php/jkb/article/view/1680
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 29, Suplemen No. 3, 2016, pp. 265-268
Online Published First: 22 Agustus 2016
Article History: Received 26 Maret 2016, Accepted 8 Juni 2016
Pengaruh Implementasi Standar Prosedur Operasional Pengembalian Rekam Medis di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
ABSTRAK
Rekam medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis merupakan bagian penting dalam klaim asuransi
kesehatan. Permasalahan yang dihadapi oleh RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat adalah keterlambatan pengembalian
dokumen rekam medis rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosialisasi Standar Prosedur
Operasional (SPO) Pengembalian Rekam Medis terhadap waktu keterlambatan pengembalian dokumen rekam medis di
instalasi rawat inap RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik menggunakan metode
intervensi pre dan post eksperimental pada 314 dokumen rekam medis di 18 ruangan rawat inap RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat selama kurun waktu dua minggu sebelum dan sesudah sosialisasi dilaksanakan. Intervensi instrumen
berupa sosialisasi SPO pengembalian rekam medis 1 x 24 jam setelah selesai pelayanan dengan menggunakan poster.
Instrumen penelitian berupa laporan bagian assembling Instalasi Rekam Medis di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat.
Analisis keterlambatan pengembalian dokumen rekam medis ini menggunakan perhitungan statistik uji t test
berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan jumlah dokumen rekam medis yang terlambat setelah
selesai pelayanan rawat inap dari rerata 38,60±32,40 menjadi 19,82±30,83 dokumen dan rata-rata hari keterlambatan
dari rerata 1,24±1,21 menjadi 0,62±0,22 hari. Pengaruh sosialisasi SPO memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah
rekam medis yang terlambat dan tidak berpengaruh signifikan terhadap hari keterlambatan rekam medis rawat inap.
Kata Kunci: Keterlambatan, rekam medis, SPO
ABSTRACT
The medical record is a file containing records and documents on patient identity, examination, treatment, action and
other services that have been delivered to patients. The medical record has an essential part to health insurance being
claimed. The problem faced by the hospital is about the delay of returning document inpatient medical records. The study
aimed to determine the impact of socialization of Standard Operating Procedures (SOP) Return Medical Record against
time delay of refund document medical records inpatient. This research was used descriptive analytic methods of
experimental pre and post intervention in 314 document medical records in 18 inpatient rooms Dr. Radjiman
Wediodiningrat Psychiatric Hospital for a period of two weeks before and after socializing implemented. Intervention
instrument in the form of socialization of medical record SOP returned 1 x 24 hours after service completed by using
posters. The research instrument was assembling parts Installation in the Medical Record Psychiatric Hospital Dr.
Radjiman Wediodiningrat. Analysis of late return of this document medical records using a statistical calculation test
paired T test. The results showed an improvement in the number of medical record documents were late after completion
of inpatient services from average 38,60±32,40 into 19,82±30,83 into the document and the average days of delay on
average 1,24±1,21 into 0,62±0,22 days. SOP Socializing influence a significant effect on number and no significant effect
delayed day of inpatient medical records.
Keywords: Delayed return, medical records, standard operating procedures
Korespondensi: Silvia Shinta D. Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Jl.
Veteran Malang Jawa Timur Tel. (0341) 568989 Email: silviashintadevi@gmail.com
265
Pengaruh Sosialisasi Standar Prosedur Operasional... 266
Tabel 1. Laporan analisa pencapaian instalasi rekam medis periode Januari – Juni 2015
keperawatan rawat inap dan rawat jalan, Infection perubahan persentase keterlambatan dokumen rekam
Prevention and Control Nurse (IPCN). Materi yang medis yaitu tetap 100%. Sebaliknya pada ruang Walet
disampaikan saat sosialisasi adalah waktu pengembalian (96%) dan Bangau (80%) mengalami penurunan angka
dokumen rekam medis setelah selesai pelayanan rawat presentase keterlambatan pengembalian dokumen rekam
inap 1x24 jam yang dapat dilihat pada poster sebagai alat medis yaitu menjadi 31% dan 17%. Hal ini menunjukkan
bantu untuk menjelaskan sosialisasi. Poster tersebut adanya perbaikan pada kedua ruangan tersebut. Dari
diberikan kepada setiap kepala ruang rawat inap RSJRW seluruh ruangan rawat inap yang dianalisa didapatkan
untuk dipasang di dinding ruang rawat inap. Observasi p e n u r u n a n a n g ka p re s e n ta s e ke te r l a m b a ta n
dilakukan sebelum dan sesudah sosialisasi. Sebelum pengembalian dokumen rekam medis (39%) dan rata–rata
evaluasi yaitu 14–28 September 2015 dan sesudah hari keterlambatan pengembalian dokumen rekam medis
evaluasi yaitu 29 September-12 Oktober 2015. (22,40 hari) menjadi 20% dan 13,21 hari. Dari 100%
ruangan rawat inap yang di evaluasi , didapatkan 61%
Pengembalian rekam medis dikatakan terlambat apabila ruangan mengalami perbaikan yaitu dengan menurunnya
pengembalian dokumen rekam medis setelah selesai angka presentase jumlah dokumen rekam medis
pelayanan rawat inap dari ruang rawat inap menuju terlambat dan rata-rata hari pengembalian dokumen
instalasi rekam medis lebih dari 1x24 jam. Evaluasi rekam medis, sedangkan 22% mengalami peningkatan,
dihitung pada seluruh ruangan rawat inap kecuali ruangan hanya 11% yang tempatnya tidak mengalami perubahan.
rawat inap Bismo karena dalam renovasi dan Garuda serta
Nuri karena tidak hadir saat sosialisasi berlangsung. Hasil uji beda menunjukkan terdapat penurunan
Ruangan rawat inap yang tidak ada pasien yang keluar persentase jumlah DRM yang terlambat sesudah
rumah sakit maka tidak dimasukkan ke dalam evaluasi, sosialisasi yang signifikan secara statistik, dengan
yaitu Kenanga, Mawar, Nusa Indah, Parkit, Paviliun, prosentase penurunan sebesar 18,8%. Sebaliknya apabila
Perkutut, Sedap Malam, Seruni, WIjaya Kusuma. Bagian ditinjau dari waktu dalam hari tidak menunjukkan
assembling instalasi rekam medis bertugas untuk perbedaan signifikan, baik sebelum maupun sesudah
memasukkan data kegiatan instalasi rekam medis keterlambatan tersebut hanya satu hari.
kemudian menganalisis data yang terdapat di dalam
dokumen rekam medis. Data laporan bagian assembling
mengenai pasien keluar rawat inap inilah yang akan Tabel 3. Uji beda keterlambatan pengembalian DRM
menjadi sumber data penelitian ini.
Variabel Sebelum Sesudah t df p
HASIL Jumlah (%) 38,6 19,8 2.794 17 0,012
Hasil (Tabel 2) menunjukkan sebelum sosialisasi Hari 1,24 0,63 2.070 17 0,054
didapatkan tiga ruangan tertinggi yang angka presentasi
jumlah dokumen rekam medis yang terlambat adalah
Dahlia, Walet dan Bangau. Demikian juga dengan angka
DISKUSI
rata–rata hari keterlambatan didapatkan Dahlia, Walet
dan Bangau mendapati tiga urutan tertinggi diantara Hasil menunjukkan apabila dikaji per ruangan terdapat
ruangan rawat inap lainnya. Setelah sosialisasi didapatkan ruang yang mengalami perbaikan, penurunan, dan tidak
penurunan angka presentase keterlambatan dan ada perubahan. Perbaikan bermakna (60%) keterlambatan
rata–rata hari keterlambatan pengembalian dokumen pengumpulan DRM menunjukkan efek positif sosialisasi
rekam medis. Pada ruangan rawat inap Dahlia tidak ada SPO. Kebijakan SPO merupakan dasar dari berjalannya
Tabel 2. Keterlambatan pengembalian dokumen rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan
suatu organisasi. Sosialisasi tentang SPO pengembalian man, material, method, environment (5). Faktor man
dokumen rekam medis memberikan kejelasan bagi adalah perawat yang diketahui memiliki peranan yang
seluruh perawat rawat inap untuk mengembalikan besar dalam proses pengantaran dokumen rekam medis.
dokumen rekam medis tepat waktu (7). Budaya kerja Sampai saat ini, masih banyak perawat yang tidak
dalam organisasi memiliki pengaruh dalam keberhasilan mematuhi SPO yang diberikan oleh rumah sakit. Hasil
sosialisasi(8). penelitian Navsia menyatakan bahwa salah satu faktor
Disamping perbaikan terdapat beberapa ruang yang yang mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap SPO
adalalah motivasi (11).
hanya mengalami sedikit perbaikan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat Disamping perbaikan dari sisi kuantitatif, sosialisasi juga
mempengaruhi perawat rawat inap untuk mengantar memberikan dampak lain. Perawat di RSJ Dr. Radjiman
dokumen rekam medis menuju instalasi rekam medis, Wediodiningrat Lawang cukup antusias dengan adanya
sebagai upaya mematuhi SPO pengembalian dokumen kegiatan sosialisasi tersebut. Mereka mendapatkan
rekam medis. Menurut Sari, sosialisasi memberikan kejelasan mengenai waktu yang ditentukan dalam
pengaruh terhadap perawat dalam menjalankan SPO(9). pengantaran dokumen rekam medis pasien rawat inap
menuju bagian rekam medis. Setelah sosialisasi
Hasil uji analisis t-test berpasangan menunjukkan adanya berlangsung didapatkan penurunan jumlah dokumen
perbaikan angka keterlambatan signidikan dari aspek rekam medis pasien rawat inap yang terlambat. Sosialisasi
jumlah dokumen namun bukan pada hari. Sosialisasi merupakan salah satu metode yang cukup memberikan
terbukti dapat menunjukkan standar perilaku organisasi perbedaan dalam kinerja perawat di RSJ Dr. Radjiman
bagi seluruh karyawan (10). Tidak bermaknanya Wediodiningrat Lawang, namun sosialisasi tidak dapat
perbedaan dari sisi waktu mungkin disebabkan lokasi berdiri sendiri. Perlu faktor lain yang dapat mendorong
rawat inap yang jauh, jenis penyakit kronis merupakan seseorang untuk mau melakukan suatu pekerjaan.
jenis terbanyak di RSJRW banyak. Beberapa faktor Motivasi yang kuat dan pengetahuan dari perawat tetap
keterlambatan dokumen rekam medis dapat berasal dari diperlukan dalam peningkatan kinerja karyawan (12).