Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA SEKOLAH II

PENGURAIAN CAHAYA (DISPERSI)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : 7

NAMA : 1. HADI SUCIPTO


2. FATMAWATI
3. SAIFUL RACHMAN
4. REVIKA JULIA PRATIWA

DOSEN : Dra. CONNIE, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2010
PENGURAIAN CAHAYA (DISPERSI)
I. TUJUAN
Mengamati penguraian cahaya oleh prisma

II. LANDASAN TEORI

Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi cahaya. Dispersi


adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-
warni (monokromatik). cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya
cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya
putih diarahkan ke prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki
panjang gelombang yang berbeda.
Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna).
Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup
mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan
terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Cahaya merupakan suatu gelombang. Gelombang mempunyai tiga
besaran yang sangat berperan, yaitu kecepatan, panjang gelombanng dan
frekuensi. Kecepatan cahaya akan berbeda untuk medium yang berbeda.
Kecepatan cahaya akan sama untuk medium yang sama sehingga kecepatan
cahaya tetap. Jadi besaran yang berubah adalah panjang gelombnag dan
frekuensi.
Dalam pengukuran panjang gelombang untuk beberapa warna digunakan
alat spektroskop atau spectrometer. Panjang gelombnag cahaya akan berbeda
untuk setiap warna yang berbeda. Panjang gelombang terbesar untuk warna
merah dan yang terkecil untuk warna ungu, sedangkan warna lain terletak
diantara kedua nilai itu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap
warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di
dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta
ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin
kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya
tersebut adalah ungu > nila > biru > hijau > kuning > jingga > merah.
(Siswanto, 2009 : 41-
43)

Dispersi adalah penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-


cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,ungu) pada
prisma. Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna
cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna
ungu mengalami deviasi terbesar.

http://id.wikipedia.org/wiki/Dispersi

Sinar- sinar yang dapat diuraikan atas beberapa komponen warna disebut
sinar polikromatik (contoh : sinar putih); sinar-sinar yang tidak dapat diuraikan
lagi atas komponen-komponen warna disebut sinar monokromatik (sinar
tunggal), contoh : sinara biru, merah, dan hijau. Peristiwa penguraian cahaya
polikromatik (misal : cahaya putih) atas komponen-komponen warnanya disebut
Dispersi. Sedangkan komponen-komponen warna yang terjadi disebut
Spektrum.
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya putih (polikromatik)
menjadi komponen-komponennya karena pembiasan. Komponen- komponen
warna yang terbentuk yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Dispersi terjadi akibat adanya perbedaan deviasi untuk setiap panjang
gelombang, yang disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing
gelombang pada saat melewati medium pembias. Gambar di bawah
menunjukkan dispersi sinar putih yang melalu sebuah prisma.
Saat sinar monokromatik jatuh pada salah satu sisi pembias prisma, yang
terjadi aadlah sinar dibelokkan dua kali, pertama di dalam prisma dan kedua
sewaktu keluar prisma. Sudut antara sinar datanng mula-mula dan sinar bias
terakhir disenut sudut deviasi δ.
Lalu saat sinar putih atau sinar polikromatik dijatuhkan pada salah satu
sisi pembias prisma dan amati warna-warna sinar yang ke luar prisma, yaitu
terdiri atas tujuh warna pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan
ungu.
Apabila spectrum warna yang telah disebutkan diatas diurutkan dari
merah hingga ungu, maka beberapa sifat yang diperoleh adalah sudut deviasi
semakin besar, indeks bias semakin besar, frekuensi semakin besar dan panjang
gelombang semakin kecil.
Hubungan indeks bias medium n, dan panjang gelombang dalam medium
λn yang dinyatakan oleh persamaan :

Persamaan ini menyatakan bahwa indeks bias medium berbanding terbalik


dengan panjang gelombang dalam medium. Karena sinar merah memiliki
panjang gelombnag terbesar, indeks bias prisma untuk warna merah adalah yang
terkecil, sebaliknya indeks bias prisma untuk warna ungu adalah yang terbesar.

Sudut deviasi δ untuk sudut pembias β yang kecil :

Lebar spectrum yang ditimbulkan oleh prisma bergantung pada selisih


deviasi warna ungu dan warna merah. Selisih sudut antara deviasi warna ungu
dnegan sudut deviasi warna merah disebut sudut dispersi φ. Secara sistematis :
dengan
φ = sudut deviasi
δu = sudut deviasi sinar ungu
δm = sudut deviasi sinar merah
nu = indeks bias prisma untuk sinar ungu
nm = indeks bias prisma untuk sinar merah
β = sudut pembias
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita
gunakan susunan Prisma Akhromatik.

Ftot = F kerona - Fflinta = 0

Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan


susunan prisma pandang lurus.

Dtot = Dkerona - Dflinta = 0


a. Pembiasan cahaya pada prisma

Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi
oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi
menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini
disebut bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias
disebut sudut pembias (β).
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu
saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mula-mula
dan sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu
titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ)
adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula
dengan sinar yang meniggalkan bidang pembias atau pemantul. Gambar 2.5
menunjukkan sudut deviasi pada pembiasan prisma.

Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:


β + ABC = 1800
Pada segitiga ABC berlaku hubungan:
r1 + i2 + ABC = 1800
sehingga diperoleh hubungan:
β+ ABC = r1 + i2 + ABC
dengan:
β =sudut pembias prisma
i2 =sudut datang pada permukaan 2
r1 =sudut bias pada permukaan 1

b. Sudut Dispersi

Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar satu
dengan sinar lain pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini
merupakan selisih deviasi antara sinar-sinar yang bersangkutan. Jika sinar-
sinar polikromatik diarahkan pada prisma, maka akan terjadi penguraian
warna (sinar monokromatik) yang masing- masing sinar mempunyai deviasi
tertentu. Selisih sudut deviasi antara dua sinar adalah sudut dispersi, φ

(Joko Budiyanto, 2009 : 33-36)

III. ALAT DAN BAHAN

No Nama Alat/Bahan Jumlah


1 Meja Optik 1 buah
2 Rel Presisi 2 buah
3 Pemegang slide diafragma 1 buah
4 Bola lampu 12V, 18W 1 buah
5 Diafragma 1celah 1 buah
6 Prisma siku-siku 1 buah
7 Tumpukan berpenjepit 3 buah
8 Lensa f = 100 mm bertangkai 1 buah
9 Catu-daya 1 buah
10 Kabel penghubung merah 1 buah
11 Kabel penghubung Biru 1 buah
12 Tempat lampu bertangkai 1 buah
13 Kertas HVS putih 1 buah

IV. PERSIAPAN PERCOBAAN

1. Alat-alat yang diperlukan disusun berurutan dari kiri, sumber cahaya, lensa f
= 100 mm, diafragma, meja optic.
2. Ujung kanan kertas dilipat kira-kira 2 cm dari ujung sehingga bagian itu
berdiri tegak. Ujung yang dilipat tegak ini akan digunakan untuk
menangkap sinar bias yang keluar dari prisma.
3. Kesesuaian rangkaian sumber cahaya diatur dengan catu daya maupun
sumber listriknya (PLN).

V. LANGKAH PERCOBAAN

V.1 Langkah percobaan


1. Sumber cahaya dinyalakan. Letak prisma diatur sehingga sinar yang
keluar dari prisma mengenai lipatan kertas.
2. Sinar yang mengenai lipatan kertas diamati. Jika terlihat warna-warna di
tempat jatuhnya sinar, warna-warna tersebut ditulis pada kolom hasil
pengamatan.

3. Sambil diperhatikan sinar yang mengenai lipatan, prisma diputar


perlahan-lahan. Diputar sesuai arah perputaran jarum jam dengan arah
yang berlawanan dengan perputaran jarum jam.
V.2 Gambar rangkaian percobaan

VI. HASIL PENGAMATAN

Arah Putaran Warna yang dihasilkan

Searah jarum jam Merah, kuning, dan hijau

Berlawanan arah jarum jam Ijau, kuning, dan merah

a. Searah jarum jam b. Berlawanan arah jarum jam

VII. PEMBAHASAN

Percobaan yang berjudul “Penguraian Cahaya (Dispersi)” ini bertujuan


untuk mengamati penguraian cahaya oleh prisma. Cahaya matahari adalah
cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari
sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang
yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna
yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap
warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di
dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta
ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Cahaya merupakan suatu gelombang yang memiliki sifat gelombang
yang salah satunya adalah cahaya bisa mengalami dispersi (penguraian cahaya).
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
komponen-komponennya karena pembiasan. Komponen- komponen warna yang
terbentuk yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Dispersi
terjadi akibat adanya perbedaan deviasi untuk setiap panjang gelombang, yang
disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing gelombang pada saat
melewati medium pembias.
Percobaan ini dilakukan pertama sekali dengan cara menyiapkan semua
alat dan bahan yang diperlukan. Setelah semua alat dan bahan yang dibutuhkan
disiapkan, selanjutnya alat-alat tersebut disusun sesuai dengan langkah-langkah
percobaan dan dapat dilihat pada gambar

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain : meja optic, rel
presisi, pemegang slide diafragma, bola lampu 12 V, 18 W, diafragma satu celah,
prisma siku-siku, tumpukan berpenjepit, lensa f = 100 mm bertangkai, catu daya,
kabel penghubung merah dan kebel penghubung hitam, tempat lampu bertangkai
dan kertas HVS putih. Sumber tegangan (catu daya) yang digunakan memiliki
tegangan sebesar 3 V, 6 V, 9 V dan 12 V. tegangan pada catu daya tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga dihasilkan cahaya yang paling terang agar pembiasan
cahaya yang dihsilkan oleh prisma dapat terlihat dengan jelas pada kertas HVS
yang sudah ujungnya. Tegangan catu daya yang digunakan pada percobaan ini
adalah sebesar 12 V.
Selain itu pada percobaan ini digunakan prisma siku-siku. Prisma adalah
benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua bidang
permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan
(sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut bidang
pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut
pembias (β).
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu
saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mula-mula
dan sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu
titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ)
adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan
sinar yang meninggalkan bidang pembias atau pemantul.
Saat sinar monokromatik jatuh pada salah satu sisi pembias prisma, yang
terjadi aadlah sinar dibelokkan dua kali, pertama di dalam prisma dan kedua
sewaktu keluar prisma. Sudut antara sinar datanng mula-mula dan sinar bias
terakhir disenut sudut deviasi δ. Lalu saat sinar putih atau sinar polikromatik
dijatuhkan pada salah satu sisi pembias prisma dan amati warna-warna sinar
yang ke luar prisma, yaitu terdiri atas tujuh warna pelangi, yaitu merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
Selanjutnya prisma yang sudah diletakkan diatas kertas HVS putih
diputar-putar sampai diperoleh hasil pembiasan cahaya yang jelas. Percobaan ini
dilakukan sebanyak dua kali yaitu untuk perputaran prisma yang searah dengan
arah jarum jam dan yang berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.

a. Searah dengan perputaran arah jarum jam


Pada percobaan pertama dimana perputarannya searah dengan arah
jarum jam, pembiasan cahaya yang dihasilkan oleh prisma membentuk warna
warna pelangi. Adapun warna cahaya yang dihasilkan oleh prisma pada
percobaan yang kami lakukan antara lain : merah, jingga, kuning, hijau, biru
dan ungu. Warna merah terlihat lebih dulu jika dibandingkan dengan warna-
warna yang lain karena warna merah memiliki deviasi terkecil, panjang
gelombang yang lebih panjang jika dibandingkan dengan warna-warna lain.
Selain itu warna merah memiliki indeks bias yang paling kecil, dan juga
frekuensi yang dimilikinya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan warna
jingga hingga ungu.
Seharusnya warna yang dihasilkan oleh prisma adalah merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Namun, warna nila tidak terlihat jelas
karena warna-warna tersebut menyatu sehingga sulit untuk membedakan
antara warna nila dan ungu. Faktor lain yang menyebabkan warna nila tidak
terlihat karena :
1. pencahayan dari sumber cahaya yang kurang,
2. penempatan prisma yang kurang sesuai sehingga warna yang
dihasilkan agak kabur,
3. dalam buku penuntun praktikum tidak disebutkan berapa jarak
antara prisma dengan sumber cahaya sehingga praktikan kesulitan
untuk menentukan jarak yang tepat.

b. berlawanan dengan arah perputaran jarum jam


Percobaan yang kedua adalah dengan cara memutar-mutar prisma siku-
siku dengan arah yang berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, diperoleh bahwa cahaya lampu
(sumber cahaya) tidak terurai artinya tidak terbentuk warna pelangi atau
dengan kata lain tidak terjadinya peristiwa disperse cahaya. Cahaya yang
dihasilkan dari pembiasan oleh prisma warnanya tampak sama dengan cahaya
lampu. Hal ini mungkin disebabkan karena sisinya yang berlawanan dengan
si pengamat. Seharusnya posisi si pengamat harus berada di antara sumber
cahaya dan prisma dengan sumber cahaya dibekalang pengamat dan harus
berada dalam satu garis lurus.

Dalam percobaan yang kami lakukan ini terdapat sedikit kesalahan


yaitu warna nila yang tidak dapat terlihat dengan jelas. Hal tersebut dikarenakan
selama melakukan percobaan atau praktikum terdapat beberapa kesalahan yang
bisa mempengaruhi hasil yang diperoh. Adapun kesalahan tersebut adalah
sebagai berikut :
 Kesalahan instrumen dikarenakan , di mana sumber cahaya yang digunakan
dalam kondisi yang tidak baik
 Kesalahan Random
a. Pengaruh lingkungan : Adanya getaran pada meja sebagai sebagai
tumpuan alat pratikum.
b. Pengaruh pengamatan: kesalahan pratikan dalam melihat warna-warna
cahaya yang dihasilkan oleh prisma.
 Kesalahan sistematis
a. Kesalahan teoritis : kemungkinan pratikan melakukan kesalahan dalam
mengartikan teori, ataupun salah mengartikan besaran dalam fisika.

VIII. KESIMPULAN

VIII.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, apat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya putih (polikromatik)
menjadi komponen-komponennya karena pembiasan yang terjadi akibat
adanya perbedaan deviasi karena perbedaan kelajuan masing-masing
gelombang pada saat melewati medium pembias.
b. Warna yang dihasilkan karena pembiasan oleh prisma adalah merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

c. Warna yang telah disebutkan diatas diurutkan dari merah hingga ungu,
maka beberapa sifat yang diperoleh adalah sudut deviasi semakin besar,
indeks bias semakin besar, frekuensi semakin besar dan panjang
gelombang semakin kecil.
d. Hubungan indeks bias medium n, dan panjang gelombang dalam
medium λn yang dinyatakan oleh persamaan :

VIII.2 Saran

a. Sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan teliti dan hati-hati


agar tidak terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan
selama praktikum berlagsung.
b. Pemasangan komponen alat dan bahan harus dilakukan dengan tepat
dan benar agar diperoleh hasil yang akurat.
c. Hendaknya ada kerjasama yang baik antara sesama anggota
kelompok maupun dengan asisten praktikum.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100313072525AAqst7v

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelangi

Siswanto. 2009. Kompetensi Fisika. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai