Disusun Oleh :
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini,yang berjudul Keluarga dengan
Remaja tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kami yaitu
Keperawatan Keluarga dimana mempelajari hubungan suatu keluarga yang salah satunya
hubungannya dengan remaja. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya,kami sebagai penulis makalah ini berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan sedikit ilmu bagi setiap pembacanya. Kami mohon
maaf apabila ada kata-kata yang belum benar, dan kami harap pembaca dapat
memakluminya..
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
1.5 Metode Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
2.1.2 Struktur Keluarga
2.1.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
2.1.4 Ciri-Ciri Keluarga Indonesia
2.2 Konsep Keperawatan Keluarga
2.3 Ruang Lingkup Kesperawatan Keluarga
2.4 Tujuan Keperawatan Keluarga
2.5 Remaja
2.5.1. Pengertian Remaja
2.5.2. Ciri-Ciri Masa Remaja
2.5.3. Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
2.5.4. Perubahan pada Remaja
2.6 Konsep Kegemukan (Obesitas)
2.6.1 Defenisi obesitas
2.6.2 Parameter untuk menentukan berat badan ideal
2.6.3 Faktor- faktor yang berperan dalam timbulnya obesitas
2.6.4 Dampak dari Obesitas
2.6.5 Penatalaksanaan obesitas
2.7 Asuhan Keperawatan Keluarga
BAB III PROSES KEPERAWATAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.5 Remaja
2.5.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13
dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu,
ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi.
Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang
muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis
dan berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran, bukan saja
kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan sering
kali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa
transisi antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali
menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan,
disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku
seperti orang dewasa (Purwanto, 1999).
Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa
remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan
oleh Stolz adalah sebagai berikut:
a. Masa prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya
anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara.
b. Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat,
dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini
lamanya berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun.
c. Masa postpuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak
perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan.
d. Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda
kedewasaan.
Ada empat perubahan yang sama dan hampir bersifat universal, yaitu:
1. Meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis
2. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
3. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah
4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan
(Hurlock, 1998).
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu,
yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan
oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman
dalam mengatasi masalah, serta para remaja merasa mandiri, sehingga mereka
ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.
Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka memakai
menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya menemukan bahwa
penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Hurlock, 1998).
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa, apakah
ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya
membuat beberapa orang merendahkannya. Secara keseluruhan, apakah ia akan
berhasil atau akan gagal (Hurlock, 1998).
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih,
yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal (Hurlock, 1998).
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu.
Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi
juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningkatnya emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya
semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang
lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya sendiri (Hurlock, 1998).
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti
orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu
merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam
perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra
yang mereka inginkan (Hurlock, 1998).
Rumus yang digunakan untuk pengukuran Body Fat Versi Dephan USA (yang
tidak memerlukan bantuan alat adalah sebagai berikut : Pria = 86.010 x log10
(abdomen – neck) – 70.041 x log 10 (heigt) + 36.76 Wanita = 163.205 x log10
(waist + hip – neck) – 97.684 x log10 (height) – 78.387 4)
4. Parameter ke empat
Berdasarkan Setiadi (2008) cara menghitung berat badan ideal adalah sebagai
berikut:
a. Berat badan normal Berat badan normal = Tinggi badan – 100 Contoh : Jika
tinggi kita dari ujung kaki hingga ujung kepala 160 cm maka berat badan
normal kita adalah 160 – 100 = 60 kg
b. Berat badan ideal Berat badan ideal = (tinggi badan – 100 – (10% tinggi
badan – 100) Contoh : Jika tinggi badan kita adalah setinggi 150 cm, maka
berat badan ideal kita adalah (150 -100) – (10% x (150 - 100) = 50 - 5 = 45
kg
Menurut Setiadi (2008) dari hasil tersebut dapat kita ketahui apa yang terjadi
pada diri kita dengan membandingkan hasilnya berikut di bawah ini:
1. Kurus = Hasilnya 10% kurang dari seharusnya
2. Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang
seharusnya
3. Kelebihan berat badan / Overweight = Hasilnya lebih dari 10% s/d 20% lebih
besar.
5. Kebiasaan makan
Tampaknya memang ada kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang
mengalami obesitas. Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak
atau bekerja di dapur. Disamping itu juga dijumpai pada orang yang memiliki
gejala suka makan pada waktu malam. Ini biasa menyertai insomnia dan
hilangnya nafsu makan pada waktu pagi hari. Ada seorang beranggapan bahwa
semua orang gemuk adalah orang yang suka makan. Ternyata beberapa peneliti
menunjukkan bahwa orang gemuk tidak makan lebih banyak dibanding orang
kurus. Bahkan terkadang orang kurus menyatakan sudah makan banyak tetapi
tetap kurus
6. Faktor psikologis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial
7. Faktor genetis
Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam
timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya
berasal dari keluarga dengan orangtua obesitas. Bila salah satu orang tua
obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila
kedua orangtua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Barangkali
saja timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena
kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor
genetis yang khusus. Hanya saja penelitian laboratorium gizi Dunn di
Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran faktor genetis.
Pengamatan selama setahun terhadap bayi-bayi yang ibunya obesitas
menunjukkan bahwa 50% diantaranya menjadi obesitas bukan karena
makannya yang berlebihan. Dikatakan bahwa pada bayi-bayi tersebut terdapat
pengurangan kalori yang dibakar. Jadi, diduga bahwa beberapa orang memang
sacara genetis sudah terprogram untuk obesitas.
c. Tipe keluarga
Pada tipe keluarga ini yang dikaji yaitu tentang jenis keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe tersebut.
d. Suku bangsa
Kaji identifikasi budaya suku bangsa terebut.
e. Agama
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji yaitu panutan keluarga tersebut dan
bagaimana keluarga tersebut menjalankan ibadahnya.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Pada status sosial ekonomi yang dikaji yaitu tentang pekerjaan , tempat
kerja, dan penghasilan setiap anggota yang sudah bekerja, sumber
penghasilan, berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga
yang bekerja.
g. Aktivitas rekreasi kelurga
Dimana pengkajian ini berisi tentang kegiatan keluarga dalam mengisi
waktu luang dan kapan keluarga pergi bersama ketempat rekreasi.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga metode ini sama
dengan pemerikasaan fisik di klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2.7.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial/ aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun
intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk
mencegah perubahan (Carpenito, 2000).
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat
pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat
berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera yang
mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association)
2012-2014.
Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang
mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan
standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan. Perumusan diagnosis
keperawatan, komponen rumusan diagnosis keperawatan meliputi:
1. Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga
2. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif. Tanda (sign)
adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung
masalah dan penyebab.
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. T
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Musi 5A Way Hitam
Nomor HP : 081367267934
b. Komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaan Pendidikan
Keluarga Terakhir
1. Tn. T L 43 Th Suami Wirausaha SMA
2. Ny. D P 32 Th Istri IRT SMP
3. An. V P 15 Th Anak Pelajar SD
4. An. C L 12 Th Anak Pelajar SD
5. An. VK P 5 Th Anak Pelajar -
c. Genogram
keterangan :
d. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. T memiliki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn.T terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah. tidak ada masalah
dalam keluarga Tn. T.
e. Suku Bangsa
Keluarga Tn. T dan Ny. D semenjak dari orang tua berasal dari suku jawa.
Jika sakit Tn. T dan Ny. D terkadang hanya minum obat warung.
3. PENGKAJIAN KELUARGA
a. Karakteristik rumah
Tempat tinggal Tn. T memiliki luas 114.75 m. Tipe rumah 45 milik
sendiri. Rumah Tn. T memiliki kamar/ruangan sebanyak 6 ruangan,
Ventilasi/penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan : 1 ruang tamu,
3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi. Rumah Tn. T memiliki 1 septik
tenk, jarak pembuangan (septik tenk) dengan sumber mata air 8 m.
Keluarga Tn. T menggunakan sumber air minum dari PDAM. tersedia
tempat sampah, untuk limbah rumah tangga ada di depan rumah dan
biasanya di bakar 3 hari sekali. Lingkungan rumah Tn. T cukup bersih,
jarak rumah dengan jalan raya cukup jauh.
b. Karakteristik tentangga dan komunitas RW
Keluarga Tn. T tinggal di daerah pedesaan, tetangga yang ada di sekitar
rumah semuanya ramah dan saling tolong-menolong satu sama lain, warga
sekitar khususnya ibu-ibu memiliki kebiasaan mengadakan pengajian rutin
setiap hari jumat. Pengajian diadakan di masjid dekat rumah, warga di
sekitar juga sering mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan
setiap 1 bulan sekali. Apalagi jika sudah memasuki musim penghujan
c. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn. T sudah menempati rumah itu sejak 20 Mei 2011 sampai
sekarang. Tn. T lahir dan besar di jakarta, sedangkan Ny. P lahir di jawa
timur dan pada umur 10 tahun. kemudian merantau ke jakarta setelah
menikah. Tn. T dan Ny. P memutuskan untuk tetap tinggal di jakarta.
Kebanyakan anggota keluarga Tn. T dan Ny. D berjauhan dan jarang
berkunjung kerumah. Tn. T memiliki 2 saudara yang dekat (masih 1 kota)
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Biasanya Ny. D ikut arisan RT sebulan sekali sekali, dan arisan kelurahan
sebulan sekali sedangkan Tn. T selalu ikut serta bila ada acara kerja bakti
RT maupun RW.
An.V mengatakan bahwa dia memiliki banyak teman dari berbagai
tingkatan sosial, mulai dari temen sekolah, temen les dan temen
sekolahnya. An. V mengatakan temen SMP nya suka mengejeknya dengan
mengatakan dirinya gemuk dan mencoba merasa cuek terhadap keadaan
tersebut tetapi membuat kepikiran terhadap dirinya dan mengakibatkan
dirinya malas berkumpul dengan temannya serta lebih senang dirumah
saja.
e. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga
saling menyayangi dan membantu satu sama lain. keluarga Tn. T memiliki
fasilitas : Telivisi, tempat tidur yang nyaman, sumber air bersih motor
sebagai sarana transportasi dan untuk masalah kesehatan. Tn. T memiliki
BPJS untuk membantu biaya pengobatan.
4. Struktur keluarga
a. Pola/cara komunikasi keluarga
keluarga Tn. T dalam kesehariannya baik berkomunikasi langsung/tidak
langsung menggunakan bahasa indonesia, dalam keadaan emosi keluarga.
Tn. T menggunakan kalimat yang positif Ny. D selalu berusaha
membangun komunikasi yang menyimpang jika dilihat dari teman-
temannya.
b. Struktur kekuatan keluarga
saudara-saudara dari Ny. D dan Tn. T selalu siap membantu apabila
keluarga Tn. T membutuhkan pertolongan. mereka tidak memikirkan jarak
yang harus dilalui, bagi mereka saudara tetaplah saudara dan saudara harus
saling tolong menolong.
c. Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga)
- Tn. T
Peran formal : Sebagai suami dan istri, sebagai kepala
keluarga,ayah pelindung dan pemberi rasa aman
dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat.
Peran informal : Pengambil keputusan tertinggi di ruma
- Ny. D
Peran formal : Sebagai istri dari suami, ibu, mengurus rumah
tangga, mendidik anak-anak.
Peran informal : Sebagai pendamai antar anggota keluarga
- An. V
Peran formal : Menjadi anak dan sebagai tempat bercerita adik-
adiknya.
Peran informal : Sebagai penyelaras dan sebagai tempat bercerita
adik-adiknya.
- An. C
Peran formal : Menjadi anak, sebagai ketua osis di SMP
Peran informal : Sebagai pelindung adik dan kakaknya.
- An. VK
Peran formal : Menjadi anak, sebagai anggota masyarakat, pelajar
Peran informal : Sebagai penghibur dirumah
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. T dan Ny. D selalu menyayangi dan perhatian kepada anak-
anaknya. Ny. D dan Tn. T juga selalu mendukung dan mengarahkan segala
sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran
dan tidak melanggar norma dan etika sopan santun.
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi Tn. T dengan anak istrinya terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan. Tn. T selalu adil
kepada keluarganya.
Masing-masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan
sopan santun dalam berperilaku. keluarga mengajarkan dan menanamkan
perilaku sosial yang baik, keluarga cukup aktif didalam masyarakat.
diwaktu senggang biasanya keluarga berkumpul.
c. Fungsi keperawatan kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal kesehatan
Ny. D mengatakan kurang pengetahuan tentang tumbuh kembang dan
kesehatan reproduksi dan informasi yang didapat tidak lengkap.
An. V mengatakan tidak pernah dinasihatin masalah kesehatan hanya
di suruh banyak yang banyak, sedangkan Tn. T mengetahui jika
tekanan darahnyaa selalu rendah. Tn. T langsung beristirahat jika
merasa kepalanya pusing.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat
keluarga mengetahui tentang masing-masing penyakit yang pernah
mereka derita, sehingga apabila mereka mulai merasakan tanda dan
gejala, mereka langsung beristirahat atau beli obat diwarung.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny. D mengatakan bila pusing, maka langsung minum banyak dan
istirahat. Tn. T langsung istirahat dan minum obat yang ada di warung.
An. V langsung minum obat dan selalu tidak patuh sedangkan An. C
dan An. VK hanya meminum vitamin kalau mereka cape dan lemas.
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
keluaraga Tn. T menyadari kebersihan lingkungan oleh sebab itu
keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya dengan membersihkan
lingkungan rumah, seperti menyapu, mengepel, dan menguras bak
mandi agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
dimasyarakat Tn. T dan Ny. D mengatakan sudah mengetahui fasilitas
pelayanan kesehatan, selama ini keluarga mendapatkan pelayanan yang
baik oleh pusskesmas, selama ini keluarga percaya dengan informasi
yang diberikan oleh puskesmas.
d. Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. T dan Ny. D ada 3 orang, 2 perempuan dan
1 anak laki-laki. Ny. D masih mengalami flek sebulan sekali tapi
menggunakan KB berupa pil.
e. Fungsi ekonomi
Tn. T mengatakan mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
sehari-hari dari pendapatnya untuk keperluan yang tidak terduga dan biaya
sekolah anaknya nanti.
8. Harapan Keluarga
Tn. T berharap keluarganya selalu sehat wal’ afiat. dan keluarga juga berharap
petugas kesehatan dapat memberikan pelayana yang baik, tepat, dan cepat
kepada siapa saja yang membutuhkan.
9. Pemeriksaan Fisik
Jenis Tn. T Ny. D An. V An. C An. VK
pemeriksaan
Riwayat Hipertensi Hypotensi Keputihan Tidak ada Tidak ada
penyakit
saat ini
Keluhan pusing dan pusing stress Tidak ada Tidak ada
yang di lemas
rasakan
Tanda dan Pusing, Pusing kecapean Tidak ada Tidak ada
gejala lemah muter-muter
Riwayat Tn. T Ny. D pernah An. V An. C An. VK
penyakit pernah mengalami pernah mengatak pernah
sebelumnya mengalami gastritiis, mengalam an pernah mengalam
cedera namun i mengala i DBD
dikaki sampai saat tipus/DB. mi An. VK
kanannya. ini An. V demam dirawat
sudah penyakitnya dirawat dan batuk jalan dan
diobati tidak pernah jalan dan sekarang
namun, jika kambuh lagi sekarang sudah
sehabis sudah sembuh.
berolahraga sembuh.
yang berat,
maka
kakinya
terasa sakit
kembali
TTV 160/100 90/70 mmHg 120/80 120/80 120/80
mmHg mmHg mmHg mmHg
Status Gizi BB : 68 BB : 48 BB : 72 BB : 36 BB : 31
TB : 172 TB : 158 TB : 154 TB : 142 TB : 130
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
kepala dan kepala dan kepala dan kepala kepala dan
muka muka muka dan muka muka
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
klien dapat klien dapat klien klien klien
merasakan merasakan dapat dapat dapat
benda benda tumpul merasakan merasaka merasakan
tumpul dan dan tajam, benda n benda benda
tajam, gerakan pipi, tumpul tumpul tumpul
gerakan rahang, dan dan tajam, dan dan tajam,
pipi, alis simetris. gerakan tajam, gerakan
rahang, dan pipi, gerakan pipi,
alis rahang, pipi, rahang,
simetris. dan alis rahang, dan alis
simetris. dan alis simetris.
simetris.
Mata Isokor, bola Isokor, bola Isokor, Isokor, Isokor,
mata dapat mata dapat bola bola bola
mengikuti mengikuti mata mata mata
arah arah gerakan dapat dapat dapat
gerakan tangan mengikut mengiku mengikut
tangan pemeriksa, i arah ti arah i arah
pemeriksa, tidak ada gerakan gerakan gerakan
tidak ada nyeri tekan, tangan tangan tangan
nyeri tekan, diameter pemeriks pemerik pemeriks
diameter pupil + 2 a, tidak sa, tidak a, tidak
pupil + 2 mm, reaksi ada nyeri ada ada nyeri
mm, reaksi cahaya +/+, tekan, nyeri tekan,
cahaya +/+, konjungtiva diameter tekan, diameter
konjungtiva tidak anemis, pupil + 2 diameter pupil + 2
tidak kornea tidak mm, pupil + mm,
anemis, ikterik. reaksi 2 mm, reaksi
kornea cahaya reaksi cahaya
tidak +/+, cahaya +/+,
ikterik, konjungti +/+, konjungti
memakai va tidak konjung va tidak
kacamata anemis, tiva anemis,
jika kornea tidak kornea
membaca. tidak anemis, tidak
ikterik. kornea ikterik.
tidak
ikterik.
Hidung Bibir Bibir Bibir Bibir Bibir
simetris, simetris, simetris, simetri simetris,
mukosa mukosa mukosa s, mukosa
lembab, lembab, lembab, mukos lembab,
lidah lidah lidah a lidah
simetris, simetris, simetris, lembab simetris,
dapat dapat dapat , lidah dapat
bergerak bergerak bergera simetri bergera
ke kiri ke kiri dan k ke kiri s, dapat k ke kiri
dan ke ke kanan, dan ke bergera dan ke
kanan, tidak kanan, k ke kanan,
tidak pucat, tidak kiri dan tidak
pucat, lidah dapat pucat, ke pucat,
lidah merasakan lidah kanan, lidah
dapat asam, asin, dapat tidak dapat
merasaka dan manis merasak pucat, merasak
n asam, dengan an lidah an
asin, dan baik. asam, dapat asam,
manis Bentuk asin, merasa asin,
dengan simetris, dan kan dan
baik. warna kulit manis asam, manis
Bentuk sama dengan asin, dengan
simetris, dengan kulit baik. dan baik.
warna kulit sekitarnya, Bentuk manis Bentuk
sama tidak simetris, dengan simetris,
dengan terdapat lesi warna baik. warna
kulit atau cairan, kulit Bentuk kulit
sekitarnya, mukosa sama simetris, sama
tidak hidung dengan warna dengan
terdapat lesi lembab, kulit kulit kulit
atau cairan, terdapat bulu sekitarny sama sekitarny
mukosa hidung, uji a, tidak dengan a, tidak
hidung penciuman terdapat kulit terdapat
lembab, baik. lesi atau sekitarn lesi atau
terdapat cairan, ya, tidak cairan,
bulu mukosa terdapat mukosa
hidung, uji hidung lesi atau hidung
penciuman lembab, cairan, lembab,
baik. terdapat mukosa terdapat
bulu hidung bulu
hidung, uji lembab, hidung, uji
penciuma terdapat penciuma
n baik. bulu n baik.
hidung,
uji
penciuma
n baik.
Paru Pengemb Pengembang Pengemba Pengemb Pengemba
angan an simetris, ngan angan ngan
simetris, warna dada simetris, simetris, simetris,
warna sama dengan warna warna warna
dada kulit lainnya dada sama dada dada sama
sama (tidak dengan sama dengan
dengan terdapat kulit dengan kulit
kulit lebam, lainnya kulit lainnya
lainnya kebiruan), (tidak lainnya (tidak
(tidak tidak terdapat terdapat (tidak terdapat
terdapat tonjolan lebam, terdapat lebam,
lebam, abnormal, kebiruan), lebam, kebiruan),
kebiruan pernafasan tidak kebiruan) tidak
), tidak 20 x/menit, terdapat , tidak terdapat
terdapat tactil tonjolan terdapat tonjolan
tonjolan fremitus abnormal, tonjolan abnormal,
abnorma sama kiri dan pernafasan abnormal pernafasan
l, kanan, bunyi 20 , 20
pernafas nafas x/menit, pernafasa x/menit,
an 21 terauskultasi tactil n 20 tactil
x/menit, vesikuler, fremitus x/menit, fremitus
tactil dan tidak sama kiri tactil sama kiri
fremitus terdapat dan kanan, fremitus dan kanan,
sama kiri suara bunyi sama kiri bunyi
dan tambahan. nafas dan nafas
kanan, terauskult kanan, terauskult
bunyi asi bunyi asi
nafas vesikuler, nafas vesikuler,
terauskul dan tidak terauskult dan tidak
tasi terdapat asi terdapat
vesikuler suara vesikuler, suara
, dan tambahan. dan tidak tambahan.
tidak terdapat
terdapat suara
suara tambahan
tambahan. .
Abdomen Perut Perut Perut Perut Perut
terlihat terlihat terlihat terlihat terlihat
datar dan bulat dan bulat dan bulat dan bulat dan
warnanya warnanya warnanya warnanya warnanya
sama sama sama sama sama
dengan dengan dengan dengan dengan
kulit kulit kulit kulit kulit
lainnya lainnya lainnya lainnya lainnya
(tidak ada (tidak ada (tidak ada (tidak ada (tidak ada
lebam, lebam, lebam, lebam, lebam,
kemerahan) kemeraha kemeraha kemeraha kemeraha
, perut n), perut n), perut n), perut n), perut
teraba teraba teraba teraba teraba
lemas, tidak lemas, lemas, lemas, lemas,
terdapat tidak tidak tidak tidak
nyeri tekan, terdapat terdapat terdapat terdapat
tidak teraba nyeri tekan, nyeri nyeri nyeri
massa, tidak teraba tekan, tekan, tekan,
hepar tidak massa, hepar tidak tidak tidak
teraba, tidak teraba, teraba teraba teraba
bising usus bising usus massa, massa, massa,
terdengar terdengar 9 hepar hepar hepar
10x/menit x/menit tidak tidak tidak
teraba, teraba, teraba,
bising bising bising
usus usus usus
terdengar terdengar terdengar
9 x/menit 9 x/menit 9 x/menit
Genetalia Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terpasang terpasang terpasang terpasang terpasang
kateter, kateter, tidak kateter, kateter, kateter,
tidak terdapat tidak tidak tidak
terdapat hemoroid terdapat terdapat terdapat
hemoroid hemoroid hemoroid hemoroid
Ekstermitas Terlihat Terlihat Terlihat Terlih Terlihat
bahu bahu bahu at bahu
simetris, simetris, simetris bahu simetris
warna warna , warna simetri , warna
sama sama sama s, sama
dengan dengan dengan warna dengan
kulit, kulit, kulit, sama kulit,
tidak tidak tidak denga tidak
terdapat terdapat terdapa n terdapa
tonjolan, tonjolan, t kulit, t
dapat dapat tonjola tidak tonjola
mengang mengangk n, dapat terdap n, dapat
kat dan at dan mengan at mengan
menahan menahan gkat tonjola gkat
beban beban dan n, dan
dengan dengan menaha dapat menaha
baik, baik, n beban menga n beban
refleks refleks dengan ngkat dengan
brachior brachiora baik, dan baik,
adialis dialis refleks menah refleks
normal normal brachio an brachio
kiri dan kiri dan radialis beban radialis
kanan, kanan, normal denga normal
refleks refleks kiri dan n baik, kiri dan
patela patela kanan, refleks kanan,
normal normal refleks brachi refleks
kiri dan kiri dan patela oradia patela
kanan, kanan, normal lis normal
kekuatan kekuatan kiri dan norma kiri dan
otot: otot: kanan, l kiri kanan,
55555555 55555555 kekuatan dan kekuatan
5555 5555 5555 5555 otot: kanan, otot:
5555555 refleks 5555555
5 patela 5
5555 norma 5555
5555 l kiri 5555
dan
kanan,
kekuata
n otot:
5555555
5
5555
5555
B. ANALISA DATA
Data Objektif :
Data Objektif:
Data Objektif:
4 Menonjolnya 0/2 x 1 = 0
Keluarga mengatakan ada
Masalah: Perlu
masalah dan segera perlu
segera ditangani
ditangani karena mereka takut
anaknya tidak bisa penerapkan
peran dan tanggung jawab
remaja di
keluarga.
Total 3 1/3
b) Penurunan Koping Keluarga b.d kurang pemahman Ny.D terhadap penyakit An.V
2 Kemungkinan 2/2 x 2 =2
Masalah Untuk di Orang tua menyadari bahwa perlu
Ubah : pengetahuan tentang
Mudah masalah/penyakit yang diderita
An. V
4 Menonjolnya 2/2 x 1 = 1
Masalah: Perlu Masalah ini merupakan proses
segera ditangani pembelajaran anak yang hasilnya
belum terlihat.
Total 3 5/6
c) Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. T
3 3/3 x 1 = 1
PotensialMasalah
Untuk di Cegah: Keluarga sudah mengetahui
Tinggi stressor dan cara mencegahnya.
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori
dan kasus yang ada pada klien dalam asuhan keperawatan keluarga selain itu membahas
mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga
pada remaja dalam hal ini meliputi pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan
pengkajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, temuan yang objektif,
informasi yang tertulis maupun lisan dan rujukan berbagai lembaga yang menangani
keluarga dan anggota tim lainnya, pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to
toe), data sekunder, misalnya hasil laboratorium, dsb.
Dan dalam kasus sudah menerapkan dan berbanding lurus dengan pengkajian
yang ada dalam teori hanya saja untuk pemeriksaan fisik dalam teori belum ada
sedangkan di kasus terdapat pemeriksaan fisik dalam hal ini terjadi kesenjangan antara
teori dan kasus
Sedangkan dalam kasus penulis menemukan 3 diagnosa yang muncul pada asuhan
keperawatan keluarga untuk penderita obesitas, masalah tersebut adalah :
a. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. T
b. Penurunan Koping Keluarga b.d kurang pemahman Ny.P terhadap penyakit An.V
c. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An.H.
Dari perbandingan keduanya tidak ada diagnosa yang sama antara teori dan
kasus.dalam analisa kasus untuk menentukan diagnosa diperlukan analisa yang tinggi dan
pengalaman yang banyak untuk lebih mngenal data obyektif dan subyektif sehingga bisa
menentukan prioritas masalah yang terdapat dalam kasus asuhan keperawatan keluarga
pada remaja. Penulis masih pada tahap belajar untuk menggali lebih dalam ilmu yang ada
di asuhan keperawatan keluarga, hal tersebut tentunya menjadi salah satu faktor
penghambat untuk penulis dalam menentukan diagnosa. Sedangkan faktor pendukung
yang penulis dapat adalah hasil pengkajian,pemeriksaan fisik dan tanda gejala yang sudah
penulis dapat saat wawancara meyakinkan penulis untuk menegakan diagnosa tersebut
dan penulis sudah menentukan diagnose tersebut sesuai referensi dengan mengikuti
arahan dari pembimbing.
Solusi untuk menentukan diagnosa supaya benar,tepat dan sesuai data yang ada
yaitu dengan cara berlatih terus untuk membaca kasus serta memahami isi di dalamnya
dengan memperhatikan poin terpentingnya ,menambah pengalaman di praktik lapangan
dan diperlukan ketelitian yang tinggi untuk bisa menegakan diagnosa dengan baik dan
benar.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Penyusunan
rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana
perawatan (Suprajitno, 2004).
Pada tahap perencanaan, penulis sudah menyusun perencanaan sesuai dengan
tahapan yang ada di teori. Seperti halnya dalam diagnosa pertama yaitu Ketidakefektifan
koping pada keluarga Bp. T. terdapat tujuan kusus dan umum, kriteria(verbal dan afektif)
dan standar serta rencana yang mengutamakan skala prioritas seperti penjelasan dari teori
yang ada. Seperti contoh intervesi ketidakefektifan koping dibawah ini :
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian
komunikasi.
b. Berikan pujiankepada keluarga tentang pemahaman keluarga yangbenar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi dengan
menggunakan media lembar balik danleaflet.
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum di mengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
4. Implementasi
Implementasi adalah Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga
berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap
ini merupakan tahap pelaksanaan akan perencanaan yang sudah ditentukan dalam asuhan
keperawata keluaraga pada remaja. Dimana tahap pelaksanan tersebut dapat
terealisasikan dengan hasil sesuai dengan tujuan atau tidak.
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan
keluarga menurut Friedman (2003), yaitu:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi
sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga,
melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Pelaksanaan dilaksanakan
berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga,
tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan
keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan keluarga, penulis melakuakn
evaluasi . Evaluasi disusun menggunakan SOAP
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran :
1. Diharapkan pada kader kesehatan setempat agar dapat hadir setiap penulis melakukan
pendidikan kesehatan
2. Adanya kerjasama antara mahasiswa kader kesehatan dan petugas puskesmas dalam
monitoring, mengevaluasi pada keluarga Tn. T khususnya An. V
3. Diharapkan penulis lebih intensif membelajari literature asuhan keperawatan keluaarga
4. Diharapkan agar perawat dapat mengetahui pemahaman dan kesadaran tentang intervensi
yang sudah direncanakan pada klien
Masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah yang kami buat ini, makalah ini
kami susun sebagai refrensi mengenai Keluarga dengan Remaja Dalam Keperawatan
Keluarga. Alangkah lebih baik untuk para pembaca mencari dan mentelaah lebih banyak lagi
dari sumber-sumber terpercaya, para ahli yang bersangkutan serta buku-buku ataupun jurnal
mengenai Keluarga dengan Remaja Dalam Keperawatan Keluarga untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Triyanto, Endang Triyanto, Rahmi Setiyani, Rahmawati Wulansari. 2014. Pengaruh Dukungan
Keluarga dalam Meningkatkan Perilaku Adaptif Remaja Pubertas. Volume 2 Nomor 1 April
2014 : http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/76/72 diakses pada tanggal 23 April
2019 pukul 20.00 WIB
Maglaya dan Bailon, 1997, “Perawatan kesehatan Keluarga: Suatu Proses” Pusdiknakes
Depkes RI, Jakarta
Effendy, Nasrul, Drs., 1995 “Perawatan Kesehatan Masyarakat”, EGC, Jakarta
http://eprints.ums.ac.id.pdf
http://lib.ui.ac.id/SitiFatimah.pdf
http://lib.ui.ac.id/MilaSri.pdf
http://repository.usu.ac.id.pdf