Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infant Mortality Rate


Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu
indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena
dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat
sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka
kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
(Saputra, Fanggidae, & Mafthuchan, 2013)

2.2 Penyebab Infant Mortality Rate


Secara garis besar, penyebab kematian bayi ada dua macam yaitu:
a. Kematian bayi endogen atau yang dikenal atau yang umum disebut dengan
kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama
setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang
dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya selama dalam
kandungan.
b. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian
bayi yang terjadi setelah satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh
lingkungan sekitar (Badan Pusat Statistik).
2.2.1 Konsep Kematian
Konsep mati perlu diketahui guna untuk mendapatkan data kematian
yang benar. Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang – kadang sulit
untuk memberikan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik.
Utomo,Budi. (2007 : 84) mengemukakan konsepnya bahwa terdapat
3 keadaan vital yang masing – masing bersifat mutually exclusive, artinya
keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu
keadaan lainnya. Tiga keadaan vital tersebut ialah :
a. Lahir hidup ( live birth)
Lahir hidup yaitu, peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim
seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan
setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernafas dam
mempunyai tanda – tanda kehidupan lainnya, seperti denyut jantung,
denyut tali pusat, atau gerakan – gerakan otot, tanpa memandang tali
pusat sudah dipotong atau belum.
b. Mati (death)
Mati adalah hilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
c. Mati (fetal death)
Lahir mati yaitu menghilangnya tanda – tanda kehidupan dari hasil
konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim
ibunya.
Penghitungan angka kematian bayi dapat dihitung dengan cara yaitu :
Jumlah kematian bayi dibawah umur 1 tahun selama tahun x
IMR = X 1000
Jumlah kelahiran selama tahun x
2.3 Epidemologi
Departemen Kesehatan (DEPKES) mengungkapkan bahwa angka
kematian bayi di Indonesia termasuk salah satu yang paling tingg di dunia
rata-rata pertahun yaitu terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal
dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Berdasarkan Tujuan Pembangunan
Milenium (Millenium Development Goals) 2015, target Indonesia
menurunkan angka kematian Ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), angka
kematian balita (AKABA) masing-masing menjadi 102 per 100.000 ; 23 per
100.000 dan 32 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKB tersebut masing-masing masih
228; 34 per100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi (AKB) dalam lima
tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang menurun. Desentralisasi
sektor kesehatan di Indonesia berdampak baik sekaligus berdampak buruk
pada pembangunan kesehatan, khususnya pada program penurunan Angka
Kematian Bayi.
Desentralisasi memungkinan pemerintah daerah membuat program
pembangunan kesehatan spesifik yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
Namun, desentralisasi juga memberi peluang pada pemerintah daerah
melaksanakan program pembangunan kesehatan yang tidak sesuai kebijakan
pembangunan kesehatan nasional sehingga berdampak pencapaian outcome
kesehatan nasional yang tidak merata. Di beberapa daerah, bahkan menjadi
lebih buruk dibandingkan dengan sistem pemerintahan sentralistik. Beberapa
kabupaten di Indonesia mempunyai regulasi daerah yang secara spesifik
mengatur upaya penurunan Angka Kematian Bayi. Upaya penurunan angka
kematian bayi di beberapa kabupaten tersebut menunjukkan inovasi kebijakan
daerah di bidang kesehatan. Pada tiap kebijakan yang dikeluarkan, ada yang
berhasil dan kurang berhasil, harus menghadapi tantangan serius
meningkatkan outcome kesehatan penduduk di wilayah tersebut.
(Saputra, Fanggidae, & Mafthuchan, 2013)
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kematian Bayi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian bayi antara lain :
a. Sarana pelayanan kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor
utama dalam menunjang kualitas hidup.
b. Tenaga medis
Semakin banyaknya tenaga medis maka tentunya dapat membantu
peningkatan kualitas kesehatan.
c. Asupan gizi
Asupan gizi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya akan
memberikan dampak bagi tingkat kesehatan. Karena salah satu faktor yang
mengakibatkan terjadinya kematian bayi adalah gizi buru.
d. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan yaitu terjadi pencemaran dimana
pencemaran merupakan suatu proses yang terjadi dalam lingkungan yang
sifatnya membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan ini, yang dihasilkan oleh
tingkah laku manusia. Pencemaran dibedakan atas 3 macam pencemaran :
Pencemaran udara ( air pollution), pencemaran air (water pollution) ,
pencemaran tanah (soil pollution) , Akibat banyaknya interaksi bahan
kimia yang terjadi akan berdampak negatif pada terhambatnya tumbuh
kembang bayi.
Selanjutnya lingkungan yang meliputi fisik dan biologis serta lingkungan
sosial ekonomi mempengaruhi salah satu faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Lingkungan fisik dan biologis erat hubungannya
dengan angka penyakit menular. Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor
penentu mortalitas bayi. dengan tingkat pendidikan, penghasilan perkpita
yang sangat rendah dan konsumsi perkapita.
(Prabamurti, Purnami, & Laksmono Widagdo, 2008)
2.5 Tolak Ukur Kesehatan
Salah satu yang keberhasilan pembangunan kesehatan dapat ditandai
dengan penurunan tingkat angka kematian bayi. Walupun di Indonesia
berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun
1997 memperihatkan adanya perbaikan secara nasional dalam hal penurunan
angka kematian bayi. Terdapat penurunan jumlah kematian bayi dari 74 per
seribu kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 51 per seribu kelahiran hidup
pada tahun 1997.
Di Indonesia pengelompokan beberapa tolak ukur dapat dipertimbangkan
sebagai berikut :
a. Tolak ukur yang berhubungan dengan status kesehatan baik perorangan
ataupun maupun masyarakat di suatu daerah :
1) Vital statistik (angka kelahiran dan angka kematian)

2) Angka kesakitan (morbidity), incidence, prevalence.

3) Life expectancy

4) Angka yang menyangkut proses persalinan.

b. Tolak ukur yang berhubungan dengan faktor lingkungan yang dapat


mempengaruhi status kesehatan umum, antara lain :
1) Tingkat pendapatan penduduk rata-rata

2) Angka pemilikan sarana sanitasi (jamban keluarga atu air bersih) dan
lain-lain

3) Angka tentang perumahan sehat

4) Angka yang menyangkut perkampungan sehat

5) Kepadatan penduduk

c. Tolak ukur yang berhubungan dengan aktivitas maupun dengan


kelengkapan sarana kesehatan antara lain :

1) Jumlah dokter per 1000 penduduk

2) Jumlah bidan per 1000 penduduk

3) Jumlah rumah sakit jumlah tempat tidur rumah sakit


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Infant
Mortality Rate. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan
untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Fanggidae, & Mafthuchan. (2013). Efektivitas Kebijakan Daerah dalam


Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 7, No. 1. Diakses pada tanggal 3 Mei 2016

Prabamurti, Purnami, & Laksmono Widagdo. (2008). Analisis Faktor Risiko


Status Kematian Neonatal Studi Kasus Kontrol di Kecamatan Losari
Kabupaten Brebes. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3, No. 1.
Diakses pada tanggal 3 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai