SPLENOMEGALI
I. KONSEP SPLENOMEGALI
A. Pengertian Splenomegali
Splenomegali adalah kondisi pembesaran pada organ limpa. Limpa
terletak di bawah dada, di balik susunan tulang rusuk sebelah kiri. Pada
kondisi splenomegali, limpa yang sewajarnya berukuran sebesar kepalan
tangan, dapat menjadi berukuran antara 11 cm hingga lebih dari 20 cm
dengan berat yang mencapai atau lebih dari 1 kg.
Kondisi ini dapat turut memengaruhi fungsi limpa jika tidak segera
diobati. Beberapa fungsi dasar limpa yang dapat ikut terganggu, yaitu
kemampuan menyaring sel darah sehat dari sel darah yang rusak, dan
sebagai penyimpanan sel darah merah dan platelet. Sel darah merah dan
platelet berperan dalam proses pembekuan darah. Jumlah sel darah merah
yang berlebihan dalam limpa dapat menyumbat limpa, merusak, atau
menghancurkan beberapa bagian di dalam limpa (Mansjoer, Triyanti &
Kuspuji, 2011).
B. Etiologi Splenomegali
Betz Cecily (2010) menyatakan beberapa penyakit atau infeksi yang
berperan dalam berkembangnya kondisi splenomegali, antara lain:
1. Infeksi virus, misalnya infeksi mononukleosis. Pada negara-negara
berkembang, infeksi mononukleosis adalah penyebab splenomegali
yang paling sering.
2. Infeksi parasit, seperti malaria.
3. Infeksi bakteri, misalnya penyakit sifilis atau endokarditis.
Pada kasus infeksi bacterial yang bersigat akut, ukuran limpa sedikit
membesar. Pembesaran terjadi akibat peradangan yang menyebabkan
peningkatan infiltrasi sel-sel fagosit dan sel-sel neutrofil. Jaringan atau
sel-sel yang mati akan di cerna oleh enzim, sehingga konsistensi
menjadi lembek, apabila di sayat mengeluarkan cairan berwarna
F. Komplikasi Splenomegali
menyatakan komplikasi dari pembesaran limpa (spleen) adakah
infeksi dan ruptur pada limpa. Terjadinya infeksi pada splen dapat
mengurangi jumlah sel-sel darah merah yang normal, trombosit dan sel
darah putih dalam aliran darah. Komplikasi splenomegali juga dapat
mempengaruhi jumlah leukosit yang menyebabkan terjadinya infeksi yang
berulang. Selain itu komplikasi yang terjadi pada klien dengan splen
adalah anemia, risiko perdarahan, dan yang paling parah adalah terjadinya
pembesaran yang menyebabkan splen menjadi pecah. Hal tersebut apabila
tidak ditangani secepat mungkin dapat mengancam jiwa karena berisiko
terjadi perdarahan pada abdomen (Gibson, 2010).
Arif Mansjoer, Triyanti Kuspuji, dkk. (2011). Kapita selekta kedokteran. Jakarta :
EGC
Betz Cecily Lynn. (2010). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Gibson John. (2010). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta :
EGC
Handayani Wiwik. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika