Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

TERAPI BERMAIN PUZZEL


DI RUANG FLAMBOYAN 9 RSUD Dr. MOEWARDI

DISUSUN OLEH :

1. Eva Noviyanti (07122267)


2. Khotimatul Khusniah (071222037)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis yang terjadi pada anak,
hal ini dikarenakan anak dalam kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit.
Keadaan ini membuat anak berusaha beradaptasi dengan lingkungan yang
baru yaitu lingkungan rumah sakit sehingga kondisi tersebut dapat
meningkatkan stressor yang menimbulkan kecemasan, marah, sedih, takut,
dan merasa bersalah (Hockenberry & Wilson, 2011). Menurut Hery (2017)
dengan melakukan permainan anak dapat terlepas dari ketegangan dan
stress yang ditimbulkan selama proses hospitalisasi terjadi, dengan
bermain anak dapat mengalihkan rasa sakit dan cemasnya dengan
permainan (distraksi).
Bermain merupakan kegiatan anak – anak yang dilakukan
berdasarkan keinginan dari anak untuk mengatasi kecemasan, stress, dan
adaptasi baru di lingkungan yang baru. Fungsi dari bermain adalah untuk
perkembangan sensoris dan motorik, perkembangan intelektual,
perkembangan sosial, perkembangan kesadaran diri serta juga kreativitas
dari anak (Wong dalam Heri Saputro, 2017). Menurut Setiawati, dkk
(2019) stress yang terjadi akibat proses hospitalisasi pada anak usia
prasekolah sangat berpengaruh pada perawatan dan proses penyembuhan
pada saat anak dirawat di rumah sakit. Menurut Suryanti (2011) salah satu
permainan yang bisa dilakukan kepada anak pra sekolah yaitu dengan
bermain puzzel, hal ini karena sesuai tahap perkembangan anak mulai
mengasah kemampuan berfikir untuk mengetahui kemampuannya dalam
bekonsentrasi.
Oktober 2019 terdapat 30% anak usia pra sekolah dari 13 pasien.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2019 75%
anak usia pra sekolah tampak adanya kecemasan yang dibuktikan dengan
tidak mau berinteraksi dengan perawat atau petugas kesehatan selama
dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan masalah dan teori yang sudah dijelaskan di atas, tim
penulis tertarik untuk melakukan terapi bermain dengan bermain puzzel
kepada anak usia pra sekolah untuk menurunkan kecemasan akibat
hospitalisasi di ruangan anak flamboyan 9 Rumah Sakit Umum Daerah
Dr,. Moewardi.

B. Tujuan Kegiatan :
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain puzzel selama 30 menit, anak
diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan dan tidak takut lagi
terhadap petugas kesehatan sehingga anak merasa nyaman dan dapat
beradaptasi dengan baik selama dirawat di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain puzzel selama 1x30 menit diharapkan
anak usia pra sekolah dapat :
a. Anak dapat meningkatkan kemampuan berimajinasi melalui terapi
bermain dengan puzzel sesuai dengan minat dan kreasi anak
b. Anak dapat mengembangkan kemampuan mengatur gerakan
motorik kasar dan halus
c. Mengembangkan kognitif anak
d. Mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman yang
dirawat di ruang yang sama
e. Mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat di RS
f. Mampu beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di rumah sakit
g. Meningkatkan latihan konsentrasi
h. Merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah

C. Sasaran Peserta
Sasaran terapi bermain dalam kegiatan yaitu usia pra sekolah dengan
rentang umur 3 – 6 tahun yang sedang menjalani perawatan di bangsal
anak flamboyan 9 dengan kesadaran composmentis.

D. Media
1.Puzzel
E. Pelaksanaan
Hari / Tanggal :
Waktu : 09.00-10.00 WIB (Menyesuaikan)
Tempat : Ruang rawat inap Flamboyan 9
Sasaran : Pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun)
Metode : Menyusun puzzel

F. PENGORGANISASIAN
Perawat : Eva noviyanti, Khotimatul Khusniah
G. STRATEGI BERMAIN
N Wakt Tahap Perawat Anak
o u
1. 5 Persiapan a. Menyiapkan Anak bersedia
alat- alat yang
menit mengikuti kegiatan
akan
digunakan
dalam hal ini
adalah puzzel
b. Menyiapkan
anak-anak
2. 3 Pembukaa a. Salam
terapeutik: a. Menjawab
menit n salam
Memberi salam
terapeutik b. Menjelaskan
sehangat perasaan saat
mungkin dan
memperkenalk ini
an diri
b. Validasi:
menanyakan
perasaan anak
saat ini
Kegiatan Inti
Bermain:
a. Kontrak:
20 1) Menjelaskan a. Anak
kepada anak menyusun
menit dan keluarga puzzel
tentang b. Senang dan
permainan dan terlihat
manfaat bagi menikmati
anak permainan
2) Membuat c. Menjawab
kontrak waktu
untuk bermain pertanyaan
20-30 menit
3) Menjelaskan
tentang cara
bermain
b. Kegiatan bermain
1) Sebelum
memulai
permainan
perawat
menjelaskan
teknik Anak
bermain dengan
antusias dan
semangat yang
tinggi untuk
bisa
menyelesaikan
gambarnya.
2) Komunikasi dan
interaksi terjaga
dengan baik
selama proses
bermain.
3) Keluarga
(ibunya) juga
ikut terlibat
mendampingi
dalam bermain.
4) Proses bermain
berlangsung
selama 20 menit
dan anak-anak
dapat
menyelesaikan
menyusun
puzzel dengan
bantuan dari
orang tua / ibu
dan perawat
5) Mengevaluasi
respon anak dan
keluarga
menyusun
puzzel.
6) Setelah Anak-
anak mengerti
maka
permainan di
mulai
3. 2 Penutup a. Menanyakan a. Menjawab
pertanyaan
menit kepada klien
b. Memperhatik
tentang an
c. Menjawab
perasaannya
salam
setelah
bermain
b. Memberi
kesimpulan
untuk
permainan
yang telah
dilakukan
c. Memberi salam
terapeutik

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a) 100 % pasien anak usia 3-6 tahun mengikuti terapi bermain
menyusun puzzel
2. Terapi aktivitas diselenggarakan tepat waktu di ruang rawat inap
flamboyan 9
3. Evaluasi Proses
a) Semua peserta mengikuti dari awal sampai akhir acara
b) Semua peserta aktif dan antusias menyusun puzzel
4. Evaluasi Hasil
a) 50% peserta menyelesaikan menyusun puzzel sesuai dengan
waktu yang disepakati
b) 50% peserta anak mampu bersosialisasi dengan tenaga kesehatan
yang ada di rumah sakit
BAB II
LAMPIRAN MATERI

A. Usia Pra Sekolah


Usia preschool atau pra sekolah merupakan usia emas dimana
seorang anak dalam masa tumbuh kembangnya memerlukan banyak
stimulus. Pada masa ini merupakan waktu yang tepat untuk
mengembangkan berbagai pontensi dan kemampuan antara lain motorik
halus, motorik kasar, sosial, emosi serta kognitifnya (Mulyasa, 2012). Di
samping itu u s i a prasekolah adalah masa dimana terjadinya peningkatan
kecerdasan dari 50% menjadi 80%. Peningkatan ini dapat tercapai secara
maksimal bila lingkungan sekitar mampu memberikan rangsangan dan
stimulasi yang tepat kepada anak itu sendiri, tetapi apabila anak
tidak mampu memperoleh rangsangan dan stimulasi dengan tepat maka
otak anak tidak akan mampu berkembang dan berfungsi secara maksimal.
B. Bermain
Bermain merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia anak –
anak, dunia anak adalah dunia bermain, yakni dunia yang penuh
spontanitas dan menyenangkan, sesuatu yang dilakukan dengan penuh
semangat karena merupakan hal yang menyenangkan. Arti kata bermain
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah melakukan
sesuatu untuk bersenang – senang. Kegiatan bermain juga merupakan
bagian dari proses belajar anak – anak, dimana saat bermain aspek fisik,
psikis, kognitif dan emosional turut dibentuk. Sigmund Freud dengan teori
psikoanalisis mengatakan bahwa bermain dapat mengekspresikan
dorongan impulsive sebagai cara mengurangi kecemasan (Mutiah, 2010).
Bagi anak – anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit,
bermain juga merupakan bagian dari terapi sebab bermain memiliki nilai
terapeutik. Anak – anak yang sedang menjalani pengobatan di rumah sakit,
cenderung mengalami perasaan takut, cemas, nyeri, bosan dan stress.
1. Manfaat Bermain di Rumah Sakit
1) Membantu anak merasa lebih aman di lingkungan yang asing
2) Membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan
rindu rumah
3) Alat untuk melepaskan ketegangan dan ungkapan perasaan
4) Meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang positif
terhadap orang lain
5) Sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat
6) Sebagai alat untuk mencapai tujuan terapeutik
7) Menempatkan anak pada peran aktif dan memberi kesempatan
pada anak untuk menentukan pilihan.
2. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
Terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap harus
memperhatikan kondisi kesehatan anak. Beberapa prinsip permainan
pada anak dirumah sakit yaitu:
1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang
sedang dijalankan pada anak.
2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat
dan sederhana.
3) Pilihlah jenis permainan yang tidak melelahkan anak
4) Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak, pilih
alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak
merangsang anak untuk berlari-lari dan bergerak
secara berlebihan
5) Melibatkan orang tua saat anak bermain merupakan satu hal
yang harus diingat.

C. Konsep terapi bermain puzzle

1. Pengertian

Puzzle merupakan alat bermain yang dapat membantu perkembangan psikososial


pada anak Ball (2012). Puzzle merupakan permainan yang dapat memfasilitasi
permainan asosiatif dimana pada usia prasekolah anak senang bermain dengan
anak yang lain sehingga puzzle dapat dijadikan sarana bermain anak sambil
bersosialisasi. Bermain puzzle merupakan salah

alat bermain yang dapat membantu perkembangan psikososial pada anak


(Fitriyani, 2017).

Manfaat terapi bermain puzzle antara lain:

a. Meningkatkan ketrampilan kognitif

Meningkatkan ketrampilan kognitif berhubungan dengan kemampuan dalam


belajar dan memecahkan masalah. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba
memecahkan masalah yaitu menyusun gambar.

b. Meningkatkan ketrampilan motorik halus

Ketrampilan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak menggunakan


otot-otot kecilnya khususny tangan dan jari-jari tangan

c. Meningkatkan ketrampilan sosial


Ketrampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Bermain puzzle dapat dilakukan secara individu maupun dapat dilakukan secara
kelompok atau bersama.

d. Melatih koordinasi mata dan tangan

Anak menjadi belajar mencocokkan keping-keping puzzle dan menyusunnya


menjadi satu gambar.

e. Melatih Logika

Melalui puzzle anak dilatih menggunakan logikanya. Misalnya puzzle bergambar


manusia, anak akan dilatih menyimpulkan letak kepala, tangan dan kaki sesuai
logika.

F. Melatih Kesabaran

Bermain puzzle membutuhkan kesabaran, ketekunan dan memerlukan waktu


untuk berafiliasi dan menyelesaikan tantangan.

Prosedur Terapi Bermain Puzzle

Persiapan :

a. Siapkan puzzle yang akan digunakan sebagai alat terapi bermain

b. Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain

Cara Bermain:
a. Letakkan puzzle didepan anak

b. Pisahkan setiap kepingan atau potongan puzzle

c. Beri contoh pada anak cara menyusun puzzle

d. Mintalah pada anak untuk mencobanya

e. Berikan pujian apabila anak berhasil dalam menyusun puzzle

f. Apabila anak masih ingin bermain, ulangi permainan dengan

puzzle yang lain


DAFTAR PUSTAKA

Hartono, S. H. (2017). 6 Cara Mengajarkan Prasekolah Mengenal Pola Maka


Sehat. https://nakita.grid.id/read/0212506/6-cara-mengajarkan-prasekolah-
mengenal-pola-makan-sehat?page=all diakses Oktober 2019

Mulyasa, H. E. (2012). Manajemen PAUD. PT. Remaja Rosdakarya Offset.


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai