Disusun oleh:
Lailatul Amaliyah
(1808016)
(94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
Gambar Apendisitis
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses
b. Fekalit
c. Benda asing
d. Tumor.
tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra
dinding apendiks.
infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen
seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri
pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh
3. Apendisitis kronik
syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik
apendektomi.
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis
4. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk
5. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin
akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan
fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun
menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut
kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat
bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah
apendiktomi.
6. Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks
dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh
7. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang
napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6%
residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen
D. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
E. Pathway
Apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Nyeri Akut
Aliran darah terganggu
Ulserasi dan invassi bakteri
Pada dinding apendiks
Appendicitis
Luka insisi
Diskontinuitas jaringan
F. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah
dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut
Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
tiba-tiba
G. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah
2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada
anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih
terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah.
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon
dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar
ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit,
tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada
70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit,
panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
3. Peritononitis
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
intra-abdomen.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
peritaltik.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
2. Post operasi
Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
POST OPERASI
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji skala nyeri lokasi, 1. Berguna dalam pengawasan
agen injuri fisik (luka insisi keperawatan, diharapkan nyeri karakteristik dan laporkan dan keefesien obat, kemajuan
post operasi appenditomi). berkurang dengan kriteria hasil: perubahan nyeri dengan tepat. penyembuhan,perubahan dan
· Melaporkan nyeri berkurang karakteristik nyeri.
· Klien tampak rileks 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Deteksi dini terhadap
· Dapat tidur dengan tepat perkembangan kesehatan
· Tanda-tanda vital dalam batas pasien.
normal 3. Pertahankan istirahat dengan 3. Menghilangkan tegangan
TD (systole 110-130mmHg, posisi semi powler. abdomen yang bertambah
diastole 70-90mmHg), HR(60- dengan posisi terlentang.
100x/menit), RR (16- 4. Dorong ambulasi dini. 4. Meningkatkan kormolisasi
24x/menit), suhu (36,5-37,50C) fungsi organ.
5. Berikan aktivitas hiburan. 5. Meningkatkan relaksasi.
6. Ajarkan teknis nafas dalam 6. Dapat menurunkan konsumsi
akan oksigen, menurunkan
frekuensi pernapasan,
frekuensi jantung dan
ketegangan otot yang
menghentikan siklus nyeri
7. Kolborasi tim dokter dalam 7. Menghilangkan nyeri.
pemberian analgetika.
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Dugaan adanya infeksi
dengan tindakan invasif (insisi keperawatan diharapkan infeksi infeksi pada area insisi
post pembedahan). dapat diatasi dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda vital. 2. Dugaan adanya
hasil: Perhatikan demam, menggigil, infeksi/terjadinya sepsis,
· Klien bebas dari tanda-tanda berkeringat, perubahan mental abses, peritonitis
infeksi 3. Lakukan teknik isolasi untuk 3. Mencegah transmisi penyakit
· Menunjukkan kemampuan infeksi enterik, termasuk cuci virus ke orang lain.
untuk mencegah timbulnya tangan efektif.
infeksi 4. Pertahankan teknik aseptik 4. Mencegah meluas dan
· Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) ketat pada perawatan luka membatasi penyebaran
insisi / terbuka, bersihkan organisme infektif /
dengan betadine. kontaminasi silang.
5. Awasi / batasi pengunjung dan 5. Menurunkan resiko terpajan.
siap kebutuhan.
6. Kolaborasi tim medis dalam 6. Terapi ditunjukkan pada
pemberian antibiotik bakteri anaerob dan hasil
aerob gra negatif.
3. Defisit self care berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Mandikan pasien setiap hari 1. Agar badan menjadi segar,
dengan nyeri. keperawatan diharapkan sampai klien mampu melancarkan peredaran darah
kebersihan klien dapt melaksanakan sendiri serta dan meningkatkan kesehatan.
dipertahankan dengan kriteria cuci rambut dan potong kuku
hasil: klien.
· klien bebas dari bau badan 2. Ganti pakaian yang kotor 2. Untuk melindungi klien dari
· klien tampak bersih dengan yang bersih. kuman dan meningkatkan rasa
· ADLs klien dapat mandiri nyaman
atau dengan bantuan 3. Berikan Hynege Edukasi pada 3. Agar klien dan keluarga dapat
klien dan keluarganya tentang termotivasi untuk menjaga
pentingnya kebersihan diri. personal hygiene.
4.Agar klien merasa tersanjung
4. Berikan pujian pada klien dan lebih kooperatif dalam
tentang kebersihannya. kebersihan
5.Agar keterampilan dapat
5. Bimbing keluarga klien diterapkan
memandikan / menyeka 6. Klien merasa nyaman dengan
pasien tenun yang bersih serta
6. Bersihkan dan atur posisi serta mencegah terjadinya infeksi.
tempat tidur klien.
4. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ulang pembatasan 1. Memberikan informasi pada
kondisi prognosis dan keperawatan diharapkan aktivitas pascaoperasi pasien untuk merencanakan
kebutuhan pengobatan b.d pengetahuan bertambah dengan kembali rutinitas biasa tanpa
kurang informasi. kriteria hasil: menimbulkan masalah.
· menyatakan pemahaman 2. Anjuran menggunakan 2. Membantu kembali ke fungsi
proses penyakit, pengobatan laksatif/pelembek feses ringan usus semula mencegah ngejan
dan bila perlu dan hindari enema saat defekasi
· berpartisipasi dalam program 3. Diskusikan perawatan insisi, 3. Pemahaman meningkatkan
pengobatan termasuk mengamati balutan, kerja sama dengan terapi,
pembatasan mandi, dan meningkatkan penyembuhan
kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan/pengikat
4. Identifikasi gejala yang 4. Upaya intervensi menurunkan
memerlukan evaluasi medic, resiko komplikasi lambatnya
contoh peningkatan nyeri penyembuhan peritonitis.
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam
DAFTAR PUSTAKA