Anda di halaman 1dari 26

1.

Prosedur pemeriksaan diagnostik sistem perkemihan


A. Urinalisis
1) Definis
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin secara fisik,kimia dan mikroskopik.
Secara umum tes urin dibedakan atas tes dasar ( penyaring ) dan tes khusus. Tes
dasar meliputi tes makroskopik, mikroskopik dan kimia sedangkan tes khusus
meliputi tes biakan urin, protein kwatitatif 24 jam, hemosiderin urin, oval fat
bodies dan lain - lain sesuai kebutuhan khusus. Urinalisis merupakan
pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin mencakup
evaluasi hal-hal berikut:
a. Observasi warna dan kejernihan urin.
b. Pengkajian bau urin
c. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin.
d. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam
urin (masing-masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
e. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan
(centrifuging) untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih,
slinder (silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).

2) Tujuan
a. membantu menegakkan diagnosis.
b. mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme tubuh
c. mendeteksi kelainan yang asimptomatik
d. mengikuti pejalanan penyakit dan hasil pengobatan

3) Indikasi prosedur tindakan

a. Evaluasi kesehatan secara umum


b. Gangguan endokrin
c. Gangguan pada ginjal atau traktus urinarius
d. Monitoring pasien dengan diabetes
e. Kehamilan
f. Kasus toksikologi atau over dosis obat
B. Pemeriksaan fungsi ginjal
Definisi :
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai kesehatan
ginjal dan untuk memantau fungsi ginjal.
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Pengukuran kadar nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen / BUN) dan
kreatinin serum berguna untuk evaluasi gambaran fungsi ginjal secara umum
2) pengukuran dengan klirens kreatinin atau klirens inulin atau penetapan LFG
secara kedokteran nuklir untuk mengetahui Laju Filtrasi Glomerulus yang
lebih tepat
3) pengukuran metabolisme air dan mineral serta keseimbangan asam basa untuk
mengevaluasi fungsi tubulus
4) pemeriksaan asam urat (uric acid). Peningkatan kadar asam urat dalam urin
dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan
metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin.
5) Protein urin . Bila ginjal Anda rusak maka dapat terjadi kebocoran protein ke
urin. Adanya protein dalam urin merupakan tanda awal penyakit ginjal kronis.
6) Osmolalitas Urin tes . untuk mengevaluasi kemampuan ginjal untuk
menghasilkan urine dengan konsentrasi pekat ataupun encer
pemeriksaan ini umumnya di lakukan :
1) Kemampuan pemekatan ginjal (berat jenis dan osmslalitas urin) Pemeriksaan
ini akan memperlihatkan gangguan dini fungsi ginjal.
2) Pemeriksaan klirens kreatinin.Berguna untuk mangikuti kemajuan status
fungsi ginjal.
3) Pemeriksaan kadar kreatinin serum.Kadar normal 0,7-1,5/100ml. Pemeriksaan
fungsi ginjal yang mencerminkan keseimbangan antara produksi dan filtrasi
oleh glomerulus.
4) Periksaan kadar ureum serum.kadar normal 10-20mg/100ml. Berfungsi
sebagai indeks kapasitas ekskresi urin.

Tujuan :
1) mengevaluasi berat penyakit ginjal dan mengikuti perjalanan klinik pasien
2) memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi
ekskresinya
3) untuk mengetahui pengaruh obat terhadap fungsi ginjal
4) untuk memantau respon terapi

Indikasi :
1) diabetes mellitus
2) penyumbatan saluran kemih bawah
3) hipertensi
4) batu saluran kemih
C. Ultrasound
Definisi :
Ultrasound adalah pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang
dipancarkan kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam
sistem perkemihan akan menghasilkan gambar gambar ultrasound yang khas.
Pemeriksaan USG merupakan teknik noninfasif yang tidak memerlukan persiapan
khusus kecuali menjelaskan prosedur dan tujuan kepada pasien.
Ultrasonografi (USG) ginjal adalah tes non-invasif menggunakan transduser yang
memproduksi gelombang ultrasonik yang memantul dari ginjal dan mentransmisikan
gambar organ pada monitor.

Tujuan :
1) Untuk mendeteksi Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malforasi,
perubahan ukuran organ maupun obstruksi
2) Tes ini digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk ginjal, dan untuk
mendeteksi massa, batu ginjal, kista, atau obstruksi dan kelainan lainnya

Indikasi :
Pemeriksaan USG ginjal dilakukan pada indikasi-indikasi, seperti : Radang pada
tractusurinarius, terabanya ada mass pada pinggang dan punggung, kadar creatinine
yang tinggi, sakit yang hebat pada daerah rusuk atau sakit pinggang, kencing darah
(hematuria), berkurangnya atau sedikit jumlah urine yg dikeluarkan, hydronephrosis,
tidak terlihat fungsi ginjal pada pemeriksaan BNO-IVP, dan terlihat adanya mass di
abdomen pada pemeriksaan radiologi.
D. Pemeriksaan sinar – X dan pencitraan
1) Kidney, ureter dan Bladder (KUB)
Definisi :
Kidney Ureter Bladder (Foto Polos Abdomen) adalah pengambilan foto X-ray
yang menampilkan ginjal, ureter, dan kandung kemih. KUB biasa digunakan
sebagai langkah awal dalam mendiagnosis masalah pada sistem perkemihan dan
biasanya dilakukan bersamaan dengan IVP dan USG

Tujuan :

1) Untuk menentukan ukuran, bentuk, dan posisi dari ginjal dan kandung kemih
2) Untuk mendeteksi kelainan pada sistem perkemihan seperti batu ginjal
3) Untuk membantu membedakan antara penyakit urologi dan gastrointestinal,
yang keduanya menghasilkan nyeri perut.
4) Untuk menemukan benda asing (misal yg sudah tertelan)
5) Untuk mendeteksi adanya udara atau cairan di ruang sekitar organ perut
(ruang peritonial)

Indikasi :
batu ginjal, batu saluran kemih, radang ginjal, radang pada saluran kemih, batu
ureter, tumor, dan hipertrofi prostat
Renal Agenesis
- Poliuria
- BPH (Benign Prostat Hiperplasia)
- Kelainan Kongenital :
* Duplikasi ureter dan pelvis renalis
* Ectopia Kidney
* Horseshoe Kidney
* Malrotasi
* Hydronefrosis
* Pyelonefritis
* Hipertensi Renal
2) Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Definisi :
CT : Prosedur sinar X terkomputerisasi yg digunakan u/ memperoleh gambaran
terperinci mengenai suatu bidang tertentu di dalam tubuh
MRI : Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang
menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses
magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat
menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh.

Pemeriksaan pemindaian CT dan MRI merupakan teknik noninvasif yang akan


memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas.
Tujuan :
Kedua pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasif
pada ginjal.

Indikasi :
MRI : CT SCAN
3) Sumbatan Ureter 1. Pielonefritis akut
4) Fibrolipomstosis 2. Abses renal
5) Infeksi 3. Pionefrosis
6) Kista ginjal
7) Tumor

8) Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau Intravenous pylogram)

Definisi :

Pemeriksaan radiografi Intravenous Urethrography (IVU) atau biasa juga


disebut Intravenous Pyelography (IVP) merupakan suatu pemeriksaan secara
radiologi dari saluran perkemihan dengan menggunakan media kontras positif
yang disuntikkan melalui pembuluh darah vena

Tujuan :

untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari organ-organ saluran kemih yang
terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

1) Pemeriksaan IVP dapat membantu dokter mengetahui adanya kelainan


pada sistem perkemihan, dengan melihat kerja ginjal dan sistem
perkemihan pasien.
2) Pemeriksaan IVP dapat mengetahui gejala seperti kencing darah
(hematuri) dan sakit pada daerah punggung.
3) Dengan IVP Dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem
urinaria/perkemihan dari :
a. Batu ginjal,
b. pembesaran prostat,
c. tumor pada ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Indikasi :

1) Pembesaran prostat jinak


2) Batu kandung kemih
3) Radang ginjal
4) Batu ginjal
5) Hidronefrosis
6) Penyakit ginjal polisistik
7) Karsinoma sel ginjal
8) Pielonefritis

9) Pielografi retrograd

Definisi :

Dalam Pielografi retrograd kateter utama dimasukkan lewat ureter kedalam pelvis
ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan
grafitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan
jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas sistem pengumpul.
Pemeriksaan Pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya
teknik teknik yang digunakan dalam urografi ekskretonik.

Tujuan :

1) Memperlihatkan sistem pielokalises dan ureter dengan cara pengisian kontras


positif secara retrograd dengan menggunakan bantuan kateter uretral.
2) Untuk mencari kelainan morfologi pada sistem pielokalises dan ureter
sehubungan dengan kemungkinan adanya tumor, radang dan kelainan faal
(fisiologi)bawaan pada traktus urinarius pada ginjal tdk normal fungsinya
sehingga tdk dpt dilakukan IVP.

Indikasi :

1) Stricture uretra
2) Batu uretra
3) Uretris injury
4) Renal pelvic neoplasma
5) Renal calculi
6) Ureteric fistule
10) Infusion drip pylograpy

Definisi

Merupakan pemberian lewat infuse larutan encer media kontras dengan volume yang besar untuk
menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan mengisi seluruh traktus urinarius. Metode ini berguna
bila teknik urografi yang biasa dikerjakan tidak berhasil memperlihatkan struktural drainase.

Tujuan

Pemeriksaan ini membantu dokter untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem urinary, dengan
melihat kerja ginjal dan sistem urinary pasien.

pemeriksaan .

Dengan pemeriksaan ini dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary dari :

 Batu ginjal
 Pembesaran prostat
 Tumor pada ginjal

Indikasi

1. Renal agenesis
2. Polyuria
3. BPH
4. Hydroneprosis
5. Pyelonepritis
6. Renal hypertention

11) Sistogram

Definisi :

Adalah sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung kemih, dan kemudian media
kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar dinding kandung kemih serta
membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral. Sistogram juga dilakukan
bersama dengan perekaman tekanan yang dikerjakan secara bersamaan di dalam
kandunng kemih.

Tujuan :
Untuk melihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu dalam mengevaluasi
refluks vesikouretral (aliran balik urin dari kandung kemih ke dalam salah satu atau kedua
ureter)

Indikasi :

a. Trauma
b. Calculi
c. Tumor
d. Inflamantory urinary bladder

12) Sistouretrogram

DEFINISI

menghasilkan visualilsasi uretra dan kandung kemih yang bisa dilakukan melalui
penyuntikan retrograde media kontras ke dalam uretra serta kandunng kemih atau dengan
pemeriksaan sinar X sementara pasien mengekskresikan media kontras.

Tujuan

Cystourethrogram juga dilakukan untuk mendiagnosis dan memeriksa:

1) kesulitan mengosongkan kandung kemih


2) cacat lahir pada kandung kemih atau uretra
3) penyempitan ureter (saluran yang mengangkut urin dari ginjal sampai kandung
kemih) pada pria
4) aliran membalik (refluks) urinasi dari kandung kemih ke ginjal

INDIKASI

kelainan-kelainan pada uretra (misalnya: stenosis)


- untuk menentukan apakah terdapat refluks vesikoureteral.

9) Angiografirenal

Definisi :
Sebuah angiogram ginjal adalah penelitian sinar-X dari pembuluh darah ke ginjal. X-ray
diambil sementara pewarna kontras disuntikkan ke dalam sebuah kateter (tabung kecil) yang
telah ditempatkan ke dalam pembuluh darah ginjal untuk mendeteksi tanda-tanda
penyumbatan, penyempitan, atau kelainan lain yang mempengaruhi suplai darah ke ginjal.
Jika penyempitan ditemukan, pasien dapat menjadi kandidat untuk angioplasty (perbaikan
arteri menggunakan balon).

Tujuan :
 Mendeteksi kondisi lain seperti tumor, perdarahan, komplikasi cangkok ginjal, dan
invasi tumor ke pembuluh darah
 Melihat konfigurasi pembuluh darah ginjal sebelum pembedahan
 Untuk menunjukkan adanya penyakit ginjal / gagal ginjal
 Untuk memeriksa donor & penerima cangkok ginjal yaitu untuk menentukan jumlah
pembuluh darah arteri dan vena pada setiap ginjal

Indikasi
 Aneurisma
 Penyumbatan pembuluh darah (stenosis/vasospasme)
 Malforasi arteriovena (kelainan sambungan antara arteri dan vena)
 Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah) / sumbatan
 Hipertensi renovaskuler (tekanan darah tinggi akin\bat penyempitan arteri ginjal)

E. Endurologi (prosedur endoskopi urologi)


1) Pemeriksaan sistoskopi
Definisi
merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan kandung kemih. Alat
sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki
system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga akan
meemberikan gambar kandung kemih yang diperbesar dan terang.

Tujuan :

bertujuan untuk melakukan penilaian kandung kencing, bladder neck, protrusi


prostat dan verumontanum. Untuk melihat saluran kemih dari dalam, kelainan
dapat dideteksi dengan cara ini, dan prosedur bedah dapat dilakukan : evakuasi
batu/tumor kandung kemih atau ureteral tumor, operasi prostat, dan striktur uretra
(penyempitan)

Indikasi :

Pemeriksaan sistoskopi dapat dianjurkan untuk pasien yang menunjukan tanda dan
gejala masalah saluran kemih, yang meliputi:

 Perubahan intensitas buang air kecil (semakin sering atau jarang buang air)
 Nyeri saat buang air kecil
 Tingginya kadar protein atau terdapat kristal pada sampel urin.
 Hematuria (darah dalam urin)
 Infeksi saluran kemih
 Sering terjadi infeksi pada saluran kemih
 Nyeri di daerah panggul
 Kandung kemih terasa penuh bahkan setelah buang air kecil
 Demam
 Penurunan berat badan
Kondisi ini dapat mengindikasikan adanya kemungkinan penyumbatan dalam ureter
atau kandung kemih akibat batu ginjal, polip, atau tumor, yang dapat bersifat ganas
atau jinak. Di sisi lain, rasa sakit mungkin disebabkan oleh peradangan yang
diakibatkan oleh bakteri, iritasi dinding ureter, atau penyakit lainnya. Pemeriksaan ini
juga digunakan untuk memeriksa hyperplasia (pembesaran) prostat atau kanker
prostat.

2) Brush biopsi ginjal dan uretra

a. Devinisi
Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan
radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukan apakah kelainan
tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah, atau hanya aterfak.
b. Tujuan :
1. Bertujuan untuk menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu,
bekuan darah atau hanya artefak.
2. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal
mendapatkan spesiment bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta
imunofluoresen khususnya bagi penyakit glomelurus.
3. Sebelum biopsy dilakukan pemeriksaan koagulasi perlu dilakukan terlebih dahulu
untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pasca biopsy

c. Indikasi :
1. pemeriksaan ureter atau pelvis ginjal yang abnormal

d. Tindakan perawat sebelum pemeriksaan pasien


1. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik
2. Kemudian dipasang kateter yang diikuti oleh tindakan memasukan alat sikat kusus
(biopsy brush) melalui kateter tesebut, kelainan yang dicurigai disikat maju m,undur
secara teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk
pemeriksaan analis histology.
e. Tindakan perawat setelah pelaksanaan prosedur diasnostik
1. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan, pemberian cairan infuse dapat
dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah pembetukan bekuan darah. Urine
dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi jernih dalam waktu 24-48 jam) alibat
pembesaran pada tempat penyikatan.

3) Endoskopi renal (nefroskopi)


a) Definis
Merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam pelvis
ginjal melalui luka insisi (pielotomi) atau secara perkkutan untuk melihat
bagian dalam pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang
kecil dan membantu menegakan diagnose hematuria serta tumor renal
tertentu.

b) Tujuan

dilakukan untuk menentukan kelainan pelvis ginjal (keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif).

c) Indikasi prosedur tindakan


4) Biopsi ginjal

Definisi :

Biopsi ginjal adalah mengambil sedikit jaringan ginjal. Biopsi ginjal di lakukan
dengan memasukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan renal atau dengan
melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil di daerah pinggang.

Tujuan :

Pemeriksaan ini berguna untuk evaluasi perjalanan penyakit ginjal dan


mendapatkan spesimen bagi pemeriksaan mikroskopi elektro serta
imunopluoresen khususnya bagi penyakit glomerulus.

Indikasi :

1) glomerulonefritis akut,
2) sindrom nefrotik,
3) nefritis lupus,
4) tumor ginjal.

5) Pemeriksaan radioisotope
a) Definis
Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu proses fisiologik
normal dan tidak memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat
radiofarmaseutikal disuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan dengan
kamera skintilasi yang ditempatkan disebelah posterior ginjal sementara
pasien berada dalam posisi telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang
dihasilkan (yang disebut pemindai) menunjukan distribusi preparat
radiofarmaseutikal didalam ginjal.
Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan
sangat berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan
pemindai hippurate memberikan informasi tentang fungsi ginjal.

Indikasi
Radioisotop baik yang stabil maupun radioaktif memiliki sifat kimia yang sama.
Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut (untuk mengikuti unsur dalam suatu proses
yang menyangkut senyawa atau sekelompok senyawa) dan sebagai sumber radiasi /sumber
sinar.
Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada ikatan bahwa isotop
radioaktif mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil. Radoisotop ditambahkan
ke dalam suatu sistem untuk mempelajari sistem itu, baik sistem fisika, kimia maupun sistem
biologi. Oleh karena radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya,
maka radioisotop dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan
perubahan senyawa itu dapat dipantau.
Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan
bahwa radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun mahluk.
Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis: efek kimia, maupun efek biologi.
Tujuan Teknik RADIOISOTOP
1. Teknik Pengaktifan Neutron
Teknik ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk
unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co, Cr, F, Mn, Se,
Si, V, Zn, dll) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini
terletak pada sifatnya yang tidak merusak dan kepekaan yang sangat tinggi
2. Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma
atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-X yang diserap tulang yang
diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan
dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat bone densitometer tersebut. Teknik ini
bermanfaat sebagai alat bantu diagnosis kekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering
menyerang wanita pada usia menupause (mati haid) sehingga menyebabkan tulang mudah
patah.
3. Three Dimensional Conformal Radiotherapy (3D-CRT)
Terapi radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi
sudah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika
maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade, telah membawa perkembangan
pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel
generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat
presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif
untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta
memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target. Dengan memanfaatkan
teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metode pembedahan dengan
radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife). Kasus-kasus tumor ganas yang sulit
dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan teknik ini, bahkan
tanpa perlu membuka kulit pasien dan tanpa merusak jaringan di luar target.
6) Pengukuran urodinamik

Definisi :

Pengukuran urodinamik menghasilkan berbagai pemeriksaan fisiologik dan


structural

Pemeriksaan URODINAMIKA adalah suatu perangkat pemeriksaan obyektif untuk


mengetahui fungsi kandungan kemih dan merupakan pemeriksaan penunjang yang
cukup akurat untuk menentukkan jenis dan penyebab gangguan pada saluran kemih
bagiian bawah, seperti inkontinensia (beser kemih) atau retensio urin ( kesulitan
berkemih ). Pemeriksaan URODINAMIKA simpel meliputi: Uroflowmetry,
Cystometrography dan pengukuran volume residual urine.

Tujuan :

Untuk mengevaluasi fungsi kandung kemih serta uretra dengan mengukur :

2. Kecepatan aliran urin


3. Tekanan kandung kemih pada saat buang air kecil dan saat istirahat
4. Resitensi uretra internal
5. Kontras serta relaksasi kandung kemih
6. Uroflometri (kecepatan aliran) merupakan rekaman volume urin yang
mengalir melalui ureter per satuan waktu (ml/s)

Indikasi :

Pemeriksaan URODINAMIKA diindikasikan bagi para pasien yang mengalami gangguan atau
disfungsi saluran kemih bagian bawah ( kandungan kemih dan uretra/saluran kemih), seperti:
1. Inkontinensia (beser kemih aatu tidak dapat menahan kencing)
2. Retensi urin (sulit berkemih)
3. Gekjala frekuensi/urgensi (sering berkemih)
4. Kandung kemih neurogenik (ganguan kandung kemih karena kelainan persyarafan)

2. Tugas perawat dalam persiapan pasien dan tindakan keperawatan setelah pelaksanaan
tindakan diagnostik pada sistem perkemihan
A. Urinalisis
1) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien
a. Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengambilan sampel urin adalah identitas
penderita yaitu nama,nomor rekam medis, tanggal dan jam pengambilan bahan.
Identitas ini ditulis diwadah urin dan harus sesuai dengan nomor permintaan. Pada
formulir permintaan dicantumkan nama, nomor rekam medis dan tanggal. Sebelum
mengerjakan tes, diteliti kembali jenis tes yang diminta untuk diperiksa. Hal ini akan
mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.
a. Bahan tes yang terbaik adalah urin segar kurang dari 1 jam setelah
dikeluarkan. Urin yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamar akan
menyebabkan perubahan pada urin. Apabila terpaksa menunda pemeriksaan ,
urin harus disimpan dalam lemari es pada suhu 2-8 °C dan penudaan tidak
lebih dari 8 jam. Pada keadaan tertentu sehingga urin harus dikirim pada
tempat yang jauh dan atau tidak ada lemari es, bisa gunakan pengawet.
b. Untuk pemeriksaan glukosa sebaiknya tidak dianjurkan untuk makan zat yang
dapat mereduksi seperti vitamin C, penisilin,streptomisin, kloral hidrat,dan
salisilat yang dapat menganggu hasil pemeriksaan.
c. Obat yang memberikan warna pada urin dapat mengganggu pembacaan hasil
tes seperti piridium yang akan menyebabkan warna merah pada urin dan
dapat mengganggu pembacaan bilirubin.
b. Sebelum pengambilan urin sebaiknya pasien diberitahu untuk mencuci tangan dengan
bersih kemudian diberi penampung. Penampung urin terdiri dari terdiri dari berbagai
macam tipe dan bahan, saat ini yang lazim digunakan adalah wadah yang terbuat dari
plastik. Wadah harus bermulut lebar, bersih, kering dan bertutup. Wadah steril hanya
diperlukan untuk pemeriksaan biakan urin. Untuk bayi tersedia katong plastik
polyethylene bag dengan perekat. Wadah penampung urin hanya digunakan sekali
pakai.
c. Urin yang dikumpulkan hendaknya dihindari dari kotaminasi sekret vagina, smegma,
rambut pubis, bedak, minyak, lotion dan bahan yang berasal dari luar. Pada pasien
anak, urin sebaiknya tidak diambil dari diaspers.

2) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik

a. Perawat merapikan pasien dan alat


b. Perawat menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
c. Perawat menyampaikan hasil dari pemeriksaan ini

B. Pemeriksaan fungsi ginjal

1) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien


a. Perawat menjelaskan prosedur dan tujuan prosedur yang akan dilakukan
b. Inform consent
c. Jaga privasi klien
d. Jika pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan sample darah :
Beritahukan pada pasien, jika nantinya darah akan diambil melalui pembuluh
darah pasien.
e. Jika pemeriksaan dilakukan dengan tes urine 24 jam:
- Sebelum pengambilan urin sebaiknya pasien diberitahu untuk mencuci
tangan dengan bersih kemudian diberi penampung. Penampung urin
terdiri dari terdiri dari berbagai macam tipe dan bahan, saat ini yang
lazim digunakan adalah wadah yang terbuat dari plastik. Wadah harus
bermulut lebar, bersih, kering dan bertutup. Wadah steril hanya
diperlukan untuk pemeriksaan biakan urin. Untuk bayi tersedia katong
plastik polyethylene bag dengan perekat. Wadah penampung urin
hanya digunakan sekali pakai.
- Urin yang dikumpulkan hendaknya dihindari dari kotaminasi sekret
vagina, smegma, rambut pubis, bedak, minyak, lotion dan bahan yang
berasal dari luar. Pada pasien anak, urin sebaiknya tidak diambil dari
diaspers.
- Pasien diminta untuk membuang urine pagi pertama, catat tanggal dan
waktunya. Semua urine pada periode selanjutnya ditampung
- Keesokan paginya tepat 24 jam jam setelah waktu tercatat pada wadah
pengumpulan urine di hentikan.
- Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.

f. Penkes mengenai :
- Jangan melakukan kegiatan olahraga yang berlebihan selama 2 hari (48
jam)
- Jangan mengkonsusi lebih dari 227 gram daging atau protein selama
24 jam sebelum tes kadar kreatinin dalam darah dan selama tes kadar
pembersihan kreatinin dalam urine
- Pastikan banyak minum air selama 24 jam, jangan minum kopi atau teh
karena dapat merangsang pengeluaran urine

2) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik


a. Perawat merapikan pasien dan alat
b. Perawat mengobservasi respon perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
Pemeriksaan dengan pengambilan darah :
Menekan dengan kasa pada area venipuncture
Observasi perdarahan pada area venipuncture

c. Perawat menyampaikan hasil dari pemeriksaan

C. Ultrasound

Tugas Perawat Dalam Persiapan Pasien :


Pendidikan Kesehatan, asupan cairan tingkatkan agar VU distensi, ma/mi biasa

1. melakukan pengkajian awal kondisi pasien sebelum melakukan pemeriksaan


USG;
2. memberikan informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan
dijalani oleh pasien;
3. menjelaskan secara benar mengenai pengertian USG, bahwa USG bukanlah suatu
alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hali ini untuk
menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. usg hanyalah salah satu alat bantu
diagnostic didalam bidang kesehatan;

Tindakan Perawat Setelah Pelaksanaan Tindakan Diagnostik :


Bersihkan Jeli, Diet Biasa

1. membantu klien kembali ke ruang perawatan;


2. memberikan hasil pemeriksaan USG ke klien;
3. memberikan hasil kejelasan hasil pemeriksaan USG apabila klien belum mengerti
hasil USG tersebut.
4. memberikan informasi untuk istirahat cukup

D. Pemeriksaan sinar – X dan pencitraan


1) Kidney, ureter dan Bladder (KUB)

a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien


Persiapan yang dilakukan yaitu puasa dari malam sebelum pemeriksaan, meminum
obat pencahar, dan tidak banyak bicara dan tidak merokok selama sebelum
pemeriksaan.

b) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik

2) Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Tugas Perawat Dalam Persiapan Pasien :

MRI : Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien
akan diminta untuk melepaskan beberapa benda logam. sangatlah dianjurkan bagi
pasien untuk puasa (tidak makan pada) 4 jam sebelum pemeriksaan. Dan untuk
menghindari kemungkinan resiko penyuntikan kontras intravena terhadap fungsi
ginjal,maka diperlukan penilaian fungsi ginjal ( pemeriksaan kadar ureum dan
creatinine darah) sebelum dilanjutkan pemeriksaan. Ada baiknya pasien melihat
dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur dilakukan. Hal ini terutama sekali
dianjurkan bagi orang-orang yang memiliki ketakutan terhadap ruang sempit
(klustrofobia).

CT Scan : Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan
menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian
kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan

Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan
nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang
normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami
alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan
bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari
jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.

Tindakan Perawat Setelah Pelaksanaan Tindakan Diagnostik :


a. Perhatikan reaksi hipersensitifitas akibat pemberian zat kontras
b. Perawat merapikan pasien dan alat
c. Perawat mengobservasi respon perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
d. Perawat menyampaikan hasil dari pemeriksaan
3) Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau Intravenous pylogram)

Tugas Perawat Dalam Persiapan Pasien :

1. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan makan makanan


rendah serat, misalnya bubur kecap.
2. Pada malam hari yaitu 12 jam sebelum pemeriksaan penderita diberi obat
pencahar yang berupa sulfas magnesium atau garam ingris sebanyak 30 gram
atau dulkolax tablet sebanyak 6 butir.
3. Dilanjutkan puasa sampai pemeriksaan dilakukan
4. Pada pagi hari kalau perlu pasien diberi dulkolax suposutoria sebanyak 2 butir
yang dimasukkan ke dalam dubur guna lavement.
5. Pasien dilarang merokok dan banyak bicara karena dapat meningkatkan
produksi cairan dalam lambung dan volume udara pada usus.
6. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk buang air kecil.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi dilution / percampuran media kontras
dengan urin dan agar vesica urinaria tidak terlalau penuh karena dapat terjadi
ruptur, apalagi jika pemeriksaan lama dan menggunakan teknik kompresi.
7. Pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratorium guna mengukur kadar
ureum serta kreatininnya. Pemeriksaan UIV baru bisa dilakukan bila kadar
ureum dan kreatinin pasien normal. Kadar normal ureum adalah 8 – 25 mg/100
ml dan kadar kreatinin normal adalah 0,6 – 1,5 mg/100ml.

Tindakan Perawat Setelah Pelaksanaan TindakanDiagnostik :

 Diet biasa
 Cairan tingkatkan mencegah dehidrasi
 Pantau intake output
 Monitor reaksi alergi terlambat

4) Pielografi retrograd
a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien

1) Hasil ureum dan creatinin normal


2) Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak dan
rendah serat misalnya bbur kecap.
3) 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar
4) Selanjutnya pasien puasa hingga pemeriksaan dilakukan
5) Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara
untuk meminimalisasi udara dalam usus
6) Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan
blass.
7) Akibat rasa takut pada jarum suntik perlu diperhatikan : penjelasan
terhadap pasien, dorongan mental dan emosional
8) Penandatanganan informed concent.

b) Tindakan Perawatan setelah pelaksanan tindakan diagnostik


c) Perawat merapikan pasien dan alat
d) Perawat mengobservasi respon perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
e) Perawat menyampaikan hasil dari pemeriksaan

5) Infusion drip pylograpy

a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien


1. Jelaskan mengenai tindakan dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Inform concent
3. Jaga privasi klien
4. Minta pasien unuk melepas semua asesoris yang terbuat dari logam dan
duanjurkan menggunakan baju yang telah disediakan di rumah sakit
5. Penkes :
- Beritahu pasien untuk mengkonsumsi makanan yang lembut seperti
bubur kecap sejak 2 hari sebelum pemeriksaan
- Pasien tidak boleh minum susu, makan telur, serta sayur sayuran yang
berserat.
- Pada jam 20.00 pasien minum magnesium sulfat dicampur 1 gelas air
matang sebagai pencahar disertai minum 1 – 2 gelas kemudian puasa.
- Selama puasa dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara
untuk meminimalisir udara masuk ke usus.
- Pada saat ke radiologi untuk dilakukan pemeriksaan, sebelunya pasien
diminta untuk buang air kecil.

b) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik


1. Perawat merapikan pasien dan alat
2. Perawat mengobservasi respon perasaan pasien setelah
dilakukan tindakan
3. Perawat menyampaikan hasil dari pemeriksaan

6) Sistogram

a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien


a. Jelaskan mengenai tindakan dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Inform concent
c. Jaga privasi klien
d. Minta pasien unuk melepas semua asesoris yang terbuat dari logam dan
duanjurkan menggunakan baju yang telah disediakan di rumah sakit
e. Beritahu pada pasien untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih
dahulu sebelum dilakukan pemasangan kateter.
f. Kesterilan alat sitogram diperhatikan agar tidak terjadi infeksi.
b) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik
1. Perawat merapikan pasien dan alat
2. Perawat mengobservasi respon perasaan pasien setelah dilakukan
tindakan
3. Perawat menyampaikan hasil dari pemeriksaan
7) Sistouretrogram

a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien

a. Jelaskan mengenai tindakan dan tujuan tindakan yang akan dilakukan


b. Inform concent
c. Jaga privasi klien
d. Minta pasien unuk melepas semua asesoris yang terbuat dari logam dan
duanjurkan menggunakan baju yang telah disediakan di rumah sakit
e. Beritahu pada pasien untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih
dahulu sebelum dilakukan pemasangan kateter.

b) Tindakan Perawatan setelah pelaksanan tindakan diagnostik


1) Perawat merapikan pasien dan alat
2) Perawat mengobservasi respon perasaan pasien setelah dilakukan
tindakan
3) Perawat menyampaikan hasil dari pemeriksaan

8) Angiorenal

Tugas Perawat Dalam Persiapan Pasien :

 Inform consent
 Penkes:
 Warna kemerahan wajah, sedikit tdk nyaman saat injeksi anestesi
lokal; hangat/ panas saat kontras lewat pembuluh darah dan rasa logam
di mulut saat injeksi kontras
 Selama tes alat bersuara keras, dentuman
 Kaji alergi kerang2an, yodium, zat kontras lain, gangguan pembekuan
darah
 Pemberian laksatif
 8 jam sblm tes puasa
 Memakai baju RS; logam, perhiasan dilepas

Tindakan Perawat Setelah Pelaksanaan Tindakan Diagnostik :

 PX dibaringkan di Tempat Tidur selama sedikitnya 8-12 jam


 TTV dipantau setiap 15’ selama 1 jam dan tiap 30’ selama 2 jam sampai stabil
 Monitor perban memastikan tdk terjadi perdarahan byk, hematoma,
pertahankan ekstremitas lurus,
 Warna, suhu ekstremitas yg terlibat prosedur dipantau
 Kompres dingin di lokasi penyuntikan membantu mengurangi bengkak dan
nyeri
 Observasi reaksi alergi lambat
 Dorong asupan cairan ditingkatkan dan monitor

E. Endurologi (prosedur endoskopi urologi


1) Pemeriksaan sistoskopi

Tugas Perawat Dalam Persiapan Pasien :

 Sebelum melakukan sitoskopi, maka sebaiknya dilakukan beberapa


persiapan, salah satunya adalah pasien atau orang yang akan mengalami
sitoskopi hendaknya di berikan antibiotik baik sebelum maupun sesudah
sitoskopi untuk mencegah infeksi.
 Beritahu dokter jika sedang mengkonsumsi obat-obatan pengencer darah
apapun, termasuk warfarin (Coumadin), aspirin , dan ibuprofen.
 Pasien diminta untuk buang air kecil sebelum sitoskopi dan menyarankan
agar otot panggul santai dan rileks agar prosedur berjalan dengan lancar

Tindakan Perawat Setelah Pelaksanaan TindakanDiagnostik :

 Setelah pemeriksaan selesai, kandung kemih dapat dikosongkan untuk


menghilangkan larutan garam. Pasien yang diberikan bius total harus
beristirahat hingga efek obat hilang. Antibiotik juga diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi.
 Seringkali, pasien tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam kegiatan berat
selama beberapa hari setelah pemeriksaan.

2) Brush biopsi ginjal dan uretra

f. Tindakan perawat sebelum pemeriksaan pasien


3. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik
4. Kemudian dipasang kateter yang diikuti oleh tindakan memasukan alat sikat kusus
(biopsy brush) melalui kateter tesebut, kelainan yang dicurigai disikat maju m,undur
secara teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk
pemeriksaan analis histology.
g. Tindakan perawat setelah pelaksanaan prosedur diasnostik
2. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan, pemberian cairan infuse dapat
dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah pembetukan bekuan darah. Urine
dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi jernih dalam waktu 24-48 jam) alibat
pembesaran pada tempat penyikatan.

3) Endoskopi renal (nefroskopi)

a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien


b) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik

4) Biopsi ginjal

Tugas Perawat Dalam Persiapan Pasien :

1) Melakukan pemeriksaan fisik, mengukur TTV\


2) Memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan diagnostic ini
dilakukakan.
3) Informed Consent : memastikan bahwa informed consent yang diberikan
dokter dapat diterima dengan sukarela, sebelumnya dijelaskan tentang tujuan
biopsi dan kemungkinan resiko.
4) Pendidikan pasien pra pemeriksaan biopsy
a. Latihan nafas dalam, batuk, dan relaksasi.
Tujuan : meningkatkan ventilasi paru dan oksigen setelah anastesi umum.
b. Kontrol dan medikasi nyeri
Pasien diberitahukan bahwa medikasi praanastesi akan diberikan untuk
meningkatkan relaksasi dan dapat menyebabkan rasa mengantuk dan
kemudian haus. Pada pemeriksaan biopsi, medikasi akan diberikan untuk
mengurangi nyeri dan mempertahankan rasa nyaman, tetapi bukan untuk
mencegah aktifitas yang sesuai atau pertukaran udara yang adekuat.
c. Kontrol Kognitif
Segi kognitif dapat bermanfaat untuk menghilangkan ansietas yang
berlebihan. Contoh strateginya yaitu imajinasi, distraksi, pikiran optimis
diri.

Tindakan Perawat Setelah Pelaksanaan TindakanDiagnostik :

1. Pengkajian pasca operatif segera.


Penting juga bagi perawat untuk waspada terhadap adanya informasi yang
berkaitan dari riwayat praoperatif yang mungkin signifikan pada saat ini
(misalnya, pasien sulit mendengar, mempunyai riwayat kejang, mempunyai
diabetes, alergi terhadap medikasi tertentu).
2. Intervensi keperawatan.
Sasaran utama intervensi adalah untuk mempertahankan ventilasipulmonal
dan dengan demikian mencegah hipoksemia.
3. Memindahkan pasienke unit perawatan pasca anestesia
Memindahkan pasien pasca operatif keruang operasi ke unit perawatan
pascaanestesia (PACU) adalah tanggungjawab dari ahlianestesi, dengan
anggota tim bedah yang bertugas.

Pre biopsy :
Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk
mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.
b. Pasca Biopsy:
 Pantau kondisi klien dengan ketat untuk mendeteksi kemungkinan hematuria
yang terjadi segera setelah biopsy dilakukan
 Deteksi tanda-tanda dini perdarahan, tanda-tanda vital harus dipantau setiap 5-
15 menit sekali selama satu jam pertama dan kemudian dengan frekuensi yang
semakin dikurangi sesuai indikasi seperti kenaikan atau penurunan tekanan
darah, takikardi, anoreksia, muntah, dan timbulnya gangguan rasa nyaman
dengan rasa pegal serta nyeri tumpul di daerah abdomen.
 Setiap keluhan nyeri pada punggung dan bahu atau disuria harus segera
dilaporkan. Instruksi pasien agar tidak melakukan aktivitas berlebihan, olahraga,
atau mengangkat beban yang berat selama kurang lebih 2 minggu

5) Pemeriksaan radioisotope

a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien


Tugas perawat dalam mempersiapkan pasien yang akan melakukan tindakan
radioisotop biasanya mengembangkan dan mengelola rencana perawatan untuk
membantu pasien memahami prosedur dan kemudian, memulihkan diri dari prosedur.
Hal ini mungkin juga termasuk bekerja dengan keluarga pasien. Perawat dapat
melakukan pemeriksaan atau melaksanakan tindakan kesehatan preventif dalam
pedoman yang ditetapkan dan instruksi dari ahli radiologi. Selain itu, perawat dapat
merekam temuan dokter dan mendiskusikan kasus dengan baik ahli radiologi atau
profesional kesehatan lainnya. Seringkali, seorang perawat radiologis akan membantu
selama pemeriksaan atau terapi. Perawat radiologis harus lulus dari sekolah perawat
terakreditasi. Setiap perawat juga harus lulus ujian lisensi nasional.

b) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik

6) Pengukuran urodinamik

a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien


b) Tindakan Perawata setelah pelaksanan tindakan diagnostik

Anda mungkin juga menyukai