AL-HADIS
Dosen Pengampuh:
Siti Ardianti, S.Th.I., M.TH.
Disusun Oleh:
Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
rahmat-Nya lah kita masih diberi kehidupan yang sejahtera. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan besar Habibana Wanabiyana
Muhammad SAW, karena bimbingannya lah kita bisa berjalan pada jalan yang
diridoi Allah SWT.
Harapan saya semoga makalah ini yang bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca , sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB I
Soal Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Al-Hadis .........................................1
BAB II
Pembahasan Soal Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Al-Hadis .....................2
ii
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH AL-HADIS
JURUSAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Hadis, Sunnah dan Atsar memiliki pengertian yang sama dan berberda.
Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang persamaan dan perbedaan Hadis,
Sunnah dan Atsar ? berikan alasanya berdasarkan pendapat Ulama?
b. Hadis telah dikenal setiap lapisan kalangan tetapi terdapat pula golongan atau
orang yang tidak mempercayai tetang keaslian Hadis sehingga menjadi
Inggar Sunnah / Hadis. Apakah Kamu termasuk Inggar Hadis/Sunnah ?
Berikan Alasannya serta Bagimana Membuktikan atau menjelaskan tentang
Keaslian Hadis ?
c. Pilihlah Salah satu poin pembahasan di bawah ini dan lengkapi dengan
penjelasannya seperti : Sunan an-Nasa‟i, 20. Kitāb Qiyām al-Lail, 27. Bāb al-
Amr bi al-Witr
Bunyi Hadis :
َق َقا ْلا ِو ْل ُر اَق ْل َق ِو َق ْل ٍم َق َق ْل َق ِو ْلا َق ْل ُر َق ِو َق اَق ِو َّن ُر ُر َّن ٌة َق َّن َق َق ُر ُرا َّن ِو َق َّن َّن ُر َق َق ْل ِو َق َق َّن َق
1
Pembahasan Soal Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Al-Hadis
A. Hadis, Sunnah dan Atsar memiliki pengertian yang sama dan berberbeda.
Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang persamaan dan perbedaan Hadis,
Sunnah dan Atsar ? berikan alasannya berdasarkan pendapat Ulama?
Jawaban:
2
2. Persamaan Hadits, Sunnah dan Atsar
Dari keempat istilah yaitu Hadith, Sunnah, Khabar, dan Atsar, menurut jumhur
ulama Hadith dapat dipergunakan untuk maksud yang sama, yaitu bahwa
hadith disebut juga dengan sunnah, khabar atau atsar. Begitu pula halnya
sunnah, dapat disebut dengan hadith, khabar dan atsar. Maka Hadith Mutawatir
dapat juga disebut dengan Sunnah Mutawatir atau Khabar Mutawatir. Begitu
juga Hadith Shahih dapat disebut dengan Sunnah Shahih, Khabar Shahih, dan
Atsar Shahih.
B. Hadis telah dikenal setiap lapisan kalangan tetapi terdapat pula golongan atau
orang yang tidak mempercayai tetang keaslian Hadis sehingga menjadi Inggar
Sunnah / Hadis. Apakah Kamu termasuk Inggar Hadis/Sunnah ? Berikan
Alasannya serta Bagimana Membuktikan atau menjelaskan tentang Keaslian
Hadis ?
Jawaban:
Tidak, karena hadis telah disampaikan kepada kita melalui riwayat yang shahih.
Pembuktian keaslian hadis dilihat dari siapa yang meriwayatkannya dan apa
hubungannya dengan Rasulullah SAW. Misalnya, Hadis riwayat Aisyah, istri
rasulullah, shahih atau asli karena beliau adalah istri rasulullah dan selalu dekat
dengan rasulullah. Kemudian Abu Huraihah, adalah sahabat nabi yang paling
banyak meriwayatkan hadis rasulullah, hadis riwayatnya dinyatakan shahih atau
asli karena beliau sudah ikut Rasulullah SAW sejak kecil. Kemudian Abu Bakar
dan Umar Bin Khattab, meraka berdua adalah sahabat Rasulullah SAW dan
mereka terkenal karena selalu ada disamping Rasulullah kemanapun dia pergi,
dan mereka berdua mustahil berbohong, karena itu hadis yang diriwayatkan
mereka shahih atau asli. Periwayatan itu disebut juga rantai penyampaian.
3
Dari Rasulullah ke istri, berlanjut ke ayah atau saudaranya ke anak-anaknya
apabila mereka memiliki sifat yang jujur,adil, dan tidak berbohong maka riwayat
hadis tersebut adalah shahih atau asli. Begitu pula dari Rasulullah ke para sahabat-
sahabatnya, berlanjut kepada ayah atau saudaranya ke anak-anaknya apabila
mereka memiliki sifat yang jujur,adil, dan tidak berbohong maka riwayat hadis
tersebut adalah shahih atau asli. Dan para-para sahabat nabi maupun para ulama
mengumpulkan berbagai sabda Nabi Muhammad S.A.W. dan membukukannya.
Para ulama tersebut telah menyusun kitab-kitab hadist yang shahih atau otentik,
misalnya seperti Hadist Sahih Al-Bukhari, Sahih Al-Muslim, Sunnah Abu Dawud,
Sunnah An-Nasa'i, dan sebagainya.
C. Pilihlah Salah satu poin pembahasan di bawah ini dan lengkapi dengan
penjelasannya seperti : Sunan an-Nasa‟i, 20. Kitāb Qiyām al-Lail, 27. Bāb al-
Amr bi al-Witr.
Jawaban:
Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak kecil ia
telah mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu
yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun atau bahkan telah puluhan tahun
itu telah benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu
„alaihi was sallam? Karena suatu hal yang telah menjadi konsekwensi dari dua
kalimat syahadat bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah dan sesuai
sunnah Nabi shallallahu „alaihi was sallam. Demikian juga telah masyhur bagi
kita bahwa wudhu merupakan syarat sah sholat, yang mana jika syarat tidak
terpenuhi maka tidak akan teranggap/terlaksana apa yang kita inginkan dari syarat
tersebut. Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu „alaihi was
sallam,
4
َال ُلُت ْق َال ُل َال َال ُل َال ْق َال ْق َال َال َال ىَّت َالُتَالُت َال ىَّت َال
Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa Ta‟ala perintahkan kepada kita
dalam KitabNya,
ِ ين آَ َمنُىا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى الص َََّل ِة فَا ْغ ِسلُىا ُوجُىهَ ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم إِلَى ْال َم َسا ِف
ق َ َيا أَيُّ َها الَّ ِر
وو ُك ْم َوأَزْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْ َ ِْن
ِ ُ َوا ْم َس ُىا ِ ُس
Maka marilah duduk bersama kami barang sejenak untuk mempelajari shifat/tata
cara wudhu Nabi shallallahu „alaihi was sallam.
Pengertian wudhu
5
Jika pengertian ini telah dipahami maka kita akan mulai pembahasan tentang
syarat, hal-hal wajib dan sunnah dalam wudhu secara ringkas.
Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits Nabi shallallahu
„alaihi was sallam dari Humroon budak sahabat Utsman bin Affan rodhiyallahu
„anhu,
فَالُتغَال َالسلَال ُله َالما، فَالَال ْقفُتَالرغَال َالعلَالى َال َال ْق ِه ِ ْق إِنَالائِِه، ان َالد َالعا بَِال ُل ٍء ان بْق ِ َالعف َال
ىَّتان َالنىَّتهُل َالرَالى ُلعثْق َالم َال ان َال ْق َالَل ُلعثْق َالم َال
َالع ْق ُلُحْقَالر َال
ِ
ُلُثىَّت َالغ َالس َال َالو ْقج َالههُل ثَال َالثًا، اسَالُتْقنثَالُتَالر
َالو ْق، اسَالُتْقن َالش َالق
َالو ْق، ض ُلُثىَّت َالَتَال ْق، ُلُثىَّت ْقَالد َالخ َال َالَيِينَالهُل ِِف اْقل َال ُل ء، ات
ض َالم َال
ٍ ثَال َال َال ىَّتر
َال
ت ِ ىَّت
النىَّتِب ُلُثىَّت قَال َال، ُلُثىَّت َالغ َالس َال ُلك ىَّت ِر ْقج ٍ ثَال َالثًا، ُلُثىَّت َال َالس َالح بَِالرْق ِس ِه، ْي ثَال َالثًا
ال َالرَالْق ُل ِ لى –وَال َال ْق ِه إِ َالَل الْق ِمرفَالُت َال ْق
ْق َال
َال « َالُتَالُت َال ىَّت ُل َالْقَن َال ُلو ُل ئِى َاله َالذا َالوقَال َال، ْي
ال –اهلل عليه وسلم ِ َال ْق َالُت ىَّت َال َالْقَن و ُل ئِى َاله َالذا ُلُثىَّت َال لىَّتى رْقك َالعَالُت ْق
َال َال ُل َال
َالغ َالفَالر اللىَّتهُل لَالهُل َال ا َالُت َال ىَّت َال ِ ْق َالنْقِ ِه، ُلَال ِّد ُل فِي ِه َالما نَالُت ْقف َالسهُل
kemudian beliau mengatakan, “Aku melihat Nabi shallallahu „alaihi was sallam
berwudhu dengan wudhu yang semisal ini dan beliau shallallahu „alaihi was
sallam mengatakan, “Barangsiapa yang berwudhu dengan wudhu semisal ini
kemudian sholat 2 roka‟at (dengan khusyuked.)dan ia tidak berbicara di antara
wudhu dan sholatnya maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat kita simpulkan tata
cara wudhu Nabi shallallahu „alaihi was sallam secara ringkas sebagai berikut,
Wajib Wudhu
Berniat wudhu:
“Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi
orang yang tidak menyebut nama Allah Ta‟ala (bismillah) ketika hendak
berwudhu”.
kumur, istinsyaq dan istintsar. Para „ulama mengatakan batasan bagian wajah
yang dibasuh adalah mulai dari atas ujung dahi (awal tempat tumbuhnya
rambut) sampai bagian bawah jenggot dan batas kiri kanan adalah telinga.
Adapun yang dimaksud dengan istinsyaq adalah sebagaimana yang
dikatakan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy rohimahullah, “Memasukkan air
ke hidung dengan menghisapnya sampai ke ujungnya, sedangkan istintsar
adalah kebalikannya”. Dalil tentang hal ini sebagaimana yang firman
Allah „azza wa jalla,
8
اؼسِ لُيا يُ ُ ي َو ُك ْم َ َيا َ ُّيي َىا الهذ
ْ َ ِين َ َم ُ يا ِ َذا ُ ْم ُت ْم ِلَى الص َهال ِة
Sebagaimana dalam ilmu ushul fiqh perintah dalam perkara ibadah memberikan
konsekwensi wajib. Maka membasuh wajah dalam wudhu adalah wajib.
Sedangkan dalil yang menunjukkan wajibnya berkumur-kumur, istinsyaq dan
istintsar adalah ayat di atas yang memerintahkan kita untuk membasuh wajah,
sedangkan mulut dan hidung merupakan bagian dari wajah. Demikian juga hadits
Nabi shallallahu „alaihi was sallam,
Dalil khusus dalam masalah kumur-kumur adalah hadits Nabi shallallahu „alaihi
was sallam,
9
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah mengatakan, “Cara
berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar dilakukan bersamaan (satu kali jalan),
maka setengah air digunakan untuk berkumur-kumur dan sisanya untuk istinsyaq
dan istintsar”.
Menyela-nyelai jenggot, dalil tentang hal ini adalah hadits Nabi shallallahu
„alaihi was sallam dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallahu „anhu,
“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu „alaihi was sallam. ) jika beliau akan
berwudhu, beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau basuhkan (ke
wajahnya) sampai ketenggorokannya kemudian beliau menyela-nyelai
jenggotnya”. Kemudian beliau mengatakan, “Demikianlah cara berwudhu yang
diperintahkan Robbku kepadaku”.
Membasuh kedua tangan sampai siku, dalilnya adalah firman Allah „azza
wa jalla,
10
“Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku”. (QS Al Maidah [5] : 6).
« ُث هم َؼ َس َ َيدَ هُ ْاليُسْ َرى ِلَى ْال َمرْ ِِق، ُث هم َؼ َس َ َيدَ هُ ْال ُي ْم َ ى ِلَى ْال َمرْ ِِق َثالَ ًّفثا
ال ًّفثا
َ » َث
“Kemudian beliau membasuh tangannya yang kanan sampai siku sebanyak tiga
kali, kemudian membasuh tangannya yang kiri sampai siku sebanyak tiga kali”.
Perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum menyapu kepala adalah wajib
bahkan hal ini diklaim ijma‟ oleh An Nawawi Asy Syafi‟i rohimahullah.
Demikian juga sabda Nabi shallallahu „alaihi was sallam,
َ َح هتى َذ َو، َبدَ َ ِب ُم َقد ِهم َر ْسِ ِه، َ أ َ ْ َب َ ِب ِى َما َي َ ْد َب َر، ُث هم َم َس َح َر ْ َس ُه ِب َيدَ ْي ِه
« ب ِب ِى َما
ان الهذِى َبدَ َ ِم ْ ُه
ِ ُث هم َر هد ُو َما ِلَى ْال َم َك، ُ» ِلَى َ َ اه
11
“Kemudian beliau membasuh mengusap kepala dengan tangannya,(dengan
carapent.) menyapunya ke depan dan ke belakang. Beliau memulainya dari bagian
depan kepalanya ditarik ke belakang sampai ke tengkuk kemudian
mengembalikannya lagi ke bagian depan kepalanya”.
Hadits ini menunjukkan bagaimana cara mengusap kepala yang Allah perintahkan
dalam surat Al Maidah ayat 6 di atas. Demikian juga hadits ini juga dalil bahwa
yang bagian kepala yang dihusap dalam ayat di atas adalah seluruh
kepala/rambut dan inilah pendapat Al Imam Malik rohimahullah demikian juga
hal ini merupakan pendapat Al Imam Al Bukhori rohimahullah sebagaimana
dalam kitab shahihnya. Jadi mengusap kepala bukanlah hanya sebagian (hanya
ubun-ubun) sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan dalil bahwa
menyapu kedua telinga termasuk dalam menyapu kepala adalah sabda
Nabi ‟alaihish sholatu was salam,
ْ ُ
« س ِ َ »األ ُذ
ِ ان م َِن الره
Lalu cara menyapu kedua telinga adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu
„alaihi was sallam,
« ْن َي َظاو ِِر ِو َما ِبإِ ْب َىا َم ْي ِه َ »ث هم َم َس َح ِب َر ْسِ ِه َي ُ ُذ َ ْي ِه بَاطِ ِِى َما ِبال هسب
ِ هاح َتي ُ
12
“kemudian beliau menyapu kedua telinga sisi dalamnya dengan dua telunjuknya
dan sisi luarnya dengan kedua jempolnya”.
Adapun untuk cara mengusap kepala dan kedua telinga dengan air, untuk
perempuan sama seperti untuk laki-laki sebagaimana yang dikatakan oleh An
Nawawi Asy Syafi‟i rohimahullah demikian juga hal ini merupakan pendapat
Imam Syafi‟i rohimahullah sendiri dan dinukil oleh Al
Bukhori rohimahullah dalam kitab shohihnya dari Sa‟id bin
Musayyib rohimahullah.
Membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Dalil hal ini adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala,
“(basuh) kaki-kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki”.(QS Al Maidah [5] :
6).
ُ
ِ »ث هم َؼ َس َ ِر ْ لَ ْي ِه ِلَى ْال َكعْ َبي
« ْن
Membasuh kedua mata kaki hukumnya wajib karena Allah sebutkan dengan
lafadz/bentuk perintah, dan hukum asal perintah dalam masalah ibadah adalah
13
wajib. Adapun cara membasuhnya adalah sebagaimana yang disabdakan
beliau alaihish sholatu was salam,
َ ْخ
« ص ِر ِه َ َ » ِ َذا َت َيضهأ َ دَ لَ َك
ِ ص ِاب َع ِر ْ لَ ْي ِه ِب
“Jika beliau shallallahu „alaihi was sallam berwudhu, beliau menggosok jari-jari
kedua kakinya dengan dengan jari kelingkingnya”.
Muwalah
اؼسِ لُيا يُ ُ ي َو ُك ْم َي َ ْي ِد َي ُك ْم ِلَى ْال َم َرا ِِق َ َيا َ ُّيي َىا الهذ
ْ َ ِين َ َم ُ يا ِ َذا ُ ْم ُت ْم ِلَى الص َهال ِة
14
Sisi pendalilannya sebagai berikut, jawab syarat (dari kalimat syarat yang ada
dalam ayat ini) merupakan suatu yang berurutan dan tidak boleh diakhirkan.
Adapun dalil dari Sunnah adalah Nabi shallallahu „alaihi was sallam berwudhu
dengan tidak memisahkan membasuh anggota wudhu (yang satu dengan yang
lainnya.) dan hadits Nabi shallallahu „alaihi was sallam yang diriwayatkan dari
sahabat Umar bin Khottob rodhiyallahu „anhu
Hal ini merupakan pendapat Imam Syafi‟i dalam perkataannya yang lama, serta
pendapat Al Imam Ahmad dalam riwayat yang masyhur dar beliau.
Sunnah Wudhu
Bersiwak, hal sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu „alaihi was sallam,
15
“Seandainya jika tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintahkan mereka
untuk bersiwak pada setiap hendak berwudhu”.
Mencuci kedua tangan tiga kali ketika hendak berwudhu, sunnah ini lebih
ditekankan ketika bangun dari tidur atau dengan kata lain hukumnya wajib.
Dalil yang menunjukkan bahwa mencuci tangan ketika hendak berwudhu
sunnah adalah hadits Nabi shallallahu „alaihi was sallam,
Hal ini ditetapkan sebagai sunnah dan bukan wajib sebab Utsman rodhiyallahu
„anhu melakukannya karena melihat Nabi shallallahu „alaihi was
sallam melakukannya. Semata-mata perbuatan Nabi shallallahu „alaihi was
sallam yang dicontoh para sahabat menunjukkan hukum anjuran atau sunnah.
Kemudian dalil yang menunjukkan wajibnya mencuci tangan ketika bangun dari
tidur adalah sabda Nabi shallallahu „alaihi was sallam,
16
ِ َي ِ َذا اسْ َت ْي َق َظ َ َح ُد ُك ْم ِمنْ َ ْي ِم ِه َ ْل َي ْؽسِ ْ َيدَ ُه َ ْب َ َنْ ي ُْد
« َ إِنه، خلَ َىا ِى َيضُياِ ِه
ُت َي ُدهْ » َ َحدَ ُك ْم الَ َي ْد ِرى َي َْن َبا َت
“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka hendaklah ia mencuci
tangannya sebelum ia memasukkan tangannya ke air wudhu, karena ia tidak tahu
di mana tangannya bermalam”.
Jika ada yang bertanya apakah hal ini hanya berlaku pada tidur di malam hari saja atau
umum? Maka jawabannya adalah sebagaimana yang disampaikan Nabi shollallahu
„alaihi was sallam di atas yaitu semua tidur yang menyebabkan orang tidak tahu
di mana tangannya berada ketika ia tidur. Dan inilah pendapat yang dipilih oleh
Al Imam Asy Syafi‟i rohimahullah, demikian juga mayoritas „ulama.
sedang berpuasa. Dalilnya adalah sabda Nabi shollallahu „alaihi was sallam,
ِ ان َرسُي ُ ه
َ َك-صلى َّللا عليه يسلم- ُير ِه ِ َذا َت َطى َهر ُ
« َّللا ِ »لَ ُيحِبُّي ال هت َيم َُّين ِى طى
17
“Adalah kebiasaan Nabi shollallahu „alaihi was sallam sangat menyukai
mendahulukan kanan dalam thoharoh (berwudhu.)”.
ْن –صلى َّللا عليه يسلم – َنه ال ه ِبىه ِ َت َيضهأ َ َمره َتي
ِ ْن َمره َتي
Dalil bahwa beliau membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali adalah hadits
yang diriwayatkan Humroon dari tentang wudhu Utsman bin Affan rodhiyallahu
„anhu ketika melihat cara wudhu Nabi shollallahu „alaihi was sallam,
18
Hal ini sering beliau lakukan pada anggota wudhu selain pada mengusap kepala,
berdasarkan salah satu riwayat hadits Abdullah bin Zaid rodhiyallahu „anhu di
atas yang juga dalam shohihain,
Namun demikian dianjurkan juga menyapu kepala sebanyak tiga kali, namun hal
ini dianjurkan dengan catatan tidak dilakukan terus menerus berdasarkan salah
satu riwayat hadits yang diriwayatkan Humroon tentang cara wudhu Utsman bin
Affan rodhiyallahu „anhu ketika beliau melihat cara wudhu Nabi shollallahu
„alaihi was sallam,
Beliau (Utsman bin Affan pent.)menyapu kepalanya tiga kali kemudian membasuh
kakinya tiga kali, kemudian beliau berkata, “Aku melihat Rosulullah shallallahu
„alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu seperti ini”.
Tertib, yang dimaksud tertib di sini adalah membasuh anggota wudhu sesuai
tempatnya (urutan yang ada dalam ayat wudhu). Hal ini kami cantumkan di
sini sebagai sebuah sunnah bukan wajib dalam wudhu dengan alasan hadits Al
Miqdam bin Ma‟dikarib Al Kindiy rodhiyallahu „anhu,
19
ُت َِى َرسُي ُ ه-صلى َّللا عليه يسلم- ِب َيضُي ٍءء َ َت َيضهأ َ َ َؽ َس َ َك ه ْي ِه َثالَ ًّفثا ُث هم
َِّللا
اع ْي ِه َثالَ ًّفثا َثالَ ًّفثا ُث هم
َ ض َياسْ َت ْ َش َق َثالَ ًّفثا َي َؼ َس َ َي ْ َى ُه َثالَ ًّفثا ُث هم َؼ َس َ ذ َِر
َ َت َمضْ َم
َم َس َح ِب َر ْسِ ِه َي ُ ُذ َ ْي ِه َظاو ِِر ِو َما َيبَاطِ ِِى َما
« ْاليُ ضُي َء ُث هم َيقُي ُ َ ْش َى ُد َنْ الَ ِلَ َه – َ ْي َ يُسْ ِب ُػ – َما ِم ْ ُك ْم ِمنْ َ َح ٍءد َي َت َيضهأ ُ َ ُي ْبل ُِػ
ت لَ ُه َب َْيابُ ْال َ ه ِة ه
ْالث َما ِ َي ُة َي ْد ُخ ُ ِمن ِ َّللاُ َي َنه م َُحم ًّفهدا َع ْب ُد ه
ْ َّللا َي َرسُيلُ ُه ِاله ُت َِح ِاله ه
» َ ِّي َىا َشا َء.
20
Berdoa setelah wudhu merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan
dalam islam,berdasarkan hadits dari Umar radhiyallahu „anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
Dari hadist di atas kita bisa mengaetahui berata berdoa sesudah wudhu merupakan
amalan yang sangat besar manfaatnya . Dari hadist diatas maka doa selesai
wudhu, kemudian membaca (doa):
َ اَللهُ َّم اجْ َ ْلنِ ْى ِمنَ التَّ َّىا ِ ْنَ َواجْ َ ْلنِ ْى ِمنَ ْال ُمتَ َه ِِّس ْينَ َواجْ َ ْلنِ ْى ِم ْن ِع َا ِا
. َالصَّالِ ِ ْن
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dan
Utusan Allah. Ya Allah jadikanlah aku golongan orang yang ahli taubat
dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku termasuk golongan
orang-orang yang sholeh."
21
At Tirmidzi menambahkan lafafdz,
“Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah
aku termsuk orang-orang yang selalu mensucikan diri”.
Sholat dua raka‟at setelah wudhu. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu
22