Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Pengukuran Kinerja Sektor Publik
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
Sektor Publik yang diampu oleh Budi S. Purnomo, SE, MM, M.Si (2454)
Oleh
Ghia Giovani (1003038)
Elsa Syefira Qhoirunnisa (1003039)
Ria Maria (1005888)
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
iii
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 25
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
informasi apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Hal ini
juga sekaligus mengubah paradigma lama bahwa satuan organisasi/kerja yang
sukses dinilai atas keberhasilan penyerapan anggaran, dan bukan atas
pencapaian tujuan yang pada akhirnya memuaskan masyarakat banyak.
Untuk dapat menjawab pertanyaan akan tingkat keberhasilan satuan
organisasi/kerja, maka seluruh aktivitasnya harus dapat diukur. Pengukuran
tersebut tidak semata-mata pada masukan (input) dari kegiatan tetapi lebih
ditekankan kepada keluaran, manfaat, dan dampak dari kegiatan tersebut bagi
masyarakat. Dengan kata lain, sistem pengukuran kinerja yang merupakan
elemen pokok dari laporan akuntabilitas satuan organisasi/kerja akan
mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Selama ini, keberhasilan
suatu satuan organisasi/kerja lebih ditekankan kepada kemampuannya dalam
menyerap sumber daya (terutama anggaran) sebanyak-banyaknya, walaupun
hasilnya sangat mengecewakan.
Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan satuan organisasi/kerja akan
lebih dilihat dari kemampuannya, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya,
untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
B. Tema Sentral
kinerja dan value for money yang disertai dengan indikator, langkah-langkah
KAJIAN PUSTAKA
3
4
finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena
itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.
E. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a) Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah
tingkatannya karena dengan skala ini obyek pengukuran hanya dapat
dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan
kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan
berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan
lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain,
tetapi hanya sekedar berbeda.
b) Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala
nominal karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala
nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek dalam golongan yang
berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal,
yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini
dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat
dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.
c) Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran
yang sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau
antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.
d) Skala rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena
skala ini mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di
bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti
bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada
titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.
7
b) Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap
kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja
yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi
dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced
Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek
finansial dan juga aspek nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai cocok
untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak hanya
menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif
dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang
menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun
9
PEMBAHASAN
15
16
4. Regresi
Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh
variabel-variabel independen mampu mempengaruhi variabel
dependen.
f) Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas adalah memahami operasi dalam menganalisis kegiatan
dan program yang akan dilaksanakan. Terdapat dua jenis kebijakan
yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi
sumber daya input untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau
beberapa proses konversi atau operasi.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu: output, akibat, dampak, dan
distribusi manfaat. Output yang diproduksi diharapkan akan memberikan
sejumlah akibat dan dampak yang positif tehadap tujuan program. Hal ini
disebut dengan outcome program.
Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu
program yang dapat dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu
dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena ukuran kinerja pengganti
tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian program. Terlalu
banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan
perilaku disfungsional pada manajer dan pengambilan keputusan.
Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi
Pertimbangan Input
Input Mahasiswa - Latar belakang sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Sumber Daya - Jumlah dosen
- Fasilitas
Indikator Proses
Staf - Kualitas dosen
- Tingkat perpindahan dosen
24
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran
kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi. Pengukuran
kinerja dilakukan melalui lima tahapan, yaitu perencanaan strategi,
penciptaan indikator kinerja, mengembangkan sistem pengukuran kinerja,
penyempurnaan ukuran, dan pengintegrasian dengan proses manajemen.
Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja meliputi informasi
finansial dan non-finansial dengan indikator value for money dibagi menjadi
dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi), dan
indikator kualitas pelayanan (efektifitas).
Langkah-langkah dalam pengukuran value for money yaitu sebagai
berikut:
a. Pengukuran Ekonomi
b. Pengukuran Efisiensi
c. Pengukuran Efektifitas
d. Pengukuran Outcome
e. Estimasi Indikator Kinerja
f. Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
25
DAFTAR PUSTAKA
26