Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASKEP PADA HIV/AIDS


(Dosen Pembimbing: Suhardono, S.Kep, Ners, M.Kes)

Nama Kelompok:
1. Novpridar Arbi M (P1337420417054)
2. Yoga Widya Ilhama (P1337420417062)
Tingkat : 2 B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


DIII KEPERAWATAN BLORA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan
rahmat-Nya yang telah diberikan pada kami, sehingga makalah yang berjudul
“MAKALAH ASKEP PADA HIV/AIDS” yang merupakan tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medical Bedah I ini dapat disusun dengan baik dan dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak
jauh dari segala kesalahan serta kekurangan, dan kami akan berusaha
memperbaikinya untuk proses pembelajaran kami. Dan tentunya, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun, agar kami dapat memperbaiki kekurangan dan
dapat lebih baik dalam menyusun makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat kami dapat sampaikan, semoga makalah yang telah
kami susun dapat bermanfaat secara optimal sebagai penunjang kemandirian
mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Blora, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi HIV/AIDS ............................................................................................. 3
B. Etiologi HIV/AIDS .............................................................................................. 3
C. Patofisiologi HIV/AIDS ...................................................................................... 5
D. Manifestasi Klinis HIV/AIDS ............................................................................. 6
E. Komplikasi HIV/AIDS ........................................................................................ 7
F. Pemeriksaan Penunjang HIV/AIDS .................................................................... 8
G. Penatalaksanaan HIV/AIDS ................................................................................ 8

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS


A. Pengkajian ............................................................................................................. 10
B. Diagnosa, Intervensi, Rasional ............................................................................. 10

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya
dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan
menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari
25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai
salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Di Indonesia menurut
laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang
dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia
yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara
peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya
tertinggi di Asia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi dari HIV dan AIDS?
2. Bagaimanya etiologi dari HIV dan AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi dari HIV dan AIDS?
4. Apa manifestasi klinis dari HIV dan AIDS?
5. Apa komplikasi dari HIV dan AIDS?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari HIV dan AIDS?
7. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari HIV dan AIDS?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi HIV AIDS.
2. Untuk mengetahui etiologi/penyebab HIV AIDS
3. Untuk mengetahui patofisiologi HIV AIDS
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari HIV dan AIDS
5. Untuk mengetahui komplikasi dari HIV dan AIDS
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari HIV dan AIDS
7. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan dari HIV dan AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus merupakan virus
yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan
menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam
melawan infeksi yang menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.
AIDS adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus
HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan
AIDS, karena AIDS harus menunjukkan adanya satu atau lebih gejala penyakit akibat
defisiensi sistem imun selular. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human
Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006). AIDS adalah infeksi
oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun
yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV. (Doenges, 1999)

B. ETIOLOGI
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan tahun 1983 sebagai
retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus
baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu - 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.

Penularan HIV/AIDS
1. Media Penularan HIV
a) Aliran darah, bisa berbentuk luka
b) Cairan sperma
c) Cairan vagina
2.Cara Penularan HIV :
a) Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terpapar HIV
b) Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan
luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya
telah dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara ini dapat menularkan HIV
karena terjadi kontak darah.
c) Melalui transfusi darah yang tercemar HIV
d) Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
Cara penularan HIV/AIDS dari ibu hamil kepada bayi dikandungnya :
1) Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui plasenta
2) Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina
3) Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah
terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang
tertular HIV tertular dari ibunya.
3.Perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS :
a) Menggunakan jarum dan peralatan yang sudah tercemar HIV
b) Mempunyai salah satu penyakit/infeksi menular seksual
c) Berhubungan seks melalui dubur
d) Menjajakan seks untuk memperoleh uang
e) Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasanan yang memiliki
banyak pasangan lain
f) Hidup terpisah dari pasangan karena tugas-tugas atau pekerjaan
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi
HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam
sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel
target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih
yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel
serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-
sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau
limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-
sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme
asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki
limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus
yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai
infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit
CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh
dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window
period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20
bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini
disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi
HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang
lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderita HIV AIDS yaitu sebagai berikut :
1. Panas lebih dari 1 bulan, 6. Sesak napas,
2. Batuk-batuk, 7. Pembesaran kelenjar getah bening,
3. Sariawan dan nyeri menelan, 8. Kesadaran menurun,
4. Badan menjadi kurus sekali, 9. Penurunan ketajaman penglihatan,
5. Diare , 10. Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala
panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa
gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku
yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien
akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun)
pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare,
neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi
1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis,
kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda
dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit
kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa
kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS yaitu sebagai berikut :
1) Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2) Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
b.Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
d.Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
3) Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.
4) Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia,
keletihan, gagal nafas.
5) Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6) Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2) Mendeteksi antigen virus dengan PCR (polimerase Chain Reaction)
3) Tes ELISA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
4) Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
5) Serologis : skrining HIV dengan ELISA, tes western blot
6) Pemeriksaan darah rutin
7) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan
lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu
(Endah Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini
adalah : Didanosine, Ribavirin, Diedoxycytidine, Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.

Adapun Penatalaksanaan untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah :


Diterapkannya diet AIDS, tujuannya : Memberikan intervensi gizi secara cepat
dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini
penyakit infeksi HIV, Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi
tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass), Memenuhi kebutuhan
energy dan semua zat gizi, Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga
dan relaksasi.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA HIV/AIDS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah
1) Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise ,Takikardia ,
perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
2) Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal.
3) Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi
yang buruk, dan edema. Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis,
dan respon melambat.
4) Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak,
dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit. Batuk, Produktif / non produktif,
takipnea, distres pernafasan.

B. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN RASIONAL TINDAKAN KEPERAWATAN.


Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah :
1) Diagnosis Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan
ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot
dan gelisah.
Hasil yang diharapkan : Keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat
tidur atau beristirahat secara adekuat.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk
intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai gejala intervensi dan juga tanda-tanda
nonverbal misalnya gelisah, takikardia, perkembangan komplikasi.
meringis.
Instruksikan pasien untuk menggunakan Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.
visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif,
teknik nafas dalam.
Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,
sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.
Berikan analgesik atau antipiretik narkotik. Memberikan penurunan nyeri/tidak
Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol nyaman, mengurangi demam. Obat yang
pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam. dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam
dapat mempertahankan kadar analgesia
darah tetap stabil, mencegah kekurangan
atau kelebihan obat-obatan.
Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan Meningkatkan relaksasi atau menurunkan
posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang tegangan otot.
sakit.

2) Diagnosis keperawatan : Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh


dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan,
peradangan rongga bukal.
Hasil yang harapkan : Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan
peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan,
mendemostrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi
dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok dan esophagus dapat
perasakan dan menelan. menyebabkan disfagia, penurunan
kemampuan pasien untuk mengolah
makanan dan mengurangi keinginan untuk
makan.
Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal umum
terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan
diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.
Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam rencana
memungkinakan sarankan makanan dari member perasaan control lingkungan dan
rumah. Sediakan makanan sedikit tapi sering mungkin meningkatkan pemasukan.
berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat Memenuhi kebutuhan akan makanan
asam dan juga minuman dengan pilihan yang nonistitusional mungkin juga meningkatkan
disukai pasien. Dorong konsumsi makanan pemasukan.
berkalori tinggi yang dapat merangsang
nafsu makan
Batasi makanan yang menyebabkan mual Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan
atau muntah. Hindari menghidangkan mengiritasi lesi pada mulut mungkin akan
makanan yang panas dan yang susah untuk menyebabakan pasien enggan untuk makan.
ditelan Tindakan ini akan berguna untuk
meningkatakan pemasukan makanan.
Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi
misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, organ, dan mengidentifikasi kebutuhan
protein, dan albumin. pengganti.
Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan
metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster
3) Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan diare berat
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.
INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL
Pantau pemasukan oral dan pemasukan Mempertahankan keseimbangan cairan,
cairan sedikitnya 2.500 ml/hari. mengurangi rasa haus dan melembabkan
membrane mukosa.
Buat cairan mudah diberikan pada pasien; Meningkatkan pemasukan cairan tertentu
gunakan cairan yang mudah ditoleransi oleh mungkin terlalu menimbulkan nyeri untuk
pasien dan yang menggantikan elektrolit dikomsumsi karena lesi pada mulut.
yang dibutuhkan, misalnya Gatorade.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa Indicator tidak langsung dari status cairan.
haus.
Hilangakan makanan yang potensial Mungkin dapat mengurangi diare
menyebabkan diare, yakni yang pedas,
berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Mengatur kecepatan atau konsentrasi
makanan yang diberikan berselang jika
dibutuhkan
Nerikan obat-obatan anti diare misalnya Menurunkan jumlah dan keenceran feses,
ddifenoksilat (lomotil), loperamid Imodium, mungkin mengurangi kejang usus dan
paregoric. peristaltis.

4) Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
Hasil yang diharapkan :Mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru Memperkirakan adanya perkembangan
yang mengalami penurunan, atau kehilangan komplikasi atau infeksi pernafasan, misalnya
ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius. pneumoni,
Misalnya krekels, mengi, ronki.
Catat kecepatan pernafasan, sianosis, Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat,
peningkatan kerja pernafasan dan munculnya dan peningkatan nafas, menuncukkan
dispnea, ansietas kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan
untuk meningkatkan pengawasan atau
intervensi medis
Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan Meningkatkan fungsi pernafasan yang
pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi
sesuai kebutuhan. yang ditimbulkan karena atelektasis.
Berikan tambahan O2 Yang dilembabkan Mempertahankan oksigenasi efektif untuk
melalui cara yang sesuai misalnya kanula, mencegah atau memperbaiki krisis
masker, inkubasi atau ventilasi mekanis pernafasan
5) Diagnose keperawatan : Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan
produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau
berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan,
dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan : Melaporkan peningkatan energi, berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


Kaji pola tidur dan catat perunahan dalam Berbagai factor dapat meningkatkan
proses berpikir atau berperilaku kelelahan, termasuk kurang tidur, tekanan
emosi, dan efeksamping obat-obatan
Rencanakan perawatan untuk menyediakan Periode istirahat yang sering sangat yang
fase istirahat. Atur aktifitas pada waktu dibutuhkan dalam memperbaiki atau
pasien sangat berenergi menghemat energi. Perencanaan akan
membuat pasien menjadi aktif saat energy
lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki
perasaan sehat dan control diri.
Dorong pasien untuk melakukan apapun Memungkinkan penghematan energy,
yang mungkin, misalnya perawatan diri, peningkatan stamina, dan mengijinkan
duduk dikursi, berjalan, pergi makan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan
kepenatan dan rasa frustasi.
Pantau respon psikologis terhadap aktifitas, Toleransi bervariasi tergantung pada status
misal perubahan TD, frekuensi pernafasan proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan
atau jantung cairan, dan tipe penyakit.
Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas
yang membantu pasien mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. AIDS disebabkan
oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi
penyebab utama AIDS diseluruh dunia. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan
seksual, melalui darah ( transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa
yang mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS yaitu sebagai berikut : herpes
simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency
Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan
cacat, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial, Diare
karena bakteri dan virus, anoreksia, Penyakit Anorektal karena abses dan fistula,
kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah konsep dasar asuhan keperawatan pada HIV/AIDS ini,
sebagai mahasiswa calon perawat. Diharapkan agar dapat mengerti asuhan keperawatan
pada pasien dengan HIV/AIDS, dan melakukan tindakan keperawatan dengan baik dan
benar. Sehingga meminimalkan terjadinya mal praktek dan kesalahan dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif,Amin Huda; dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Penerbit : Medication Jogja
https://husnunnisaabbas.wordpress.com/2015/03/22/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
hiv-aids/
http://shinichiranmouri.blogspot.com/2013/10/askep-hiv-aids.html

Anda mungkin juga menyukai