Anda di halaman 1dari 14

Materi 11

POPULASI, SAMPEL, DAN SAMPLING

A. Pengertian populasi, sampel dan populasi


Pelaksanaan suatu penelitian selalu berhadapan dengan objek yang di teliti atau

diselidiki. Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-


benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau

di alam. Dalam melakukan penelitian, kadang-kadang peneliti melakukannya


terhadap seluruh objek, tetapi sering juga peneliti hanya mengambil sebagian saja

dari seluruh objek tersebut. Meskipun penelitian hanya mengabil sebagian sebagian
dari objek yang di teliti, tetapi hasilnya dapat mewakili atau mencakup seluruh objek

yang di teliti.
Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi

penelitian, sedangkan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi di
sebut sampel penelitian. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara

atau teknik- teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili
populasinya. Teknik ini biasanya disebut metoda sampling atau teknik sampling. Di

dalam penelitian survei teknik sampling ini sangat penting dan perlu perhitungan
yang baik. Sebab teknik pengambilan sampel yang tidak baik akan mempengaruhi

validitas hasil penelitian tersebut.

B. Alasan memilih sampel


Didalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat di pecahkan tanpa

memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan/ kedokteran meliputi bidang


yang sangat luas, yang terdiri dari berbagai subbidang. Apabila melakukan penelitian

tidak hanya dapat dilakukan terhadap unit atau subbidang tertentu saja. Oleh sebab
itu, agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua subbidang dan dengan biaya

murah, peneliti dapat melakukan sampling atau pengambilan sampel terhadap objek
yang diteliti.

Alasan memlih sampling di dalam penelitian ini antara lain :


1. Menghemat biaya
Proses pelaksanaan peenelitian yang mencakup alat penelitian,
pengumpulan data, pengeloaan data, dan sebagainya memerlukan biaya. Oleh

karena itu dengan sampling, dalam arti penelitian hanya dilakukan terhadap
sebagian populasi, biaya tersebut dapat ditekan atau di kurangi.

2. Mempercepat pelaksanaan penelitian


Penelitian yang dilakukan terhadap objek yang banyak (seluruh populasi)

jelas akan memakan waktu yang lama, bila dibandingkan dengan hanya
terhadap sebagian populasi saja (sampel). Oleh karena itu jelas bahwa penelitian

yang hanya dilakukan terhadap sampel akan lebih cepat selesai.


3. Menghemat tenaga

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhadap selutuh populasi jelas akan


memerlukan tenaga yang lebih banyak bila dibandingkan dengan penelitian

yang hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari populasi tersebut. Dengan
kata lain, penelitian dilakukan hanya terhadap sampel ini lebih hemat tenaga.

4. Memperluas ruang lingkup penelitian


Penelitian yang dilakukan terhadap seluruh objek akan memakan waktu,

tenaga, biaya, dan fasilitas- fasilitas lain yang lebih akurat. Apabila penelitian
dilakuakn terhadap sampel, maka dengan waktu, tenaga, dan biaya yang sama

dapat dilakukan penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya.


5. Memperoleh hasil yang lebih akurat

Penelitian yang dilakukan terhadap populasi jelas akan menyita sumber-


sumber daya yang lebih besar, termasuk usaha- usaha analisis. Hal ini akan

berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan menggunakan


sampel, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisis yang lebih

akurat.

C. Karakteristik sampel yang baik


Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari

semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan karakteristik sebagai


berikut :

1. Harus meliputi seluruh unsur sampel


2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali

3. Harus up to date
4. Batas-batasnya harus jelas
5. Harus dapat dilacak di lapangan

Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi), Ciri-ciri karateristik
sample yang ideal adalah:

1) Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2) Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan menentukan

penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh


3) Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan

4) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah

D. Kesalahan yang biasa terjadi


a. Variasi Acak (Random Variation)

Variasi acak merupakan kesalahan sampling yang paling umum

dijumpai. Sebagai contoh, misalkan seorang pemilik supermarket tertarik


untuk menghitung rata-rata pendapatan per rumah tangga dalam suatu

daerah tertentu. Informasi yang diperoleh akan dijadikan sebagai dasar


pertimbangan bagi penyediaan jenis produk bagi masyarakat di daerah

tersebut. seandainya dalam pelaksanaan pengambilan sampelnya, yaitu


dalam pemilihan suatu sampel acak rumah tangga diperoleh rata-rata

pendapatan rumah tangga sebesar Rp.250 juta per tahun untuk daerah
tersebut, dalam hal ini kita bisa saja bercuriga bahwa sampel yang diambil

mengandung kesalahan pendugaan, yakni secara kebetulan semua sampel


yang dipilih mungkin berada dalam kelompok yang berpendapatan tinggi.

Untuk kasus-kasus yang demikian hadirnya kesalahaan pendugaan agak


mudah terdeteksi bila informasi yang diperoleh jelas meragukan, namun

jika kesalahan pendugaan tidak begitu besar, tentunya kesalahan yang


muncul menjadi sulit terdeteksi sehingga pada akhirnya informasi yang

diperoleh akan mengarah pada pengambilan kesimpulan yang keliru.

Sebagai contoh, jika dari pengambilan sampel untuk kasus yang sama

diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar Rp.10 juta (yang


dalam hal ini mungkin masih dianggap tinggi tetapi dapat dipercaya), maka
berdasarkan rata-rata pendapatan rumah tangga yang dianggap cukup

tinggi itu, pemilik supermarket boleh jadi secara keliru mengasumsikan


bahwa didaerah tersebut terdiri dari sangat sedikit keluarga yang

berpendapatan sedang sampai rendah sehingga pemilik supermarket


tersebut memutuskan untuk tidak memasarkan lini produk yang murah yg

dianggap lebih menarik bagi mereka yang berada dalam komunitas yang
berpendapatan sedang hingga lebih rendah. Dalam kaitannya dengan

kesalahan yang ditimbulkan oleh variasi acak, peneliti hanya dapat


meminimumkan munculnya kesalahan yang disebabkan oleh variasi acak

dengan memilih rancangan penarikan sampel yang tepat.

b. Kesalahan spesifikasi (mis-specification of sample subject)

Kesalahan yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat umum

dijumpai dalam pengambilan pendapat untuk pemilihan umum. Sebagai


contoh, populasi sebenarnya yang hendak dipelajari untuk servei pemilihan

terdiri dari mereka yang akan memililih pada hari pemilihan, namun survei
pemilihan umum biasanya secara khas mengambil opini dari pendapat para

pemilih yang terdaftar, walaupun dalam kenyataannya banyak diantara


mereka tidak akan memilih pada hari pemilihan umum. Kesalahan

spesifikasi dapat juga muncul karena daftar unsur populasi ( population


frame) yang tidak benar, informasi yang tidak benar pada buku catatan
inventori, pemilihan anggota sampel yang keliru (seperti misalnya
melakukan penggantian responden yang dituju dengan tetangga jika

responden yang seharusnya ditemui tidak berada di tempat), sensivitas


pertanyaan, kesalahan dalam pengumpulan informasi tentang sampel yang

disebabkan oleh bias pewancara yang disengaja atau tidak disengaja, atau
kesalahan-kesalahan dalam memproses informasi sampel. Bila diperhatikan

nampak bahwa semua kasus yang disebutkan tersebut sebenarnya dapat


dikendalikan; namun dalam kasus-kasus lainnya seperti misalnya kesalahan

pengukuran dimensi kayu gelondongan atau kayu papan yang


mengembang bersamaan dengan menumpuknya kelembaban

penyebabnya tidak dapat dikendalikan.


Kesalahan yang disebabkan oleh salah spesifikasi populasi juga umum
terjadi dalam survei pemilihan konsumen, dengan contoh umumnya hanya

terdiri dari para ibu rumah tangga tidak menyertakan kaum laki-laki, wanita
yang bekerja dan mahasiswa karena keadaan mereka yang relatif tidak

memungkinkan terjangkau.

Untuk meminimumkan peluang munculnya kesalahan yang

disebabkan oleh salah spesifikasi, peneliti dapat membuat pernyataan yang


sangat hati-hati tentang tujuan survei pada permulaan studi, sehingga

dapat memberikan gambaran yang jelas tentang unsur-unsur yang


membentuk populasi. Yang terpenting dari semua ini peneliti harus sangat

hati-hati dalam mengungkapkan kesimpulan tentang populasi aktual


darimana informasi sampel ditarik dan bukan menurut kondisi populasi

lainnya yang jauh lebih menarik, yang barangkali hanya dalam bentuk
konseptual.

c. Kesalahan penentuan responden

Sumber kesalahan tambahan dalam survei sampel adalah disebabkan

oleh kesalahan penetapan responden dari beberapa anggota sampel. Pada


umumnya para peneliti mengasumsikan bahwa responden dan

nonresponden mewakili lapisan-lapisan serupa dari populasi padahal


sebenarnya ini merupakan kasus yang jarang terjadi. Sebagai contoh dalam

survei konsumen yang menjadi nonresponden umumnya adalah kaum


pekerja dan responden biasanya adalah ibu rumah tangga, dalam survei

pendapat umum nonresponden (mereka yang menyatakan ‘tidak punya


pendapat’) biasanya adalah anggota-anggota sampel yang sudah sangat

mapan, yang pada umumnya lebih menyukai hal-hal seperti apa adanya.
Peneliti dapat memiliki efek yang jauh lebih langsung terhadap keslahan

akibat ketidaktepatan penentuan responden. Usaha-usaha yang


berkesinambungan dapat dilakukan untuk mencari responden yang tepat

atau dalam kasus-kasus tertentu responden dapat digantikan dengan yang


lain yang dipilih secara acak.
Dalam kaitannya dengan kesalahan sampling, pengalaman adalah
petunjuk terbaik untuk digunakan dalam mengenali sumber kesalahan

dalam survei sampling. Para individu atau badan yang merancang atau
melakukan berbagai survei dari tipe tertentu (misalnya pendapat umum,

penelitian pasar, audit persediaan dan sebagainya) mengembangkan


reputasi untuk mengantisipasi adanya kemungkinan perangkap tertentu

yang mungkin ada dalam survei. Atas dasar pengalaman yang diperoleh,
mereka akan lebih mampu merancang sampling dan metode survei untuk

menghindari sumber bias dan kesalahan umum yang dapat dikendalikan


sekaligus meminimumkan dampak dari sumber kesalahan yang tidak dapat

dikendalikan.

d. Kesalah karena ketidaklengkan cakupan daftar populasi ( coverage error).

Salah satu kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah

ketersediaan daftar unsur populasi ( population frame) lengkap yang


relevan. Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi

(coverage error) timbul karena ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu


di daftar unsur populasi. Kondisi tersebut menjadikan individu anggota

kelompok tersebut tidak berpeluang untuk terpilih sebagai sampel dan


mengakibatkan bias dalam pemilihan. Pelaksanaan pengambilan sampel

dalam kondisi demikian hanya akan menghasilkan dugaan karakteristik dari


populasi sasaran (target population), bukannya karakteristik dari populasi

yang sebenarnya (actual population).

e. Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (Non response error)

Tidak setiap responden berkenan merespon suatu survey. Pengalaman

menunjukkan bahwa individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas


dan bawah cenderung kurang merespon survey dibandingkan dengan

mereka yang berada di kelas menengah. Kesalahan karena


ketidaklengkapan respon (nonresponse error) muncul dari kegagalan untuk

mengumpulkan data dari semua individu dalam sampel. Dengan


pertimbangan bahwa jawaban dari individu sampel yang tidak merespon

belum tentu sama dengan jawaban individu sampel yang merespon,


sangatlah penting untuk menindaklanjuti tanggapan responden yang tidak
member respon atau yang merespon tetapi tidak secara lengkap setelah

suatu priode waktu tertentu. Beberapa upaya dapat dicoba (misalnya


melalui surat atau telepon) untuk meyakinkan responden yang demikian

agar mereka berkenan merubah pendiriannya. Bila upaya tersebut


membuahkan hasil, informasi tambahan yang diperoleh dapat

digabungkan dengan informasi awal yang mereka berikan untuk


meyakinkan validitas hasil survey.

f. Kesalahan penarikan sampel (sampling error)

Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari populasi.


Meskipun demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya

menghasilkan besaran suatu karakteristik populasi yang berbeda-beda


antar satu sampel ke sampel lainnya. Dalam hal ini kesalahan penarikan

sampel (sampling error) mencerminkan keheterogenan tau peluang


munculnya perbedaan dari satu sampel dengan sampel yang lain karena

perbedaan individu yg terpilih dari berbagai sampel tersebut. sampling


error dapat diperkecil dengan memperbesar ukuran sampel meskipun

upaya ini mengakibatkan peningkatan biaya survey.

g. Kesalahan pengukuran (Measurement error)

Pada umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk

mengumpulkan informasi yang berguna. Data yang diperoleh harus valid


dan respon yang benar harus terukur. Permasalahan yang sering timbul

adalah ternyata lebih mudah membicarakan bagaimana memroleh


pngukuran yang bermakna daripada melaksanakannya. Fakta membuktikan

bahwa pengukuran seringkali dijalankan dengan banyak kemudahan.


Pokok-pokok yang seharusnya ditanyakan pun sering kali tidak tercakup

secara lengkap. Dengan demikian pengukuran yang diperoleh seringkali


hanya berupa suatu pendekatan dari karakteristik yang ingin diketahui.

Kesalahan pengukuran merujuk pada ketidakakuratan dalam mencatat


respon yang diberikan responden karena kelemahan instrument dalam
meilikih pokok pertanyaan, ketidakmampuan sipenanya ataupun karena
pernyataan yang dibuat cenderung mengarahkan jawaban responden.

E. Proses pemilihan sampel


1. Menentukan tujuan penelitian
Hasil penelitian sebagai hasil akhir suatu penelitian adalah merupakan

penyajian dari pengplahan dan analisis data sehingga dari hasil tersebut
tercermin masalah dan tujuan penelitian itu terjawab atau tidak, dan hipotesis

terbukti atau tidak terbukti. Tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi
suatu penelitian, karena tujuan penelitian tersebut merupakan arah untuk

elemen- elemen yang lain dari penelitian.


2. Menentukan populasi penelitian

Telah disebutkan sebelumnya bahwa anggota populasi di dalam penelitian


tersebut harus di batasi secara jelas. Oleh sebab itu sebelum sampel diambil

harus di tentukan dengan jelas kriteria atau batasan populasinya. Dengan


demikian menentukan kriteria inklusif maupun kriteria eksklusifnya.

3. Menentukan jenis data yang diperlukan


Jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus di rumuskan

secara jelas. Apabila jenis datta dengan mudah di tentukan dari mana data
tersebut iperoleh atau di tentukan sumber datanya.

4. Menentukan teknik sampling


Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan

sampel dengan sensirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat- sifat
populasi.

5. Menentukan besar sampel (Sampel size)


Meskipun besar/ kecilnya sampel belum menjamin represetatifnya atau

tidaknya suatu sampel, tetapi penentuan besarnya sampel dapat merupakan


langkah penting dalam pengambilan sampel. Secara statistik penentuan

besarnya sampel ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi.
Penentuan besarnya sampel ini akan dibicarakan didalam bagian lain.

6. Menentukan unit sampel yang diperlukan


Sebelum menentukan sampel yang diperlukan, terlebih dulu akan
ditentukan unit- unit yang menjadi anggota populasi. Hal ini akan memudahkan

dalam menentukan unit yang mana akan dijadikan sampel.


7. Memilh sampel

Apabila karakteristik populasi sudah ditentukan dengan jelas, maka kita


dapat dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi

tersebut. Dalam memilih sampel dari populasi ini dengan sendirinya


berdasarkan teknik- teknik pengambilan sampel.

F. Faktor yang mempengaruhi penetapan jumlah sampel


Untuk keberhasilan suatu penelitian perlu dipertimbangkan faktor- faktor yang
dapat berpengaruh pada pengambilan sampel. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Membatasi populasi
Suatu populasi menunjukan pada sekelompok subjek yang menjadi objek atau

sasaran penilitian. Apabila tidak dilakukan pembatasan- pembatasan terhadap


populasi, maka kesimpulan yang ditarikdari hasil penelitian tidak mengambarkan

atau mewakili seluruh populasi, kita tidak memperoleh sampel yang reprensentatif.
b. Mendaftar mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi
Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas, sehingga dapat
diketahui unit-unit yang termasuk pada populasi dan unit mana yang tidak. Misalnya

penelitian tentang status gizi anak balita kelurahan X, maka sebelum pengambilan
sampek terlebih dahulu dilakukan pencatatan seluruh anak dibawah 5 tahun yang

berdomisili di kelurahan X tersebut. Untuk melakukan ini dengan sendiri peneliti


terlebih dahulu harus membuat batasan tentang anak balita tersebut atau batasan

populasinya, seperti telah di sebutkan sebelumnya.


c. Menentukan sampel yang akan dipilih
Besar atau banyaknya anggota yang akan di jadikan sampel memerlukan
perhitungan tersendiri. Besarkecilnya suatu sampel bukan ukuran untuk menentukan

apakah sampel tersebut reprensentatif atau tidak. Hal ini akan tergantung dari
karakteristik populasinya, misalnya homogenitas atau hiteroginitas populasi.

d. Mentukan teknik ampling


Teknik pengambilan sampel ini sangat penting, karena apabila salah dalam
menggunakan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran

(Penyimpangan). teknik pengambilan sampling ini akan dibicarakan dibagian lain.

G. Menghitung besar sampel (Sampel Size)


Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung pada

dua hal yaitu :


1. Adanya sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari

besarnya sampel.
2. Kebutuhan dari rencana analisis yang menetukan batas minimal dari besarnya

sampel.
Misalnya keterbatasan jumlah pewawancara atau pengumpuan data, dan

keterbatasan sumber- sumber daya pendukung yang lain menuntut hanya jumlah
sampel yang kecil. Dipihak lain, agar memungkinkan hasil yang dapat di percaya dan

di analisis secara bervariasi, serta memberikan ketepatan tertentu dari perkiraan


proporsi yang di inginkan dan melakukan uji kemaknaan perbedaan- perbedaan

proporsi tersebut di perlukan jumlah sampel yang cukup besar.

H. Desain sampel : (Probability dan Non-probability Sampling)


1. Probality Sampling

Pengambilan sampel secara random adalah pengambilan sampel yang


memberikan kesempatan/ peluang yang sama kepada setiap individu dalam

populasi tersebut untuk menjadi sampel penelitian. Jika ada sebaian individu
dalam populasi yang memiliki kesempatan yang lebi besar untuk menjadi

sampel dibandingkan dengan individu lainnya, maka metode seperti seperti ini
bukan termasuk random sampling. Pada penelitian yang menggunakan

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, penentuan sampel mengacu pada


kriteria inklusi dan eksklusi sampel yang ditetapkan oleh peneliti.

Hal ini dilakukan untuk memasukan setiap sampel kedalam kelompok


perlakuan atau kelompok kontrol. Metode ini disebut random alokasi. Artinya

setiap kelompok sampel terpilih memiliki kesempatan yang sama untuk masuk
kedalam kelompok perlakuan atau kelompok kontrol. Untuk melakukan random

sampling dari suatu populasi, maka peneliti memulai dengan membuat


kerangka sampel (sampling frame). Menyusun kerangka dilakukan dengan cara
membuat daftar setiap anggota populasi.

Terdapat beberapa metode dalam pengambilan sampel secara random :


a. Simple Random Sampling

Simple random sampling adalah metode pengambilan sampel secara


acak sederhana dengan asumsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki

oleh populasi tidak dipertimbangkan dalam penelitian. Setiap individu


dapat dijadikan sampel tanpa mempertimbangkan karakteristik atau

strafikasi yang dimiliki oleh individu tersebut. Metode sampling ini tetap
diterapkan pada penelitian deskriptif atau penelitian lainnya dimana

perbedaan karakteristik yang mungkin ada pada setiap individu bukan


merupakan hal yang berpengaruh dalam analisis hasil penelitian. Namun

pada penelitian yang menganalisis pengaruh beberapa faktor terhadap


suatu kejadian , dimana peneliti perlu mempertimbangkan pemerataan

jumlah sampel pada setiap karakteristik/ faktor yang akan diteliti, maka
metode simple random sampling tidak tetap diterapkan.

Berikut ini langkah-langkah simple random sampling :


a) Susun kerangka sampling dengan cara mendata dan mencatat secara

berurutan anggota ppulasi terjangkau


b) Hitung dan tetapkan jumlah sampel yang akan diambl mengguanakan

perhitungan statistik yang sesuai


c) Tentukan alat yang akan digunakan untuk memilih sampel

d) Lakukan pemilihan sampel sampai jumlah yang diinginkan terpenuhi.

b. Sistematik random sampling


Metode ini dilakukan dengan memilih sampel dari populasinya secara

sistematis. Tujuan sama dengan simple random sampling, hanya prusedur


pemilihan sampel yang berbeda. Systematic random sampling dilakukan

dengan mengurutkan anggota populasi, kemudian dipilih urutan tertentu


secara sistematis dari daftar populasi.

Berikut ini langkah-langkah sistematic random sampling :


a) Susun kerangka sampling (sampling frame) sama seperti metode

simple random sampling


b) Hitung jumlah sampel yang diinginkan
c) Tentukan kelas interval (Nilai K) dengan cara membagi jumlah populasi
denganjumlah yang diinginkan

d) Tentukan nomor pertama (m) dari kelas interval pertama populasi


yang akan dijadikan sebagai sampel, secara random (dapat dilakukan

dengan cara mengundi)


e) Urutan sampel berikutnya ditentukan dengan menjumlahkan nilai K

dengan m sampai memenuhi jumlah sampel.


c. Stratified Random Sampling

Pada Stratified Random Sampling peneliti mempertimbangkan


stratifikasi atau strata yang terdapat dalam populasi sehingga setiap strata

terwakili dalam penentu sampel. Metode ini tepat digunakan pada populasi
yang memiliki karakteristik heterogen, dimana perbedaan tersebut

mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian.


Berikut ini langkah-langkah menentukan sampel dengan metode

Stratified Random Sampling :


a) Susun kerangka sampling dengan cara mendata dan membuat daftar

urutan seluruh perawat di rumah sakit X


b) Bagi kerangka sampel berdasarkan strata yang dikehendaki dengan

cara membuat daftar urutan perawat untuk setiap strata


c) Hitung dan tetapkan jumlah sampel yang akan diambil pada setiap

strata. Peneliti dapat menentukan jumlah sampel pada setiap strata


berdasarkan proporsi setiap strata dalam populasinya (terutama jika

jumlah anggota populasi sedikit). Namun jika jumlah populasi banyak


peneliti dapat menentukan jumlah sampel setiap strata secara merata.

Formula berikut dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel


dalam setiap strata :
Jumlah sampel setiap = Jumlah anggota strata dalam populasi x Jumlah
Sampel Strata Jumlah total anggota populasi

d) Lakukan pemilihan sampel secara random dari setiap strata sampai


jumlah yang diinginkan terpenuhi.

d. Cluster Sampling
Pada metode cluster sampling, random dilakukan pada setiap cluster
yang ada. Metode ini juga dapat diartikan sebagai pengambilan sampel

berdasarkan gugus. Dalam metode cluster, setiap cluster boleh


mengandung unsur yang karakteristiknya heterogen.

Berikut ini langkah melakukan cluster sampling :


1) Susun sampel frame berdasarkan sluster dengan cara mengurutkan

cluster yang ada


2) Tentukn jumlah cluster yang akan dijadikna sampel dengan metode

random (dapat dilakukan dengan mengundi atau dengan metode


sistematis)

3) Lakukan penelitian pada setiap sampel yang terdapat dalam cluster


terpilih.

2. Non-probability Sampling

Pemilihan sampel secara Non-probability Sampling adalah pemilihan


sampel yang tidak dilakukan secara acak. Berbeda halnya dengan probability

sampling, non-probability sampling menghasilkan peluang yang tidak sama


pada individu dalam populasi untuk terpilih menjadi sampel. Anggota populasi

yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena faktor lain yang
sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.

Terdapat 3 metode sampling yang termasuk non-probability sampling yaitu


:

a. Consecutive Sampling
Suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih

semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai


jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Metode ini sering digunakan

untuk penelitian eksperimen yang mengujicobakan suatu intervensi/


prosedut keperawatan di rumah sakit/ klinik.

b. Convennient Sampling

Merupakan pemilihan sampel dengan pertimbangan kemudahan


peneliti dalam memilih sampel. Pada metode ini sampel diambil sesuai

dengan keinginan peneliti tanpa sistematika tertentu.


c. Purposive Sampling
Merupakan suatu metode pemilihan sample yang dilakukan
berdasarkan maksud atau tuiuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai