan - Monitor adanya
5. Tidak ada keluhan penurunan berat
badan
- Monitoring kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual dan
muntah

4 Kerusakan Setelah dilakukan NIC


intergritas kulit
tindakan keperawatan Pressure Management
berhubungan
dengan 2x24 jam diharapkan - Jaga kebersihan
seringnya BAB
tidak terjadi infeksi. kulit agar tetap
dan iritasi oleh
fases yang NOC: Tissue Integrity kering dan bersih
bersifat asam
skin - Monitor kulit
Kriteria Hasil: adanya kemerahan
a. Integritas Kulit yang - Mandikan pasien
baik bisa dengan sabun dan
dipertahankan air hangat
(sensasi, elastisitas, - Anjurkan pasien
temperatur, hidrasi) untuk
b.Tidak ada luka atau menggunakan
lesi pada kulit pakaian yang
c. Mampu melindungi longgar
kulit danmempertahankn - Hindari kerutan
kelembaban kulit dan pada tempat tidur
perawatan alami
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Keluhan
5 Resiko syok Setelah dilakukan -Monitor status
hipovelemik
tindakan keperawatan sirkulasi BP,
2x24 jam diharapkan warna kulit, suhu
tidak terjadi syok pada kulit, denyut
pasien jantung, HR, dan
NOC : Syok pervention ritme, nadi perifer,
Kriteria hasil : dan kapiler refill
a.Nadi dalam batas - Monitor
yang diharapkan oksigenasi
b. Irama jantung dalam - Monitor input dan
batas yang output
diharapkan - Monitor suhu dan
c. Frekuensi nafas pernafasan
dalam batas normal - Monitor tanda
Skala : awal syok
1. Ekstrim - Kolaborasi obat
2. Berat dengan dokter
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2011). Buku saku petugas kesehatan lintas diare.Jakarta : Depkes RI

Juffrie. 2010. Gastroenterologi-hepatologi,jilid 1. Jakarta : Badan penerbit IDAI

Mafazah, Lailatul.(2013). Keterbatasan sarana sanitasi dasar, personal hygine ibu dan
kejadian diare.Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8 (2): 176-182

NANDA.(2015). Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2015- 2017 Edisi


10.Editor: T. Heater Herdman. Alih bahasa: Made Suwarwati, Dewi

Nelwan, Erni, Juita. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam.(Edisi 4.Jilid ke- 1).
Jakarta: Internal Publishing

Sodikin.(2012). Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC

Suraatmaja, sudaryat.(2007). Gastroenterologi anak. Jakarta: CV. Sagung Seto

Vivian, N. 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Widiarti, Estu Tiar. Editor edisi bahasa indonesia: Monica Ester. Jakarta: EGC.

Wong, L Dona, 2009.Buku ajar keperawatan pediatrik.Edisi 6.Editor : Egi Komara


yudha. Jakarta : EGC

Wong. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik.Alih bahasa Andry


Harmono.Volume 2.Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai