Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker kulit merupakan bentuk penyakit kanker yang paling sering ditemukan di
Amerika Serikat. Jika angka insedennya tetap berlanjut seperti sekarang, diperkirakan
seperdelapan penduduk Amerika yang berkulit cerah akan menderita kanker kulit,
khususnya melanoma maligna. Karena kulit mudah di inspeksi, kanker kulit akan tampak
serta terdeteksi dngan mdah dan merupakan tipe kanker yang pengbatannya akan
berhasil. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-
macam sesuai dengan jenis sel yang terkena, akan tetapi yang paling sering terdapat salah
satunya yaitu milanoma maligna.
(Muttaqin & Sari, 2011) melanoma adalah keganasan sel yang menghasilkan pigmen
(melanosit) yang terletak terutama dikulit, tetapi juga ditemukan di mata, telinga, saluran
pencernaan, leptomeninges, serta membran mukosa oral dan kelamin. Di Amerika Serikat
melanoma maligna merupakan tumor ganas nomor 6 atau 7 terbanyak. Melanoma
maligna dapat terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia 35-55 tahun, insidensi
pada pria sama dengan wanita, faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma
antara lain : Congenital nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat melanoma
sebelumnya, faktor keturunan, dysplastic nevi syndrome, terdapat 5 nevi berdiameter
>5mm, terdapat 50 nevi berdiameter >2mm, riwayat paparan/terbakar sinar matahari
terutama pada masa anak-anak, ras kulit putih, hereditas, tinggal di daerah tropis.
Dari latar belakang diatas maka kelompok kami akan membahas lebih spesifik
mengenai melanoma maligna.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian melanoma maligna ?
1.2.2 Apa etiologi dari melanoma maligna ?
1.2.3 Bagiamana epidemologi melanoma maligna?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis melanoma maligna?
1.2.5 Bagaimana diagnosis dari melanoma maligna?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi dari melanoma maligna ?
1.2.7 Bagaimana prognosis dari melanoma maligna ?
1.2.8 Apa saja komplikasi yang terjadi pada melanoma maligna ?
1.2.9 Apa pemeriksaan penunjang pada melanoma maligna?
1.2.10 Bagaimana penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada melanoma maligna?
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian melanoma maligna
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari melanoma maligna
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami epidemologi melanoma maligna
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis melanoma maligna
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami diagnosis dari melanoma maligna
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari melanoma maligna
1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami prognosis dari melanoma maligna
1.3.8 Untuk mengetahui dan memahami komplikasi yang terjadi pada melanoma
maligna
1.3.9 Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada herpes
1.3.10 Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
herpes

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Melanoma Maligna

(Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) mengemukakan melanoma maligna merupakan


neoplasma maligna dengan terdapatnya melanosit (sel-sel pigmen) dalam lapisan
epidermis maupun dermis (dan kadang-kadang sel subkutan). Melanoma maligna
merupakan jenis kanker kulit yang paling mematikan dan menyebabkan sekitar 2% dari
seluruh kematian karena kanker.

Sedangkan (Muttaqin & Sari, 2011) melanoma adalah keganasan sel yang
menghasilkan pigmen (melanosit) yang terletak terutama dikulit, tetapi juga ditemukan di
mata, telinga, saluran pencernaan, leptomeninges, serta membran mukosa oral dan
kelamin. Melanoma hanya 4% dari semua kanker kulit, namun hal itu menyebabkan
jumlah terbesar kematian terkait kanker kulit di seluruh dunia. Deteksi dini melanoma
kulit adalah cara terbaik untuk mengurang kematian.

Melanoma maligna dapat terjadi sebagai salah satu dari beberapa bentuk ini:
melanoma dengan penyebaran superfisial, melanoma lentigo-maligna, melanoma noduler
dan melanoma akral-lentiginosa. Semua tipe ini memiliki ciri khas serta histologik
tertentu di samping perilaku biologik yang berlainan. Sebagian besar melanoma berasal
dari melanosit epidermal kutaneus, tetapi sebagian lagi muncul dalam bentuk nevus yang
sudah ada sebelumnya pada kulit atau tumbuh dalam traktus uvea mata. Melanoma sering
timbul secara bersamaan dengan penyakit pada organ lain

2.2 Etiologi Melanoma Maligna

(Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) menegaskan bahwa etiologi tidak diketahui, tetapi
sinar ultraviolet paling dicurigai sebagai penyebab melanoma maligna. Umumnya resiko
tertinggi dihadapi oleh orang yang berkulit putih/cerah, bermata biru, berambut merah
atau pirang dengan bercak-bercak kecoklatan pada kulitnya. Orang-orang ini mensintesis
melanin lebih lambat. Orang keturunan Celtic atau Skandinavia menghadapi resiko yang
lebih besar di samping orang yang terbakar sina matahari tetapi kulitnya tidak pernah
menjadi cokelat kekuningan. Pada kawasan tempatmatahari yang sangat terik terdapat
peningkatan insidensi yang tidak sebanding. Penduduk Amerika berusia lanjut yang
menghabiskan waktu pensiunnya pada kawasan Amerika baratdaya tampak memiliki
insidensi tertinggi. Populasi laing yang berisiko pernah menderita melanoma di masa lalu,

3
memiliki riwayat melanoma dalam keluarga, mempunyai nervus kongenital yang
berukuran raksasa, atau memiliki riwayat luka bakar matahari yang parah.

Hingga 10% penderita melanoma merupakan anggota keluarga yang cenderung


menderita melanoma dan memiliki lebih dari satu nervus yang terus berubah (nevi
displatik) serta rentan terhadap transformasi maligna. Penderita sindrome nervus displatik
ternyata memiliki mola yang tak lazim, berukuran lebih besar dan berjumlah lebih
banyak, lesi dengan garis bentuk yang tidak teratur dan pigmentasi pada seluruh kulit.
Pemeriksaan mikroskopik nervus yang displatik akan meperlihatkan pertumbuhan yang
abnormal dan menyimpang.

2.3 Epidemologi Melanoma Maligna

Insiden melanoma meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun, dan kenaikan ini mungkin
berhubungan dengan peningkatan pajanan matahari saat bereaksi dan metode deteksi dini
yang lebih baik. Insiden puncak terjadi antara usia 20 dan 45 tahun. Insiden melanoma
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan hampir semua jenis kanker lainnya, dan
angka mortalitasnya juga meningkat lebih cepat dari pada angka mortalitas kanker yang
lain, kecuali penyakit kanker paru (Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001)

2.4 Manifestasi Klinis Melanoma Maligna

(Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) mengemukakan melanoma dengan penyebaran


superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan merupakan bentuk melanoma yang paling
sering ditemukan. Biasanya jenis melanoma ini mengenai orang yang berusia
pertengahan dan paling sering terjadi pada batang tubuh serta ekstermitas bawah. Lesi
cenderung sirkuler dengan bagian luar yang tidak teratur. Tepi lesi bisa datar atau
menonjol dan dapat diraba. Tipe melanoma ini dapat dijumpai dengan kombinasi
berbagai macam warna; cokelat kekuningan, cokelat tua dan hitam yang tercampur
dengan warna kelabu, hitam kebiruan atau putih. Kadang-kadang terdapat warna merah
muda yang pudar seperti warna bunga mawar pada daerah yang kecil di dalam lesi.

(Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) mengklasifikasi melanoma maligna menurut tanda
gejalanya antara lain :

a. Melanoma lentigo-maligna
Lesi berpigmen yang tumbuh dengan lambat pada daerah kulit yang terbuka,
khususnya permukaan dorsal tangan, kepala dan leher pada orang berusia lanjut.
Kerapkali lesi sudah terdapat selama bertahun-tahun sebelum diperiksa oleh dokter.

4
Mula-mula melanoma ini terlihat sebagai lesi yang datar, berwarna cokelat
kekuningan dan kadang-kadang mengalami perubahan warna serta ukuran.
b. Melanoma noduler
Tipe melanoma paling sering kedua, merupakan nodul yang berbentuk sferis dan
menyerupai blueberry dengan permukaan yang relatif licin serta berwarna biru-hitam
yang seragam. Melanoma ini bisa berbentuk kubah dengan permukaan yang licin.
Bayangan warna yang lain seperti merah, kelabu atau ungu bisa terdapat. Kadang-
kdang melanoma noduler tampak sebagai plak yang bentuknya ireguler. Pasien
mungkin menjelaskan kalinan sebagai bullae darah yang tidak mau hilang. Melanoma
noduler akan menginvasi langsung ke dalam lapisan dermis di dekatnya (pertumbuhan
vertikal) dan dengan demikian memiliki prognosis yang lebih buruk.
c. Melanoma akral-lentiginosa
Bentuk melanoma yang terdapat di daerah yang tidak terlalu terpajan sinar matahari
dan tidak terdapat folikel rambut. Jenis melanoma ini ditemukan pada telapak tangan,
telapak kaki, dasar kuku dan membran mukosa orang yang berkulit gelap. Melanoma
akral-lentiginosa tampak sebagai makula berpigmen yang ireguler dan kemudian
menjadi nodul. Jenis ini menjadi invasif secara dini.

2.5 Diagnosis Melanoma Maligna

Menurut (Greenberg, 2007) gambaran spesifik yang menunjukan melanoma dapat


disingkat sebagai ABCD : asimetri, iregularotas pinggir (border), iregularitas warna
(color) (cokelat, kecokelatan, hitam, merah, putih, atau biru) dan diameter lebih dari 6
mm. Diagnosis banding meliputi freckles, yang lebih sering timbul sejak lahir dan ukuran
serta gambarnya tidak berubah. Biopsi memberikan diagnosi definitif

2.6 Patofisiologi Melanoma Maligna

(Muttaqin & Sari, 2011) menegaskan bahwa melanoma maligna dapat terjadi sebagai
salah satu dari beberapa bentuk ini: melanoma dengan penyebaran superfisial, melanoma
lentigo-maligna, melanoma noduler, dan melanoma akral-lentiginosa. Semua tipe ini
memiliki ciri klinis, serta histologik tertentu disamping perilaku biologik yang berlainan.
Sebagian besar melanoma berasal dari melanosit epidermal kutaneus, tetapi sebagian lagi
muncul dalam bentuk nervus yang sudah ada sebelumnya pada kulit atau tumbuh dalam
trantus uvea mata. Melanoma sering timbul secara bersamaan dengan penyakit kanker
pada organ lain.

5
Sinar matahari UVA & UVB,
jenis & tipe kulit yang rentan UVA & UVB Diserap oleh DNA
terhadap sinar matahari

Herediter Deposisi melanin Ploriferasi melanosit

Penebalan kulit
Mutasi DNA Ber apoptosis Mutasi DNA

Tahi lalat Pembelahan terus menerus Menghasilkan faktor


melanosit yang rusak pertumbuhan fibrinogen

Menembus dermis Fase radial, fase vertikal Ploriferasi melanoma


autoimun

Metastasis Melanosit

Lesi Polipoid/nodul hitam, Timbul plak kehitaman


dipermukaan kulit
kebiruan
Pigmentasi makula
Metastase hematogen Penebalan lesi

MK. Kerusakan
Integritas Jaringan Pembedahan
Kulit MK. Gangguan Citra
Diri
MK. Nyeri MK. Defisiensi
Pengetahuan
Kemoterapi radiasi MK. Nyeri

MK. Resiko Infeksi


Invasi dermal

6
2.7 Prognosis Melanoma Maligna

Prognosis kelangsungan hidup jangka panjang (5 tahun) dianggap jelek kalau tebal
lesi melebihi 4 mm. Prognosis pasien dengan melanoma pada tangan, kaki atau kulit
kepala juga suram. Pesien pasien ini menghadapi kemungkinan terjadinya metastisis yang
meningkat. Metastasis pada melanoma cenderungterjadi pada tulang, hepar, paru-paru,
lien, sistem saraf pusat dan kelenjar limfe (runkle & zalonnik, 1994).

Diagnosis ini dan pembedahan bertanggung jawab untuk membuat statistik ini
menjadi lebih baik. Beberapa faktor menentukan keselamatan penderita melanoma.
Penderita melanoma yang menyebar superfisial memiliki prognosis yang paling baik.
Diikuti oleh melanoma maligna lentigo; melanoma nodular memiliki prognosis yang
paling buruk. Lesi-lesi yang terletak pada kulit kepala posterior, punggung, dan lengan
bagian posterior memiliki prognosis yang paling buruk.

2.8 Komplikasi Melanoma Maligna

(Greenberg, 2007) mengemukakan melanoma maligna sering bermetastasis ke sistem


saraf pusat dan dapat menyebabkan komplikasi emergensi. Sebanyak 6 – 10 % pasien
mengalami metastasis ke otak, 23 % bermetastasis ke leptomeningeal yang menyebabkan
meningitis karsinoma

2.9 Pemeriksaan Penunjang Melanoma Maligna

Menurut (Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) terdapat pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada melanoma maligna antara lain :

a. Hasil biopsi memastikan diagnosis melanoma


Spesimen biopsi yang diperoleh dengan cara eksisi akan mengungkapkan informasi
histologik mengenai tipe, taraf invasi dan ketebalan lesi. Spesimen biopsi yang
mencakup jaringan normal sebesar 1 cm dari bagian tepinya dan bagian jaringan
lemak subkutan yang ada di bawahnya sudah cukup untuk menentukan stadium
melanoma, yang bisa melanoma in situ atau melanoma invasif yang dini. Biopsi
dengan cara insisi harus dilakukan kalau lesi yang dicurigai terlalu luas untuk dapat
diangkat dengan aman tanpa pembentukan sikatriks yang berlebihan (rynkle &
zalonzik, 1994). Spesimen biopsi yang diperoleh dengan pemangkasan, kuretase atau
aspirasi jarum dianggap bukan bukti histologik penyakit yang dapat diandalkan.
b. Riwayat pemeriksaan dan pemeriksaan jasmani yang cermat sangat penting dalam
proses penegakan diagnosis. Pemeriksaan bukan saja mencakup pemeriksaan kulit
yang teliti tapi juga palpasi kelenjar limfe regional yang mengalirkan aliran limfe pada
7
daerah lesi. Karena melanoma terjadi pada keluarga derajat-pertama yang berisiko
tinggi untuk terkena melanoma dapat dievaluasi untuk menemukan lesi yang tidak
khas.
c. Pemeriksaan sinar-x toraks, hitung sel darah yang lengkap, tes faal hepar dan
pemeriksaan CT scan atau radionukleida biasanya diminta dokter kalau terdapat
kecurigaan ke arah kelainan metastatik.

2.10 Penatalaksanaan Melanoma Maligna

Menurut (Suslia Aklia, et al., 2014) terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada melanoma maligna antara lain :

a. Manajemen Hasil
Manajemen diarahkan untuk mengangkat tumor, jika memungkinkan. Harapan hidup
langsung berkaitan dengan kedalaman invasi tumor: angka harapan hidup 10 tahun
lebih dari 90% jika kedalam tumor kurang dari 1 mm, namun jika kedalamn tumor
lebih dari 4 mm, angka harapan hidup 10 tahun menurun menjadi hanya 40%.
Ulserasi mikroskopik adalah fitur patologis selanjutnya yang paling penting sebagai
prognostik buruk. Melanoma metastatik secara umum fetal. Oleh karena itu,
melanoma maligna harus terdiagnosis dini menurut aturan ABCD.
b. Manajemen Medis
Manajemen medis dimulai dengan kecurigaan tingkat tinggi terhadap jenis kanker
kulit apapun namun secara spesifik terdapat melanoma. Perlunya deteksi dini harus
ditekankan. Indikasi apapun, entah merupakan faktor rsiko yang dikonfirmasi atau
lesi yang mencurigakan, adalah alasan yang cukup untuk merujuk. Klien dengan
penyakit kulit lokal telah diterapi dengan kemoterapi adjuvan, imunoterapi pasif
nonspesifik, terapi radiasi, dan terapi biologis. Tidak dilaporkan adanya peningkatan
kesintasan dengan terapi tambahan ini. Interferon (IFN) adjuvan alfa-2b dan berbagai
vaksin melanoma eksperimental menjanjikan pada individu dengan resiko tinggi
melanoma kulit primer dan dengan penyakit nodal regional. Vaksin melanoma
sedang diteliti untuk penggunaan terapeutik. Berbagai vaksin yang menargetkan
antigen sel melanoma sedang dalam fase uji klinis. Fitur terapi komplementer dan
alternatif mencantumkan intervensi yang dapat mengurangi resiko rekurensi
melanoma.

8
c. Manajemen Bedah
Terapi semua kanker kulit membutuhkan pengangkatan lesi. Batas sayatan
spesimen harus bebas dari tumor hingga yang spesifik (bergantung pada jenis
kanker) untuk menjamin pengangkatan yang menyeluruh.
Teknik bedah khusus yang terutama digunakan untuk pengangkatan keganasan
kulit seperti KSB dan KSS adalah pembedahan Moh’s, yang juga di indikasikan
untuk lesi primer pada area-area di mana di butuhkan preservasi kulit normal
(misalnya kelopak mata, daun telinga, lipatan nasolabial). Teknik ini melibatkan
eksisi serial dengan pemeriksaan jaringan mikroskopik yang hati-hati untuk
“memetakan” ada atau tidaknya sel-sel ganas pada setiap spesimen. Prosedur ini
dapat panjang. Setelah semua jaringan tumor diangkat, luka ditutup dengan sutura
atau telekap, atau dibiarkan menutup dengan penyembuhan sekunder.
KSB dan KSS juga dapat dieksisi dan luka bedah di tutup secara primer
(dengan tepi-tepi kulit di jahit satu sama lain) atau dengan telekap kulit. Kelebihan
teknik ini adalah membutuhkan waktu lebih sedikit, dan dihasilkan parut dengan
garis yang halus. Tumor dieksisi secara menyeluruh dengan batas jaringan bebas
tumor yang adekuat. Jika terdapat keraguan mengenai kecukupan batas, spesimen
dikirim untuk diagnosis patologis (dengan teknik potongan permanen).
Terapi melanoma maligna adalah eksisi lokal luas. Eksisi bedah dengan biopsi untuk
menentukan derajat kanker. Biopsi eksisional adalah pengangkatan lesi dan jaringan
yang tampak norma dengan batas yang sempit. Tumor dieksisi dengan batas
didasarkan pada jenis melanoma. Luka bedah ditutup secara primer atau dengan
tendur atau telekap.
Dokter-dokter bedah berbeda dalam menentukan waktu pembedahan definitif.
Beberapa dokter mengeksisi lesi setelah pemeriksaan potongan beku saat klien masih
di atas meja operasi. Dokter lain menunggu hasil diagnosis patologis potongan
permanen lalu melanjutkan denganterapi definitif. Eksisi final umumnya diselesaikan
dalam waktu satu minggu biopsi. Walaupun terdapat resiko teoritis adanya
penyebaran tumor selama biopsi, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa menunggu
1 hingga 6 minggu setelah biopsi akan membahayakan hasil. Faktanya, kadang-
kadang penundaan dapat memberikan klien waktu untuk mempersiapkan diri
terhadap pembedahan, secara fisik dan psikologis.
Kebanyakan klien dengan melanoma metastatik hidup kurang dari 1 tahun.
Saat ini, tidak ada penyembuhan untuk melanoma metastatik, namun beberapa
perkembangan baru dalam uji klinis dapat mengubah terapi yang kini di terima.
9
Rencana terapi diformulasikan berdasarkan beberapa faktor: lokasi tumor, jumlah
metastasis, kecepatan pertumbuhan tumor, terapi sebelumnya, respon terhadap terapi,
dan usia, kesehatan umum dan keinginan klien. Beberapa terapi meliputi
pembedahan untuk mengangkat lesi metastatik, terapi radiasi, kemoterapi, dan
hipertermia lokal. Alternatifnya, klien dapat memilih untuk tidak diterapi lebih
lanjut.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES

A. Pengkajian
1. Pengkajian terhadap pasien melanoma maligna dilakukan berdasarkan riwayat
pasiean dan gejalanya. Pasien ditanya khususnya mengenai gejala pruritus, nyeri
tekan, dan rasa sakit yang bukan merupakan ciri khas nevus benigna. Pasien juga
dintanyakan mengenai perubahan yang terjadi pada nevus yang sudah ada
sebelumnya atau pertumbuhan lesi baru yang berpigmen. Orang – orang yang
berisiko harus diperiksa dengan cermat.
2. Melanoma dengan penyebaran superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan
merupakan bentuk melanoma yang paling sering ditemukan. Biasanya jenis
melanoma ini mengenai orang yang berusia pertengahan dan paling sering terjadi
pada batang tubuh, serta ekstermitas bawah. Lesi cenderung sirkuler dengan bagian
luar yang tidak teratu. Tepi lesi bisa datar atau bisa menonjol dan dapat diraba.
3. Melanoma noduler, yaitu tipe melanoma yang paling sering kedua merupakan nodul
yang berbentuk sferis dan menyerupai blueberry dengan permukaan yang relatif licin,
serta berwarna biru-hitam yang seragam. Melanoma ini dapat berbentuk kubah
dengan permukaan yang licin. Bayangan warna yang lain seperti merah, kelabu, atau
ungu juga bisa terdapat. Terkadang melanoma noduler tampak sebagai plak yang
bentuknya ireguler. Pasien mungkin menjelaskan kelainan ini sebagai bula berisi
darah yang tidak mau hilang.

Smeltzer (2002) memberikan panduan tentang teknik dalam melakukan inspeksi kulit
untuk menemukan iregularitas dan perubahan pada nervus. Tanda-tanda yang
menunjukkan perubahan maligna mencakup berikut ini :

1) Warna yang bervariasi.


a. Warna yang dapat menunjukkan keganasan pada lesi yang cokelat atau hitam
adalah bayangan warna merah, putih, dan biru; bayangan warna biru dianggap
lebih mengkhawatirkan.
b. Daerah-daerah putih dalam lesi yang berpigmen perlu dicurigai.
c. Sebagian melanoma maligna tidak memiliki warna yang bervariasi, tetapi
sebaliknya mempunyai warna yang seragam (hitam kebiruan, kelabu kebiruan,
merah kebiruan).

11
2) Tepi yang reguler. Indentasi atau lekukan yang menyudut pada bagian tepi nevus
harus dicatat.
3) Permukaan yang ireguler.
a. Tonjolkan permukaan yang tidak merata (topografi ireguler) dapat teraba atau
terlihat. Perubahan pada permukaan bisa licin hingga seperti sisik.
b. Sebagian melanoma noduler memiliki permukaan yang licin.
4. Lokasi melanoma yang paling sering adalah kulit pada bagian punggung, yungkai
(khusunya wanita), antara jari-jari kaki dan pada kaki, muka, kulit kepala, jari-jari
tangan serta bagian dorsal tangan.
5. Pada orang yang berkulit gelap, melanoma paling sering terdapat di tempat yang tidak
begitu mengandung pigmen seperti: telapak tangan, telapak kaki, daerah subungal, dan
membran mukosa.
6. Diameter nervus harus diukur karena umumnya melanoma berukuran lebih dari 6 mm.
Lesi satelit (lesi yang terletak di dekat nervus) harus dicatat.

12
B. Diagnosa
I. Nyeri b.d tindakan eksisi dan graft kulit.
II. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan kulit
III. Kecemasan dan depresi b.d konsekuensi melanoma yang dapat membawa kematian
dan menimbulkan cacat.
IV. Kurang pengetahuan tentang tanda-tanda dari melanoma.

13
C. Intervensi

No. Dx Kriteria
Tgl/Jam Tujuan
Keperawatan Hasil Intervensi

06/06/2016 I Setelah dilakukan tindakan a. Secara subjektif melaporkan Tindakan Mandiri


08.00 WIB keperawatan selama 1 x 24 nyeri berkurang atau dapat a. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
jam nyeri berkurang/hilang diadaptasi. Skalanya 0-1 (0-4) b. Kaji faktor yang meningkatkan dan
atau teradaptasi. b. Dapat mengidentifikasi aktivitas menurunkan respons nyeri pada melanoma.
yang meningkatkan atau c. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan
menurunkan nyeri. pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
c. Pasien tidak gelisah. d. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
e. Lakukan manajemen nyeri keperawatan:
a) Atur posisi fisiologis dan imobilisasi
ekstermitas yang mengalami selulitis.
b) Manajemen lingkungan: lingkungan tenang
dan batasi pengunjung.
c) Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
Tindakan Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan dokter, pemberian
14
analgetik.
06/06/2016 II Setelah dilakukan tindakan a. Integritas kulit yang baik bisa Tindakan Mandiri
09.00 WIB keperawatan selama 2x24 jam dipertahankan (sensasi, a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
diharapkan terjadi peningkatan elastisitas, temperatur, hidrasi, yang longgar
integritas jaringan pigmentasi) b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit kering
c. Perfusi jaringan baik c. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2
d. Menujukkan pemahaman dalam jam sekali
proses perbaian kulit dan d. Monitor kulit adanya kemerahan
mempertahankan kelembapan e. Monitor status nutrisi klien
kulit f. Membersihkan, memantau dan meningkatkan
proses penyembuhan luka

06/06/2016 III Setelah dilakukan tindakan a. Pasien menyatakan kecemasan Tindakan Mandiri
10.00 WIB keperawatan selama 1 x 24 berkurang, mengenal a. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan,
jam kecemasan pasien perasaannya, dapat dampingi pasien dan lakukan tindakan bila
berkurang. mengidentifikasi penyebab atau menunjukkan perilaku merusak.
faktor yang mempengaruhinya, b. Hindari konfrontasi.
kooperatif terhadap tindakan, dan c. Beri dukungan psikologis.
wajah rileks. d. Bina hubungan saling percaya.
e. Beri kesempatan kepada pasien untuk

15
mengungkapkan ansietasnya.
f. Berikan privasi untuk pasien dan orang
terdekat.
Tindakan Kolaborasi:
a. Berikan anti cemas sesuai indikasi contohnya
diazepam.
06/06/2016 IV Setelah dilakukan tindakan a. Mengungkapkan pengertian Tindakan Mandiri
11.00 WIB keperawatan selama 1 x 24 tentang proses infeksi, tindakan a. Harapan yang terbesar untuk mengendalikan
jam diharapkan pasien yang dibutuhkan dengan penyakit terletak pada pendidikan pasien
terpenuhinya pengetahuan kemungkinan komplikasi. mengenai pengenalan tanda-tanda dini
tentang kondisi penyakit. b. Mengenal perubahan gaya melanoma. Pasien yang berisiko harus
hidup/tingkah laku untuk diajarkan untuk memeriksa kulit dan data
mencegah terjadinya komplikasi mereka sebulan sekali dengan cara yang
sistemastis.
b. Keterlibatan keluarga terhadap cara-cara untuk
mendeteksi melanoma akan meningkatkan
risiko metastasis yang lebih berat.
c. Tanda bahaya melanoma berikut ini:
perubahan pada ukuran, warna, bentuk, atau
garis bentuk nevus, permukaan nevus atau kulit
di sekitar nevus.

16
17
D. Evaluasi
1. Mengalami pengurangan rasa sakitdan gangguan rasa nyaman.
a. Menyatakan bahwa rasa askit atau nyeri sudah berkurang dan menghilang.
b. Memperlihatkan kesembuhan parut bekas pembedahan tanpa bekas, kemrahan,
atau pembengkakan.
2. Mencapai pengurangan kecemasan.
a. Mengekspresikan ketakutan dan khayalan.
b. Mengajukan pertanyaan mengenai kondisi medis.
c. Memohon pengulangan fakta-fakta tentang melanoma.
d. Mengenali dukungan dan kenyamanan yang diberikan oleh anggota keluarga
atau orang lain yang signifikan.
3. Memperlihatkan pengertian terhadap cara-cara untuk mendeteksi melanoma.
a. Memperlihatkan cara pelaksanaan kulit yang mandiri sebulan sekali.
b. Mengutarakan dengan kata-kata tanda bahaya melanoma berikut ini:
perubahan pada ukuran, earna, bentuk atau garis bentuk nevus, permukaan
nevus atau kulit di sekitar nevus.
c. Mengidektifikasi tindakan untuk melindungi diri dari pajanan sinar matahari

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) mengemukakan melanoma maligna merupakan


neoplasma maligna dengan terdapatnya melanosit (sel-sel pigmen) dalam lapisan
epidermis maupun dermis (dan kadang-kadang sel subkutan). Melanoma maligna
merupakan jenis kanker kulit yang paling mematikan dan menyebabkan sekitar 2% dari
seluruh kematian karena kanker. (Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) menegaskan bahwa
etiologi tidak diketahui, tetapi sinar ultraviolet paling dicurigai sebagai penyebab
melanoma maligna. Umumnya resiko tertinggi dihadapi oleh orang yang berkulit
putih/cerah, bermata biru, berambut merah atau pirang dengan bercak-bercak kecoklatan
pada kulitnya.

(Smeltzer, Suzanne, & Bare, 2001) mengemukakan melanoma dengan penyebaran


superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan merupakan bentuk melanoma yang paling
sering ditemukan. Biasanya jenis melanoma ini mengenai orang yang berusia
pertengahan dan paling sering terjadi pada batang tubuh serta ekstermitas bawah. Lesi
cenderung sirkuler dengan bagian luar yang tidak teratur. Tepi lesi bisa datar atau
menonjol dan dapat diraba. Tipe melanoma ini dapat dijumpai dengan kombinasi
berbagai macam warna; cokelat kekuningan, cokelat tua dan hitam yang tercampur
dengan warna kelabu, hitam kebiruan atau putih.

Prognosis kelangsungan hidup jangka panjang (5 tahun) dianggap jelek kalau tebal
lesi melebihi 4 mm. Prognosis pasien dengan melanoma pada tangan, kaki atau kulit
kepala juga suram. Pesien pasien ini menghadapi kemungkinan terjadinya metastisis yang
meningkat. Metastasis pada melanoma cenderungterjadi pada tulang, hepar, paru-paru,
lien, sistem saraf pusat dan kelenjar limfe (runkle & zalonnik, 1994).

Menurut (Suslia Aklia, et al., 2014) terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada melanoma maligna antara lain : Manajemen medis, manajemen bedah,
manajemen hasil

19
4.2 Saran

Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Melanoma Maligna.


Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Greenberg. (2007). Teks Atlas Kedokteram Kedaruratan Greenberg. Jakarta : Erlangga

Muttaqin, A & Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Intugumen. Jakarta :
Salemba Medika

Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhy. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic – Noc. Yogyakarta : Mediaction

Smeltzer, Suzanne, & Bare, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC

Suslia Aklia, et al. (Ed.). (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan, Edisi 8 – Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

21

Anda mungkin juga menyukai