Oleh :
Ratu Salza Handayani
1706048154
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal, cet. 15 (Bogor: POLITEIA-BOGOR, 2013), hlm. 75
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka muncul perumusan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan perbuatan turut serta atau penyertaan itu?
2. Bagaimana pengaturan tentang perbuatan turut serta pada kejahatan di Indonesia?
3. Bagaimana penerapan tentang perbuatan turut serta pada kejahatan di dalam
putusan Majelis Hakim Nomor 1906/PID.B/2015/PN.SBY?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian perbuatan turut serta pada kejahatan
2. Mengetahui syarat-syarat dalam perbuatan turut serta pada kejahatan
3. Mengetahui penerapan turut serta pada kejahatan di Indonesia
4. Mengetahui penerapan turut serta pada kejahatan di dalam putusan Majelis Hakim
dalam Putusan Nomor 1906/PID.B/2015/PN.SBY
BAB II
LANDASAN TEORI
Bagaimana cara menentukan siapa saja yang harus dipandang sebagai seorang dader
atau seorang pelaku pada kenyataannya tidaklah semudah itu. Pada delik-delik formal atau
delik yang dianggap telah selesai dilakukan oleh pelakunya apabila tindakan yang dilarang oleh
Undang-undang sudah terjadi, hanya perlu dilihat saja siapa yang melakukan tindak kejahatan
yang disebutkan dalam Undang-Undang.
Lain halnya dengan delik-delik materiil, untuk menentukan siapa yang harus dipandang
sebagai dadaer itu, sebelumnya orang harus dapat memastikan apakah suatu tindakan itu
sebagai suatu penyebab dari suatu akibat yang timbul ataupun tidak. Menurut penganut
aequivalentieleer, mereka yang menyuruh, yang turut melakukan, yang mengerakkan orang
lain, ataupun yang memberikan bantuan untuk melakukan suatu delik materiil itu haruslah
dipandang sebagai pelaku-pelaku delik secara bersama-sama. Sedangkan menurut penganut
adaequate causaliteitsleer, yang dipandang sebagai penyebab suatu akibat hanyalah tindakan-
tindakan yang dipandang sebagai penyebab suatu akibat itulah yang dianggap sebagai dader
atau pelaku tindak pidana materiil, sedang doen plegen, uitlokken, dan medeplichtigheid,
semuanya merupakan bentuk deelneming atau pembantuan.
Kemudian, Hoge Raad dalam arrestnya (29-10-1934, dikenal dengan hooi arrest) juga
telah meletakkan dua kriteria tentang adanya bentuk pembuat peserta, yaitu :4
a. Antara para peserta ada kerja sama yang diinsyafi;
b. Para peserta telah sama-sama melaksanakan tindak pidana yang dimaksudkan.
Dari dua syarat yang diberikan oleh Hoge Raad tadi, maka arah kesengajaan bagi
pembuat peserta ditunjukan pada dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :5
a. Kesengajaan yang ditunjukkan dalam hal kerja samanya untuk mewujudkan tindak
pidana, ialah berupa keinsyafan/kesadaran seorang peserta terhadap peserta lainnya
mengenai apa yang diperbuat oleh masing-masing dalam rangka mewujudkan tindak
pidana yang sama-sama dikehendaki.
b. Kesengajaan yang ditunjukan dalam hal mewujudkan perbuatannya menuju
penyelesaian tindak pidana. Di sini kesengajaan pembyat peserta adalah sama dengan
kesengajaan pembuat pelaksana, ialah sama-sama ditunjukkan pada penyelesaian
tindak pidana. Pembicaraan mengenai kesengajaan pembuat peserta pada umumnya
adalah mengenai kesengajaan yang kedua ini.
4
Ibid. hlm. 102.
5
Ibid. hlm. 103-104.
BAB III
KASUS POSISI
3.2 Dakwaan
Kesatu
Melihat fakta dan keterangan yang sudah dijabarkan dalam kasus posisi diatas, atas perbuatan
Terdakwa Eka Purnama tersebut mengakibatkan saksi Sumadi mengalami kerugian sebesar Rp
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Penuntut Umum mengancam perbuatan Terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan Pasal 378 KUHP. Atau,
Kedua
Melihat fakta dan keterangan yang sudah dijabarkan dalam kasus posisi diatas, atas perbuatan
Terdakwa Eka Purnama tersebut mengakibatkan saksi Sumadi mengalami kerugian sebesar Rp
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Penuntut Umum mengancam perbuatan Terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan Pasal 372 KUHP.
Menimbang, bahwa selain mengajukan barang-barang bukti tersebut, Penuntut umum juga
mengajukan saksi-saksi yang memberikan keterangan dibawah sumpah pada pokoknya sebagai
berikut:
1. Saksi SUMADI
- Bahwa saksi kenal dengan terdakwa tetapi tidak ada hubungan keluarga ataupun
pekerjaan.
- Saksi kenal dengan terdakwa karena dikenalkan oleh saksi Sanuji dirumah terdakwa
yaitu Jl. Simo Sidomulyo Gang VII No. 11-S Surabaya.
- Bahwa peristiwa penggelapan dan atau penipuan itu terjadi pada tanggal 04
Desember 2013 sekitar pukul 10.00 WIB, bertempat di kantin Kantor BKD di Jl.
Jemur Handayani No. 01 Surabaya
- Bahwa pada bulan November 2013 sekitar jam 15.00 WIB saksi secara tidak
sengaja bertemu dengan saksi Sanuji di desa Slempit kemudian saksi bercerita
kepada saksi Sanuji bahwa saksi menyekolahkan anak habis banyak tetapu susah
untuk mendapatkan pekerjaan dan saksi Sanuji bilang kalau ada penerimaan CPNS
- Bahwa saksi bilang kepada saksi Sanuji kalau kepingin anaknya dimasukkan
bekerja di RS Petro Gresik dan saksi Sanuji bilang gampang tetapi saksi Sanuji
menyarankan agar anak saksi masuk Pegawai Negeri lebih aman daripada swasta
- Bahwa saksi Sanuji bilang temannya yang mana adalah Terdakwa Eka Purnama
bisa memasukkan anak saksi Sumadi. Tetapi kalau saksi Sumadi ingin anaknya
dimasukkan, ia harus membayar uang sebesar Rp 80.000.000,00 (delapan puluh juta
rupiah) tetapi saksi tidak sanggup dan akhirnya kesepakatannya menjadi sebesar Rp
Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah)
- Bahwa kemudian saksi diajak saksi Sanuji ke rumah terdakwa dan saksi Sanuji yang
mengatur ke terdakwa kemudian saksi Sumadi mengatakan kalau uang Rp
20.000.000,00 tadi sudah siap.
- Tanggal 04 desember 2013 saksi dan anak saksi diantar oleh saksi Sanuji bertemu
dengan terdakwa di kantornya Jl. Jemur Handayani no. 01 Surabaya dan setelah
bertemu dengannya, saksi Sumadi menyerahkan Rp 20.000.000,00 tersebut.
- Atas penyerahan uang tersebut terdakwa memberi kwitansi tanda terima. Namun
sampai saat ini anak saksi tidak pernah dipanggil untuk ikut tes CPNS dan tidak
diterima menjadi PNS.
- Bahwa selain meminta uang, terdakwa juga meminta sebagai persyaratan berupa:
fotocopy ijazah, fotocopy KK, foto 4x6 = 4 lb, foto 3x4 = 4 lb, surat lamaran kerja,
fotocopy dari Disnaker, fotocopy SKCK, Transkrip nilai, fotocopy sertifikat
praktek dan fotocopy KTP anak saksi.
- Saksi dan saksi Sanuji pernah mencari terdakwa ke rumahnya tetapi tidak pernah
ketemu dan akhirnya saksi mencari sendiri dan ketemu dengan terdakwa kemudian
saksi meminta kembali uangnya dan terdakwa berjanji akan mengembalikannya
tetapi sampai sekarang baru dikembalikan Rp 4.000.000,00
- Atas keterangan saksi Sumadi, terdakwa menyatakan ada keterangan yang tidak
benar yaitu: terdakwa bilang anak saksi akan dijadikan honorer dan bukan CPNS.
Dalam Putusan Nomor 1906/PID.B/2015/PN.SBY yang saat ini saya bahas, Terdakwa
didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan kesatu, yaitu Pasal 378 KUHP Jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang menurut Penuntut Umum telah terpenuhi semua unsur-
unsurnya karena dalam putusan tersebut dinyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah atas tindak pidana kejahatan : PENIPUAN SECARA BERSAMA-
SAMA sebagaimana yang jelas diatur dalam Pasal 378 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
tentang turut serta dalam melakukan penipuan secara bersama-sama.
Dalam membahas Putusan Hakim ini, saya sependapat dengan tuntutan Penuntut
Umum dan keputusan majelis Hakim yang menjatuhkan terdakwa Eka Purnama terbukti
bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana kejahatan penipuan secara
bersama-sama. Dalam hal tindakan yang dilakukan secara bersama-sama sedikit-dikitnya harus
dilakukan oleh dua orang, dalam Putusan Nomor 1906/PID.B/2015/PN.SBY ini saya
berpendapat bahwa penipuan yang dilakukan oleh Terdakwa Eka Purnama dilakukannya
bersama dengan saksi Sanuji kepada saksi Sumadi dan anaknya Nur Afifah. Hal ini dapat saya
katakan berdasarkan apa yang ada dan mendengar keterangan dari saksi-saksi dan fakta hukum
di depan persidangan pada Putusan Nomor 1906/PID.B/2015/PN.SBY atas nama terdakwa
EKA PURNAMA BIN MARGONO, yang mana dari keterangan saksi-saksi terdapat
kesesuaian untuk dapat mengatakan bahwa Terdakwa EKA PURNAMA memenuhi semua
unsur turut serta tindak pidana dalam hal ini ia adalah merupakan medepleger, antara Terdakwa
dan Saksi Sanuji sama-sama melakukan tindak pidana penipuan yang keduanya melakukan
perbuatan pelaksanaan, atau melakukan anasir atau elemen dari peristiwa pidana itu secara
lengkap bersama-sama. Untuk kejelasannya berikut Pasal 378 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-
1 KUHP yang akan saya uraikan unsur-unsurnya :
1. Unsur Barang siapa :
Bahwa dalam Putusan 1906/PID.B/2015/PN.SBY yang dimaksud dengan
“barangsiapa” adalah siapa saja yang dapat disebut sebagai subyek hukum yang
dapat dimintai pertanggungjawaban dan dapat mempertanggungjawabkan
perbuatan pidana yang dilakukannya secara sadar dan tanpa memiliki gangguan
jiwa apapun. Dalam hal ini, Terdakwa EKA PURNOMO BIN MARGONO sudah
memenuhinya dengan secara benar menerangkan identitas dirinya yang sesuai
dengan seluruh identitas sebagaimana tercantum dalam surat dakwaan Penuntut
Umum dan Berita Acara Pemeriksaan Penyidik, sehingga benar adanya bahwa
Terdakwa adalah subyek hukum yang dimaksud dalam perkara ini. Oleh karena
itum unsur “Barangsiapa” dinyatakan terpenuhi menurut Hukum.
2. Unsur dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain :
Bahwa dalam perkara ini yang dimaksud dengan “Dengan maksud” dapat pula
diartikan pula dengan “Dengan sengaja” yaitu kesengajaan sebagai maksud
terjadinya suatu tindakan tertentu. Dalam kasus ini, maksudnya adalah untuk
mendapatkan uang dari Saksi Sumadi. Dengan uang yang didapatkannya itu pula
Terdakwa memenuhi unsur “Menguntungkan” karena ia mendapat keuntungan
untuk dirinya sendiri maupun orang lain yang membantunya untuk melakukan
tindak pidana penipuan tersebut.
3. Unsur secara melawan hukum :
Bahwa yang dimaksud dengan “melawan hukum” adalah bertentangan degna
hukum atau Terdakwa tidak memiliki hak untuk melakukan perbuatannya.
Perbuatan melawan hukum disini memiliki arti formil maupun materiil karena pada
faktanya dalam kasus ini, untuk memasukkan seseorang untuk menjadi CPNS,
tidak memerlukan sejumlah uang sebesar yang Terdakwa mintakan, maka dari itu
Terdakwa tidak memiliki hak atas itu, dan ia melawan ketentuan dan keadilan yang
seharusnya.
4. Unsur dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat ataupun rangkaian kebohongan :
Bahwa yang dimaksud dengan “ nama palsu” adalah bukan namanya sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan “keadaan palsu” adalah mengaku dan bertindak
sebagai seseorang yang menjabat suatu jabatan padaha yang sebenarnya ia tidak
menduduki jabatan yang ia akui itu. sedang unsur “tipu muslihat” dan “rangkaian
kebohongan” dalam kasus ini dapat dikatakan saling berhubungan dan berkaitan
erat. Rangkaian kebohongan terpenuhi karena adanya beberapa perkataan-
perkataan yang tidak benar, sedang tipu muslihat berupa membohongi tanpa kata-
kata tetap dengan, misalnya, memperlihatkan sesuatu. Bahwa yang dimaksud
dengan barang adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk didalamnya
misalnya uang. Melihat fakta persidangan dan keterangan hukum yang ada, unsur
ini sudah terpenuhi.
5. Unsur melakukan, menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan :
Seperti yang sudah dijelaskan dalam Bab II mengenai Landasan Teori, terdapat 3
(tiga) bentuk perbuatan turut serta yaitu yang melakukan, menyuruh melakukan,
dan turut serta melakukan. Menurut Prof. Satochid Kartanegara, S.H. dalam
bukunya “Hukum Pidana Bagian Satu hal. 568”, syarat kerjasama perlu timbul
sebagai akibat permufakatan yang diadakan oleh para peserta. Akan tetapi sudah
cukup dan terdapat kesadaran kerjasama. Menurutnya lagi dalam bukunya “Hukum
Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Dua” menyebutkan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
ajaran “deelneming” yang terdapat dalam suatu delik, apabila dalam suatu delik itu
tersangkut beberapa orang atau lebih dari seorang, dalam hal ini harus dipahami
bagaimana hubungan tiap peserta itu terhadap deliknya. Dalam buku SR Sianturi,
S.H. yang berjudu “Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya”
halaman 347 yaitu Arrest HR 21 Juni 1926 W.11541 menyebutkan bahwa
walaupun pada seseorang (yang turut melakukan tindakan pelaksanaan) tidak
memenuhi unsur keadaan pribadi dari Pelaku tetapi dalam bekerjasama ia
mengetahui adanya keadaan pribadi tersebut dan dengan siapa ia bekerjasama,
maka orang itu sudah dapat dikatan seorang pelaku peserta. Hal ini memperlihatkan
bahwa para pelaku telah sama-sama melaksanakan tindak pidana yang
dimaksudkan dalam Pasal 378 KUHP.
BAB V
KESIMPULAN
Penyertaan, turut serta, atau membantu melakukan dalam Hukum Pidana merupakan
bagian kesalahan yang penting dan sangat harus untuk dipertanggungjawabkan karena satu
tindak pidana pada kenyataannya tidak hanya dapat dilakukan oleh satu orang saja, tetapi juga
dapat dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan pembagian-pembagiannya sesuai dengan
bentuk kerjasama yang pelaku-pelaku tindak pidana itu lakukan.
Singkatnya dari kasus Putusan Nomor 1906/PID.B/2015/PN.SBY ini memang benar
adanya bahwa Terdakwa Eko Purnomo melakukan tindak pidana PENIPUAN kepada saksi
Sumadi dan anaknya. Unsur-unsur yang terkandung sesuai Pasal 378 KUHP memang terpenuhi
karena tindakannya dan perbuatan itu tidak hanya ia lakukan sendiri tetapi dilakukan secara
bersama-sama dengan adanya keikutsertaan orang lain.
Apa yang diperbuat oleh terdakwa sudah jelas diatur pula dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP mengenai turut serta dengan adanya andil Saksi Sumadi sebagai medepleger. Sudah
jelas dan teranglah dapat dikatakan bahwa saya setuju dengan putusan majelis hakim yang
menjerat Terdakwa dengan Pasal 378 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tentang Penipuan secara
bersama-sama, karena memang terdakwa tidak sendirian untuk melancarkan perbuatannya
dalam menipu Saksi Sumadi demi keuntungan pribadinya ataupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soesilo,R. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus.
Bandung: PT. Karya Nusantara, 1984.
2. Chazami, Adami. Percobaan dan Penyertaan Pelajaran Hukum Pidana. Cet.2. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2005.
3. Soesilo,R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Cet. 15. Bogor: POLITEIA-BOGOR, 2013.