Anda di halaman 1dari 64

Keluarga dengan Remaja

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu : Ns. Diah Ratnawati,Skep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Agatta Surya Wijaya 1610711088

Miranti Nisrina 1610711092

Mega Ayu A 1610711093

Arina Amini 1610711096

Irfani Rizqi Dwi A 1610711099

Vidya Hanan 1610711100

Nabila Yuniar P 1610711105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini,yang berjudul Keluarga dengan
Remaja tepat pada waktunya.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kami yaitu
Keperawatan Keluarga dimana mempelajari hubungan suatu keluarga yang salah satunya
hubungannya dengan remaja. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya,kami sebagai penulis makalah ini berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan sedikit ilmu bagi setiap pembacanya. Kami mohon
maaf apabila ada kata-kata yang belum benar, dan kami harap pembaca dapat
memakluminya..

Jakarta, 24 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
1.5 Metode Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
2.1.2 Struktur Keluarga
2.1.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
2.1.4 Ciri-Ciri Keluarga Indonesia
2.2 Konsep Keperawatan Keluarga
2.3 Ruang Lingkup Kesperawatan Keluarga
2.4 Tujuan Keperawatan Keluarga
2.5 Remaja
2.5.1. Pengertian Remaja
2.5.2. Ciri-Ciri Masa Remaja
2.5.3. Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
2.5.4. Perubahan pada Remaja
2.6 Konsep Kegemukan (Obesitas)
2.6.1 Defenisi obesitas
2.6.2 Parameter untuk menentukan berat badan ideal
2.6.3 Faktor- faktor yang berperan dalam timbulnya obesitas
2.6.4 Dampak dari Obesitas
2.6.5 Penatalaksanaan obesitas
2.7 Asuhan Keperawatan Keluarga
BAB III PROSES KEPERAWATAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pubertas adalah suatu masa kehidupan ketika seseorang mengalami
kematangan secara seksual dan organ-organ reproduksi telah siap untuk
menjalankan fungsi reproduksinya (Schickedanz, 2011). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Santrock (2008) menyimpulkan bahwa perubahan fisik pubertas
yang cepat selalu disertai dengan perubahan kognitif, moral, psikologis, dan sosial.
Perubahan pubertas apabila tidak diikuti kemampuan remaja untuk beradaptasi
menyebabkan kemunculan beragam masalah.
Penelitian yang dilakukan oleh Allen, Insabella, dan Porter (2006)
mengungkapkan perubahan kognitif remaja yang meningkat sering diwujudkan
dengan rasa keingintahuan yang besar tentang berbagai hal dan akan mencari tahu
dengan pemikirannya sendiri. Data tentang pornografi menunjukkan bahwa 66%
anak pernah menyaksikan pornografi. Penyebab utama akses pornografi pada anak
adalah rendahnya pengawasan orang tua. Rendahnya pengawasan orang tua
tersebut terlihat dari lokasi akses pornografi yakni 36% di rumah, 12% di rumah
teman, dan 18% di warnet.
Penelitian Triyanto(2010) mengungkapkan bahwa selain perubahan
kognitif, remaja juga seringkali menunjukkan emosi yang bergejolak, sensitif,
reaktif dan mudah sekali marah.
Remaja pubertas ini mengalami emosi labil sebagai puncak perkembangan
emosi (Wong, 2003). Penelitian yang dilakukan Evita (2012), menyatakan bahwa
penyebab konflik remaja dengan orang tua maupun dengan teman sebayanya dapat
menjadi penyebab kenakalan remaja. Lebih lanjut penelitian Triyanto dkk. (2011)
mengungkapkan bahwa kenakalan remaja lebih disebabkan oleh keluarga yang
merupakan lingkungan utama dalam membentuk perilaku. Perubahan remaja
lainnya menyebutkan bahwa pubertas dapat dikatakan sebagai kehausan sosial
(social hunger) yang ditandai dengan keinginan bergaul secara berlebihan. Faktor
teman juga berpengaruh terhadap remaja, apabila temannya baik maka baik pula
pengaruhnya, akan tetapi apabila temannya buruk maka buruk pula pengaruhnya
(Santrock, 2008). Masalah remaja yang banyak tersebut dapat menjadi bukti bahwa
pubertas merupakan masa kritis. Keluarga sebagai lingkungan utama remaja
memegang peranan penting yang berkewajiban memberi dukungan positif.
Karena pentingnya peran keluarga untuk remaja inilah, sehingga kami
tertarik untuk membahas dan mengkaji mengenai hubungan antara keluarga dan
remaja, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah kami.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Konsep Keluarga?
2. Bagaimanakah Konsep Keperawatan Keluarga?
3. Bagaimanakah Ruang Lingkup Kesperawatan Keluarga?
4. Apakah Tujuan Keperawatan Keluarga?
5. Bagaimanakah Konsep Remaja?
6. Bagaimanakah Konsep Kegemukan (Obesitas)?
7. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga?

I.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah, untuk :
1. Mengetahui bagaimana Konsep Keluarga
2. Mengetahui bagaimana Konsep Keperawatan Keluarga
3. Mengetahui bagaimana Ruang Lingkup Kesperawatan Keluarga
4. Mengetahui apa saja Tujuan Keperawatan Keluarga
5. Mengetahui bagaimana Konsep Remaja
6. Mengetahui bagaimana Konsep Kegemukan (Obesitas)
7. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga

I.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini yaitu pada BAB I, penulis memaparkan
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sistematika, dan metode
penulisan. Pada BAB II, penulis menjelaskan mengenai tinjauan pustaka mengenai
keluarga dengan remaja, BAB III, penulis menjelaskan analisis kasus dan asuhan
keperawatan keluarga yang tepat pada keluarga dengan remaja. Bab IV
Pembahasan. BAB V berisi kesimpulan dan saran penulis.

I.5 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini berbasis PBL (Problem Based Learning). Mahasiswa
masing-masing mencari sumber literatur melalui buku, jurnal, maupun sumber dari
internet sesuai dengan bahasan yang diterima.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.8 Konsep Keluarga


2.8.1 Definisi Keluarga
a. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
b. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
c. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
b) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
c) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
d) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.8.2 Struktur Keluarga


a. Patrilineal: Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.8.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.

2.8.4 Ciri-Ciri Keluarga Indonesia


a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong-royong

2.9 Konsep Keperawatan Keluarga


Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan
Konsep dan Praktik, proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep
diterapkan dalam praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
berhubungan dan berurutan yaitu penkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan
Konsep dan Praktik, pengumpulan data dalam proses keperawatan dilakukan
dengan cara :
1. Observasi
Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui observasi
visualmelalui indera yang berlangsung terus-menerus, dimana data yang
dikumpulkan harus obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan penafsiran
sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya
ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
2. Wawancara
Suatu pembicaraan terarah, percakapan dengan maksud pengumpulan
data, dan dapat dilakukan secara formal dan informal, dimana perlu tekhnik
khusus, dan otoritas yang kita gunakan sesedikit mungkin, misalnya
pemeriksaan fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan
sebagainya.
3. Studi dokumentasi
Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi
pembahasan seperti data dari puskesmas, data perkembangan kesehatan anak
(KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya.
4. Pemeriksaan fisik
Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi serta pemeriksaan tanda-tanda vital.

2.10 Ruang Lingkup Kesperawatan Keluarga


Keperawatan keperawatan keluarga mencakup berbagai bentuk upaya
pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun
resosialitatif.
1. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
2. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan
imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan
kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan
peme¬liharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan
orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu
hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali
pusat bayi baru lahir.
4. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan
cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch
tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk
efektif pada penderita TBC, dll.
5. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke
masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti,
penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

2.11 Tujuan Keperawatan Keluarga


Secara umum tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah peningkatan kemampuan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri.
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan
keluarga yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga
yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau keluarga yang
membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.

2.5 Remaja
2.5.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13
dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu,
ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi.
Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang
muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis
dan berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran, bukan saja
kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan sering
kali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa
transisi antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali
menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan,
disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku
seperti orang dewasa (Purwanto, 1999).
Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa
remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan
oleh Stolz adalah sebagai berikut:
a. Masa prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya
anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara.
b. Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat,
dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini
lamanya berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun.
c. Masa postpuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak
perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan.
d. Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda
kedewasaan.

Sedangkan menurut Purwanto (1999), periode remaja adalah periode yang


dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya
dalam perkembangan kepribadian individu. Secara psikologis masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana usia anak
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock,
1998).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Pada masa ini
remaja relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga
mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling
bertentangan. Banyak perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami remaja, mencakup fisik, mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh
karena itu, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah-masalah psikologis dan
fisiologis. Masalah tersebut yang akan berakibat pada masalah kesehatan pada
remaja (Santrock, 2007).
Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari
pengaruh interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial terhadap
berkembangnya masalah-masalah remaja dan orang-orang yang berasal dari
berbagai usia lainnya.
Menurut pendekatan biologis, masalah yang terjadi pada remaja dapat
berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor
psikologis yang dianggap sebagai sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan
berpikir, gejolak emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah.
Selanjutnya faktor sosial yang melatarbelakangi timbulnya masalah pada remaja
yaitu berasal dari latar belakang budaya, sosial-ekonomi, latar belakang keluarga,
dan lingkungan (Santrock, 2007). Sebelum memahami remaja dan
permasalahannya, kita harus terlebih dahulu memahami karakteristik psikososial
yang dialami oleh remaja.
Menurut Depkes RI (1999) dalam Purwanto (1999) dijelaskan bahwa
perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu perkembangan
psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-16 tahun), dan
remaja akhir (17-19 tahun).
1. Remaja Awal (10 -14 tahun)
Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang biasanya
tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran diri (self
consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, psikis maupun sosial pada
remaja sehingga remaja mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif
menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Selain hal tersebut, remaja
juga menjadi sulit bertoleransi dan berkompromi dengan lingkungan sekitar
sehingga cenderung memberontak dan terjadi konflik. Masa remaja awal ini
juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian, gaya yang dianggap tidak
ketinggalan zaman dan senang membentuk kelompok sebaya yang sesuai
dengan mereka. Rasa keterikatan dengan kelompoknya ini sangat penting bagi
remaja, sehingga cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya
karena keinginan untuk tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan.
Konsumsi obat (narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang
membantu remaja merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan
orang lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007).

2. Remaja Pertengahan (15 – 16 tahun)


Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun, pada tahap ini biasanya
remaja lebih mudah untuk diajak bekerjasama karena mampu berkompromi,
tenang, sabar, lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain. Saat ini remaja
lebih belajar untuk berfikir independen dan menolak campur tangan orang lain
termasuk orang tua. Remaja juga mulai terfokus pada diri sendiri, mudah
bersosialisasi, tidak lagi pemalu dan mulai membutuhkan lebih banyak teman
bersifat solidaritas bahkan mulai membina hubungan dengan lawan jenis
sehingga lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman
dibandingkan keluarga. Remaja mulai memiliki minat yang besar dalam seni,
olah raga, organisasi, dan sebagainya seiring dengan berkembangnya
intelektualitas mereka.
Pada masa ini remaja mampu berfikir abstrak, berhipotesa dan peduli untuk
mendiskusikan atau berdebat terhadap permasalahannya sehingga remaja sering
bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman bagi
mereka walaupun berisiko. Beberapa remaja menyalahgunakan narkoba karena
tertarik dengan keterangan yang diberikan oleh media mengenai sensasi yang
dihasilkan, mereka bertanya-tanya seandainya obat yang dideskripsikan dapat
memberikan pengalaman yang sangat unik (Santrock, 2007).

3. Remaja Akhir (17 – 19 tahun)


Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya
sehingga mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang tumbuh
dengan baik dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik secara finansial
maupun emosional dengan lebih baik mengatasi stress sehingga pada tahap ini
remaja ingin diakui sudah menjadi seseorang yang dewasa dan dapat
menentukan keputusan hidupnya sendiri. Remaja juga mulai menjalin hubungan
yang serius dengan temantemannya, khususnya lawan jenis sehingga semakin
sulit untuk diajak dalam acara keluarga. Keluarga diharapkan terus memantau
perkembangan remaja di tahap ini tanpa memberikan banyak peraturan karena
mereka sudah ingin dianggap dewasa.

2.5.2 Ciri-Ciri Masa Remaja


Menurut Hurlock (1998), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Peroide remaja dianggap sangat penting dari pada beberapa periode lainnya,
karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku. Akibat fisik dan
psikologis mempunyai persepsi yang sangat penting. Perkembangan fisik yang
cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat,
terutama pada awal pada masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat
baru (Hurlock, 1998).
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya,
tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya
pada apa yang terjadi sekarang dan akan datang. Bila anak beralih dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekakak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap
baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock,
1998).
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi
dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Jika
perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga.

Ada empat perubahan yang sama dan hampir bersifat universal, yaitu:
1. Meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis
2. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
3. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah
4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan
(Hurlock, 1998).
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu,
yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan
oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman
dalam mengatasi masalah, serta para remaja merasa mandiri, sehingga mereka
ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.
Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka memakai
menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya menemukan bahwa
penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Hurlock, 1998).
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa, apakah
ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya
membuat beberapa orang merendahkannya. Secara keseluruhan, apakah ia akan
berhasil atau akan gagal (Hurlock, 1998).
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih,
yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal (Hurlock, 1998).
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu.
Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi
juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningkatnya emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya
semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang
lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya sendiri (Hurlock, 1998).
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti
orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu
merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam
perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra
yang mereka inginkan (Hurlock, 1998).

2.5.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja


1. Menerima citra tubuh
Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan
diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep
ini dan untuk mempelajari caracara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih
sesuai dengan apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1998).
2. Menerima identitas seksual
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak
awal masa kanak-kanak. Tetapi berbeda bagi anak perempuan, mereka didorong
untuk memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempelajari peran
feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun (Hurlock,
1998).
3. Mengembangkan sisitem nilai personal
Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja mempelajari
hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana harus bergaul dengan mereka (Hurlock, 1998).
4. Membuat persiapan untuk hidup mandiri
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
harus didukung oleh orang terdekat (Hurlock, 1998).
5. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja
yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari
orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota
kelompok dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua (Hurlock,
1998).
6. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan
Ketrampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh perkembangan
ketrampilan intelektual remaja itu sendiri, misal dalam mengambil keputusan
untuk menikah di usia remaja (Hurlock, 1998).
7. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa
Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilainilai yang
selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk
mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 1998).

2.5.4 Perubahan pada Remaja


1. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi
pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ
reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan sehingga mampu
melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya
tanda-tanda yaitu:
a. Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ
seks. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche) dan terjadinya mimpi
basah pada remaja laki-laki.
b. Tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja laki-laki terjadi perubahan
suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya
ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis,
cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri
terjadi perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara
membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis).
2. Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan
perubahan fisik yang meliputi:
a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:
1) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
2) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
b. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
1) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
2) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin coba-
coba.

2.6 Konsep Kegemukan (Obesitas)


2.6.1 Defenisi obesitas
Menurut WHO (2003), kegemukan atau obesitas didefenisikan sebagai
kelebihan lemak yang tidak normal dan dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan. Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah indeks berat badan terhadap
tinggi badan yang digunakan untuk menentukan batas kegemukan dan obesitas
bagi orang dewasa, baik populasi ataupun individu (Aora, 2008). Dikatakan
obesitas jika seseorang mempunyai berat badan diatas (20%) dari bera kelebihan
berat badan 41-100% dari berat badan ideal sedangkan obesitas berat apabila
kelebihan berat badan >100% dari berat badan ideal. Obesitas berat ditemukan
sebanyak (5%) dari antara orang-orang yang gemuk.

2.6.2 Parameter untuk menentukan berat badan ideal


Dalam menentukan gemuk tidaknya seseorang, ada beberapa rumus /
parameter yang bisa digunakan yaitu:
1. Parameter yang pertama “Body Mass Index” (BMI) untuk mengukur Indeks
Masa Tubuh (IMT). Tetapi IMT ini hanya bisa diaplikasikan untuk orang
dewasa, kecuali wanita hamil. Pada wanita hamil tidak bisa digunakan karena
kenaikan berat badan yang biasa terjadi pada wanita hamil normal. Orang eropa
memiliki batas overweight 25 dan batas obesitas 30. Diatas 25 disebut
overweight, lebih dari 30 disebut obesitas. Batas bawahnya 18,5. Jadi IMT
(Indeks Masa Tubuh) normal orang asia adalah 18,5-23.
2. Parameter kedua Mengukur lingkar pinggang. Ukuran lingkar pinggang normal
perempuan adalah kurang dari 80 cm, sementara pria kurang dari 90 cm.
walaupun IMT normal, tetapi kalau lingkar pinggangnya lebih dari 80, maka ia
harus menurunkan BB-nya, karena resiko mendapat penyakit meningkat. Ukuran
lingkar pinggang sebetulnya sudah cukup menjadi parameter. Ukuran pinggang
yang lebih dari normal menggambarkan banyaknya lemak yang tertimbun di
daerah perut. Lemak perut ini cukup berbahaya, karena terdapat di dekat
organorgan internal, seperti hati dan usus, sehingga lemak yang berlebihan itu
bukan alat pasif untuk kelebihan energi, melainkan mengeluarkan hormon
tertentu yang bisa mempengaruhi semuanya. Oleh karena itu orang yang
memiliki lingkar pinggang lebih dari normal beresiko mendapat penyakit lebih
banyak.
3. Parameter ketiga Body Fat Analyzer (BFA) untuk mengukur komposisi lemak
tubuh. Komposisi lemak tubuh normal pada perempuan berkisar 11-20 persen,
tergantung usia, semakin banyak persentasi lemak. Paling ideal adalah mengukur
komposisi lemak tubuh, karena tujuan menurunkan BB seharusnya adalah
menurunkan lemak tubuh. Hanya saja, BFA butuh alat khusus

Rumus yang digunakan untuk pengukuran Body Fat Versi Dephan USA (yang
tidak memerlukan bantuan alat adalah sebagai berikut : Pria = 86.010 x log10
(abdomen – neck) – 70.041 x log 10 (heigt) + 36.76 Wanita = 163.205 x log10
(waist + hip – neck) – 97.684 x log10 (height) – 78.387 4)
4. Parameter ke empat
Berdasarkan Setiadi (2008) cara menghitung berat badan ideal adalah sebagai
berikut:
a. Berat badan normal Berat badan normal = Tinggi badan – 100 Contoh : Jika
tinggi kita dari ujung kaki hingga ujung kepala 160 cm maka berat badan
normal kita adalah 160 – 100 = 60 kg
b. Berat badan ideal Berat badan ideal = (tinggi badan – 100 – (10% tinggi
badan – 100) Contoh : Jika tinggi badan kita adalah setinggi 150 cm, maka
berat badan ideal kita adalah (150 -100) – (10% x (150 - 100) = 50 - 5 = 45
kg
Menurut Setiadi (2008) dari hasil tersebut dapat kita ketahui apa yang terjadi
pada diri kita dengan membandingkan hasilnya berikut di bawah ini:
1. Kurus = Hasilnya 10% kurang dari seharusnya
2. Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang
seharusnya
3. Kelebihan berat badan / Overweight = Hasilnya lebih dari 10% s/d 20% lebih
besar.

2.6.3 Faktor- faktor yang berperan dalam timbulnya obesitas


Menurut Misnadiarly (2007), secara sederhana timbulnya obesitas dapat
diterangkan bila masukan makanan melebihi kebutuhan faali. Seperti diketahui,
bahan-bahan yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun
tubuh setelah melalui beberapa proses dengan mekanisme pengaturan sebagai
berikut:
1. Penyerapan dalam saluran pencernaan
2. Metabolisme dalam jaringan
3. Pengeluaran oleh alat-alat ekskresi
Dengan demikian, sebenarnya tubuh mampu menyesuaikan diri terhadap
berbagai macam masukan makanan. Untuk bahan makanan berupa protein, air,
mineral, dan vitamin, jumlah masukan tiga kali lipat dari kebutuhan minuman
dengan mudah akan dibuang. Tetapi, untuk bahan makanan hidrat arang dan
lemak, keadaannya jauh berbeda. Hidrat arang dan lemak yang ada dalam
makanan, boleh dikatakan semuanya akan masuk dalam tubuh, tetapi hanya
sebagian kecil yang dapat dijumpai dalam tinja. Kedua bahan makanan ini
merupakan sumber utama bagi tubuh. Karena itu, apabila masukannya melebihi
kebutuhan tenaga tubuh, maka kelebihan ini akan disimpan.
Tenaga yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan
adipose. Sebaliknya, apabila masukan lebih sedikit dibandingkan kebutuhan tenaga
tubuh, kekurangan ini akan diatasi dengan menguraikan cadangan tenaga yang
disimpan. Untuk mengatur ukuran cadangan ini tubuh memiliki mekanisme
pengaturan agar terjadi keseimbangan antara masukan dan keluaran tenaga.
Beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi mekanisme pengaturan
tersebut, antara lain:
1. Umur
Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai
kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama
kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak
menjadi besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung
menjadi orang dewasa yang juga obesitas. Obesitas pada anak muda sering
dijumpai pada keluarga miskin. Keadaan semacam ini misalnya keluarga
pedagang pegawai ataupun karyawan menengah keatas. Jadi, dalam hal ini
umur bukan merupakan penentu utama timbulnya obesitas
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas.
Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum
dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause.
Mungkin saja obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor
endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal
tersebut diatas
3. Tingkat sosial
Menarik sekali bahwa di Negara-negara barat, obesitas banyak dijumpai
pada sosial-ekonomi rendah. Salah satu survei di Manhattan menunjukkan
bahwa obesitas dijumpai 30% pada kelas sosial-ekonomi rendah, 17% pada
kelas menengah, dan 5% pada kelas atas. Obesitas banyak dijumpai pada
wanita keluarga miskin barangkali karena sulitnya membeli makanan yang
tinggi kandungan protein. Mereka hanya mampu membeli makanan murah
yang umumnya mengandung banyak hidrat arang. Obesitas yang dijumpai pada
kalangan eksekutif atau usahawan, barangkali timbul karena makanan
berlemak tinggi disertai penggunaan minuman beralkohol
4. Aktivitas fisik
Seperti diketahui, tiap orang memerlukan masukan tenaga untuk memenuhi
kebutuhan tenaga basal dan tenaga untuk aktivitas fisik. Kebutuhan tenaga
basal sangat beragam antar individu. Demikian pula kebutuhan tenaga untuk
aktivitas juga beragam tergantung pada aktivitas seseorang. Obesitas banyak
dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan
duduk.
Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisasi dan
kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau menggunakan
sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh, seorang ibu rumah
tangga mencuci baju dengan menggunakan sebagian kecil tenaganya
dibandingkan bila mencuci baju dengan tangan yang memerlukan 1050 kJ (250
kkal) per jam. Seorang petani yang mengerjakan sawahnya dengan bajak akan
menggunakan 1670 kJ (400 kkal) perjam dibandingkan dengan 540 kJ (130
kkal) perjam seandainya menggunakan traktor. Dengan demikian kurangnya
pemanfaatan tenaga akan menyebabkan simpanan tenaga tidak akan banyak
digunakan dan lambat laun akan semakin bertumpuk sehingga menyebabkan
obesitas. Jadi, memperbanyak aktivitas fisik sangat dianjurkan, disamping
sudah tentu disertai pengaturan diet

5. Kebiasaan makan
Tampaknya memang ada kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang
mengalami obesitas. Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak
atau bekerja di dapur. Disamping itu juga dijumpai pada orang yang memiliki
gejala suka makan pada waktu malam. Ini biasa menyertai insomnia dan
hilangnya nafsu makan pada waktu pagi hari. Ada seorang beranggapan bahwa
semua orang gemuk adalah orang yang suka makan. Ternyata beberapa peneliti
menunjukkan bahwa orang gemuk tidak makan lebih banyak dibanding orang
kurus. Bahkan terkadang orang kurus menyatakan sudah makan banyak tetapi
tetap kurus
6. Faktor psikologis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial
7. Faktor genetis
Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam
timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya
berasal dari keluarga dengan orangtua obesitas. Bila salah satu orang tua
obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila
kedua orangtua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Barangkali
saja timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena
kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor
genetis yang khusus. Hanya saja penelitian laboratorium gizi Dunn di
Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran faktor genetis.
Pengamatan selama setahun terhadap bayi-bayi yang ibunya obesitas
menunjukkan bahwa 50% diantaranya menjadi obesitas bukan karena
makannya yang berlebihan. Dikatakan bahwa pada bayi-bayi tersebut terdapat
pengurangan kalori yang dibakar. Jadi, diduga bahwa beberapa orang memang
sacara genetis sudah terprogram untuk obesitas.

2.6.4 Dampak dari Obesitas


Menurut Vivi (2004) dampak obesitas dapat terjadi dalam jangka panjang
maupun jangka pendek, misalnya :
1. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari
lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi korban bahan
olokolokan teman main dan teman sekolah. Dapat pula karena
ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama
olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh obesitasnya
2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut
dibanding usia biologinya
3. Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat
4. Gangguan pernafasan seperti infeksi saluran nafas, tidur ngorok, sering
mengantuk siang hari
5. Gangguan endokrin seperti menars lebih cepat terjadi.

2.6.5 Penatalaksanaan obesitas


Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan
komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen
ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan
berat badan serta harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai
menjalani kebiasaan makan yang sehat. Langkah awal dalam mengobati obesitas
adalah menaksir lemak tubuh penderita nya dengan cara mengkitung IMT.

2.7 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.7.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi
dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, temuan
yang objektif, informasi yang tertulis maupun lisan dan rujukan berbagai lembaga
yang menangani keluarga dan anggota tim lainnya, pemeriksaan fisik terhadap
anggota keluarga (head to toe), data sekunder, misalnya hasil laboratorium, dsb.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga menurut (Susanto, 2012: 100):
1. Data umum
a. Identitas
Pada data ini yang perlu dikaji adalah tentang nama, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan genogram.
b. Komposisi keluarga
Dikaji tentang daftar anggota keluarga dan genogram.

c. Tipe keluarga
Pada tipe keluarga ini yang dikaji yaitu tentang jenis keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe tersebut.
d. Suku bangsa
Kaji identifikasi budaya suku bangsa terebut.
e. Agama
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji yaitu panutan keluarga tersebut dan
bagaimana keluarga tersebut menjalankan ibadahnya.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Pada status sosial ekonomi yang dikaji yaitu tentang pekerjaan , tempat
kerja, dan penghasilan setiap anggota yang sudah bekerja, sumber
penghasilan, berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga
yang bekerja.
g. Aktivitas rekreasi kelurga
Dimana pengkajian ini berisi tentang kegiatan keluarga dalam mengisi
waktu luang dan kapan keluarga pergi bersama ketempat rekreasi.

2. Riwayat dan perkembangan keluarga (Susanto, 2012: 105)


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga saat ini, dan
komunikasi antar keluarga tersebut, apaka ada pertengkaran , perdebatan
dan sebagainya antar keluarga.
b. Tahap perkembangan keluarga yg berlaku yg belum terpenuhi:
Pada tahap ini yang dikaji adalah tugas perkembangan keluarga saat ini yg
belum belum dilaksanakan secara optimal oleh keluarga.
c. Riwayat keluarga inti
Pada tahap ini yang dikaji adalahhubungan keluarga inti, dan apa latar
belakang sebelum menjalani sebuah kelurga.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Pada tahap ini yang dikaji adalah bagaimana keaadan keluarga sebelumnya,
sampai keadaan sekarang.

3. Lingkungan (Susanto, 2012: 114)


a. Karakteristik rumah
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak posisi rumah pada denah
perkampungan yg ditinggali keluarga dengan jelas.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Pada tahap ini yg dikaji adalah gambaran tentang rumah keluarga dan apa
yang dilakukan keluarga setiap harinya, misalnya berbaur dengan tetangga.
c. Mobilitas geografis keluarga
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak daerah rumah keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga
Pada tahap ini yg dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga, misalnya
apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan ibu-ibu rumah
tangga lainnya ataupun kegiatan lainya(susanto, 2012: 116)
e. Sistem pendukung keluarga
Pada tahap ini dikaji adalah tentang kesulitan keungan yang keluarga dapat
diatasi dengan dukungan keluarga (susanto, 2012: 116)

4. Struktur Keluarga (Mubarok, 2010: 98)


a. Pola komunikasi keluarga menjelaskan komunikasi antar anggota keluarga,
termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi
secara langsung atau tidak, pesan emosional(positif/negatif), frekuensi
kualitas komunikasi yg berlangsung.adakah hal-hal yang tertutup dalam
keluarga dan untuk didiskusikan.
b. Strukrur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat yang memutuskan dalam
penggunaan keuangan, pengambilan keputusan dalam pekerjaan tempat
tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak -anak.
Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan adalah membuat
keputusan.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal(Mubarok, 2010: 98)
d. Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok
atau komunitas(Mubarok, 2010: 98)

5. Fungsi keluarga (Harnilawati, 2013: 09)


a. Fungsi afektif
Mengkaji diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada keluarga
dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
b. Fungsi sosialisasi
Mengkaji tentang otonomi setiap anggota dalam keluarga, saling
ketergantungan keluarga, yang bertanggung jawab dalam membesarkan
anak (Mubarok, 2012: 99). Fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah (Harnilawati, 2013: 09)
c. Fungsi perawatan kesehatan
Mengkaji tentang sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian ,
dan perlindungan terhadap anggota yang sakit(Mubarok, 2012: 99)
d. Fungsi reproduksi
Mengkaji tentang beberapa jumlah anak , merencanakan jumlah anggota
keluarga serta metode yang digunakan keluarga dalam mengendalikan
jumlah anggota keluarga (Mubarok, 2010: 101)
e. Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang pangan dan
papan (Mubarok, 2010: 102)

6. Stres dan koping keluarga (Mubarok, 2010: 102)


a. Stesor jangka pendek
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaikan dalam
waktu lebih dari 6 bulanStrategi koping yang digunakan.
b. Mengkaji tentang strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan
c. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stresor, Mengkaji
sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor.
d. Strategi adaptasi disfungsional menjelaskan adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga metode ini sama
dengan pemerikasaan fisik di klinik.

8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2.7.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial/ aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun
intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk
mencegah perubahan (Carpenito, 2000).
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat
pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat
berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera yang
mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association)
2012-2014.
Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang
mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan
standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan. Perumusan diagnosis
keperawatan, komponen rumusan diagnosis keperawatan meliputi:
1. Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga
2. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif. Tanda (sign)
adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung
masalah dan penyebab.

Diagnosa yang mungkin muncul pada masalah keperawatan keluarga dengan


kegemukan adalah:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah obesity pada remaja
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang fakta-fakta, sikap dan falsafah
hidup
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
terhadap masalah kegemukan pada anak remaja berhubungan dengan tidak
mengerti sifat, beratnya dan luasnya masalah kegemukan, kurang kepercayaan
atau keyakinan terhadap lembaga atau tenaga kesehatan, kesalahan konsepsi
karena informasi yang salah terhadap tindakan yang diharapkan
3) Ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga
dengan obesity pada remaja berhubungan dengan tidak mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak, sikap atau pandangan hidup
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan untuk mengatasi masalah kegemukan berhubungan dengan sikap
atau pandangan hidup, ketidaktahuan tentang usaha pencegahan kegemukan
pada remaja
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah kegemukan pada remaja berhubungan dengan sikap atau
falsafah hidup, tidak memahami keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari
fasilitas kesehatan, tidak adanya fasilitas yang diperlukan.
2.7.3 Perencanaan Keperawatan keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2
tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitno, 2004).
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor
dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer
untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk
memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat
garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/ masalah (P) di
keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana
mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

2.7.4 Implementasi Keperawatan Keluarga


Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga menurut
Friedman (2003), yaitu:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekwensi
tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga, melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Pelaksanaan
dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu
sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku,
respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada
keluarga.
2.7.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara
jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun
dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan
secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (Friedman, 2003).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP (Suprajitno, 2004).

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh


keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan
obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. T
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Musi 5A Way Hitam
Nomor HP : 081367267934
b. Komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaan Pendidikan
Keluarga Terakhir
1. Tn. T L 43 Th Suami Wirausaha SMA
2. Ny. D P 32 Th Istri IRT SMP
3. An. V P 15 Th Anak Pelajar SD
4. An. C L 12 Th Anak Pelajar SD
5. An. VK P 5 Th Anak Pelajar -

c. Genogram

keterangan :

= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota keluarga yang sakit

= perempuan = perempuan meninggal

d. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. T memiliki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn.T terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah. tidak ada masalah
dalam keluarga Tn. T.
e. Suku Bangsa
Keluarga Tn. T dan Ny. D semenjak dari orang tua berasal dari suku jawa.
Jika sakit Tn. T dan Ny. D terkadang hanya minum obat warung.

f. Agama dan Kepercayaan


Anggota keluarga Tn. T beragama islam. Tn.T dan Ny.D selalu
mengajarkan anaknya untuk selalu dengan Allah S.W.T, mengingatkan
anak-anaknya sholat 5 waktu, sering mengusahakan untuk sholat
berjamaah, setiap malam jumat seluruh anggota keluarga membaca yasin
bersama.
g. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. T bekerja sebagai Wirausaha dengan penghasilan 3 juta/bulan, Ny. D
adalah ibu rumah tangga. Penghasilan Tn. T di gunakan untuk kebutuhan
makan sehari-hari, bayar tagihan listrik, air, dll. Adapun perabotan yang
dimiliki Tn. T yaitu TV 2, blender 1 dan alat transportasi 2 motor.
Kebutuhan yang di keluarkan keluarga Tn. T setiap bulan Rp. 800.000,-
h. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton TV,
makan bersama diluar. kadang-kadang berkumpul dengan sanak saudara
saat ada acara keluarga dan lebaran.
An. V mengatakan dia suka main ke mall dengan teman-temannya akhir-
akhir ini dia suka merasa cuek dan suka didalam rumah.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn. T memiliki 3 orang anak, 2 perempuan dan 1 laki-laki. Saat ini anak
pertama keluarga Tn. T (An. V) berumur 15 tahun, belum berkeluarga dan
masih sekolah SMP, Anak ke-2 Tn. T (An. C) berumur 12 tahun, belum
berkeluarga dan juga masih SMP, Anak ke-3 (An. VK) berumur 5 tahun,
belum berkeluarga dan juga masih SD.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn. T masih belum terpenuhi karena Tn. T
harus membiayai 3 orang anaknya. Anak pertama dan kedua Tn. T masih
dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak menuju remaja, yang
saat ini anak pertama (An. V) sekolah kelas 3 SMP, anak kedua (An. C)
sekolah kelas 2 SMP dan anak ketiga (An. VK) sekolah TK besar yang
saat ini tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Tn. T sering mengeluh pusing dan lemas, ketika diperiksa keadaan
Tn. T dan didapatkan tekanan darah Tn. T yaitu 160/100 mmHg. Tn. T
tidak pernah memeriksakan dirinya ke dokter, dia menganggap
penyakit tersebut akan sembuh sendiri. biasanya jika TD Tn. T turun,
dia makan dan meminum susu, Ny. D beranggapan bahwa sakit Tn. T
hanya biasa dan tidak terlalu serius.
Ny. D hanya sering pusing karena kurang tidur, biasanya Ny. D
pusingnya turun kalau banyak minum dan istirahat.
An. C tidak memiliki riwayat penyakit. Namun, Ny. D khawatir jika
kandungan gula darah An. V tinggi karena An. V suka sekali
mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis dan malu
karena berat badan gemuk. Ny. D juga mengatakan bahwa apabila An.
V terluka dibagian tubuhnya, maka luka tersebut akan lama sembuh
dan mengering serta biasanya meninggalkan bekas An. V juga
mempunyai masalah keputihan dan keluar saat stress dan
warnanya kuning. dan An. VK tidak memiliki riwayat penyakit.

2) Riwayat penyakit keturunan


Orang tua dari Tn. T tidak memiliki riwayat penyakit serius. Ayah dari
Tn. T sudah lama meninggal pada saat menunaikan ibadah haji. Serta
ibu dari Tn. T saat ini masih ada dan tidak memiliki riwayat penyakit
serius. Namun, ibu dari Ny. D memiliki riwayat DM dan telah
meninggal dari 1 tahun yang lalu, Ayah dari Ny. D telah meninggal 2
tahun yang lalu akibat HHD (Hypertention Heart Disease).

3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :


No. Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan
Kesehatan (BCG/Polio/ Kesehatan yang
DPT/HB/Cam telah
pak dilakukan
1. Tn. T 43 68 Tn.T juga lengkap Hiperten Makan
Th merasa si dan
pusing dan minum
lemas susu
2. Ny. 30 48 Ny.s merasa lengkap pusing Minum
D Th kepalanya air putih
pusing dan
istirahat
3. An. 15 72 An.V merasa lengkap keputiha Belum
V Th malu karena n diobati
BB nya
gemuk dan
mempunyai
masalah
keputihan
4. An. C 12 50 Tidak lengkap Tidak ada Hanya
Th memiliki minum
riwayat vitamin
penyakit
5. An. 5 Th 30 Tidak lengkap Tidak ada Hanya
VK memiliki minum
riwayat vitamin
penyakit

4) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan


karena keluarga Tn. T memiliki BPJS, keluarga Tn. T memanfaatkan
pelayanan kesehatan dari puskesmas, tetapi keluarga kurang
pengetahuan tentang tumbuh kembang dan kesehatan reproduksi.

5) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Keluarga Tn. T tidak memiliki riwayat penyakit yang cukup serius.
Namun, Ibu dari Ny. D memiliki riwayat DM.

3. PENGKAJIAN KELUARGA
a. Karakteristik rumah
Tempat tinggal Tn. T memiliki luas 114.75 m. Tipe rumah 45 milik
sendiri. Rumah Tn. T memiliki kamar/ruangan sebanyak 6 ruangan,
Ventilasi/penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan : 1 ruang tamu,
3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi. Rumah Tn. T memiliki 1 septik
tenk, jarak pembuangan (septik tenk) dengan sumber mata air 8 m.
Keluarga Tn. T menggunakan sumber air minum dari PDAM. tersedia
tempat sampah, untuk limbah rumah tangga ada di depan rumah dan
biasanya di bakar 3 hari sekali. Lingkungan rumah Tn. T cukup bersih,
jarak rumah dengan jalan raya cukup jauh.
b. Karakteristik tentangga dan komunitas RW
Keluarga Tn. T tinggal di daerah pedesaan, tetangga yang ada di sekitar
rumah semuanya ramah dan saling tolong-menolong satu sama lain, warga
sekitar khususnya ibu-ibu memiliki kebiasaan mengadakan pengajian rutin
setiap hari jumat. Pengajian diadakan di masjid dekat rumah, warga di
sekitar juga sering mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan
setiap 1 bulan sekali. Apalagi jika sudah memasuki musim penghujan
c. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn. T sudah menempati rumah itu sejak 20 Mei 2011 sampai
sekarang. Tn. T lahir dan besar di jakarta, sedangkan Ny. P lahir di jawa
timur dan pada umur 10 tahun. kemudian merantau ke jakarta setelah
menikah. Tn. T dan Ny. P memutuskan untuk tetap tinggal di jakarta.
Kebanyakan anggota keluarga Tn. T dan Ny. D berjauhan dan jarang
berkunjung kerumah. Tn. T memiliki 2 saudara yang dekat (masih 1 kota)
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Biasanya Ny. D ikut arisan RT sebulan sekali sekali, dan arisan kelurahan
sebulan sekali sedangkan Tn. T selalu ikut serta bila ada acara kerja bakti
RT maupun RW.
An.V mengatakan bahwa dia memiliki banyak teman dari berbagai
tingkatan sosial, mulai dari temen sekolah, temen les dan temen
sekolahnya. An. V mengatakan temen SMP nya suka mengejeknya dengan
mengatakan dirinya gemuk dan mencoba merasa cuek terhadap keadaan
tersebut tetapi membuat kepikiran terhadap dirinya dan mengakibatkan
dirinya malas berkumpul dengan temannya serta lebih senang dirumah
saja.
e. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga
saling menyayangi dan membantu satu sama lain. keluarga Tn. T memiliki
fasilitas : Telivisi, tempat tidur yang nyaman, sumber air bersih motor
sebagai sarana transportasi dan untuk masalah kesehatan. Tn. T memiliki
BPJS untuk membantu biaya pengobatan.

4. Struktur keluarga
a. Pola/cara komunikasi keluarga
keluarga Tn. T dalam kesehariannya baik berkomunikasi langsung/tidak
langsung menggunakan bahasa indonesia, dalam keadaan emosi keluarga.
Tn. T menggunakan kalimat yang positif Ny. D selalu berusaha
membangun komunikasi yang menyimpang jika dilihat dari teman-
temannya.
b. Struktur kekuatan keluarga
saudara-saudara dari Ny. D dan Tn. T selalu siap membantu apabila
keluarga Tn. T membutuhkan pertolongan. mereka tidak memikirkan jarak
yang harus dilalui, bagi mereka saudara tetaplah saudara dan saudara harus
saling tolong menolong.
c. Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga)
- Tn. T
Peran formal : Sebagai suami dan istri, sebagai kepala
keluarga,ayah pelindung dan pemberi rasa aman
dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat.
Peran informal : Pengambil keputusan tertinggi di ruma

- Ny. D
Peran formal : Sebagai istri dari suami, ibu, mengurus rumah
tangga, mendidik anak-anak.
Peran informal : Sebagai pendamai antar anggota keluarga
- An. V
Peran formal : Menjadi anak dan sebagai tempat bercerita adik-
adiknya.
Peran informal : Sebagai penyelaras dan sebagai tempat bercerita
adik-adiknya.
- An. C
Peran formal : Menjadi anak, sebagai ketua osis di SMP
Peran informal : Sebagai pelindung adik dan kakaknya.
- An. VK
Peran formal : Menjadi anak, sebagai anggota masyarakat, pelajar
Peran informal : Sebagai penghibur dirumah

d. Nilai dan norma keluarga


Tn. T menganut agama islam dan norma yang berlaku dimasyarakat dan
adat istiadat orang jawa. keluarga Tn. T sangat mematuhi peraturan yang
ada di rumah, seperti jangan makan di depan rumah, tidur saat sore
menjelang petang dilarang.
apabila ada keluarga yang sakit, keluarga memepercayai bahwa ini adalah
cobaab yang Allah berikan agar keluarga dapat lebih kuat. keluarga selalu
berusaha dan bertawakal saat menghadapi musibah apapun.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. T dan Ny. D selalu menyayangi dan perhatian kepada anak-
anaknya. Ny. D dan Tn. T juga selalu mendukung dan mengarahkan segala
sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran
dan tidak melanggar norma dan etika sopan santun.
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi Tn. T dengan anak istrinya terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan. Tn. T selalu adil
kepada keluarganya.
Masing-masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan
sopan santun dalam berperilaku. keluarga mengajarkan dan menanamkan
perilaku sosial yang baik, keluarga cukup aktif didalam masyarakat.
diwaktu senggang biasanya keluarga berkumpul.
c. Fungsi keperawatan kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal kesehatan
Ny. D mengatakan kurang pengetahuan tentang tumbuh kembang dan
kesehatan reproduksi dan informasi yang didapat tidak lengkap.
An. V mengatakan tidak pernah dinasihatin masalah kesehatan hanya
di suruh banyak yang banyak, sedangkan Tn. T mengetahui jika
tekanan darahnyaa selalu rendah. Tn. T langsung beristirahat jika
merasa kepalanya pusing.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat
keluarga mengetahui tentang masing-masing penyakit yang pernah
mereka derita, sehingga apabila mereka mulai merasakan tanda dan
gejala, mereka langsung beristirahat atau beli obat diwarung.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny. D mengatakan bila pusing, maka langsung minum banyak dan
istirahat. Tn. T langsung istirahat dan minum obat yang ada di warung.
An. V langsung minum obat dan selalu tidak patuh sedangkan An. C
dan An. VK hanya meminum vitamin kalau mereka cape dan lemas.
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
keluaraga Tn. T menyadari kebersihan lingkungan oleh sebab itu
keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya dengan membersihkan
lingkungan rumah, seperti menyapu, mengepel, dan menguras bak
mandi agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
dimasyarakat Tn. T dan Ny. D mengatakan sudah mengetahui fasilitas
pelayanan kesehatan, selama ini keluarga mendapatkan pelayanan yang
baik oleh pusskesmas, selama ini keluarga percaya dengan informasi
yang diberikan oleh puskesmas.

d. Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. T dan Ny. D ada 3 orang, 2 perempuan dan
1 anak laki-laki. Ny. D masih mengalami flek sebulan sekali tapi
menggunakan KB berupa pil.
e. Fungsi ekonomi
Tn. T mengatakan mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
sehari-hari dari pendapatnya untuk keperluan yang tidak terduga dan biaya
sekolah anaknya nanti.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Stresor jangka panjang
Tn. T dan Ny. D memikirkan biaya untuk melanjutkan sekolah bagi anak-
anaknya.
b. Stressor jangka pendek
Tn. T takut kondisi tekanan darahnya yang sering tinggi dapat
mempengaruhi kerjanya dikantor. Ny. D juga khawatir dengan kondisi An.
V yang sering makan banyak hingga gemuk.
c. Respon keluarga terhadap stressor
untuk stress jangka panjang Tn. T berusaha untuk mencukupi kebutuhan
sekolah anak-anaknya dengan bekerja keras. sedangkan Ny. D mengasuh
anak-anaknya.
untuk stress jangka pendek Tn. T berusaha untuk tidak stress dan
beristirahat agar tekanan darahnya tetap stabil. sedangkab Ny. D selalu
mengingatkan An. V untuk tidak stress yang berlebih dan Ny. D selalu
memantau anak-anaknya dalam kegiatan diluar sekolah
d. Strategi koping
strategi koping yang digunakan Tn. T dan Ny. D baik, bila ada
permasalahan berusaha untuk menyelesaikannya dengan bermusyawarah
dan tetap tenang dalam berfikir. Namun, keputusan tertinggi tetap berada
ditangan Tn. T sebagai kepala rumah tangga

7. Keadaan Gizi Keluarga


Ny. D merasa kebutuhan gizi keluarganya sudah cukup baik, hampir setiap
hari Ny. D masak sayur dengan lauk pauk dengan berganti-ganti menu yang
sehat, seperti telur, ayam, ikan.

8. Harapan Keluarga
Tn. T berharap keluarganya selalu sehat wal’ afiat. dan keluarga juga berharap
petugas kesehatan dapat memberikan pelayana yang baik, tepat, dan cepat
kepada siapa saja yang membutuhkan.

9. Pemeriksaan Fisik
Jenis Tn. T Ny. D An. V An. C An. VK
pemeriksaan
Riwayat Hipertensi Hypotensi Keputihan Tidak ada Tidak ada
penyakit
saat ini
Keluhan pusing dan pusing stress Tidak ada Tidak ada
yang di lemas
rasakan
Tanda dan Pusing, Pusing kecapean Tidak ada Tidak ada
gejala lemah muter-muter
Riwayat Tn. T Ny. D pernah An. V An. C An. VK
penyakit pernah mengalami pernah mengatak pernah
sebelumnya mengalami gastritiis, mengalam an pernah mengalam
cedera namun i mengala i DBD
dikaki sampai saat tipus/DB. mi An. VK
kanannya. ini An. V demam dirawat
sudah penyakitnya dirawat dan batuk jalan dan
diobati tidak pernah jalan dan sekarang
namun, jika kambuh lagi sekarang sudah
sehabis sudah sembuh.
berolahraga sembuh.
yang berat,
maka
kakinya
terasa sakit
kembali
TTV 160/100 90/70 mmHg 120/80 120/80 120/80
mmHg mmHg mmHg mmHg
Status Gizi BB : 68 BB : 48 BB : 72 BB : 36 BB : 31
TB : 172 TB : 158 TB : 154 TB : 142 TB : 130
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
kepala dan kepala dan kepala dan kepala kepala dan
muka muka muka dan muka muka
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
klien dapat klien dapat klien klien klien
merasakan merasakan dapat dapat dapat
benda benda tumpul merasakan merasaka merasakan
tumpul dan dan tajam, benda n benda benda
tajam, gerakan pipi, tumpul tumpul tumpul
gerakan rahang, dan dan tajam, dan dan tajam,
pipi, alis simetris. gerakan tajam, gerakan
rahang, dan pipi, gerakan pipi,
alis rahang, pipi, rahang,
simetris. dan alis rahang, dan alis
simetris. dan alis simetris.
simetris.
Mata Isokor, bola Isokor, bola Isokor, Isokor, Isokor,
mata dapat mata dapat bola bola bola
mengikuti mengikuti mata mata mata
arah arah gerakan dapat dapat dapat
gerakan tangan mengikut mengiku mengikut
tangan pemeriksa, i arah ti arah i arah
pemeriksa, tidak ada gerakan gerakan gerakan
tidak ada nyeri tekan, tangan tangan tangan
nyeri tekan, diameter pemeriks pemerik pemeriks
diameter pupil + 2 a, tidak sa, tidak a, tidak
pupil + 2 mm, reaksi ada nyeri ada ada nyeri
mm, reaksi cahaya +/+, tekan, nyeri tekan,
cahaya +/+, konjungtiva diameter tekan, diameter
konjungtiva tidak anemis, pupil + 2 diameter pupil + 2
tidak kornea tidak mm, pupil + mm,
anemis, ikterik. reaksi 2 mm, reaksi
kornea cahaya reaksi cahaya
tidak +/+, cahaya +/+,
ikterik, konjungti +/+, konjungti
memakai va tidak konjung va tidak
kacamata anemis, tiva anemis,
jika kornea tidak kornea
membaca. tidak anemis, tidak
ikterik. kornea ikterik.
tidak
ikterik.
Hidung Bibir Bibir Bibir Bibir Bibir
simetris, simetris, simetris, simetri simetris,
mukosa mukosa mukosa s, mukosa
lembab, lembab, lembab, mukos lembab,
lidah lidah lidah a lidah
simetris, simetris, simetris, lembab simetris,
dapat dapat dapat , lidah dapat
bergerak bergerak bergera simetri bergera
ke kiri ke kiri dan k ke kiri s, dapat k ke kiri
dan ke ke kanan, dan ke bergera dan ke
kanan, tidak kanan, k ke kanan,
tidak pucat, tidak kiri dan tidak
pucat, lidah dapat pucat, ke pucat,
lidah merasakan lidah kanan, lidah
dapat asam, asin, dapat tidak dapat
merasaka dan manis merasak pucat, merasak
n asam, dengan an lidah an
asin, dan baik. asam, dapat asam,
manis Bentuk asin, merasa asin,
dengan simetris, dan kan dan
baik. warna kulit manis asam, manis
Bentuk sama dengan asin, dengan
simetris, dengan kulit baik. dan baik.
warna kulit sekitarnya, Bentuk manis Bentuk
sama tidak simetris, dengan simetris,
dengan terdapat lesi warna baik. warna
kulit atau cairan, kulit Bentuk kulit
sekitarnya, mukosa sama simetris, sama
tidak hidung dengan warna dengan
terdapat lesi lembab, kulit kulit kulit
atau cairan, terdapat bulu sekitarny sama sekitarny
mukosa hidung, uji a, tidak dengan a, tidak
hidung penciuman terdapat kulit terdapat
lembab, baik. lesi atau sekitarn lesi atau
terdapat cairan, ya, tidak cairan,
bulu mukosa terdapat mukosa
hidung, uji hidung lesi atau hidung
penciuman lembab, cairan, lembab,
baik. terdapat mukosa terdapat
bulu hidung bulu
hidung, uji lembab, hidung, uji
penciuma terdapat penciuma
n baik. bulu n baik.
hidung,
uji
penciuma
n baik.
Paru Pengemb Pengembang Pengemba Pengemb Pengemba
angan an simetris, ngan angan ngan
simetris, warna dada simetris, simetris, simetris,
warna sama dengan warna warna warna
dada kulit lainnya dada sama dada dada sama
sama (tidak dengan sama dengan
dengan terdapat kulit dengan kulit
kulit lebam, lainnya kulit lainnya
lainnya kebiruan), (tidak lainnya (tidak
(tidak tidak terdapat terdapat (tidak terdapat
terdapat tonjolan lebam, terdapat lebam,
lebam, abnormal, kebiruan), lebam, kebiruan),
kebiruan pernafasan tidak kebiruan) tidak
), tidak 20 x/menit, terdapat , tidak terdapat
terdapat tactil tonjolan terdapat tonjolan
tonjolan fremitus abnormal, tonjolan abnormal,
abnorma sama kiri dan pernafasan abnormal pernafasan
l, kanan, bunyi 20 , 20
pernafas nafas x/menit, pernafasa x/menit,
an 21 terauskultasi tactil n 20 tactil
x/menit, vesikuler, fremitus x/menit, fremitus
tactil dan tidak sama kiri tactil sama kiri
fremitus terdapat dan kanan, fremitus dan kanan,
sama kiri suara bunyi sama kiri bunyi
dan tambahan. nafas dan nafas
kanan, terauskult kanan, terauskult
bunyi asi bunyi asi
nafas vesikuler, nafas vesikuler,
terauskul dan tidak terauskult dan tidak
tasi terdapat asi terdapat
vesikuler suara vesikuler, suara
, dan tambahan. dan tidak tambahan.
tidak terdapat
terdapat suara
suara tambahan
tambahan. .
Abdomen Perut Perut Perut Perut Perut
terlihat terlihat terlihat terlihat terlihat
datar dan bulat dan bulat dan bulat dan bulat dan
warnanya warnanya warnanya warnanya warnanya
sama sama sama sama sama
dengan dengan dengan dengan dengan
kulit kulit kulit kulit kulit
lainnya lainnya lainnya lainnya lainnya
(tidak ada (tidak ada (tidak ada (tidak ada (tidak ada
lebam, lebam, lebam, lebam, lebam,
kemerahan) kemeraha kemeraha kemeraha kemeraha
, perut n), perut n), perut n), perut n), perut
teraba teraba teraba teraba teraba
lemas, tidak lemas, lemas, lemas, lemas,
terdapat tidak tidak tidak tidak
nyeri tekan, terdapat terdapat terdapat terdapat
tidak teraba nyeri tekan, nyeri nyeri nyeri
massa, tidak teraba tekan, tekan, tekan,
hepar tidak massa, hepar tidak tidak tidak
teraba, tidak teraba, teraba teraba teraba
bising usus bising usus massa, massa, massa,
terdengar terdengar 9 hepar hepar hepar
10x/menit x/menit tidak tidak tidak
teraba, teraba, teraba,
bising bising bising
usus usus usus
terdengar terdengar terdengar
9 x/menit 9 x/menit 9 x/menit
Genetalia Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terpasang terpasang terpasang terpasang terpasang
kateter, kateter, tidak kateter, kateter, kateter,
tidak terdapat tidak tidak tidak
terdapat hemoroid terdapat terdapat terdapat
hemoroid hemoroid hemoroid hemoroid
Ekstermitas Terlihat Terlihat Terlihat Terlih Terlihat
bahu bahu bahu at bahu
simetris, simetris, simetris bahu simetris
warna warna , warna simetri , warna
sama sama sama s, sama
dengan dengan dengan warna dengan
kulit, kulit, kulit, sama kulit,
tidak tidak tidak denga tidak
terdapat terdapat terdapa n terdapa
tonjolan, tonjolan, t kulit, t
dapat dapat tonjola tidak tonjola
mengang mengangk n, dapat terdap n, dapat
kat dan at dan mengan at mengan
menahan menahan gkat tonjola gkat
beban beban dan n, dan
dengan dengan menaha dapat menaha
baik, baik, n beban menga n beban
refleks refleks dengan ngkat dengan
brachior brachiora baik, dan baik,
adialis dialis refleks menah refleks
normal normal brachio an brachio
kiri dan kiri dan radialis beban radialis
kanan, kanan, normal denga normal
refleks refleks kiri dan n baik, kiri dan
patela patela kanan, refleks kanan,
normal normal refleks brachi refleks
kiri dan kiri dan patela oradia patela
kanan, kanan, normal lis normal
kekuatan kekuatan kiri dan norma kiri dan
otot: otot: kanan, l kiri kanan,
55555555 55555555 kekuatan dan kekuatan
5555 5555 5555 5555 otot: kanan, otot:
5555555 refleks 5555555
5 patela 5
5555 norma 5555
5555 l kiri 5555
dan
kanan,
kekuata
n otot:
5555555
5
5555
5555

B. ANALISA DATA

No Data Masalah Keperawatan


1 Data Subjektif: Ketidakefektifan
Anak V (15 th) mengatakan sering performa peran remaja
minder atau malu karena badannya pada keluarga Bp. T
gemuk khususnya An. V.

Anak V mengatakan kadang


mencoba merasa cuek terhadap
keadaan tersebut tetapi membuat
kepikiran terhadap dirinya dan
mengakibatkan dirinya malas
berkumpul dengan teman-temannya
serta lebih senang di rumah saja.

Data Objektif :

Anak V merasa sedikit tidak percaya


diri jika berkumpul dengan teman-
temannya.
2. Data Subjektif: Penurunan Koping
Keluarga b.d kurang
Ny. P juga mengatakan bahwa apabila pemahman Ny.P
An. V terluka dibagian tubuhnya, maka terhadap penyakit
luka tersebut akan lama sembuh dan An.V
mengering serta biasanya meninggalkan
bekas

Data Objektif:

An. V juga mempunyai masalah


keputihan dan keluar saat stress dan
warnanya kuning
3. Data Subjektif: Ketidakefektifan
 Ny. P beranggapan bahwa sakit Tn. koping pada keluarga
T hanya biasa dan tidak terlalu Bp. T
serius.
 Ny. P mengatakan khawatir jika
kandungan gula darah An. V
tinggi karena An. V suka sekali
mengkonsumsi makanan dan
minuman yang manis

Data Objektif:

 Tn. T sering mengeluh pusing dan


lemas
 Tekanan darah Tn. T yaitu 160/100
mmHg
 Tn. T menganggap penyakit
tersebut akan sembuh sendiri.
Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah
1. Scoring/Pembobotan
a) Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. T khususnya An.V
No Kriteria Score Pembenaran
1 Sifat Masalah: 3/3 x 1 =1 Saat ini An. V masih dalam tahap
Aktual perkembangan remaja yang
membutuhkan perhatian dan
komunikasi yang efektif dalam
mengungkapkan masalahnya.
Orang tua biasanya hanya
menanyakan situasi dan keadaan
An. V saat berada di sekolah atau
luar rumah
2 Kemungkinan 2/2 x 2 =2
Masalah Untuk di An. V masih dapat diajak
Ubah : berkomunikasi dan menurut pada
Mudah orang tuanya, melalui
pendekatan komunikasi yang
efektif akan pengenalan peran
dan tanggung jawab remaja,
maka penerapan peran pada
remaja di keluarga Bapak T akan
efektif.

3 Potensial masalah 1/3 x 1 = 1/3


untuk dicegah : Adanya perhatian yang baik dari
Rendah orang tua dan saudara An. V
akan perkembangan peran dan
tanggung jawabnya.

4 Menonjolnya 0/2 x 1 = 0
Keluarga mengatakan ada
Masalah: Perlu
masalah dan segera perlu
segera ditangani
ditangani karena mereka takut
anaknya tidak bisa penerapkan
peran dan tanggung jawab
remaja di
keluarga.

Total 3 1/3
b) Penurunan Koping Keluarga b.d kurang pemahman Ny.D terhadap penyakit An.V

No Kriteria Score Pembenaran


1 Sifat Masalah: 2/3 x 1 = 2/3 Masalah merupakan risiko, saat ini
Risiko An. V masih duduk di kelas 2 SMP,
An. V terluka dibagian tubuhnya,
maka luka tersebut akan lama
sembuh dan mengering serta
biasanya meninggalkan bekas

2 Kemungkinan 2/2 x 2 =2
Masalah Untuk di Orang tua menyadari bahwa perlu
Ubah : pengetahuan tentang
Mudah masalah/penyakit yang diderita
An. V

3 Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3


untuk dicegah : Adanya kemauan dari orang tua
Sedang untuk mempelajari tentang
masalah / penyakit yang diderita
anaknya

4 Menonjolnya 2/2 x 1 = 1
Masalah: Perlu Masalah ini merupakan proses
segera ditangani pembelajaran anak yang hasilnya
belum terlihat.

Total 3 5/6
c) Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. T

No Kriteria Score Pembenaran


1 Sifat Masalah: 3/3 x 1 = 1 Timbul mekanisme koping negatif
Aktual baik pada orangtua, keluarga
maupun remaja karena kurangnya
kualitas komunikasi antara mereka.

2 Kemungkinan 2/2 x 2 =2 Pola komunikasi antara remaja


Masalah Untuk di dan orang tua merupakan suatu
Ubah: proses yang harus dimulai dan
Mudah dijaga keberlangsungannya,
keluarga sudah memberikan
respon positif dengan bertanya
cara komunikasi yang baik
dengan remaja.

3 3/3 x 1 = 1
PotensialMasalah
Untuk di Cegah: Keluarga sudah mengetahui
Tinggi stressor dan cara mencegahnya.

Menonjolnya 1/2 x 1 = 1/2


4 Keluarga menganggap masalah
Masalah:
Ada masalah tetapi terjadi tetapi tidak menjadikan
tidak perlu segera masalah ini prioritas utama.
ditangani
Total 4 1/2

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan (PES) Skor

1. Ketidakefektifan koping pada keluarga 4 1/2


Bp. T

2. Penurunan Koping Keluarga b.d kurang 3 5/6


pemahman Ny.P terhadap penyakit An.V

3. Ketidakefektifan performa peran remaja 3 1/3


pada keluarga Bp. R khususnya An.H.
D. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp.T

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah 2 x 15 menit
koping pada dilakukan pertemuan, keluarga
Respon Keluarga mampu 1.1.1 Diskusikan bersama
keluarga Bp. T intervensi mampu mengenal
verbal menyebutkan keluarga apa yang
sebanyak 3 kali komunikasi yang
komunikasi adalah diketahui keluarga
kunjungan, efektif dengan remaja,
pengiriman dan mengenaipengertian
diharapkan dengan mampu:
penerimaan pesan atau komunikasi.
koping keluarga 1.1 Menyebutkan
berita antara dua orang 1.1.2 Berikan pujiankepada
menjadi efektif. pengertian
atau lebih dengan cara keluarga tentang
komunikasi.
yang tepat sehingga pemahaman keluarga
pesan yang dimaksud yangbenar.
dapat dipahami. 1.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
komunikasi dengan
menggunakan media
lembar balik danleaflet.
1.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluargauntuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
1.1.5 Berikan penjelasan ulang
terhadap materi yang
belumdimengerti.
1.1.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
1.1.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
1.2 Menyebutkan Respon Keluarga mampu keluarga.
pengertian verbal menyebutkan 1.2.1 Diskusikan bersama
komunikasi komunikasi keluarga keluarga apa yang
keluarga yang yang efektif adalah diketahui keluarga
efektif. komunikasi yang mengenaipengertian
berjalan dua arah dan komunikasikeluarga
dapat mencapai tujuan yangefektif.
dari komunikasi 1.2.2 Berikan pujiankepada
tersebut. keluarga tentang
pemahaman keluarga
yangbenar.
1.2.3 Berikan informasi kepada
keluarga mengenai
pengertian komunikasi
keluarga yang efektif
dengan menggunakan
media lembar balik
danleaflet.
1.2.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
1.2.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
1.2.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
1.2.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
1.3 Menyebutkan Respon Keluarga mampu keluarga.
penyebab verbal menyebutkan 3 dari 6 1.3.1 Diskusikanbersama
komunikasi tidak penyebab komunikasi keluarga apa yang
efektif tidak efektif, yaitu: diketahui keluarga
1. Orang tua lebih tentang penyebab
banyak bicara komunikasi tidak
daripadamendengar efektif.
2. Orang tua merasa 1.3.2 Berikan pujiankepada
tahu lebihbanyak keluarga tentang
3. Orang tua cenderung pemahaman keluarga
memberi arahan dan yangbenar.
nasihat 1.3.3 Berikan informasi
4. Orang tua tidak kepada keluargatentang
berusaha untuk penyebab komunikasi
mendengarterlebih tidak efektif dengan
menggunakanmedia
dahulu apa yang lembar balik dan leaflet.
terjadi dan 1.3.4 Berikan kesempatan
sebenarnya terjadi kepada keluarga untuk
pada remaja bertanya tentangmateri
5. Orang tua tidak yangdisampaikan.
mencobamenerima 1.3.5 Berikan penjelasan
dahulu kenyataan ulang terhadap materi
yang di alami yang belumdimengerti.
remaja dan 1.3.6 Motivasi keluargauntuk
memahaminya mengulang materi yang
6. Orang tuamerasa telahdijelaskan.
putus asadan 1.3.7 Berikanreinforcement
marah-marah karena positif atas usaha
tidak tahu lagi apa keluarga.
yang harus
dilakukan terhadap
1.4 Menyebutkan Respon remaja
syarat-syarat verbal Keluarga mampu 1.4.1 Diskusikan bersama
komunikasi efektif menyebutkan 4 dari 6 keluarga apa yang
dalam keluarga. syarat-syarat diketahui keluarga
komunikasi efektif tentangsyarat-syarat
dalam keluarga, antara komunikasi efektif
lain: dalamkeluarga.
1. Mengenaldiri 1.4.2 Berikan pujiankepada
sendiri keluarga tentang
2. Mengenaldiri pemahaman keluarga
remaja yangbenar.
3. Mendengar aktif 1.4.3 Berikaninformasi
4. “Pesan kamu”dan kepada keluarga tentang
“pesansaya” syarat-syarat komunikasi
5. Menentukan efektif dalam keluarga
masalahsiapa dengan menggunakan media
6. Mengenal dan lembar balik dan leaflet.
menghindarigaya 1.4.4 Berikan kesempatan kepada
penghambat keluarga untuk bertanya
komunikasi tentangmateri
yangdisampaikan.
1.4.5 Berikan penjelasan ulang
terhadap materi yang
belumdimengerti.
1.4.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
1.4.7 Berikanreinforcement
1.5 Mengidentifikasi Respon
Keluarga mengetahui positif atas usaha keluarga.
ketidakefektifan afektif
bahwa komunikasi yang 1.5.1 Motivasi keluargauntuk
koping pada
terjadi antara orang tua menyebutkan syarat- syarat
keluarga Bp. R
dan remaja di keluarga komunikasi yang efektif
terutama masalah
adalah komunikasi yang dalamkeluarga.
komunikasi
tidak efektif. 1.5.2 Bantu keluarga untuk
inefektif antara mengidentifikasi
orang tua dan komunikasi yangtidak
remaja. efektif pada keluarga Bp.T
1.5.3 Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga
1.5.3 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga
2. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
dalam menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu: Respon Keluarga mampu 2.1.1 Diskusikan bersama
2.1 Menyebutkan verbal menyebutkan 3 dari 5 keluarga apa yang
risiko akibat risiko akibat masalah diketahui keluarga
masalah komunikasi yang tidak tentang risiko akibat
komunikasi yang efektif dalam keluarga masalah komunikasi
tidak efektifdalam bila tidak diatasi, yaitu: yang tidak efektifdalam
keluarga bila tidak 1. Kenakalanremaja keluarga bila tidak
diatasi. 2. Menimbulkan diatasi.
perubahansikap 2.1.2 Berikan pujiankepada
pada diriremaja keluarga tentang
3. Anggota keluarga pemahaman keluarga
saling tertutupsatu yangbenar.
samalain 2.1.3 Berikan informasi
4. Seringnya terjadi kepada keluargatentang
perceraian orangtua risiko akibat masalah
5. Anak remajamerasa komunikasi yangtidak
kesepian efektif dalam keluarga
bila tidak diatasi dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
2.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
2.1.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
2.1.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
2.1.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
2.2 Mengambil Respon Keluarga memutuskan keluarga.
keputusan yang afektif untuk mengikuti 2.2.1 Memotivasi anggota
tepat untuk program mengatasi keluarga dalam
mengikuti program masalah mengambil keputusan
mengatasi masalah ketidakefektifan koping untuk mengikuti
ketidakefektifan terutama masalah program masalah
koping terutama komunikasi dengan ketidakefektifan koping
masalah konseling individu dan terutama masalah
komunikasi konseling keluarga. komunikasi.
dengan 2.2.2 Berikanreinforcement
konseling individu positif atas minat
dan konseling keluargauntuk
keluarga. mengikuti program
masalah
ketidakefektifan koping
terutama masalah
komunikasi.
3. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu: Respon Keluarga mampu 3.1.1 Diskusikanbersama
3.1 Menyebutkan verbal menyebutkan jenis- keluarga apa yang
jenis-jenis jenis komunikasi, yaitu: diketahui keluarga
komunikasi. 1. Komunikasiverbal tentang jenis-jenis
dengankata-kata komunikasi.
2. Komunikasi non 3.1.2 Berikan pujian kepada
verbal disebut keluarga tentang
dengan bahasatubuh pemahaman yangbenar.
3.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai jenis-jenis
komunikasi dengan
menggunakan media
lembar balik danleaflet.
3.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluargauntuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
3.1.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
3.1.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
3.1.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
3.2 Menyebutkan Respon Keluarga mampu keluarga.
hambatan dalam verbal menyebutkan 1.2.1 Diskusikan bersama
berkomunikasi. menyebutkan 7 dari 12 keluarga apa yang
hambatan dalam diketahui keluarga
komunikasi, yaitu: tentang hambatandalam
1. Memerintah berkomunikasi.
2. Menyalahkan 1.2.2 Berikan pujiankepada
3. Meremehkan keluarga tentang
4. Membandingkan pemahaman yang
5. Membericap benar.
6. Mengancam 1.2.3 Berikan informasi
7. Menasihati kepada keluarga
8. Membohongi mengenai hambatan
9. Menghibur dalam berkomunikasi
10. Mengkritik dengan menggunakan
11. Menyindir media lembar balikdan
12. Menganalisa leaflet.
1.2.4 Berikankesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
1.2.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
1.2.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
1.2.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
3.3 Mendemonstrasika Respon Cara berkomunikasi keluarga.
n cara komunikasi psikomotor efektif antara orang tua 3.3.1 Demonstrasikandengan
yang efektif antara dan remaja harus keluarga cara
orang tua dan memenuhi syarat-syarat berkomunikasi efektif
remaja. komunikasi efektif. antara orang tua dan
remaja.
3.3.2 Beri kesempatan
keluargabertanya.
3.3.3 Beri kesempatan
keluarga
mendemonstrasikan
kembali cara
berkomunikasiefektif
antara orang tua dan
remaja
3.3.4 Berikanreinforcement
positif atas usaha
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
1.1.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
1.1.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
1.1.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
1.2 Menyebutkan Respon Keluarga mampu keluarga.
definisiremaja. verbal menyebutkan remaja 1.2.1 Diskusikan bersama
adalah anak yang keluarga apa yang
berusia 13-21 tahun. diketahui keluarga
Remaja merupakan mengenaipengertian
masa transisi/ peralihan remaja.
dari masa kanak-kanak 1.2.2 Berikan pujiankepada
menuju dewasa yang keluarga tentang
ditandai dengan adanya pemahaman keluarga
perubahan aspek fisik, yangbenar.
psikis dan psikososial. 1.2.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
remaja dengan
menggunakan media
lembar balik danleaflet.
1.2.4 Berikan kesempatan
kepada keluargauntuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
1.2.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
1.2.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
1.2.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
1.3 Menyebutkan Respon Keluarga mampu keluarga.
definisi tumbuh verbal menyebutkan tumbuh 1.3.1 Diskusikan bersama
kembang remaja. kembang remaja adalah keluarga apa yang
proses lebih lanjut diketahui keluarga
remaja menuju tahap tentang definisi tumbuh
perkembangan dan kembangremaja.
pertumbuhan 1.3.2 Berikan pujiankepada
selanjutnya (dewasa). keluarga tentang
pemahaman keluarga
yangbenar.
1.3.3 Berikan informasi
kepada keluarga tentang
definisi tumbuh
kembang remajadengan
menggunakan media
lembar balik danleaflet.
1.3.4 Berikan kesempatan
kepada keluargauntuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
1.3.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
1.3.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
1.3.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
1.4 Menyebutkan Respon Keluarga mampu keluarga.
perubahan- verbal menyebutkan 6 dari 11 1.4.1 Diskusikan bersama
perubahan yang perubahan-perubahan keluarga apa yang
terjadi pada yang terjadi pada diketahui keluarga
remaja. remaja, yaitu: tentang perubahan-
1. Perubahanfisik, perubahan padaremaja.
meliputi: 1.4.2 Berikan pujiankepada
a. Perubahan TB keluarga tentang
danBB pemahaman keluarga
b. Perubahan bentuk yangbenar.
tubuh: Remaja 1.4.3 Berikan informasi
putri kepada keluargatentang
(penimbunan perubahan-perubahan
jaringan lemak, pada remaja dengan
kulit halus, suara menggunakan media
nyaring,payudara lembar balik danleaflet.
membesar, 1.4.4 Berikan kesempatan
kepada keluargauntuk
tumbuh rambut di bertanya tentangmateri
daerah tertentu. yangdisampaikan.
Remaja putra 1.4.5 Berikan penjelasan
(peningkatan ulang terhadap materi
besar otot, kulit yang belumdimengerti.
kasar, tumbuh 1.4.6 Motivasi keluargauntuk
kumis, tumbuh mengulang materi yang
rambut di daerah telahdijelaskan.
tertentu). 1.4.7 Berikanreinforcement
c. Mengalami positif atas usaha
pubertas: Remaja keluarga
putra (mimpi
basah). Remaja
putri
(menstruasi).
2. Perubahanmental,
meliputi:
a. Berpikir abstrak
b. Kritis
c. Egosentris
d. Selalu ingintahu
e. Cenderung
menentangorang
tua
f. Inginmencoba
hal-hal yang
menguji
keberanian
3. Perubahansosial,
meliputi:
a. Mulai
melepaskandiri
darikeluarga
b. Membentuk
kelompokteman
1.5 Mengidentifikasi Respon sebaya 1.5.1 Tanyakan kepada
anggota keluarga afektif Keluarga mengatakan keluarga, adakah
yang berusia An. H adalah remaja. anggota keluarga yang
remaja. memiliki kriteriaremaja
sebagaimana yang telah
dibahas.
1.5.2 Berikan reinforcement
positif atas apa yang
telah dikemukakan
keluarga yang tepatdan
benar.
2. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
untuk mengasuh anak
remaja, dengan
mampu:
2.1 Menyebutkan Respon 2.1.1 Diskusikan bersama
Keluarga mampu
permasalahan verbal menyebutkan minimal 2 keluarga apa yang
akibat perubahan dari 4 permasalahan diketahui keluarga
fisik pada remaja. akibat perubahan fisik tentang akibat
pada remaja, yaitu: perubahan fisik pada
1. Jerawat remaja.
2. Kegemukan 2.1.2 Berikan pujiankepada
3. Anemia keluarga tentang
4. Infeksi karena pemahaman yang
kekebalantubuh benar.
mulaimenurun 2.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai akibat
perubahan fisik pada
remaja dengan
menggunakan media
lembar balik danleaflet.
2.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
2.1.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
2.1.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
2.1.7 Berikanreinforcement
positif atas usaha
keluarga.
2.2 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 2.2.3 Diskusikanbersama
permasalahan verbal menyebutkan 2 keluarga apa yang
akibat perubahan permasalahan akibat diketahui keluarga
kejiwaan pada perubahan kejiwaan tentang akibat
remaja. pada remaja, yaitu: perubahan kejiwaan
1. Mencariidentitas padaremaja.
diri 2.2.4 Berikan pujiankepada
2. Timbulpertanyaan: keluarga tentang
Siapa aku ini? Apa pemahaman yang
jadinya akuini? benar.
2.2.5 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai akibat
perubahan kejiwaan
pada remaja dengan
menggunakan media
lembar balik danleaflet.
2.2.6 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentangmateri
yangdisampaikan.
2.2.7 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
2.2.8 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telahdijelaskan.
2.2.9 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
2.3 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 2.3.1 Diskusikan bersama
permasalahan verbal menyebutkan minimal 2 keluarga apa yang
akibat perubahan dari 3 permasalahan diketahui keluarga
sosial pada remaja. akibat perubahan sosial tentang akibat
pada remaja, yaitu: perubahan sosialpada
1. Timbul konflik remaja.
dengan orang tua 2.3.2 Berikan pujiankepada
akibat keinginan keluarga tentang
remaja ingin pemahaman yang
mempunyai benar.
keleluasaanpribadi. 2.3.3 Berikan informasi
2. Melibatkan remaja kepada keluarga
pada perkelahian mengenai akibat
antar genk, bolos, perubahan sosial pada
terlibat dalam remaja dengan
narkoba, minum menggunakan media
minuman keras, lembar balik danleaflet.
merokok akibatsetia 2.3.4 Berikan kesempatan
kawan kepada kepada keluarga untuk
kelompok. bertanya tentangmateri
3. Sifat egosentrisdan yangdisampaikan.
menonjolkan 2.3.5 Berikan penjelasan
kelompoknya. ulang terhadap materi
yang belumdimengerti.
2.3.6 Motivasi keluargauntuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
2.3.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
2.4 Mengambil Respon Keluarga mengatakan 2.4.1 Bantu keluarga untuk
keputusan yang afektif akan mengasuh anak mengenal dan
tepat untuk remaja dengan tepat menyadari akanadanya
mengasuh anak sesuai dengan tumbuh remaja dikeluarganya.
remaja. kembangnya. 2.4.2 Bantu keluarga untuk
memutuskanmengasuh
anak remaja dengan
tepat sesuai dengan
tumbuhkembangnya.
2.4.3 Berikan reinforcement
positif atas keputusan
tepat yang telahdiambil
keluarga.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori
dan kasus yang ada pada klien dalam asuhan keperawatan keluarga selain itu membahas
mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga
pada remaja dalam hal ini meliputi pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan
pengkajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, temuan yang objektif,
informasi yang tertulis maupun lisan dan rujukan berbagai lembaga yang menangani
keluarga dan anggota tim lainnya, pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to
toe), data sekunder, misalnya hasil laboratorium, dsb.

Dalam teori hal yang perlu di kaji adalah


a. Data umum
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Harapan keluarga
h. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga.

Dan dalam kasus sudah menerapkan dan berbanding lurus dengan pengkajian
yang ada dalam teori hanya saja untuk pemeriksaan fisik dalam teori belum ada
sedangkan di kasus terdapat pemeriksaan fisik dalam hal ini terjadi kesenjangan antara
teori dan kasus

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan
etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Dalam diagnosa keperawatan ini terdapat kesenjangan dikarenakan tidak ada
kesamaan antara diagnosa teori dengan diagnosa kasus. Menurut masalah-masalah aktual
atau potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North
American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014.
Diagnosa yang mungkin muncul pada masalah keperawatan keluarga dengan
obesitas adalah :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah obesity pada remaja berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang fakta-fakta, sikap dan falsafah hidup
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan terhadap
masalah kegemukan pada anak remaja berhubungan dengan tidak mengerti sifat,
beratnya dan luasnya masalah kegemukan, kurang kepercayaan atau keyakinan
terhadap lembaga atau tenaga kesehatan, kesalahan konsepsi karena informasi yang
salah terhadap tindakan yang diharapkan
c. Ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga dengan
obesity pada remaja berhubungan dengan tidak mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak, sikap atau pandangan hidup
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan
untuk mengatasi masalah kegemukan berhubungan dengan sikap atau pandangan
hidup, ketidaktahuan tentang usaha pencegahan kegemukan pada remaja
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah kegemukan pada remaja berhubungan dengan sikap atau falsafah
hidup, tidak memahami keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, tidak adanya fasilitas yang diperlukan.

Sedangkan dalam kasus penulis menemukan 3 diagnosa yang muncul pada asuhan
keperawatan keluarga untuk penderita obesitas, masalah tersebut adalah :
a. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. T
b. Penurunan Koping Keluarga b.d kurang pemahman Ny.P terhadap penyakit An.V
c. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An.H.

Dari perbandingan keduanya tidak ada diagnosa yang sama antara teori dan
kasus.dalam analisa kasus untuk menentukan diagnosa diperlukan analisa yang tinggi dan
pengalaman yang banyak untuk lebih mngenal data obyektif dan subyektif sehingga bisa
menentukan prioritas masalah yang terdapat dalam kasus asuhan keperawatan keluarga
pada remaja. Penulis masih pada tahap belajar untuk menggali lebih dalam ilmu yang ada
di asuhan keperawatan keluarga, hal tersebut tentunya menjadi salah satu faktor
penghambat untuk penulis dalam menentukan diagnosa. Sedangkan faktor pendukung
yang penulis dapat adalah hasil pengkajian,pemeriksaan fisik dan tanda gejala yang sudah
penulis dapat saat wawancara meyakinkan penulis untuk menegakan diagnosa tersebut
dan penulis sudah menentukan diagnose tersebut sesuai referensi dengan mengikuti
arahan dari pembimbing.
Solusi untuk menentukan diagnosa supaya benar,tepat dan sesuai data yang ada
yaitu dengan cara berlatih terus untuk membaca kasus serta memahami isi di dalamnya
dengan memperhatikan poin terpentingnya ,menambah pengalaman di praktik lapangan
dan diperlukan ketelitian yang tinggi untuk bisa menegakan diagnosa dengan baik dan
benar.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Penyusunan
rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana
perawatan (Suprajitno, 2004).
Pada tahap perencanaan, penulis sudah menyusun perencanaan sesuai dengan
tahapan yang ada di teori. Seperti halnya dalam diagnosa pertama yaitu Ketidakefektifan
koping pada keluarga Bp. T. terdapat tujuan kusus dan umum, kriteria(verbal dan afektif)
dan standar serta rencana yang mengutamakan skala prioritas seperti penjelasan dari teori
yang ada. Seperti contoh intervesi ketidakefektifan koping dibawah ini :
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian
komunikasi.
b. Berikan pujiankepada keluarga tentang pemahaman keluarga yangbenar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi dengan
menggunakan media lembar balik danleaflet.
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum di mengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

4. Implementasi
Implementasi adalah Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga
berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap
ini merupakan tahap pelaksanaan akan perencanaan yang sudah ditentukan dalam asuhan
keperawata keluaraga pada remaja. Dimana tahap pelaksanan tersebut dapat
terealisasikan dengan hasil sesuai dengan tujuan atau tidak.
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan
keluarga menurut Friedman (2003), yaitu:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi
sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga,
melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Pelaksanaan dilaksanakan
berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga,
tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan
keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan pada keluarga penulis harus


memperhatikan hal-hal diatas supaya tujuan tercapai.

5. Evaluasi
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan keluarga, penulis melakuakn
evaluasi . Evaluasi disusun menggunakan SOAP
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan


kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Jika terdapat
masalah yang belum teratasi maka akan melanjutkan perencanaan akan tetapi jika
masalah sudahh teratasi perencanaan akan dihentikan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Asuhan keperawatan keluarga Tn. T khususnya An. V dilakukan meliputi penjajahan


tahap I yaitu data umum, riwayat, dan tahap perkembangan, lingkungan, struktur keluarga,
fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga, data tambahan, serta
pemeriksaan fisik. dan penjajakan tahap 2 yaitu 5 tugas pokok keluarga
1. Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan teori NANDA (2012) pada keluarga Tn. T
khususnya An. V adalah diagnosa ketidakefektifan koping pada keluarga Tn. T
2. Rencana keperawatan yang penulis buat untuk menerapkan meliputi TUK 1 sampai TUK
3
3. Pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai rencana tindakan melanjutkan TUK 1 sampai
TUK 3 dengan cara memberikan penyuluhan atau promosi kesehatan pada keluarga Tn. T

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran :
1. Diharapkan pada kader kesehatan setempat agar dapat hadir setiap penulis melakukan
pendidikan kesehatan
2. Adanya kerjasama antara mahasiswa kader kesehatan dan petugas puskesmas dalam
monitoring, mengevaluasi pada keluarga Tn. T khususnya An. V
3. Diharapkan penulis lebih intensif membelajari literature asuhan keperawatan keluaarga
4. Diharapkan agar perawat dapat mengetahui pemahaman dan kesadaran tentang intervensi
yang sudah direncanakan pada klien
Masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah yang kami buat ini, makalah ini
kami susun sebagai refrensi mengenai Keluarga dengan Remaja Dalam Keperawatan
Keluarga. Alangkah lebih baik untuk para pembaca mencari dan mentelaah lebih banyak lagi
dari sumber-sumber terpercaya, para ahli yang bersangkutan serta buku-buku ataupun jurnal
mengenai Keluarga dengan Remaja Dalam Keperawatan Keluarga untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Triyanto, Endang Triyanto, Rahmi Setiyani, Rahmawati Wulansari. 2014. Pengaruh Dukungan
Keluarga dalam Meningkatkan Perilaku Adaptif Remaja Pubertas. Volume 2 Nomor 1 April
2014 : http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/76/72 diakses pada tanggal 23 April
2019 pukul 20.00 WIB
Maglaya dan Bailon, 1997, “Perawatan kesehatan Keluarga: Suatu Proses” Pusdiknakes
Depkes RI, Jakarta
Effendy, Nasrul, Drs., 1995 “Perawatan Kesehatan Masyarakat”, EGC, Jakarta

http://eprints.ums.ac.id.pdf

http://lib.ui.ac.id/SitiFatimah.pdf

http://lib.ui.ac.id/MilaSri.pdf

http://repository.usu.ac.id.pdf

Anda mungkin juga menyukai