MENYUSUN PUZZLE
PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Waktu : 30 menit
Setelah dilakukan terapi bermain, diharapkan pasien dapat menyusun puzzle dengan
sempurna serta mengurangi stress dan memberikan stimulus untuk motorik halus pada
anak.
c. Widya Arhasari
d. Bela Novela Sari
e. Amir Ma’ruf
f. Ahmad Fu’ady Sya’adillah
3. Usia : 4 – 6 tahun
7. Strategi permainan :
KEGIATAN BERMAIN
Kegiatan
No Tahapan Waktu
Perawat Klien
c. Mempersiapkan tempat
untuk bermain
d. Mempersiapkan klien
bermain e. Menyimak
3. Fase Kerja a. 15
Menyampaikan
m cara a. Menyimak
permainan
e yaitu
n
membentuk
i pasir
menggunakan
t cetakan.
b. Membimbing klien dalam
membentuk pasir
menggunakan cetakan.
b. Memberi
n evaluasi secara b. Menjawab
lisan i
c. Memberi
t rencana tindak c. Menyimak
lanjut
d. Memberi reward kepeda d. Klien merasa senang
klien jika dapat membuat
origami
Denah Permainan
Keterangan:
Leader fasilitator
Co leader
Anak observer
Denah :
D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Alat untuk terapi bermain harus sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan
kegiatan.
b. Alat dan ruangan sudah disiapkan sebelum pasien datang keruang terapi bermain
c. Sudah dibentuk struktur organisasi atau pembagian peran
d. Perencanaan terapi bermain yang sesuai dan tepat
2. Evaluasi Proses
a. Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa
rasa takut.
b. Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama
gambar buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang
disebutkan perawat.
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari (Miller B.F dan Keane). Bermain adalah kegiatan yang
merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak disadari serta
dialami dengan suatu kepuasan. Bermain merupakan sarana bagi anak–anak untuk
belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak–anak
suatu obyek dengan lainnya. Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar
menopang balok yang kecil. Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar
Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis sikologis dikarenakan
perubahan lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi
beberapa faktor seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang
penyakit, dan ancaman perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah
sakit perlu mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak
penyembuhan, dan trauma. Bagi anak hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan dan akan memunculkan berbagai respon salah satunya adalah cemas.
proses penyembuhan, dan trauma pada anak setelah keluar dari rumah sakit
Tujuan terapi bermain di rumah sakit bagi anak yaitu untuk mengurangi
perasaan takut, cemas, sedih, tegang, dan nyeri. Banyak macam terapi bermain yang
dapat mengembangkan kemampuan anak, seperti mewarnai gambar, puzzle, clay, dan
origami. Puzzle merupakan suatu kegiatan teka-teki atau permainan menyusun gambar
sehingga membentuk sesuatu, misalnya bentuk hewan, bunga, atau alat transportasi.
Permainan puzzle bermanfaat untuk melatih motorik halus, menumbuhkan motivasi,
kreativitas, keterampilan, dan ketekunan. Bermain puzzle mengajarkan pada anak
membuat melengkapi gambar, sehingga menciptakan kepuasan pada diri anak yang
jika berhasil menyusun puzzle dengan sempurna maka akan membentuk suatu gambar
yang bisa dijadikan untuk membantu anak mengingat warna, hewan, buah-buahan dan
lain sebagainya.
Terapi bermain puzzle merupakan salah satu intervensi yang dapat mengurangi
kecemasan anak selama menjalani hospitalisasi. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat
tindakan invansif yang diterima. Bermain yang diterapkan pada kegiatan ini adalah
menyusun puzzle. Puzzle untuk anak-anak merupakan bentuk aktivitas yang sangat
bermain puzzle namun juga penyaluran kreativitas dan imajinasi anak, dan yang
terpenting adalah keterampilan dalam mengontrol dan melatih motorik halus. Belajar
untuk tetap konsentrasi dan fokus dalam mengikuti langkah-langkah pembuatan suatu
model puzzle adalah bentuk belajar sambil bermain. Semua hal tersebut diatas sangat
Anak usia dini bentuk lipatan masih berupa bentuk objek yang sederhana. Anak-
anak belum dapat mengikuti tahapan lipatan yang kompleks. Belajar melipat pada anak
dilakukan dengan beberapa tahap. Berdasarkan menu pembelajaran bagi AUD tingkat
diharapkan dapat melipat kertas sembarangan. Usia 3 – 4 tahun, anak diharapkan dapat
melipat kertas dengan berbagai bentuk (tidak beraturan). Pada tahap ini anak diberi
kebebasan untuk melipat dengan sesuka hati mereka. Pada usia 4 – 6 tahun, anak
diharapkan dapat menyusun puzzle dengan sempurna. Pada usia ini anak sudah
mampu mengikuti petunjuk sederhana. Dan untuk usia 5 – 6 tahun, anak diharapkan
dapat menyusun puzzle sampai menjadi suatu bentuk gambar hewan, buah, dan lain
sebagainya.
telah di rawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tepatnya di ruang melati.
B. Konsep Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bias diukur.
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi
dan pembelajaran.
dari mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus
yang apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang
adalah unik, sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh
kembang. Tumbuh kembang merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitu
faktor herediter dan faktor lingkungan. Manusia dalam tumbuh dan berkembang
a. Fisik
b. Kognitif
c. Psikologis
d. Moral
e. Spiritual
maturitas atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap
organ
a. Motorik
Misalnya loncat tali, badminton, bola volly, pada akhir masa sekolah motorik
halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan.
b. Sosial emosional
Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi dari rumah
hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sanggat berperan untuk
membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain
c. Pertumbuhan fisik
a. Faktor herediter
proses tumbang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel
pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetic ini adalah jenis kelamin dan suku
bangsa /ras. Misalnya, anak keturunan bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih
b. Faktor lingkungan
a) Lingkungan internal
anak diluar rumah. Pada umumnya anak yang perkembangannya baik dan
perkembangannya terhambat.
b) Lingkungan eksternal
sangat besar, orang tua dengan status ekonomi lemah bahkan tidak mampu
kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh akan
posisi anak dalam keluarga juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi
pusat perhatian orang tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi baik itu
pencegahannya.
a. Tahapan perkembangan :
2. Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi dengan
B. Konsep Bermain
1. Pengertian Bermain
Hidayat,2008).
dalam dirinya yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane, 1983 ).
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar
memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres
anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
sosial anak.
Anak dalam keadaan sakit atau yang mendapat perawatan dirumah sakit
perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan rasa terancam
karena perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu
pada anak menyelesaiakan konflik internal, dan tipe ini merupakan komponen
penting pendekatan psikososial untuk merawat anak.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya,
seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan,
sedang tumbuh
lembaga
i. Mencapai kebebasan pribadi
mampu menyelesaikan lipatannya. Tidak hanya rasa senang yang didapatkan dari
bermain origami namun juga penyaluran kreativitas dan imajinasi anak, dan yang
sekolah. Untuk anak usia dini bentuk lipatan masih berupa bentuk objek yang
Untuk usia 2 - 3 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas sembarangan. Usia 3 –
4 tahun, anak diharapkan dapat melipat kertas dengan berbagai bentuk (tidak
beraturan). Pada tahap ini anak diberi kebebasan untuk melipat dengan sesuka hati
mereka. Pada usia 4 – 5 tahun, anak diharapkan dapat melipat kertas lebih dari satu
lipatan. Pada usia ini anak sudah mampu mengikuti petunjuk sederhana. Dan untuk
usia 5 – 6 tahun, anak diharapkan dapat melipat kertas sampai menjadi suatu bentuk
(origami). Penilaian untuk anak usia dini menekankan pada proses daripada produk.
Hasil evaluasi yang diberikan oleh pendidik AUD sebaiknya tidak hanya dinilai dari
karya anak namun lebih kepada bagaimana anak tersebut berusaha untuk
menghasilkan karyanya.
3. Metode Bermain
Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang sulit dijangkau
tempatnya apalagi harganya. Cukup dengan barang-barang atau alat-alat di sekitar
kita bisa kita gunakan untuk memperkaya permainan anak. Misal ; bola, lompat tali,
kertas origami, dan lain-lain. Yang terpenting kita bisa meramu dan menggunakan
Acara pementasan juga dapat menjadi salah satu pilihan yang sangat efektif
untuk membentuk kerja sama anak, mengekspresikan diri, dan anak dapat
memberikan apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam
model pendidikan ini dapat diterapkan oleh anak dalam kegiatan sehari-hari.
a. Tahap eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama terdiri atas
melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda
yang diasungkan dihadapannya. Selanjutnya mereka akan mengendalikan
atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak
jangkauannya
b. Tahap permainan
Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai puncaknya
pada usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi
barang mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang
mainan ini adalah bahwa permaianan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka
menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak mengangap
d. Tahap melamun
akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama
permainannya dan ada saat-saatanak sama sekali tidak punya keinginan untuk
bermaian.
b. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan bermain
dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain
sesama laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak
laki-laki suka bermain bola, pada anak permpuan suka main boneka.
c. Lingkungan, lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola
permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-
layangan. Paling mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada
tanah-tanah kosong.
1. Solitary play
Bermaian sendiri walaupun disekitarnya orang lain. Misalnya pada bayi dan
toddler, dia akan asyik dengan mainnya sendiri tanpa menghiraukan orang-
2. Pararel play
anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi di antara
mereka. Mereka tidak ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Misalnya, masing-masing anak punya bola, maka dia akan bermain dengan
3. Associative play
Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih
belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai
lari dan sebagainya. Hal ini banyak dialami pada anak pre school.
4. Cooperative play
Anak bermain secara bersama-sama, permaianan sudah terorganisir dan
terencana, didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya, anak bermain kartu,
Menurut isi
Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara
6. Skill play
7. Dramatic play
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan
dia dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permaianan itu.
Misalnya, anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu
dokter, sesuai dengan apa yang dia lihat dan diterima tentang peran
tersebut.
a. Ekstra energy
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
tempat tidur.
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih
akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE
merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara
optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu
roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai
pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan
gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan
motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil
warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang
tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat
ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott,
1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan
memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain
b. Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah sakit,
Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang ditanggungnya
cukup berat, akan membuat anak bersikap tabah dan ceria dalam menghadapi
kondisi sakitnya.
Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas
Foster and Humsberger. 2010. Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Markum, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta
Merenstein, et al. 2014. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Whaley and Wong. 2018. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby
4. Memberi petunjuk pada anak cara bermain : Susun puzzle sesuai dengan pola
yang tersedia
5. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu
bermain.
11. Perawat memberikan reward kepada anak yang telah melakukan kegiatan