PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
2) Tujuan
a. membantu menegakkan diagnosis.
b. mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme tubuh
c. mendeteksi kelainan yang asimptomatik
d. mengikuti pejalanan penyakit dan hasil pengobatan
Tujuan :
1) mengevaluasi berat penyakit ginjal dan mengikuti perjalanan klinik pasien
2) memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi
ekskresinya
3) untuk mengetahui pengaruh obat terhadap fungsi ginjal
4) untuk memantau respon terapi
Indikasi :
1) diabetes mellitus
2) penyumbatan saluran kemih bawah
3) hipertensi
4) batu saluran kemih
C. Ultrasound
Definisi :
Ultrasound adalah pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang
dipancarkan kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam
sistem perkemihan akan menghasilkan gambar gambar ultrasound yang khas.
Pemeriksaan USG merupakan teknik noninfasif yang tidak memerlukan persiapan
khusus kecuali menjelaskan prosedur dan tujuan kepada pasien.
Ultrasonografi (USG) ginjal adalah tes non-invasif menggunakan transduser yang
memproduksi gelombang ultrasonik yang memantul dari ginjal dan mentransmisikan
gambar organ pada monitor.
Tujuan :
1) Untuk mendeteksi Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malforasi,
perubahan ukuran organ maupun obstruksi
2) Tes ini digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk ginjal, dan untuk
mendeteksi massa, batu ginjal, kista, atau obstruksi dan kelainan lainnya
Indikasi :
Pemeriksaan USG ginjal dilakukan pada indikasi-indikasi, seperti : Radang pada
tractusurinarius, terabanya ada mass pada pinggang dan punggung, kadar creatinine
yang tinggi, sakit yang hebat pada daerah rusuk atau sakit pinggang, kencing darah
(hematuria), berkurangnya atau sedikit jumlah urine yg dikeluarkan, hydronephrosis,
tidak terlihat fungsi ginjal pada pemeriksaan BNO-IVP, dan terlihat adanya mass di
abdomen pada pemeriksaan radiologi.
D. Pemeriksaan sinar – X dan pencitraan
1) Kidney, ureter dan Bladder (KUB)
Definisi :
Kidney Ureter Bladder (Foto Polos Abdomen) adalah pengambilan foto X-ray
yang menampilkan ginjal, ureter, dan kandung kemih. KUB biasa digunakan
sebagai langkah awal dalam mendiagnosis masalah pada sistem perkemihan dan
biasanya dilakukan bersamaan dengan IVP dan USG
Tujuan :
1) Untuk menentukan ukuran, bentuk, dan posisi dari ginjal dan kandung kemih
2) Untuk mendeteksi kelainan pada sistem perkemihan seperti batu ginjal
3) Untuk membantu membedakan antara penyakit urologi dan gastrointestinal,
yang keduanya menghasilkan nyeri perut.
4) Untuk menemukan benda asing (misal yg sudah tertelan)
5) Untuk mendeteksi adanya udara atau cairan di ruang sekitar organ perut
(ruang peritonial)
Indikasi :
batu ginjal, batu saluran kemih, radang ginjal, radang pada saluran kemih, batu
ureter, tumor, dan hipertrofi prostat
Renal Agenesis
- Poliuria
- BPH (Benign Prostat Hiperplasia)
- Kelainan Kongenital :
* Duplikasi ureter dan pelvis renalis
* Ectopia Kidney
* Horseshoe Kidney
* Malrotasi
* Hydronefrosis
* Pyelonefritis
* Hipertensi Renal
2) Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Definisi :
CT : Prosedur sinar X terkomputerisasi yg digunakan u/ memperoleh gambaran
terperinci mengenai suatu bidang tertentu di dalam tubuh
MRI : Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang
menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses
magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat
menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh.
Indikasi :
MRI : CT SCAN
3) Sumbatan Ureter 1. Pielonefritis akut
4) Fibrolipomstosis 2. Abses renal
5) Infeksi 3. Pionefrosis
6) Kista ginjal
7) Tumor
Definisi :
Tujuan :
untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari organ-organ saluran kemih yang
terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
9) Pielografi retrograd
Definisi :
Dalam Pielografi retrograd kateter utama dimasukkan lewat ureter kedalam pelvis
ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan
grafitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan
jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas sistem pengumpul.
Pemeriksaan Pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya
teknik teknik yang digunakan dalam urografi ekskretonik.
Tujuan :
Indikasi :
1) Stricture uretra
2) Batu uretra
3) Uretris injury
4) Renal pelvic neoplasma
5) Renal calculi
6) Ureteric fistule
10) Infusion drip pylograpy
Definisi
Merupakan pemberian lewat infuse larutan encer media kontras dengan volume yang besar untuk
menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan mengisi seluruh traktus urinarius. Metode ini berguna
bila teknik urografi yang biasa dikerjakan tidak berhasil memperlihatkan struktural drainase.
Tujuan
Pemeriksaan ini membantu dokter untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem urinary, dengan
melihat kerja ginjal dan sistem urinary pasien.
pemeriksaan .
Dengan pemeriksaan ini dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary dari :
Batu ginjal
Pembesaran prostat
Tumor pada ginjal
Indikasi
1. Renal agenesis
2. Polyuria
3. BPH
4. Hydroneprosis
5. Pyelonepritis
6. Renal hypertention
11) Sistogram
Definisi :
Adalah sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung kemih, dan kemudian media
kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar dinding kandung kemih serta
membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral. Sistogram juga dilakukan
bersama dengan perekaman tekanan yang dikerjakan secara bersamaan di dalam
kandunng kemih.
Tujuan :
Untuk melihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu dalam mengevaluasi
refluks vesikouretral (aliran balik urin dari kandung kemih ke dalam salah satu atau kedua
ureter)
Indikasi :
a. Trauma
b. Calculi
c. Tumor
d. Inflamantory urinary bladder
12) Sistouretrogram
DEFINISI
menghasilkan visualilsasi uretra dan kandung kemih yang bisa dilakukan melalui
penyuntikan retrograde media kontras ke dalam uretra serta kandunng kemih atau dengan
pemeriksaan sinar X sementara pasien mengekskresikan media kontras.
Tujuan
INDIKASI
9) Angiografirenal
Definisi :
Sebuah angiogram ginjal adalah penelitian sinar-X dari pembuluh darah ke ginjal. X-ray
diambil sementara pewarna kontras disuntikkan ke dalam sebuah kateter (tabung kecil) yang
telah ditempatkan ke dalam pembuluh darah ginjal untuk mendeteksi tanda-tanda
penyumbatan, penyempitan, atau kelainan lain yang mempengaruhi suplai darah ke ginjal.
Jika penyempitan ditemukan, pasien dapat menjadi kandidat untuk angioplasty (perbaikan
arteri menggunakan balon).
Tujuan :
Mendeteksi kondisi lain seperti tumor, perdarahan, komplikasi cangkok ginjal, dan
invasi tumor ke pembuluh darah
Melihat konfigurasi pembuluh darah ginjal sebelum pembedahan
Untuk menunjukkan adanya penyakit ginjal / gagal ginjal
Untuk memeriksa donor & penerima cangkok ginjal yaitu untuk menentukan jumlah
pembuluh darah arteri dan vena pada setiap ginjal
Indikasi
Aneurisma
Penyumbatan pembuluh darah (stenosis/vasospasme)
Malforasi arteriovena (kelainan sambungan antara arteri dan vena)
Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah) / sumbatan
Hipertensi renovaskuler (tekanan darah tinggi akin\bat penyempitan arteri ginjal)
Tujuan :
Indikasi :
Pemeriksaan sistoskopi dapat dianjurkan untuk pasien yang menunjukan tanda dan
gejala masalah saluran kemih, yang meliputi:
Perubahan intensitas buang air kecil (semakin sering atau jarang buang air)
Nyeri saat buang air kecil
Tingginya kadar protein atau terdapat kristal pada sampel urin.
Hematuria (darah dalam urin)
Infeksi saluran kemih
Sering terjadi infeksi pada saluran kemih
Nyeri di daerah panggul
Kandung kemih terasa penuh bahkan setelah buang air kecil
Demam
Penurunan berat badan
Kondisi ini dapat mengindikasikan adanya kemungkinan penyumbatan dalam ureter
atau kandung kemih akibat batu ginjal, polip, atau tumor, yang dapat bersifat ganas
atau jinak. Di sisi lain, rasa sakit mungkin disebabkan oleh peradangan yang
diakibatkan oleh bakteri, iritasi dinding ureter, atau penyakit lainnya. Pemeriksaan ini
juga digunakan untuk memeriksa hyperplasia (pembesaran) prostat atau kanker
prostat.
a. Devinisi
Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan
radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukan apakah kelainan
tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah, atau hanya aterfak.
b. Tujuan :
1. Bertujuan untuk menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu,
bekuan darah atau hanya artefak.
2. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal
mendapatkan spesiment bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta
imunofluoresen khususnya bagi penyakit glomelurus.
3. Sebelum biopsy dilakukan pemeriksaan koagulasi perlu dilakukan terlebih dahulu
untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pasca biopsy
c. Indikasi :
1. pemeriksaan ureter atau pelvis ginjal yang abnormal
b) Tujuan
dilakukan untuk menentukan kelainan pelvis ginjal (keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif).
Definisi :
Biopsi ginjal adalah mengambil sedikit jaringan ginjal. Biopsi ginjal di lakukan
dengan memasukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan renal atau dengan
melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil di daerah pinggang.
Tujuan :
Indikasi :
1) glomerulonefritis akut,
2) sindrom nefrotik,
3) nefritis lupus,
4) tumor ginjal.
5) Pemeriksaan radioisotope
a) Definis
Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu proses fisiologik
normal dan tidak memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat
radiofarmaseutikal disuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan dengan
kamera skintilasi yang ditempatkan disebelah posterior ginjal sementara
pasien berada dalam posisi telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang
dihasilkan (yang disebut pemindai) menunjukan distribusi preparat
radiofarmaseutikal didalam ginjal.
Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan
sangat berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan
pemindai hippurate memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
Indikasi
Radioisotop baik yang stabil maupun radioaktif memiliki sifat kimia yang sama.
Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut (untuk mengikuti unsur dalam suatu proses
yang menyangkut senyawa atau sekelompok senyawa) dan sebagai sumber radiasi /sumber
sinar.
Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada ikatan bahwa isotop
radioaktif mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil. Radoisotop ditambahkan
ke dalam suatu sistem untuk mempelajari sistem itu, baik sistem fisika, kimia maupun sistem
biologi. Oleh karena radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya,
maka radioisotop dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan
perubahan senyawa itu dapat dipantau.
Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan
bahwa radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun mahluk.
Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis: efek kimia, maupun efek biologi.
Tujuan Teknik RADIOISOTOP
1. Teknik Pengaktifan Neutron
Teknik ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk
unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co, Cr, F, Mn, Se,
Si, V, Zn, dll) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini
terletak pada sifatnya yang tidak merusak dan kepekaan yang sangat tinggi
2. Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma
atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-X yang diserap tulang yang
diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan
dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat bone densitometer tersebut. Teknik ini
bermanfaat sebagai alat bantu diagnosis kekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering
menyerang wanita pada usia menupause (mati haid) sehingga menyebabkan tulang mudah
patah.
3. Three Dimensional Conformal Radiotherapy (3D-CRT)
Terapi radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi
sudah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika
maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade, telah membawa perkembangan
pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel
generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat
presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif
untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta
memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target. Dengan memanfaatkan
teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metode pembedahan dengan
radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife). Kasus-kasus tumor ganas yang sulit
dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan teknik ini, bahkan
tanpa perlu membuka kulit pasien dan tanpa merusak jaringan di luar target.
6) Pengukuran urodinamik
Definisi :
Tujuan :
Indikasi :
Pemeriksaan URODINAMIKA diindikasikan bagi para pasien yang mengalami gangguan atau
disfungsi saluran kemih bagian bawah ( kandungan kemih dan uretra/saluran kemih), seperti:
1. Inkontinensia (beser kemih aatu tidak dapat menahan kencing)
2. Retensi urin (sulit berkemih)
3. Gekjala frekuensi/urgensi (sering berkemih)
4. Kandung kemih neurogenik (ganguan kandung kemih karena kelainan persyarafan)
2. Tugas perawat dalam persiapan pasien dan tindakan keperawatan setelah pelaksanaan
tindakan diagnostik pada sistem perkemihan
A. Urinalisis
1) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien
a. Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengambilan sampel urin adalah identitas
penderita yaitu nama,nomor rekam medis, tanggal dan jam pengambilan bahan.
Identitas ini ditulis diwadah urin dan harus sesuai dengan nomor permintaan. Pada
formulir permintaan dicantumkan nama, nomor rekam medis dan tanggal. Sebelum
mengerjakan tes, diteliti kembali jenis tes yang diminta untuk diperiksa. Hal ini akan
mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.
a. Bahan tes yang terbaik adalah urin segar kurang dari 1 jam setelah
dikeluarkan. Urin yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamar akan
menyebabkan perubahan pada urin. Apabila terpaksa menunda pemeriksaan ,
urin harus disimpan dalam lemari es pada suhu 2-8 °C dan penudaan tidak
lebih dari 8 jam. Pada keadaan tertentu sehingga urin harus dikirim pada
tempat yang jauh dan atau tidak ada lemari es, bisa gunakan pengawet.
b. Untuk pemeriksaan glukosa sebaiknya tidak dianjurkan untuk makan zat yang
dapat mereduksi seperti vitamin C, penisilin,streptomisin, kloral hidrat,dan
salisilat yang dapat menganggu hasil pemeriksaan.
c. Obat yang memberikan warna pada urin dapat mengganggu pembacaan hasil
tes seperti piridium yang akan menyebabkan warna merah pada urin dan
dapat mengganggu pembacaan bilirubin.
b. Sebelum pengambilan urin sebaiknya pasien diberitahu untuk mencuci tangan dengan
bersih kemudian diberi penampung. Penampung urin terdiri dari terdiri dari berbagai
macam tipe dan bahan, saat ini yang lazim digunakan adalah wadah yang terbuat dari
plastik. Wadah harus bermulut lebar, bersih, kering dan bertutup. Wadah steril hanya
diperlukan untuk pemeriksaan biakan urin. Untuk bayi tersedia katong plastik
polyethylene bag dengan perekat. Wadah penampung urin hanya digunakan sekali
pakai.
c. Urin yang dikumpulkan hendaknya dihindari dari kotaminasi sekret vagina, smegma,
rambut pubis, bedak, minyak, lotion dan bahan yang berasal dari luar. Pada pasien
anak, urin sebaiknya tidak diambil dari diaspers.
f. Penkes mengenai :
- Jangan melakukan kegiatan olahraga yang berlebihan selama 2 hari (48
jam)
- Jangan mengkonsusi lebih dari 227 gram daging atau protein selama
24 jam sebelum tes kadar kreatinin dalam darah dan selama tes kadar
pembersihan kreatinin dalam urine
- Pastikan banyak minum air selama 24 jam, jangan minum kopi atau teh
karena dapat merangsang pengeluaran urine
C. Ultrasound
MRI : Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien
akan diminta untuk melepaskan beberapa benda logam. sangatlah dianjurkan bagi
pasien untuk puasa (tidak makan pada) 4 jam sebelum pemeriksaan. Dan untuk
menghindari kemungkinan resiko penyuntikan kontras intravena terhadap fungsi
ginjal,maka diperlukan penilaian fungsi ginjal ( pemeriksaan kadar ureum dan
creatinine darah) sebelum dilanjutkan pemeriksaan. Ada baiknya pasien melihat
dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur dilakukan. Hal ini terutama sekali
dianjurkan bagi orang-orang yang memiliki ketakutan terhadap ruang sempit
(klustrofobia).
CT Scan : Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan
menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian
kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan
Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan
nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang
normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami
alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan
bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari
jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.
Diet biasa
Cairan tingkatkan mencegah dehidrasi
Pantau intake output
Monitor reaksi alergi terlambat
4) Pielografi retrograd
a) Tugas Perawat dalam Persiapan Pasien
6) Sistogram
8) Angiorenal
Inform consent
Penkes:
Warna kemerahan wajah, sedikit tdk nyaman saat injeksi anestesi
lokal; hangat/ panas saat kontras lewat pembuluh darah dan rasa logam
di mulut saat injeksi kontras
Selama tes alat bersuara keras, dentuman
Kaji alergi kerang2an, yodium, zat kontras lain, gangguan pembekuan
darah
Pemberian laksatif
8 jam sblm tes puasa
Memakai baju RS; logam, perhiasan dilepas
4) Biopsi ginjal
Pre biopsy :
Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk
mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.
b. Pasca Biopsy:
Pantau kondisi klien dengan ketat untuk mendeteksi kemungkinan hematuria
yang terjadi segera setelah biopsy dilakukan
Deteksi tanda-tanda dini perdarahan, tanda-tanda vital harus dipantau setiap 5-
15 menit sekali selama satu jam pertama dan kemudian dengan frekuensi yang
semakin dikurangi sesuai indikasi seperti kenaikan atau penurunan tekanan
darah, takikardi, anoreksia, muntah, dan timbulnya gangguan rasa nyaman
dengan rasa pegal serta nyeri tumpul di daerah abdomen.
Setiap keluhan nyeri pada punggung dan bahu atau disuria harus segera
dilaporkan. Instruksi pasien agar tidak melakukan aktivitas berlebihan, olahraga,
atau mengangkat beban yang berat selama kurang lebih 2 minggu
5) Pemeriksaan radioisotope
6) Pengukuran urodinamik