Anda di halaman 1dari 144

MATERI 1

METODE HARGA POKOK PESANAN

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau

dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

1.Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan

dan mulai dengan pesanan berikutnya.

2.Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian antara pemesan yang satu dengan

yang lainnya mempunyai variasi yang berbeda-beda.

3.Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan gudang.

Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan.

Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut di atas berpengaruh terhadap pengumpulan biaya

produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi (metode harga pokok pesanan) yang digunakan dalam perusahaan yang

produksinya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut:

1.Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk

perlu dihitung harga pokoknya secara individual.

2.Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan pokok : biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung.

3.Biaya produksi langsung terdiri dsri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tak langsung

disebut dengan istilah biaya overhead pabrik(BOP)


4.Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,

sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

5.Harga pokok per unit produk dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang

dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

Rekening Kontrol Dan Rekening Pembantu.

Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk merinci biaya-biaya produksi. Rekening rekening

pembantu (subsidiary accounts) ini dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (controlling accont) di dalam

buku besar. Rekening kontrol menampung catatan yang bersumber dari buku jurnal, sedangkan rekening pembantu digunakan

untuk menampung catatan yang bersumber dari dokumen pembukuan. Hubungan antara rekening kontrol dan rekening pembantu

dapat lah dilukiskan sebagai berikut.

Gambar 1

Rekening Kontrol dan Rekening Pembantu

Untuk mencatat biaya didalam akuntansi biaya digunakan rekening kontrol dan rekening pembantu berikut:

Rekening Kontrol Rekening Pembantu

Persediaan Bahan Baku


Kartu Persediaan
Persediaan Bahan Penolong
Kartu Persediaan

Barang Dalam Proses


Kartu Harga Pokok

Biaya Overhead Pabrik


Kartu Biaya
Sesungguhnya

Kartu Biaya
Biaya Administrasi Dan Umum
Biaya Pemasaran Kartu Biaya

Karena transaksi terjadinya biaya yang dicatat dalam buku besar bersumber dari buku jurnal, maka dalam melaksanakan

identifikasi transaksi yang terjadi, harus ditunjuk nama rekening yang harus didebit dan dikredit dalam buku besar. Oleh karena

itu penggolongan transaksi pada waktu membuat jurnal selalu menyebut nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

Karena akuntansi biaya menggunakan berbagai rekening kontrol seperti tersebut di atas maka setiap melakukan penjurnalan

harus ditunjuk rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar.

Untuk mencatat biaya produksi , di dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Barang Dalam Proses. Rekening ini dapat

dipecah lebih lanjut menurut elemen harga pokok produk sehingga ada tiga macam rekening Barang Dalam Proses berikut ini:

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku

Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung

Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik

Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening Barang Dalam Proses dapat dirinci lebih lanjut menurut

departemen dan unsur harga pokok seperti contoh berikut ini:

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A

Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A

Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen B


Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen B

Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen B

Untuk mencatat biaya produksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Biaya Administrasi Umum dan Biaya Pemasaran.

Rekening Biaya Pemasaran digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening

Biaya Administrasi dan Umum digunakan untuk menampung biaya-biaya administrasi dan umum. Misalkan Anda mencatat

pemakaian bahan baku untuk pembuatan suatu produk, maka jurnal yang dibuat adalah:

Barang Dalam Proses xx

Persediaan Bahan Baku xx

Jurnal untuk mencatat biaya depresiasi gedung:

Biaya Overhead Pabrik Sesunguhnya xx

Akumulasi Depresiasi Gedung xx

Jurnal untuk mencatat biaya telex:

Biaya Administrasi dan Umum xx

Kas xx

Jurnal untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan bagian pemasaran:

Biaya Pemasaran xx
Akumulasi Depresiasi Kendaraan xx

Kartu Harga Pokok

Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting di dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi

sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk

mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara terinci di dalam kartu harga pokok pesanan bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan

menjadi produksi langsung terhadap pesanan tertentu dengan biaya produksi tak langsung, dalam hubungannya dengan pesanan

tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya

produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.

Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan mari pelajari contoh berikut:

PT Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesana diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya

produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan

setiap bukti pembukuan diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan Nov 2002 PT Eliona mendapat pesanan

untuk mencetak undangan sebanyak 1500 lembar dari PT Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp

3000,- per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000

lembar dari PT Oki dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp 1000,- per lembar . Pesanan dari PT Rimendi

diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk

memenuhi pesanan tersebut.

1.Pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 3 Nov perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut

ini :

Bahan baku:

Kertas jenis x 85 rim a Rp 10.000,- Rp 850.000,-


Kertas jenis y 10 roll a Rp 350.000,- Rp 3.500.000,-

Tinta jenis A 5 kg a Rp 100.000,- Rp 500.000,-

Tinta jenis B 25 kg a Rp 25.000,- Rp 625.000,-

———————

Jumlah bahan baku yang dibeli Rp5.475.000,-

———————

Bahan Penolong:

Bahan Penolong P 17 kg a RP 10.000,- Rp 170.000,-

Bahan Penolong Q 60 liter a Rp 5.000,- Rp 300.000,-

———————

Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000,-

——————–

Jumlah total Rp 5.945.000,-

——————–
Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan yaitu Persediaan Bahan Baku dan Persediaan

Bahan Penolong, sehingga jurnal untuk mencatat pembelian bahan adalah :

Jurnal 1:

Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000,-

Utang Dagang Rp 5.475.000,-

Jurnal 2:

Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000,-

Utang Dagang Rp 470.000,-

Untuk memproses pesanan no. 101 dan 102 bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:

Bahan baku untuk pesanan no 101:

Kertas jenis x 85 rim a Rp 10.000,- Rp 850.000,-

Tinta jenis A 5 kg a Rp 100.000,- Rp 500.000,-

——————-

Jumlah bahan baku untuk pesanan 101 Rp1.350.000,-

——————
Bahan baku untuk pesanan 102:

Kertas jenis y 10 roll a RP 350.000,- Rp 3.500.000,-

Tinta jenis B 25 kg a Rp 25.000,- Rp 625.000,-

——————-

Jumlah bahan baku untuk pesanan no 102 Rp 4.125.000,-

——————

Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000,-

Sedangkan bahan penolong yang terpakai untuk memproses dua pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Bahan penolong P 10 kg a Rp 10,000,- Rp 100.000,-

Bahan penolong Q 40 ltr a Rp 5.000,- Rp 200.000,-

——————

Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 300.000,-

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:

Jurnal 3:

Barang Dalam Proses Rp 5.475.000,-


Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000,-

Dan jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:

Jurnal 4:

Biaya Overhead Pbrik Sesungguhnya Rp 300.000,-

Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000,-

Dari contoh di atas misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:

Upah langsung pesanan no 101 225 jam a Rp 4.000,- Rp 900.000,-

Upah langsung pesanan no 102 1.250 jam a Rp 4.000,- Rp 5.000.000,-

Upah tidak langsung Rp 3.000.000,-

——————–

Jumlah upah Rp 8.900.000,-

Gaji karyawan Administrasi dan umum Rp 4.000.000,-

Gaji karyawan bagian pemasaran Rp 7.500.000,-

——————-

Jumlah gaji Rp 11.500.000,-


——————–

Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000,-

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:

a.Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.

Jurnal 5:

Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-

Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-

b.Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.

Jurnal 6:

Barang Dalam Proses Rp 5.900.000,-

BOP Sesungguhnya Rp 3.000.000,-

Biaya Administrasi dan Umum Rp 4.000.000,-

Biaya Pemasaran Rp 7.500.000,-

Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-

c.Pencatatan pembayaran gaji dan upah.


Jurnal 7:

Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-

Kas Rp 20.400.000,-

Dari contoh diatas misalnya BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.

Dengan demikian BOP yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sebagai berikut:

Pesanan no 101 150% x Rp 900.000,- Rp 1.350.000,-

Pesanan no 102 150% x Rp 5.000.000,- Rp 7.500.000,-

———————

Jumlah BOP yang dibebankan Rp 8.850.000,-

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal 8:

Barang Dalam Proses Rp 8.850.000,-

BOP yang dibebankan Rp 8.850.000,-

Misalkan dari contoh diatas BOP sesungguhnya terjadi ( selain biaya bahan penolong Rp 300.000,- dan biaya tenaga kerja tak

langsung sebesar Rp 3.000.000,- ) adalah:

Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000,-


Biaya depresiasi gedung pabrik Rp 2.000.000,-

Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp 700.000,-

Biaya pemeliharaan mesin Rp 1.000.000,-

Biaya pemeliharaan gedung Rp 500.000,-

——————-

Jumlah Rp 5.700.000,-

Pertanyaan untuk diskusi.

1.Bagaimana jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya?

2.Berapa selisih BOP? Menguntungkan apa tidak?

3.Jika pada akhir pereode pesanan no 101 selesai bagaimana jurnalnya?

4.Ternyata sampai akhir periode pesanan no 102 belum selesai jurnalnya bagaimana?

MATERI 2

BIAYA OVERHEAD PABRIK

Di dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan
menurut sifatnya, menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi dan menurut hubungannya dengan

departemen –departemen yang ada dalam pabrik.

Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Sifatnya.

BOP menurut sifatnya dapat digolongkan sebagai berikut:

1.Biaya bahan penolong.

2.Biaya reparasi dan pemeliharaan.

3.Biaya tenaga kerja tak langsung.

4.Beban biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.

5.Beban biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.

6.BOP lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.

Penggolongan BOP menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi.

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur BOP dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, BOP dapat dibagi menjadi tiga

golongan: BOP tetap, BOP variabel dan BOP semivariabel. Untuk keperluan penentuan tarif BOP dan untuk pengendalian biaya,

BOP yang bersifat semivariabel dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya variabel.

Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik.
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, BOP dapat digolongkan menjadi dua

kelompok: BOP langsung departemen (direct departemental overhead expenses) dan BOP tak langsung (indirect departemental

overhead expenses)

Alasan Pembebanan BOP Produk Atas Dsar Tarif Yang Ditentukan Di Muka.

Alasan pembebanan BOP kepada produk atas dasar tarif di muka adalah sebagai berikut:

1.Pembebanan BOP atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok yang

dihasilkan dari bulan yang satu kebulan yang lain.Apabila BOP yang sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk maka

harga pokok persatuan mungkin akan berfluktuasi karena:

a.adanya perubahan tingkat kegiatan produksi yang bersifat sementara.

b.adanya perubahan tingkat efisiensi produksi.

c.adanya BOP yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama setahun.

d.BOP tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu.

2.Di dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produknya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan,

manajemen memerlukan informasi harga pokok produk persatuan pada saat pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen BOP

yang baru dapat diketahui pada akhir setiap bulan, atau akhir tahun.

Langkah-langkah Penentuan Tarif BOP.

Penentuan tarif BOP dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:

1) menyusun anggaran BOP


2) memilih dasar pembebanan BOP kepada produk

3) menghitung tarif BOP.

Menyusun Anggaran BOP

Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan ( kapasitas ) yang akan dipergunakan sebagai dasar

penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran BOP: kapasitas praktis,

kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat

dilakukan dengan menentukan lebih dulu kapasitas teoritis.

Kapasitas teoritis (theoritical capacity) adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada

kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan

kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Kapasitas normal (normal

capacity) adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Kapasitas

sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity) adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai

dalam tahun yang akan datang.

Kelemahan penggunaan kapasitas sesungguhnya.

a.Akan berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada tarif BOP dari tahun ke tahun.

b.Sebagai akibat perubahan yang besar pada tarif BOP dari periode ke periode maka biaya-biaya akibat adanya fasilitas

menganggur dikapitalisasikan dan diperhitungkan dalam harga pokok produk.

Memilih Dasar Pembebanan BOP.

Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan BOP kepada produk antara lain adalah:

Satuan produk
Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja langsung

Jam tenaga kerja langsung dan

Jam mesin.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai:

1.Jenis BOP yang dominan jumlahnya dalam departemen. Produksi.

2.Sifat-sifat BOP yang dominan tersebutdan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

Pembebanan BOP Kepada Produk , Pengumpulan BOP Sesungguhnya Dan Analisis Selisih BOP.

Contoh Soal.

PT Elionasari memiliki kapasitas normal 80.000 jam mesin.Anggaran BOP satu tahun adalah BOP variabel Rp 5.800.000,- dan

BOP tetap Rp 5.400.000,- sehingga dapat dihitung tarif BOP variabel adal Rp 5.800.000,- : 80.000 jam mesin = Rp 72,50 per jam

mesin. Tarif BOP tetap Rp 5.400.000,- : 80.000 jam mesin = Rp 67,50 per jam mesin.Jadi tarif BOP total adalah Rp 72,50 + Rp

67,50 = Rp 140,00 per jam mesin. PT Elionasari menerima 100 macam pesanan dan menghabiskan waktu pengejaan 75.000

jam mesin.dalam sertahun maka BOP yang dibebankan kepada produk adalah Rp 140,00 x 75.000 jam mesin = Rp 10.500.000,-.

Maka jurnalnya adalah:

Barang Dalam Proses-BOP Rp 10.500.000,-

BOP yang dibebankan Rp 10.500.000,-


Misalnya dalam tahun tersebut BOP yang sesungguhnya terjadi adalah Rp 10.700.000,- yang terdiri dari BOP variabel Rp

5.300.000,- dan BOP tetap Rp 5.400.000,- sehingga selisih BOP adalah Rp 200.000,-( Rp10.700.000,- – Rp 10.500.000,-).

BOP kurang dibebankan Rp 200.000,- dapat dipecah ke dalam dua macam selisih sebagai berikut:

1Selisih Anggaran.(Budget variance)

Selisih anggaran (budget atau spending variance) menunjukkan perbedaan antara biaya yang seharusnya dikeluarkan atau terjadi

dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. Selisih anggaran dihitung sebagai berikut:

BOP sesungguhnya Rp 10.700.000,-

BOP tetap menurut anggaran RP 5.400.000,-

———————–

BOP variabel sesungguhnya Rp 5.300.000,-

BOP yang dibebankan (75.000 x Rp72,50 ) Rp 5.437.500,-

————————

Selisih anggaran Rp 137.500,- ( L)

2. Selisih Kapasitas ( Idle Capacity Variance)

Selisih kapasitas disebabkan karena tidak dipakainya atau dilampauinya kapasitas yang dianggarkan.Jumlah selisih kapasitas

merupakan perbedaan antara BOP tetap yang dianggarkan dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk. Selisih kapasitas

dapat dihitung sebagai berikut:


BOP tetap yang dianggarkan Rp 5.400.000,-

BOP tetap yang dibebankan kepada

Produk 75000 x Rp 67,50 Rp 5.062.500,-

_______________

Selisih kapasitas Rp 337.500,-

Pertanyaan : hitunglah selisih budget dan selisih kapasitas dengan cara lain.

Materi 3

Langkah –Langkah Penentuan Tarif

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Per Departemen.

Langkah-langkah penentuan tariff BOP per departemen adalah sebagai berikut:

1. penyusunan anggaran BOP per departemen


2. alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi

Ada dua macam metode alokasi BOP departemen pembantu yakni:

a) metode alokasi langsung;

b) metode alokasi bertahap, yang terdiri dari:

metode alokasi kontinyu,

metode aljabar,

metode urutan alokasi yang diatur.

3. perhitungan tariff pembebanan tariff BOP per departemen.

Penyusunan anggaran BOP per departemen dibagi menjadi empat tahap yakni:

1. penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun anggaran.

2. penaksiran BOP tak langsung departemen.

3. distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati manfaatnya.

4. menjumlah BOP per departemen (baik BOP langsung maupun tak langsung departemen) untuk mendapatkan anggaran BOP

per departemen (baik departemen produksi maupun departemen pembantu.

Contoh-contoh biaya tak langsung departemen dan dasar distribusi

Biaya tak langsung departemen dasar distribusi

Biaya depresiasi gedung meter persegi luas lantai


Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung meter persegi luas lantai

Gaji pengawas departemen jumlah karyawan

Biaya angkut bahan baku biaya bahan baku

Pajak bumi dan bangunan (PBB) perbandingan harga pokok

aktiva tetap dalam tiap

departemen atau perbandingan

meter persegi luas lantai

Metode Alokasi Langsung

Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya.

Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen

produksi saja.

Contoh

PT Eliona Sari mengolah produknya melalui dua departemen produksi, yakni

Deptermen A dan Departemen B,

ditunjang oleh tiga departemen pembantu,: Departemen X, Departemen Y, dan Departemen Z.

Anggaran BOP per departemen untuk tahun 2003 adalah :


Departemen A Rp 2.175.000

Departemen B Rp 2.620.000

Departemen X Rp 771.000

Departemen Y Rp 1.445.000

Departemen Z Rp 369.000

jumlah Rp 7.380.000

Taksiran jasa departemen pembantu yang dipakai oleh departemen produksi dalam tahun 2003 tampak dalam tabel berikut ini:

Taksiran Pemakaian Jasa Departemen Pembantu

Oleh Departemen Produksi

PT. Eliona Sari

Taksiran Jasa Departemen-departemen Pembantu yang dipakai oleh

Departemen Produksi

Departemen Pembantu Departemen Produksi A Departemen Produksi B

Departemen Pembantu X 60% 40%

Departemen Pembantu Y 45% 55%


Departemen Pembantu Z 75% 25%

Dari data diatas maka dapat dilakukan alokasi BOP dari dept pembantu ke dept produksi sebagai berikut:

PT Eliona Sari

Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Dapartemen Produksi

Departemen
Departemen Pembantu
Produksi

Keterangan
A B X Y Z

(rupiah) (rupiah) (rupiah) (rupiah) (rupiah)

2.175.000 2.620.000 771.000 1.445.000 369.000


Jumlah BOP

276.750 92.250 (369.000)


Alokasi BOP Dept. Z

650.250 794.750 (1.445.000)


Alokasi BOP Dept. Y

462.600 308.400 (771.000)


Alokasi BOP Dept. X

1.389.600 1.195.400 0 0 0
Jumlah Alokasi

Jumlah BOP Dept. Produksi setelah menerima alokasi BOP dari Dept. Pembantu
3.564.600 3.815.400

Cara menghitung alokasi BOP departemen Z ke departemen A dan B sebagai berikut:

276.750 diperoleh dari 75% X 369.000


92.250 diperoleh dari 25% X 369.000

selanjutnya silahkan anda menghitung sendiri, dan jika masih kurang jelas bisa bertanya melalui forum tanya jawab.

Metode Alokasi Aljabar.

Dalam metode alokasi aljabar, jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar.

Contoh

BOP langsung dan tak langsung departemen-departemen pembantu dan produksi selama tahun 2003 anggarannya diperkirakan

sebagai berikut:

Departemen Produksi

Departemen A Rp 9.000.000

Departemen B Rp15.000.000

Departemen Pembantu

Departemen X Rp3.000.000

Departemen Y Rp5.000.000

Jasa yang dihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut proporsi sebagai berikut:

Jasa Departemen Dipakai


Departemen Pembantu Departemen Produksi

X Y A B

– 10% 65% 25%


Jasa Dept. X

20 – 45% 35%
Jasa Dept. Y

Dari contoh diatas, misalkan:

X = jumlah biaya dept X setelah menerima alokasi biaya dari dept Y.

Y = jumlah biaya dept Y setelah menerima alokasi biaya dari dept X

Sehingga diperoleh persamaan

X = 3.000.000 + 0,20Y

Y = 5.000.000 + 0,10X

Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan lebih lanjut sebagai berikut:

X =3.000.000 + 0,20Y

X = 3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10X)

X = 3.000.000 + 1.000.000 + 0,02X

X – 0,02 X = 3.000.000 + 1.000.000


0,98 X = 4.000.000

X = 4.000.000 / 0,98 = 4.081.633

Y = 5.000.000 + 0,10 X

= 5.000.000 + 408.163

Y = 5.408.163

Sehingga alokasi BOP dept pembantu ke dept produksi dilakukan seperti berikut ini:

Departemen Pembantu Departemen Produksi

_____________________________________________________

Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B

BOP langsung dan

Tak langsung

Dept Rp3.000.000 Rp5.000.000 Rp9.000.000 Rp15.000.000

Alokasi BOP

Dept X (Rp4.081.633) Rp 408.163 Rp2.653.061 Rp1.020.408

Alokasi BOP
Dept Y Rp1.081.632 (Rp5.408.163) Rp2.433.673 Rp1.892.857

______________________________________________________

Jumlah Rp 0 Rp 0 Rp14.086.734 Rp17.913.265

=========== ========= =========== ==========

Perhitungan:

2.653.061 = 65% x 4.081.633

1.020.408 = 25% x 4.081.633

2.433.673 = 45% x 5.408.163

1.892.857 = 35% x 5.408.163

Selebihnya silahkan Anda menghitung sendiri, selamat bekerja.

MATERI 4

BIAYA BAHAN BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA.

Sistem pembelian lokal bahan baku.

Transaksi pembelian bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang dan akuntansi.

Bukti-bukti pembukuan yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan baku adalah: surat permintaan pembelian, surat order

pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari penjualan. Sistem pembelian lokal bahan baku terdiri dari:
1.Prosedur permintaan pembelian bahan baku

2.Prosedur order pembelian .

3.Prosedur penerimaan bahan baku.

4.Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku di bagian gudang.

5. Prosedur pencatatan utang yang timbul dari pembelian bahan baku.

Biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli.

Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli.

1. Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli.

Contoh :

Perusahaan membeli 3 macam bahan baku denganjumlah harga dalam faktur sebesar Rp500.000,00.Biaya angkutan yang dibayar

untuk ketiga macam bahan baku tersebut adalah sebesar Rp300.000,00. Kuantitas masing-masing jenis bahan baku yang

tercantum dalam faktur adalh bahan baku A = 400 kg; bahan baku B = 350 kg; bahan baku C = 50 kg; Pembagian biaya angkutan

kepada tiap-tiap jenis bahan baku adalah sebagai berikut:

Berat Alokasi

_______________________ biaya angkutan

____________ __________________
Jenis kg (1) : 800 (2) x Rp 300.000,00

Bahan Baku ____________ _________________

(1) (2) (3)

_____________ ________ ___________ __________________

A 400 50,00 Rp 150.000,00

B 350 43,75 Rp 131.250,00

C 50 6,25 Rp 18.750,00

________ ___________ _________________

800 100,00 Rp 300.000,00

b.Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.

Contoh:

Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan sebagai berikut: bahan baku A Rp 100.000,

bahan baku B Rp 150.000, bahan baku C Rp 225.000, dan bahan baku D Rp 125.000. Biaya angkutan yang dikeluarkan untuk

keempat jenis bahan baku tersebut, adalah sebesar Rp 48.000. Jika biaya angkutan tersebut dibagikan atas dasar perbandingan

harga faktur tiap-tiap jenis bahan baku tersebut, harga pokok tiap jenis bahan baku akan dibebani dengan tambahan biaya

angkutan sebesar Rp 0,08 ( Rp 48.000 : Rp 600.000). Pembagian biaya angkutan sebesar Rp 48.000 tersebut adalah sebagai

berikut:
===============================================================

Pembagian Biaya Harga Pokok

Angkutan Bahan Baku

______________ ______________

Harga Faktur ( 1 ) x Rp 0,08

______________

Jenis Bahan Baku (1) (2) (1)+(2)

_______________ ___________ ______________ ______________

A Rp 100.000 Rp 8.000 Rp 108.000

B Rp 150.000 Rp 12.000 Rp 162.000

C Rp 225.000 Rp 18.000 Rp 243.000

D Rp 125.000 Rp 10.000 Rp 135.000

___________ ______________ _______________

Rp 600.000 Rp 48.000 Rp 648.000

===============================================================
c.Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

Jurnal untuk mencatata pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif dan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi adalah

sebagai berikut:

1.Pembebanan biaya angkutan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan dimuka adalah sebagai berikut:

Persediaan bahan baku xx

(Tarif biaya angkutan x dasar pembebanan)

Biaya angkutan xx

2.Pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan adalah sebagai berikut:

Biaya angkutan xx

Kas xx

3.Jurnal apabila terdapat selisih biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif dengan biaya angkutan yang sesungguhnya:

Persediaan bahan baku xx

Persediaan bahan dalam proses xx

Persediaan produk jadi xx

Harga pokok penjualan xx


Biaya angkutan xx

Elemen Biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang diimpor.

Dalam perdagangan luar negeri , harga barang yang disetujui bersama antara pembeli dan penjual akan mempengaruhi biaya-

biaya yang menjadi tanggungan pembelian bahan baku . Bahan baku dapat diimpor dengan syarat harga free alongside ship

(FAS), free on board (FOB), cost and freight (C & F), atau cost insurance and freight ( C. I & F ).Pada harga C & F pembeli

menanggung biaya asuransi laut , penjual menanggung biaya angkutan lautnya. Pada harga C. I & F, pembeli hanya menanggung

biaya-biaya untuk mengeluarkan bahan baku dari pelabuhan pembeli, dan biaya-biaya lain sampai dengan barang tersebut

diterima digudang pembeli. Dalam harga C.I & F biaya angkutan laut beserta asuransi lautnya sudah diperhitungkan oleh penjual

dalam harga barang.

Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari:

Harga FOB Rp xx

Angkutan laut ( ocean freight ) xx

_____

Harga C & F Rp xx

Biaya asuransi (marine insurance) xx

______

Harga C. I & F Rp xx

Biaya-biaya bank xx
Bea masuk dan biaya pabean lainnya xx

Pajak penjualan impor xx

Biaya gudang xx

Biaya ekspedisi muatan kapal laut xx

Biaya transport local xx

_______

Harga pokok bahan baku Rp xx

Penentuan Harga Pokok Bahan Baku.

MATERI 5

METODE HARGA POKOK PROSES

I. metode harga pokok proses diolah melalui lebih dan satu departemen produksi.

Contoh:

PT. elina sari memiliki dua departemen produksi : departemen A dan departemen B, untuk menghasilkan produksinya, data

produksi dan biaya produksi kedua departmen tersebut untuk bulan September 2004 adalah sebagai berikut:

Dep A Dep B
Dimasukan dalam proses 35.000

Produk selesai yg di transfer ke dep.B 300.000

Produk selesai yg di transfer ke gol 24.000

Produk dalam proses akhir bulan 5.000 6.000

Biaya yg dikeluarkan bulan Sept.2004

Biaya bahan baku 70.000 ———

Biaya tenaga kerja 155.000 170.000

Biaya overhead pabrik 248.000 405.000

Tuigkul penyelesaian produk

Dalam proses akhir

Biaya bahan baku 100%

Biaya konversi 20% 30%

1. perhitungan harga pokok produk di departemen A. untuk menghitung harga pokok produk selesai dep. A yg di transfer ke dep.

B dan harga pokok produk dalam proses di dep. A pada akhir bulan Sept.2004 perlu dilakukan perhitungan biaya persatuan

yang dikeluarkan oleh dep.A dlm bulan Ybs.

Untuk menghitung biaya persatuan yg di keluarkan oleh dep.A tersebut, perlu di hitung unit yg equivalensi tiap biaya produksi

dep.A dalam bulan Sept.2004 dengan cara sebagai berikut:

1. biaya bahan baku.


 unit yang equivalensi : ( 30.000) + ( 5.000×100%) = 35.000

produk yg ditransfer ke Dep.B = 30.000

produk dalam proses 5000×100% = 5.000

_________

35.000

 biaya per unit = 70.000 : 35.000 = 2

o unit equivalent :

2. biaya konversi

produk yang ditransfer ke Dpe.B = 30.000

produk dalam proses 5.000 x 20% = 1.000

_____

31.000

biaya TEK per unit = 155.000 : 31.000 = 5

biaya overhead pabrik = 248.000 : 31.000 = 8

setelah biaya per unit dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh Dep.A ke Dep.B dan harga pokok produk dlm

proses di Dep.A pada akhir bulan Sep.2004 dapat di hitung SBB :

HP. Produk selesai yang

Ditransfer ke Dep.B : 30.000x 15 = 450.000


HP. Modul dalam proses akhir

B.BB = 100% x 5.000 x 2 = 10.000

B.TK = 20% x 5.000 x 5 = 5.000

B.OP = 20% x 5.000 x 8 = 8.000

———–

= 23.000

jual biaya produksi Dep.A bulan Spe.2004 473.000

dari perhitungan di atas dapat di buat laporan biaya produksi seperti berikut:

PT. Elina Sari

Laporan biaya produksi Dep.A

Bulan Sep.04

Data produksi

Dimasukan dalam proses 35.000 unit

Produk jadi yang di transfer ke gudang 30.000 unit

Produk dalam proses akhir 5.000 unit

Jual produk yang di hasilkan 35.000 unit


Biaya yg di bebaskan Dep.A

Dalam bulan Sep.04

Total Per Unit

Biaya bahan baku 70.000 2

Biaya tenaga kerja 155.000 5

Biaya overhead pabrik 248.000 8

473.000 15

perhitungan biaya

harga pokok produk jadi yang di transfer

ke Dep.B = 30.000 x 15 = 450.000

HP. Produk dalam proses akhir

Biaya bahan baku = 10.000

Biaya tenaga kerja = 5.000

Biaya overhead pabrik = 8.000

= 23.000

jual biaya produk yg baku Dep.A 473.000


A. jurnal pencatatan biaya produksi departemen A

1. BDP – biaya bahan baku Dep. A rp.70.000

persediaan bahan baku rp. 70.000

( ul mencatat biaya bahan baku )

2. BDP – biaya tenaga kerja Dep.A rp.155.000

gaji dan upah rp. 155.000

( ul mencatat biaya tenaga kerja )

3. BDP – biaya overhead pabrik Dep.A rp. 248.000

berbagai rekening yg di kredit rp. 248.000

( ul mencatat BOP )

4. BDP – biaya bahan baku Dep.B rp. 23

BDP – biaya bahan baku Dep.A

BDP – biaya tenaga kerja Dep.A

BDP – biaya overhead pabrik Dep. A

( ul mencatat HP produk yg ditransfer ke Dep.B )

5. persediaan produk dlm proses – Dep. A rp. 23.000


BDP – biaya bahan baku Dep. A rp. 10.000

BDP – biaya tenaga kerja Dep.A rp. 5.000

BDP – biaya overhead pabrik Dep.A rp. 8.000

( ul mencatat produk dalam proses yg belum selesai oleh Dep.A )

B. perhitungan kerja pokok produk di Dep.B

a. menghitung unit equivalensi

biaya tenaga kerja = 24.000+ ( 50%x 6.000 ) = 27.000

biaya overhead pabrik = 24.000+ ( 50%x 6.000) = 27.000

biaya per unit = BTK = 270.000: 27.000 = 10

BOP = 405.000: 27.000 = 15

b. menghitung HP. Produk yang ditransfer ke gudang dan HP. Produk dalam proses Dep;B yg belum selesai.

HP produk selesai yg di transfer ke gudang :

Harga pokok dari Dep.A = 24.000x 15 = 360.000

Biaya yg di tambahkan Dep.B = 24.000x 25 = 600.000


Jual HP produk jadi yg di transfer

Ke gudang = 24.000 x 40 = 960.000

Harga pokok produk dlm proses akhir

HP: dari Dep.A 6.000x 15 rp.90.000

Biaya yg di tambahkan Dep.B

BTK = 50%x 6.000 x 10 = 30.000

BOP = 50% x 6000x 15 = 45.000

Rp.75.000

Total HP produk dlm proses Dep.B = 165.000

Jual biaya produksi komulatif Dep.B = 1.125.000

II. pengaruh terjadinya produk hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produk persatuan.

Contoh :

PT. Elina Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan. produknya, Dep. A dan Dep.B, data produksi dan biaya

produk kedua departemen tersebut untuk bulan januari 2004 adalah SBB:

________________________________________________________________________

Dep.A Dep.B

Produk yg dimasukan dalam proses 1000kg


Produk selesai ditransfer

Dep.B 700kg

Gudang 400kg

Produk dlm penyelesaian akhir dua tingkat

Penyelesaian SBB :

Biaya bahan baku dan penolong

200% , biaya konversi 40% 200kg

biaya bahan penolong 60%

biaya konversi 50% 100kg

produk hilang awal proses 100kg 200kg

data biaya produksi selama bulan januari 2004 adalah SBB:

Dep.A Dep.B

Biaya bahan baku 22.500

Biaya bahan penolong 26.100 16.100

Biaya tenaga kerja 35.100 22.500


Biaya overhead pabrik 46.800 24.750

Jual biaya produksi 130.000 63.350

Perhitungan harga pokok produk di Dep.A

Menghitung unit dan equivalensi

Jenis biaya unit equivalensi biaya produksi biaya per kg

B. bahan baku 700+(100%x200) = 900 Rp22.500 25

B . B penolong 700+(100%x200) = 900 Rp26.100 29

B. TK 700+( 40%x200) = 780 Rp35.100 45

B. OP 700+(40%x200) = 780 Rp46.800 60

Rp130.500 159

B. perhitungan HP produk selesai yg di transfer ke Dep.B dan produk dalam proses akhir Dep.A

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke

Departemen B : 700 x Rp 159 Rp 111.300

Harga pokok produk dalam proses akhir bulan

( 200 kg )

biaya bahan baku


200kg x 100%x Rp 25 = Rp5.000

biaya bahan penolong

200kg x 100% x Rp29 = Rp5.800

biaya tenaga kerja

200kg x 40% x Rp 45 = Rp 3600

biaya overhead pabrik

200kg x 40% x Rp 60 = Rp 4.800

Rp 19.200

Jumlah biaya produksi departemen A Rp 130.500

Selanjutnya laporan biaya produksi Dep.A dan jurnal- jurnal yang diperlukan silahkan Anda buat sendiri dengan mengacu pada

contoh yang ada di depan.

PRODUK HILANG PADA AWAL PROSES DI DEPARTEMEN SETELAH DEPARTEMEN PERTAMA

Produk yang hilang pada awal proses yang terjadi di departemen setelah departemen pertama mempunyai dua akibat terhadap ( 1

) harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya dan ( 2 ) harga pokok per satuan yang ditambahkan

dalam departemen dimana produk yang hilang tersebut terjadi. Penyesuaian perhitungan harga pokok per Kg produk yang

berasal dari dept. A dihitung sebagai berikut.

Harga pokok per satuan produk yang berasal

Dari departemen A Rp. 111.300 : 700 Rp. 159,00


Harga pokok per satuan produk yang berasal dari

Departemen A setelah adanya produk

Yang hilang dalam proses di Departemen B

Sebanyak 200 Kg adalah Rp.111.300:

( 700 Kg – 200 Kg) Rp.222,60

penyesuaian harga pokok per satuan produk

yang berasal dari departemen A Rp. 63,60

perhitungan harga pokok produk per satuan yang ditambahkan di departemen B adalah sebagai berikut :

jumlah produk yang jumlah biaya biaya per Kg

dihasilkan oleh Dept. B produksi yang yang ditambah

( unit ekuivalensi ) ditambahkan di kan Dept. B

Dept. B

________________ ______________ ____________

jenis biaya 1 2 2:1

_________ ________________ ______________ ____________

biaya bahan 400Kg+60%x100Kg Rp.16.100 Rp. 35


Penolong = 460 Kg

Biaya tenaga 400 Kg+50%x100Kg Rp.22.500 Rp. 50

Kerja = 450 Kg

Biaya over 400 Kg+50%x100Kg Rp. 24.750 Rp. 55

Head pabrik = 450 Kg

Rp. 63.350 Rp.140

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang dan produk yang masih dalam proses pada akhir bulan dalah

sebagai berikut

Harga pokok produk selesai yang di transfer

Ke gudang 400 Kg @ Rp. 362,60 Rp. 145.040,00

Harga pokok produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg )

Harga pokok dari Dept. A

100 Kg x Rp. 222,60 Rp. 22.260,00

biaya bahan penolong

100 Kg x 60% x Rp. 35 Rp 2.100,00

biaya tenaga kerja

100 Kg x 50% x Rp. 50 Rp. 2.500,00


biaya overhead pabrik

100 Kg x 50% x Rp 55 Rp 2.750,00

Rp 29.610,00

Rp 174.650,00

MATERI 6

Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungkan

Persediaan Produk dalam Proses Awal

Metode Harga Pokok Proses Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi.

Jika produk diolah melalui dua departemen produksi maka yang pertama kita lakukan menghitung harga pokok produksi di

departemen pertama yang nanti akan saya jelaskan cara menghitungnya. Setelah kita dapat kan harga pokok produksi di

departemen pertama baru kita menghitung harga pokok di departemen ke dua.

Perhitungan biaya produksi di departemen ke dua adalah perhitungan yang bersifat komulatif. Karena produk jadi di departemen

dua merupakan produk yang telah menyerap biaya dari departemen satu dan biaya departemen dua., sehingga harga pokok yang

dihasilkan oleh departemen dua terdiri dari :

1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen satu.

2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen dua

Contoh.
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi : Departemen I dan Departemen II, untuk menghasilkan produknya. Data

produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan April 2005 adalah sebagai berikut:

Departemen I Departemen II

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg

Produk selasai yang ditransfer ke Dep.II 30.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg

Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg

Biaya yang dikeluarkan bulan April 2005:

Biaya bahan baku Rp 70.000 –

Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000

Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000

Tingkat penyelesaian produk dalam

proses akhir :

Biaya bahan baku 100%

Biaya konversi 20% 50%

Perhitungan Harga Pokok Produk di Departemen I


Untuk menghitung harga pokok langkah yang kita lakukan adalah:

1. Menghitung unit ekuivalensi biaya produksi yaitu unit ekuivalensi bahan baku, unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit

ekuivalensi biaya overhead pabrik.

2. Setelah unit ekuivalensi kita ketahui selanjutnya menghitung biaya produksi per unit.

3. Jika biaya per unit sudah kita dapatkan maka kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Departemen II dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.

.Menghitung unit ekuivalensi.

a.Unit ekuivalensi bahan baku, terdiri dari produk yang ditransfer ke Dep II adalah 30.000 ditambah produk dalam proses akhir

5000 dengan tingkat penyelesaian bahan baku 100% yaitu 5000 x 100% sehingga bisa dihitung sebagai berikut:

Unit ek bahan baku = 30.000 + ( 5000 x 100% ) = 35.000

b.Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja, biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik sehingga sekali kita

menghitung kita dapatkan dua unit ekuivalensi yaitu unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit ekuivalensi biaya overhead

pabrik. Cara menghitungnya adalah produkjadi 30.000 ditambah produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian

20% yaitu ( 5000 x 20%) = 1000 sehingga dapat dihitung sebagai berikut: 30.000 + ( 5000 x 20% ) = 31.000

Setelah unit ekuivalensi kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok perunit sebagai berikut:

Elemen Unit Biaya

Biaya Produksi Total Biaya Ekuivalensi per kg

(1) (2) (3) (2):(3)


Bahan Baku Rp 70.000 35.000 RP 2

Tenaga Kerja Rp 155.000 31.000 Rp 5

Overhead Pabrik Rp 248.000 31.000 Rp 8

Total Rp 473.000 Rp 15

========== ======

Setelah biaya per unit dihitung , kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok

produk dalam proses akhir sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep II:

30.000 x Rp 15 Rp 450.000

Harga pokok produk dalam proses akhir:

BBB: 5000 x 100% x Rp 2 = Rp 10.000

BTK: 5000 x 20% x Rp 5 = Rp 5.000

BOP: 5000 x 20% x Rp 8 = Rp 8.000

—————–

Rp 23.000
—————–

Jumlah biaya produksi Dep I bulan April 2005 Rp 473.000

Catatan:

BBB= Biaya Bahan Baku

BTK= Biaya Tenaga Kerja

BOP= Biaya Overhead Pabrik

Perhitungan tadi kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi seperti berikut:

PT Eliona Sari

Laporan Biaya Produksi Departemen I

Bulan April 2005

Data Produksi

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg

————-

Produk jadi yang ditransfer ke Dep II 30.000 kg

Produk dalam proses akhir 5.000 kg


————–

Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg

========

Biaya yang dibebankan Departemen I bulan April 2005

Total Per kg

—————— ————

Biaya Bahan Baku Rp 70.000 Rp 2

Biaya Tenaga Kerja Rp 155.000 Rp 5

Biaya Overhead Rp 248.000 Rp 8

—————— ————

Rp 473.000 Rp 15

=========== =======

Perhitungan Biaya

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II

30.000 kg @ Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:

Biaya Bahan Baku Rp 10.000

Biaya Tenaga Kerja Rp 5.000

Biaya Overhead Pabrik Rp 8.000

—————-

Rp 23.000

—————-

Jumlah biaya produksi yang dubebankan Dep I bln April Rp 473.000

===========

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen I

Untuk mencatata biaya yang terjadi dalam Departemen I dalam bulan April 2005 jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:

1 Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:

BDP – Biaya Bahan Baku dep I Rp 70.000

Persediaan Bahan Baku Rp 70.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


BDP – Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 155.000

Gaji dan Upah Rp 155.000

3.Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik

BDP – Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 248.000

Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 248.000

4.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke Dep II

BDP – Biaya Bahan Baku Dep II Rp 450.000

BDP-Biaya Bahan Baku Dep I Rp 60.000

BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 150.000

BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 240.000

Catatan

60.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 2

150.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 5

240.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 8

5.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir bulan April Dep I
Persediaan Produk Dalam Proses Dep I Rp 23.000

BDP-Biaya Bahan Baku Dep I Rp 10.000

BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 5.000

BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 8.000

Perhitungan Harga Pokok di Departemen II

Di Departemen II ini tidak ada pengeluaran biaya bahan baku, yang ada biaya tenega kerja (BTK) dan biaya overhead pabrik

(BOP). Disini harga pokok yang dibawa dari Dep I merupakan biaya bahan baku Dep II.Unit ekuivalensi yang perlu dihitung

hanya unit ekuivalensi biaya biaya konversi yang meliputi BTK dan BOP.

Perhitungan unit ekuivalensi.

Unit yang ditransfer ke gudang 24000 ditambah persediaan produk dal;am proses akhir 6000 dengan tingkat penyelesaian 50% (

6000 x 50% ) sebagai berikut:

24000 + ( 6000 x 50% ) = 24000 + 3000 = 27000.

Selanjutnya perhitungan biaya per unit adalah sebagai berikut:

Elemen Biaya Prod Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya per Kg

——————————- ————————- ——————– —————-

Tenaga Kerja Rp 270.000 27.000 Rp 10

Overhead Pabrik Rp 405.000 27.000 Rp 15


———————– ————-

Total Rp 675.000 Rp 25

Setelah biaya per unit kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok

produk dalam proses akhir di Dep II

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:

– Harga pokok dari Dep I : 24000 x Rp 15 = Rp 360.000

– Biaya yg ditambahkan di Dep II : 24000 x Rp 25 = Rp 600.000

—————–

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Gudang : 24000 x Rp 40 Rp 960.000

Harga pokok produk dalam proses akhir

– Harga pokok dari Dep I: 6000 x Rp 15 = Rp 90.000

– Biaya yang ditambahkan Dep II:

BTK : 6000 x 50% x Rp 10 = Rp 30.000

BOP : 6000 x 50% x Rp 15 = Rp 45.000


—————-

= Rp 75.000

Total harga pokok produk dalam proses Dep II Rp 165.000

Jumlah biaya produksi komulatif Dep II Rp 1.125.000

Selanjutnya menyusun laporan harga pokok produksi, silahkan Anda susun sendiri dengan mencontoh laporan harga pokok

produksi pada Dep I diatas atau dapat melihat BMP EKMA 4315 hal 6.13. Demikian juga jurnal nya Anda dapat mencontoh

jurnal-jurnal pada Dep I diatas atau melihat di BMP EKMA 4315 hal 6.14

Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Pada Awal Proses.

Bila ada produk hilang pada awal proses maka jika terjadi pada Dep I maka seluruh perhitungan sama seperti yang tadi kita

bahas, hanya saja yang perlu diingat disini adalah bagaimana menghitung unit ekuivalensi. Untuk memudahkan mengingatnya

saya sarankan jika produk hilang pada awal proses pada Dep I, dalam menghitung unit ekuivalensi abaikan jumlah unit yang

hilang. Bila produk hilang terjadi pada awal proses di Dep II maka cara menghitung unit ekuivalensi disini juga sama abaikan

jumlah yang hilang tapi yang perlu diingat adalah ada penyesuaian harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke

Dep II.Untuk jelasnya pelajarilah contoh berikut:

Departemen I Departemen II

—————- ——————

Produk masuk dalam Proses 1000

Produk jadi ditransfer ke Dep II 700

Produk selesai ditransfer ke gudang 400


Produk dalam proses akhir

Biaya bahan baku 100%, biaya konversi 40% 200

Biaya konversi 50% 100

Produk yang hilang pada awal proses 100 200

Data biaya.

Biaya bahan baku Rp 22.500 –

Biaya tenaga kerja Rp 35.100 Rp 22.500

Biaya overhead pabrik Rp 46.800 Rp 24.750

————- ————-

Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250

Perhitungan Harga Pokok Dep I

Tadi telah saya katakan bahwa abaikan jumlah yang hilang dalam menghitung unit ekuivalensi, oleh karena itu perhitungan harga

pokok per unitnya akan nampak sebagai berikut:

Jenis biaya unit ekuivalensi biaya produksi biaya per unit

————– —————————————— —————— —————-


1 2 2: 1

—————————————— —————— —————-

BBB 700 + ( 200 x 100% )= 900 Rp 22.500 Rp 25

BTK 700 + ( 200 x 40% ) = 780 Rp 35.100 Rp 45

BOP 700 + ( 200 x 40% ) = 780 Rp 46.800 Rp 60

—————— —————

Rp 104.400 Rp 130

========== =========

Selanjutnya Hargapokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok produk dalam proses akhir dapat dihitung seperti

berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Dep II : 700 x Rp 130 Rp 91.000

Harga pokok produk dalam proses akhir

BBB : 200 x 100% x Rp 25 = Rp 5.000

BTK : 200 x 40% x Rp 45 = Rp 3.600


BOP : 200 x 40% x Rp 60 = Rp 4.800

————–

Rp 13.400

—————

Jumlah biaya produksi Dep I Rp 104.400

Selanjutnya kita bahas bagaimana pengaruh produk hilang pada awal proses di Dep II, laporan harga pokok produksi dan jurnal

jurnal yang diperlukan pada Dep I silahkan kerjakan sendiri sebagai latihan.

Perhitungan Harga Pokok Produk Dep II

Tadi telah saya katakan bahwa dalam menghitung unit ekuivalensi di Dep II abaikan jumlah produk yang hilang, tapi bagaimana

pengaruhnya terhadap produk yang masuk dari dep I ke Dep II, ikutilah perhitungan berikut:

Jumlah yang ditransfer ke Dep II 700 unit dengan biaya per unit Rp 130 =

700 x Rp 130 = Rp 91.000

Tetapi di Dep II belum sempat disentuh barang tinggal 500 unit ( hilang 200 unit) sedangkan biaya yang telah dikeluarkan tetap

Rp 91.000 sehingga sekarang harga pokok per unit menjadi : Rp 91.000 dibagi 500 = Rp 182. Jadi dari Dep I harga per unit Rp

130 sampai di Dep II harga menjadi Rp 182 per unit. Harga naik sebesar Rp 52 ( Rp 182 – Rp 130 ) hal ini karena ada produk

hilang pada awal proses sebesar 200 unit.

Selanjutnya kita hitung biaya per unit yang ditambahkan di Dep II


Jenis biaya Unit ekuivalensi Jml biaya produksi Biaya per unit

————– ——————————————- ———————- —————-

1 2 2 ;1

—————————————— ———————- —————

BTK 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 22.500 Rp 50

BOP 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 24.750 Rp 55

———————- ————–

Rp 47.250 Rp 105

============= ========

Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan produk dalam proses akhir seperti berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Gudang : 400 x ( Rp 182 + Rp 105 ) = 400 x Rp 287 = Rp 114.800

Harga pokok produk dalam proses akhir:

Harga pokok dari Dep I : 100 x Rp 182 = Rp 18.200

BTK = 100 x 50% x Rp 50 = Rp 2.500


BOP = 100 x 50% x Rp 55 = Rp 2.750

—————-

Rp 23.450

—————-

Rp 138.250

Selanjutnya laporan harga pokok produksi dan jurnal-jurnalnya Anda kerjakan sendiri dengan melihat contoh pada modul.

Pengaruh Produk Hilang Akhir Proses

Jika produk hilang terjadi pada akhir proses maka produk yang hilang dianggap telah menyerap biaya 100% oleh karena itu

dalam menghitung unit ekuivalensi produk yang hilang perlakuannya sama demgan produk jadi.Pengaruh yang terjadi pada Dep I

adalah pada produk jadi yang ditransfer ke Dep II, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II meliputi harga pokok

produk jadi dan produk yang hilang sedangkan jumlahnya adalah jumlah produk jadi saja sehingga harga pokok produk per unit

yang ditransfer ke Dep II menjadi lebih tinggi. Demikian juga untuk Dep II dalam menghitung unit ekuivalensi prinsipnya sama

dengan di Dep I dan penyesuaian harga pada produk jadi yang di transfer ke gudang. Untuk jelasnya mari kita pelajari contoh

berikut:

Departemen I Departemen II

—————- ——————

Produk masuk dalam Proses 1000

Produk jadi ditransfer ke Dep II 700


Produk selesai ditransfer ke gudang 400

Produk dalam proses akhir

Biaya bahan baku 100%, biaya konversi 40% 200

Biaya konversi 50% 100

Produk yang hilang pada akhir proses 100 200

Data biaya.

Biaya bahan baku ( BBB ) Rp 22.500 –

Biaya tenaga kerja ( BTK ) Rp 35.100 Rp 22.500

Biaya overhead pabrik ( BOP ) Rp 46.800 Rp 24.750

————- ————-

Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250

Perhitungan haega pokok produk di Dep I

Perhitungan harga pokok produk per unit di Dep I adalah sebagai berikut:

Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep I Biaya per unit

—————————————— ——————— —————–


1 2 2: 1

—————————————– ——————– —————-

BBB 700 + (200 x 100% ) + 100 = 1.000 Rp 22.500 Rp 22,5

BTK 700 + (200 x 40% ) + 100 = 880 Rp 35.100 Rp 39,89

BOP 700 + (200 x 40%) + 100 = 880 Rp 46.800 Rp 53,18

——————– —————

Rp 104.400 Rp 115,57

============ =========

Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan produk dalam proses akhir adalah seperti berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II:

700 x Rp 115,57 Rp 80.899

Harga pokok produk hilang akhir proses

100 x Rp 115,57 Rp 11.557

————–

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


Dep II setelah adanya penyesuaian Rp 92.456

( harga per unit: 92.456 dibagi 700 = 132,08)

Harga pokok produk dalam proses akhir:

BBB: 200 x 100% x Rp 22,5 = Rp 4.500

BTK: 200 x 40% x Rp 39,89 = Rp 3.191,2

BOP: 200 x 40% x Rp 53,18 = Rp 4.254,4

——————

Rp 11.945,6

—————–

Jumlah biaya produksi Dep I Rp104.401,6

Catatan: jumlah seharusnya Rp 104.400 ada selisih Rp 1,6 pengaruh dari pembulatan angka.

Perhitungan Harga Pokok Pada Dep II

Perhitungan biaya per unit di Dep II

Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep II Biaya per unit

—————————————- ———————- —————–


1 2 2:1

————————————— ———————- —————–

BTK 400 + (100 x 50%) + 200 = 650 Rp 22.500 Rp 34,62

BOP 400 + (100 x 50%) + 200 = 650 Rp 24.750 Rp 38,08

———————- —————-

Rp 47.250 Rp 72,7

============= =========

Selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir.

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:

Harga pokok dari Dep I: 400 x Rp 132,08 = Rp 52.832

Harga pokok yg ditambahkan Dep II: 400 x Rp 72,7 = Rp 29.080

Harga pokok produk hilang akhir proses

200 x ( Rp 132,08 + Rp 72,7 ) = Rp 40.956

——————-

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


Gudang: 400 x Rp 307,17 = Rp 122.868

(122.868 dibagi 400 = 307,17 )

Harga pokok produk dal;am proses akhir:

Harga pokok dari Dep I: 100 x Rp 132,08 = Rp 13.208

BTK : 100 x 50% x Rp 34,62 = Rp 1.731

BOP : 100 x 50% x Rp 38,08 = Rp 1.904

—————-

Rp 16.843

————–

Jumlah biaya komulatif dalam Dep II Rp 139711

Catatan: jumlah seharusnya Rp 139.706 selisih Rp 5 karena adanya pembulatan.

MATERI 7

METODE HARGA POKOK PROSES TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES

AWAL

Metode Harga Pokok Proses Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi.
Jika produk diolah melalui dua departemen produksi maka yang pertama kita lakukan menghitung harga pokok produksi di

departemen pertama yang nanti akan saya jelaskan cara menghitungnya. Setelah kita dapat kan harga pokok produksi di

departemen pertama baru kita menghitung harga pokok di departemen ke dua.

Perhitungan biaya produksi di departemen ke dua adalah perhitungan yang bersifat komulatif. Karena produk jadi di departemen

dua merupakan produk yang telah menyerap biaya dari departemen satu dan biaya departemen dua., sehingga harga pokok yang

dihasilkan oleh departemen dua terdiri dari :

3. Biaya produksi yang dibawa dari departemen satu.

4. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen dua

Contoh.

PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi : Departemen I dan Departemen II, untuk menghasilkan produknya. Data

produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan April 2005 adalah sebagai berikut:

Departemen I Departemen II

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg

Produk selasai yang ditransfer ke Dep.II 30.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg

Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg

Biaya yang dikeluarkan bulan April 2005:

Biaya bahan baku Rp 70.000 –


Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000

Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000

Tingkat penyelesaian produk dalam

proses akhir :

Biaya bahan baku 100%

Biaya konversi 20% 50%

Perhitungan Harga Pokok Produk di Departemen I

Untuk menghitung harga pokok langkah yang kita lakukan adalah:

4. Menghitung unit ekuivalensi biaya produksi yaitu unit ekuivalensi bahan baku, unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit

ekuivalensi biaya overhead pabrik.

5. Setelah unit ekuivalensi kita ketahui selanjutnya menghitung biaya produksi per unit.

6. Jika biaya per unit sudah kita dapatkan maka kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Departemen II dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.

.Menghitung unit ekuivalensi.


a.Unit ekuivalensi bahan baku, terdiri dari produk yang ditransfer ke Dep II adalah 30.000 ditambah produk dalam proses akhir

5000 dengan tingkat penyelesaian bahan baku 100% yaitu 5000 x 100% sehingga bisa dihitung sebagai berikut:

Unit ek bahan baku = 30.000 + ( 5000 x 100% ) = 35.000

b.Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja, biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik sehingga sekali kita

menghitung kita dapatkan dua unit ekuivalensi yaitu unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit ekuivalensi biaya overhead

pabrik. Cara menghitungnya adalah produkjadi 30.000 ditambah produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian

20% yaitu ( 5000 x 20%) = 1000 sehingga dapat dihitung sebagai berikut: 30.000 + ( 5000 x 20% ) = 31.000

Setelah unit ekuivalensi kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok perunit sebagai berikut:

Elemen Unit Biaya

Biaya Produksi Total Biaya Ekuivalensi per kg

(1) (2) (3) (2):(3)

Bahan Baku Rp 70.000 35.000 RP 2

Tenaga Kerja Rp 155.000 31.000 Rp 5

Overhead Pabrik Rp 248.000 31.000 Rp 8

Total Rp 473.000 Rp 15

========== ======
Setelah biaya per unit dihitung , kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok

produk dalam proses akhir sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep II:

30.000 x Rp 15 Rp 450.000

Harga pokok produk dalam proses akhir:

BBB: 5000 x 100% x Rp 2 = Rp 10.000

BTK: 5000 x 20% x Rp 5 = Rp 5.000

BOP: 5000 x 20% x Rp 8 = Rp 8.000

—————–

Rp 23.000

—————–

Jumlah biaya produksi Dep I bulan April 2005 Rp 473.000

Catatan:

BBB= Biaya Bahan Baku

BTK= Biaya Tenaga Kerja


BOP= Biaya Overhead Pabrik

Perhitungan tadi kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi seperti berikut:

PT Eliona Sari

Laporan Biaya Produksi Departemen I

Bulan April 2005

Data Produksi

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg

————-

Produk jadi yang ditransfer ke Dep II 30.000 kg

Produk dalam proses akhir 5.000 kg

————–

Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg

========

Biaya yang dibebankan Departemen I bulan April 2005


Total Per kg

—————— ————

Biaya Bahan Baku Rp 70.000 Rp 2

Biaya Tenaga Kerja Rp 155.000 Rp 5

Biaya Overhead Rp 248.000 Rp 8

—————— ————

Rp 473.000 Rp 15

=========== =======

Perhitungan Biaya

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II

30.000 kg @ Rp 15 Rp 450.000

Harga pokok produk dalam proses akhir:

Biaya Bahan Baku Rp 10.000

Biaya Tenaga Kerja Rp 5.000

Biaya Overhead Pabrik Rp 8.000


—————-

Rp 23.000

—————-

Jumlah biaya produksi yang dubebankan Dep I bln April Rp 473.000

===========

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen I

Untuk mencatata biaya yang terjadi dalam Departemen I dalam bulan April 2005 jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:

1 Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:

BDP – Biaya Bahan Baku dep I Rp 70.000

Persediaan Bahan Baku Rp 70.000

5. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

BDP – Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 155.000

Gaji dan Upah Rp 155.000

3.Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik

BDP – Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 248.000


Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 248.000

4.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke Dep II

BDP – Biaya Bahan Baku Dep II Rp 450.000

BDP-Biaya Bahan Baku Dep I Rp 60.000

BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 150.000

BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 240.000

Catatan

60.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 2

150.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 5

240.000 diperoleh dari 30.000 kg x Rp 8

5.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir bulan April Dep I

Persediaan Produk Dalam Proses Dep I Rp 23.000

BDP-Biaya Bahan Baku Dep I Rp 10.000

BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep I Rp 5.000

BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep I Rp 8.000


Perhitungan Harga Pokok di Departemen II

Di Departemen II ini tidak ada pengeluaran biaya bahan baku, yang ada biaya tenega kerja (BTK) dan biaya overhead pabrik

(BOP). Disini harga pokok yang dibawa dari Dep I merupakan biaya bahan baku Dep II.Unit ekuivalensi yang perlu dihitung

hanya unit ekuivalensi biaya biaya konversi yang meliputi BTK dan BOP.

Perhitungan unit ekuivalensi.

Unit yang ditransfer ke gudang 24000 ditambah persediaan produk dal;am proses akhir 6000 dengan tingkat penyelesaian 50% (

6000 x 50% ) sebagai berikut:

24000 + ( 6000 x 50% ) = 24000 + 3000 = 27000.

Selanjutnya perhitungan biaya per unit adalah sebagai berikut:

Elemen Biaya Prod Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya per Kg

——————————- ————————- ——————– —————-

Tenaga Kerja Rp 270.000 27.000 Rp 10

Overhead Pabrik Rp 405.000 27.000 Rp 15

———————– ————-

Total Rp 675.000 Rp 25

Setelah biaya per unit kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok

produk dalam proses akhir di Dep II


Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:

– Harga pokok dari Dep I : 24000 x Rp 15 = Rp 360.000

– Biaya yg ditambahkan di Dep II : 24000 x Rp 25 = Rp 600.000

—————–

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Gudang : 24000 x Rp 40 Rp 960.000

Harga pokok produk dalam proses akhir

– Harga pokok dari Dep I: 6000 x Rp 15 = Rp 90.000

– Biaya yang ditambahkan Dep II:

BTK : 6000 x 50% x Rp 10 = Rp 30.000

BOP : 6000 x 50% x Rp 15 = Rp 45.000

—————-

= Rp 75.000

Total harga pokok produk dalam proses Dep II Rp 165.000

Jumlah biaya produksi komulatif Dep II Rp 1.125.000


Selanjutnya menyusun laporan harga pokok produksi, silahkan Anda susun sendiri dengan mencontoh laporan harga pokok

produksi pada Dep I diatas atau dapat melihat BMP EKMA 4315 hal 6.13. Demikian juga jurnal nya Anda dapat mencontoh

jurnal-jurnal pada Dep I diatas atau melihat di BMP EKMA 4315 hal 6.14

Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Pada Awal Proses.

Bila ada produk hilang pada awal proses maka jika terjadi pada Dep I maka seluruh perhitungan sama seperti yang tadi kita

bahas, hanya saja yang perlu diingat disini adalah bagaimana menghitung unit ekuivalensi. Untuk memudahkan mengingatnya

saya sarankan jika produk hilang pada awal proses pada Dep I, dalam menghitung unit ekuivalensi abaikan jumlah unit yang

hilang. Bila produk hilang terjadi pada awal proses di Dep II maka cara menghitung unit ekuivalensi disini juga sama abaikan

jumlah yang hilang tapi yang perlu diingat adalah ada penyesuaian harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke

Dep II.Untuk jelasnya pelajarilah contoh berikut:

Departemen I Departemen II

—————- ——————

Produk masuk dalam Proses 1000

Produk jadi ditransfer ke Dep II 700

Produk selesai ditransfer ke gudang 400

Produk dalam proses akhir

Biaya bahan baku 100%, biaya konversi 40% 200

Biaya konversi 50% 100

Produk yang hilang pada awal proses 100 200


Data biaya.

Biaya bahan baku Rp 22.500 –

Biaya tenaga kerja Rp 35.100 Rp 22.500

Biaya overhead pabrik Rp 46.800 Rp 24.750

————- ————-

Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250

Perhitungan Harga Pokok Dep I

Tadi telah saya katakan bahwa abaikan jumlah yang hilang dalam menghitung unit ekuivalensi, oleh karena itu perhitungan harga

pokok per unitnya akan nampak sebagai berikut:

Jenis biaya unit ekuivalensi biaya produksi biaya per unit

————– —————————————— —————— —————-

1 2 2: 1

—————————————— —————— —————-

BBB 700 + ( 200 x 100% )= 900 Rp 22.500 Rp 25

BTK 700 + ( 200 x 40% ) = 780 Rp 35.100 Rp 45


BOP 700 + ( 200 x 40% ) = 780 Rp 46.800 Rp 60

—————— —————

Rp 104.400 Rp 130

========== =========

Selanjutnya Hargapokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok produk dalam proses akhir dapat dihitung seperti

berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Dep II : 700 x Rp 130 Rp 91.000

Harga pokok produk dalam proses akhir

BBB : 200 x 100% x Rp 25 = Rp 5.000

BTK : 200 x 40% x Rp 45 = Rp 3.600

BOP : 200 x 40% x Rp 60 = Rp 4.800

————–

Rp 13.400

—————
Jumlah biaya produksi Dep I Rp 104.400

Selanjutnya kita bahas bagaimana pengaruh produk hilang pada awal proses di Dep II, laporan harga pokok produksi dan jurnal

jurnal yang diperlukan pada Dep I silahkan kerjakan sendiri sebagai latihan.

Perhitungan Harga Pokok Produk Dep II

Tadi telah saya katakan bahwa dalam menghitung unit ekuivalensi di Dep II abaikan jumlah produk yang hilang, tapi bagaimana

pengaruhnya terhadap produk yang masuk dari dep I ke Dep II, ikutilah perhitungan berikut:

Jumlah yang ditransfer ke Dep II 700 unit dengan biaya per unit Rp 130 =

700 x Rp 130 = Rp 91.000

Tetapi di Dep II belum sempat disentuh barang tinggal 500 unit ( hilang 200 unit) sedangkan biaya yang telah dikeluarkan tetap

Rp 91.000 sehingga sekarang harga pokok per unit menjadi : Rp 91.000 dibagi 500 = Rp 182. Jadi dari Dep I harga per unit Rp

130 sampai di Dep II harga menjadi Rp 182 per unit. Harga naik sebesar Rp 52 ( Rp 182 – Rp 130 ) hal ini karena ada produk

hilang pada awal proses sebesar 200 unit.

Selanjutnya kita hitung biaya per unit yang ditambahkan di Dep II

Jenis biaya Unit ekuivalensi Jml biaya produksi Biaya per unit

————– ——————————————- ———————- —————-

1 2 2 ;1

—————————————— ———————- —————


BTK 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 22.500 Rp 50

BOP 400 + ( 100 x 50% ) = 450 Rp 24.750 Rp 55

———————- ————–

Rp 47.250 Rp 105

============= ========

Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan produk dalam proses akhir seperti berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Gudang : 400 x ( Rp 182 + Rp 105 ) = 400 x Rp 287 = Rp 114.800

Harga pokok produk dalam proses akhir:

Harga pokok dari Dep I : 100 x Rp 182 = Rp 18.200

BTK = 100 x 50% x Rp 50 = Rp 2.500

BOP = 100 x 50% x Rp 55 = Rp 2.750

—————-

Rp 23.450

—————-
Rp 138.250

Selanjutnya laporan harga pokok produksi dan jurnal-jurnalnya Anda kerjakan sendiri dengan melihat contoh pada modul.

Pengaruh Produk Hilang Akhir Proses

Jika produk hilang terjadi pada akhir proses maka produk yang hilang dianggap telah menyerap biaya 100% oleh karena itu

dalam menghitung unit ekuivalensi produk yang hilang perlakuannya sama demgan produk jadi.Pengaruh yang terjadi pada Dep I

adalah pada produk jadi yang ditransfer ke Dep II, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II meliputi harga pokok

produk jadi dan produk yang hilang sedangkan jumlahnya adalah jumlah produk jadi saja sehingga harga pokok produk per unit

yang ditransfer ke Dep II menjadi lebih tinggi. Demikian juga untuk Dep II dalam menghitung unit ekuivalensi prinsipnya sama

dengan di Dep I dan penyesuaian harga pada produk jadi yang di transfer ke gudang. Untuk jelasnya mari kita pelajari contoh

berikut:

Departemen I Departemen II

—————- ——————

Produk masuk dalam Proses 1000

Produk jadi ditransfer ke Dep II 700

Produk selesai ditransfer ke gudang 400

Produk dalam proses akhir

Biaya bahan baku 100%, biaya konversi 40% 200

Biaya konversi 50% 100


Produk yang hilang pada akhir proses 100 200

Data biaya.

Biaya bahan baku ( BBB ) Rp 22.500 –

Biaya tenaga kerja ( BTK ) Rp 35.100 Rp 22.500

Biaya overhead pabrik ( BOP ) Rp 46.800 Rp 24.750

————- ————-

Jumlah biaya produksi Rp 104.400 Rp 47.250

Perhitungan haega pokok produk di Dep I

Perhitungan harga pokok produk per unit di Dep I adalah sebagai berikut:

Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep I Biaya per unit

—————————————— ——————— —————–

1 2 2: 1

—————————————– ——————– —————-

BBB 700 + (200 x 100% ) + 100 = 1.000 Rp 22.500 Rp 22,5

BTK 700 + (200 x 40% ) + 100 = 880 Rp 35.100 Rp 39,89


BOP 700 + (200 x 40%) + 100 = 880 Rp 46.800 Rp 53,18

——————– —————

Rp 104.400 Rp 115,57

============ =========

Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan produk dalam proses akhir adalah seperti berikut:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II:

700 x Rp 115,57 Rp 80.899

Harga pokok produk hilang akhir proses

100 x Rp 115,57 Rp 11.557

————–

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Dep II setelah adanya penyesuaian Rp 92.456

( harga per unit: 92.456 dibagi 700 = 132,08)

Harga pokok produk dalam proses akhir:

BBB: 200 x 100% x Rp 22,5 = Rp 4.500


BTK: 200 x 40% x Rp 39,89 = Rp 3.191,2

BOP: 200 x 40% x Rp 53,18 = Rp 4.254,4

——————

Rp 11.945,6

—————–

Jumlah biaya produksi Dep I Rp104.401,6

Catatan: jumlah seharusnya Rp 104.400 ada selisih Rp 1,6 pengaruh dari pembulatan angka.

Perhitungan Harga Pokok Pada Dep II

Perhitungan biaya per unit di Dep II

Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep II Biaya per unit

—————————————- ———————- —————–

1 2 2:1

————————————— ———————- —————–

BTK 400 + (100 x 50%) + 200 = 650 Rp 22.500 Rp 34,62

BOP 400 + (100 x 50%) + 200 = 650 Rp 24.750 Rp 38,08


———————- —————-

Rp 47.250 Rp 72,7

============= =========

Selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir.

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:

Harga pokok dari Dep I: 400 x Rp 132,08 = Rp 52.832

Harga pokok yg ditambahkan Dep II: 400 x Rp 72,7 = Rp 29.080

Harga pokok produk hilang akhir proses

200 x ( Rp 132,08 + Rp 72,7 ) = Rp 40.956

——————-

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke

Gudang: 400 x Rp 307,17 = Rp 122.868

(122.868 dibagi 400 = 307,17 )

Harga pokok produk dal;am proses akhir:

Harga pokok dari Dep I: 100 x Rp 132,08 = Rp 13.208


BTK : 100 x 50% x Rp 34,62 = Rp 1.731

BOP : 100 x 50% x Rp 38,08 = Rp 1.904

—————-

Rp 16.843

————–

Jumlah biaya komulatif dalam Dep II Rp 139711

Catatan: jumlah seharusnya Rp 139.706 selisih Rp 5 karena adanya pembulatan.

Inisiasi 8

PENENTUAN BIAYA STANDAR

Biaya produksi dapat dikelompokkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Oleh

karena itu penentuan biaya produksi standar meliputi penentuan: (1) biaya bahan baku standar, (2) biaya tenaga kerja langsung

Standar, (3) biaya overhead pabrik standar.

1.Biaya Bahan Baku Standar.

Penentuan biaya bahan baku standar meliputi: (a) harga bahan baku standar, (b) kuantitas bahan baku standar. Kedua macam

standar ini digunakan untuk menganalisis selisih biaya bahan baku yang timbul yaitu:

a) Selisih Harga Bahan Baku


Dihitung dengan rumus :

SHB = ( HS – HSt ) KS

SHB = selisih harga bahan baku

HS = harga beli sesungguhnya setiap unit bahan baku

KS = kuantitas sesungguhnya yang dibeli

HSt = harga beli standar setiap unit bahan baku

Jika HS > HSt maka SHB tidak menguntungkan

HS < HSt maka SHB menguntungkan.

b) Selisih Kuantitas Bahan Baku

Dihitung dengan rumus:

SKB = ( KS – KSt ) HSt

SKB = selisih kuantitas bahan baku

KS = kuantitas sesungguhnya yang dipakai

HSt = harga beli standar setiap unit bahan baku

KSt = kuantitas standar bahan baku.


2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Penentuan biaya tenaga kerja langsung standar meliputi: (a) tarif upah langsung standar, (b) jam kerja langsung standar. Kedua

macam standar ini digunakan untuk menganalisis selisih biaya tenaga kerja langsung yang timbul yaitu:

a) Selisih Tarif Upah Langsung dapat dihitung dengan rumus:

STU = ( TS – TSt ) JS

STU = selisih tarif upah langsung

TS = tarif upah langsung sesungguhnya setiap jam

JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk

TSt = tarif standar setiap jam upah langsung

Jika: TS > TSt maka STU tidak menguntungkan

TS < TSt maka STU menguntungkan

b) Selisih Efisiensi Upah Langsung (SEUL) dapat dihitung dengan rumus:

SEUL = ( JS – JSt ) TSt

Dimana:

SEUL = selisih efisiensi upah langsung


JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk

JSt = jam standar untuk mengolah produk

TSt = tarif standar setiap jam upah langsung

Jika JS > JSt maka SEUL tidak menguntungkan

JS < JSt maka SEUL menguntungkan

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik digolongkan menjadi dua yaitu biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead variabel. Penentuan biaya

overhead pabrik standar meliputi : (a) penentuan tarif biaya overhead pabrik standar untuk setiap satuan kapasitas, (b) penentuan

satuan kapasitas yang diperlukan untuk mengolah satu unit produk.

Perbedaan antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik standar dapat dianalisis dalam 3 macam

metode analisis sebagai berikut:

a. Metode dua selisih

b. Metode tiga selisih

c. Metode empat selisih

a.Metode dua selisih

1) Selisih Terkendalikan dihitung dengan rumus:


ST = BOPS – { BTA + ( KSt x TV ) }

Atau

ST = BOPS – { ( KN x TT ) + ( KSt x TV ) }

Atau

ST = BOPS – AFKSt

Keterangan:

ST = selisih terkendalikan

BOPS = biaya overhead pabrik sesungguhnya

KN = kapasitas normal

KSt = kapasitas standar

TT = tarif tetap per unit

AFKSt = anggaran flessibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar

Jika : BOPS > AFKSt maka ST tidak menguntungkan

BOPS < AFKSt maka ST menguntungkan

2) Selisih volume dapat dihitung dengan rumus:


SV = AFKSt – ( KSt x T )

Atau

SV = ( KN – KSt ) TT

Ket:

SV = selisih volume

T = tarif total biaya overhead pabrik

Jika : KN > KSt maka SV tidak menguntungkan

KN < KSt maka SV menguntungkan

b. Metode tiga selisih

1) Selisih Anggaran bisa dihitung dengan rumus:

SA = BOPS – AFKS

Atau

SA = BOPS – { ( KN x TT ) + ( KS x TV )

Ket:

SA = selisih anggaran
KN = kapasitas normal

KS = kapasitas sesungguhnya

Jika BOPS > AFKS maka SA tidak menguntungkan

BOPS < AFKS maka SA menguntungkan

2) Selisih Kapasitas dapat dihitung dengan rumus:

SK = AFKS – ( KS x T )

Atau

SK = ( KN – KS ) TT

Ket:

SK = selisih kapasitas

AFKS = anggaran fleksibel BOP pada kapasitas sesungguhnya

Jika : KN > KS maka SK tidak menguntungkan

KN < KS maka SK menguntungkan

3) Selisih Efisiensi BOP

SEBOP = ( KS – KSt ) T
Ket:

SEBOP = selisih efisiensi BOP

KSt = kapasitas standar

Jika : KS > KSt maka SEBOP tidak menguntungkan

KS < KSt maka SEBOP menguntungkan

c.Metode Empat Selisih

Dalam metode empat selisih BOP digolongkan menjadi empat macam selisih yaitu: (1) selisih anggaran, (2) selisih kapasitas, (3)

selisih efisiensi BOP variabel, (4) selisih efisiensi BOP tetap.Selisih anggaran dan selisih kapasitas sudah dibahas dan selanjutnya

akan dibahas selisih efisiensi BOP variabel dan selisih efisiensi BOP tetap.

1) Selisih Efisiensi BOP variabel

SEBOPV = ( KS – KSt ) TV

Keterangan:

SEBOPV = selisih efisiensi BOP variabel.

Jika : KS > KSt maka SEBOPV tidak menguntungkan

KS < KSt maka SEBOPV menguntungkan

2) Selisih Efisiensi BOP Tetap


SEBOPT = ( KS – KSt ) TT

Keterangan:

SEBOPT = Selisih efisiensi BOP tetap

Jika : KS > KSt maka SEBOPT tidak menguntungkan

KS < KSt maka SEBOPT menguntungkan.

Kasus: Soal tes formatif 1 modul 9.

PT. AJUAVIVA. Kapasitas normal yang dimiliki 10.000 jam kerja langsung (JKL) atau sebanyak 2.500

unit produk.Biayastandar untuk mengolah satu unit produk adalah:Rp 150 yang terdiri dari:

Biaya bahan baku (BB) = 2 kg @ Rp 20 = Rp 40, Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) = 4jam @ 12,5 = Rp 50 . Biaya overhead

pabrik (BOP) = Rp 60 ( variabel = 4jam @ Rp 10 = Rp 40, tetap = 4jam @ Rp 5 = Rp 20 )

Data lain adalah:

1. Produk yang diselesaikan selama bln itu 2.400 unit

2. BB dibeli dengan kredit = 4.900 kg @ Rp19 = Rp 93.100

3. BTKL bulan itu 9.550 jam @ Rp 12 = Rp 114.600

4. BOP sesungguhnya Rp 145.000

5. Penjualan produk selesai= 2.000 unit @ Rp 250 = Rp 500.000

6. Biaya pemasaran Rp 50.000 dan biaya administrasi Rp 30.000

Buatlah analisis selisih BB, BTKL, dan BOP.

Penyelesaian:
1. selisih bahan baku

SHB = (HS – HSt) KS = ( Rp 19 – Rp 20 ) 4900 = Rp 4.900 ( L )

SKB = (KS – KSt ) HSt = ( 4.900 – 4.800 ) Rp 20 = Rp 2.000 ( R )

2. selisih BTKL

Selisih tarif upah (STU)

STU = (TS-TSt)JS = (Rp12 – Rp12,5) 9550 = Rp4775 ( L )

Selisih efisiensi upah langsung ( SEUL )

SEUL = ( JS – JSt ) TSt = ( 9550 – 9600 ) Rp12,5 =Rp 625 ( L )

3. Selisih biaya overhead pabrik ( BOP )

1.Metode dua selisih

– Selisih terkendalikan ( ST )

ST = BOPS – AFKSt

= BOPS – { ( KN x TT ) + ( KSt x TV ) }

= Rp 145.000 – { ( 10.000 x Rp5 ) + ( 9600 x Rp 10 ) }

= Rp 145.000 – ( Rp 50.000 + Rp 96.000 ) = Rp 1.000 ( L )

– Selisih volume ( SV )
SV = ( KN – KSt ) TT = ( 10.000 – 9600 ) Rp 5 = Rp 2.000 ( R )

2. Metode tiga selisih.

– Selisih anggaran ( SA )

SA = BOPS – AFKS

= BOPS – { ( KN x TT ) + ( KS x TV ) }

= Rp 145.000 – { ( 10.000 x Rp 5 ) + ( 9550 x Rp 10 ) }

= Rp 145.000 – ( Rp 50.000 + Rp 95.500 ) = Rp 500 ( L )

– Selisih kapasitas ( SK )

SK = ( KN – KS ) TT

= ( 10.000 – 9550 ) Rp 5 = Rp 2.250 ( R )

– Selisih efisiensi BOP ( SEBOP )

SEBOP = ( KS – KSt ) T = ( 9550 – 9600 ) Rp 15 = Rp 750 ( L )

3. Metode empat selisih

– Sel;isih anggaran = Rp 500 ( L )

– Selisih kapasitas = Rp 2.250 ( R )


– Selisih efisiensi variabel ( SEBOPV )

SEBOPV = ( KS – KSt ) TV = ( 9550 – 9600 ) Rp 10 = Rp 500 ( L )

– Selisih efisiensi BOP tetap ( SEBOPT )

SEBOPT = ( KS – KSt ) TT = ( 9550 – 9600 ) Rp 5 = Rp 250 ( L )

Sumber : http://www.ut.ac.id – file jTriwiyanto


Report this ad

Report this ad

EKMA 4315 Akuntansi Biaya (Tugas Mandiri)


Posted: 07/01/2012 in Akuntansi Biaya, Materi Tutorial Online
0

NASKAH TUGAS MANDIRI – UNIVERSITAS TERBUKA

NAMA M.K. : AKUNTANSI BIAYA

KODE M.K. : EKMA4315

KODE NASKAH : 05

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS TERBUKA

2006
TUGAS MANDIRI

AKUNTANSI BIAYA

(EKMA4315)

PETUNJUK: UNTUK SOAL NOMOR 1 SAMPAI DENGAN 60, PILIHLAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!

1. Ditinjau dari waktu, fokus informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan adalah ….

A. berorintasi pada masa yang akan datang

B. berorientasi pada masa yang lalu

C. merupakan bagian dari perusahaan

D. informasi perusahaan secara keseluruhan

2. Akuntansi biaya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan harus memperhatikan karak-teristik ….

A. akuntansi keuangan

B. akuntansi manajemen

C. pengantar akuntansi

D. akuntansi pemerintahan
3. Bila seorang penguasa mengeluarkan uang untuk membayar jasa asuransi gedung perusahaan, maka pengeluaran-

pengeluaran tersebut merupakan ….

A. laba

B. harga pokok

C. biaya

D. rugi

4. Bagian akuntansi biaya dalam struktur organisasi perusahaan “PT Kertas Nusantara” merupakan bagian dari departemen ….

A. pemasaran

B. produksi

C. keuangan

D. akuntansi

5. Biaya gaji dan upah, biaya asuransi, biaya premi adalah contoh penggolongan biaya atas dasar ….

A. objek pengeluaran

B. fungsi pokok dalam perusahaan

C. hubungan biaya dengan suatu yang di biayai


D. jangka waktu manfaatnya

6. Atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan biaya digolongkan menjadi ….

A. biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel

B. biaya langsung, biaya tak langsung

C. biaya gaji dan upah, biaya depresiasi mesin, biaya bunga

D. biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum

7. Contoh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan adalah ….

A. perusahaan coca-cola

B. perusahaan ternak ayam

C. perusahaan dok kapal

D. industri semen

8. Sistem biaya yang membebankan biaya prima kepada produk berdasar biaya sesungguhnya dan biaya overhead pabrik

berdasar tarif yang ditentukan di muka adalah sistem biaya ….

A. normal

B. standar
C. sesungguhnya

D. variabel

9. PT. ABC memproduksi mobil-mobilan untuk mainan anak. Bahan baku yang dipakai untuk setiap unit produksi sebanyak 5

ons dengan harga Rp6.000,- per kg, tenaga kerja langsung 30 menit dengan tarif upah Rp10.000,- per jam. Biaya overhead pabrik

dan jumlah produksi mobil-mobilan dalam bulan Juli 2003 Rp6.000.000,- (3000 unit), Agustus Rp10.000.000,- (4000 unit).

Dengan sistem biaya sesungguhnya, biaya produksi total untuk bulan Juli adalah ….

A. Rp15.000.000,-

B. Rp20.000.000,-

C. Rp25.000.000,-

D. Rp30.000.000,-

10. Dari soal no. 9, bila pada tahun 2003 memiliki anggaran BOP sebesar Rp16.000.000,- dan anggaran jam kerja langsung

sebesar 3.200 jam. Hitunglah biaya produksi total bulan Agustus, dengan sistem biaya normal ….

A. Rp37.000.000,-

B. Rp40.000.000,-

C. Rp42.000.000,-

D. Rp45.000.000,-

11. Berikut ini yang merupakan siklus kegiatan perusahaan manufaktur adalah ….
A. pencatatan harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang dagangan yang di

jual

B. persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya

C. pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang

D. pembelian barang dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut, diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan

tersebut

12. Rekening yang digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi disebelah (debit) dan yang di

bebankan kepada produk berdasarkan tarif disebelah (kredit) adalah rekening ….

A. barang dalam proses

B. biaya overhead pabrik

C. persediaan produk jadi

D. gaji dan upah

13. Kartu harga pokok adalah rekening pembantu untuk rekening ….

A. persediaan bahan baku

B. biaya overhead pabrik sesungguhnya

C. biaya administrasi dan umum


D. barang dalam proses

14. Salah satu karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan adalah ….

A. proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus

B. produk yang dihasilkan adalah produk massa

C. produk di tujukan untuk persediaan gudang

D. proses produksi terus menerus

15. Jika suatu perusahaan mebel menerima pesanan untuk memproduksi satu set meja tamu, dan perusahaan tersebut

menggunakan bahan penolong sebesar Rp150.000,- sedangkan bahan baku Rp1.500.000,-. Buatlah jurnal untuk mencatat

pemakaian bahan penolong tersebut ….

A. Biaya bahan penolong Rp150.000,-

Persediaan bahan penolong Rp150.000,-

B. Biaya overhead pabrik

Sesungguhnya Rp150.000,-

Persediaan bahan penolong Rp150.000,-

C. Persediaan bahan penolong Rp150.000,-

Biaya bahan penolong Rp150.000,-


D. Persediaan bahan penolong Rp150.000,-

Kas Rp150.000,-

16. Berdasarkan daftar gaji dan upah yang dibuat oleh bagian personalia biaya tenaga kerja yang harus di bayar oleh suatu

perusahaan terdiri dari elemen berikut ini:

Upah langsung karyawan pabrik Rp300.000,-

Upah tak langsung karyawan pabrik Rp750.000,-

Gaji karyawan administrasi & umum Rp1.600.000,-

Gaji karyawan pemasaran Rp1.350.000,-

Atas dasar data tersebut buatlah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja terutang ….

A. Gaji dan upah Rp4.000.000,-

Utang gaji dan upah Rp4.000.000,-

B. Barang dalam proses Rp300.000,-

Biaya Overhead pabrik Rp750.000,-

Biaya adm dan umum Rp1.600.000,-

Biaya pemasaran Rp1.350,000,-


Gaji dan upah Rp4.000.000,-

C. Utang gaji dan upah Rp4.000.000,-

Kas Rp4.000.000,-

D. Utang gaji dan upah Rp4.000.000,-

Gaji dan upah Rp4.000.000,-

Data berikut untuk soal no 17 dan 18.

17. PT. “XYZ” menggunakan metode harga pokok pesanan. Pada awal bulan Januari masih mempunyai pesanan yang masih

dalam proses yaitu:

Pesanan no.10 Pesanan no.11

Bahan baku Rp2.000.000,- Rp700.000,-

Upah langsung Rp1.000.000,- Rp300.000,-

Biaya overhead pabrik

Yang dibebankan Rp1.500.000,- Rp450.000,-

Tidak ada persediaan awal barang jadi pada tangal 1 Januari. Selama bulan Januari menerima pesanan no, 12, 13, 14, 15, 16 dan

17 telah di mulai. Penggunaan bahan baku selama bulan Januari total Rp13.000.000,- biaya tenaga kerja langsung

Rp10.000.000,-. Biaya overhead pabrik dibebankan 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Pada akhir Januari pesanan no. 17
belum selesai (dalam proses) dengan perincian biaya bahan baku Rp1.400.000,- dan biaya tenaga kerja lansung Rp900.000,-.

Dari data di atas, maka perhitungan atas harga pokok pabrik dari barang jadi adalah sejumlah ….

A. Rp35.950.000,-

B. Rp38.000.000,-

C. Rp40.300.000,-

D. Rp43.950.000,-

18. Berdasarkan data no.17, bila pesanan no, 15 walaupun telah selesai namun belum diambil pemesannya dengan total biaya

Rp2.000.000,- Maka perhitungan harga pokok penjualannya adalah ….

A. Rp35.950.000,-

B. Rp38.300.000,-

C. Rp40.000.000,-

D. Rp41.950.000,-

Data untuk soal no. 19 dan 20.

19. PT. Bintang Terang menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam kerja

langsung (JKL). Tarif BOP Rp 2,5 /jam, biaya bahan baku yang dipakai oleh pesanan no.10 Rp25.000,- dan pesanan no. 11

Rp15.000,-. Total biaya tenaga kerja langsung untuk pesanan no. 10 Rp50.000,- dan pesanan no. 11 Rp40.000,-, tarif upah

langsung Rp5,- per jam. Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp45.000,- . Pesanan no.10 berisi 200 unit dan pesanan no. 11

berisi 400 unit semuanya telah selesai. Besarnya harga pokok pesanan no.10 adalah …. (pembulatan)

A. Rp75.000,-
B. Rp100.000,-

C. Rp117.000,-

D. Rp125.000,-

20. Dari data no. 19, besarnya harga pokok per unit pesanan no.11 adalah …. (pembulatan)

A. Rp137,50,-

B. Rp162,50,-

C. Rp193,75,-

D. Rp212,75,-

21. Menurut perilaku dalam hubungannya dengan volume produksi, biaya overhead pabrik digolongkan menjadi ….

A. biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung

B. biaya bahan penolong biaya depresiasi dan biaya amortisasi

C. biaya overhead pabrik langsung departemen dan biaya overhead pabrik tak langsung departemen

D. biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik semi variabel

22. Tahap pertama dalam penentuan tarif BOP adalah ….

A. menyusun anggaran BOP


B. alokasi BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi

C. memilih dasar pembebanan BOP kepada produk

D. menghitung tarif BOP

23. Dasar untuk menyusun anggaran biaya overhead pabrik adalah ….

A. anggaran perusahaan

B. kapasitas produksi

C. tarif biaya overhead

D. alokasi biaya perusahaan

24. Kapasitas normal adalah ….

A. kapasitas pabrik untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu

B. kapasitas teoritis di kurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern

perusahaan

C. kemampuan perusanaan untuk mem-produksi dan menjual produknya dalam jangka panjang

D. kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang

25.Taksiran BOP : Taksiran Jam Tenaga kerja langsung = Tarif BOP per jam kerja langsung
Rumus di atas digunakan untuk menghitung tarif BOP jika menggunakan dasar pembebanan ….

A. biaya tanaga kerja langsung

B. jam tenaga kerja langsung

C. jam mesin

D. biaya bahan baku

26. Bagi perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis barang, metode yang cocok digunakan untuk membebankan biaya

overhead pabrik adalah metode ….

A. satuan produk

B. jam mesin

C. jam tenaga kerja langsung

D. biaya bahan baku

Data untuk soal no. 27 sampai dengan no. 29

27. PT. “Jaya” berproduksi atas dasar pesanan, dan BOP dibebankan pada produk atas dasar jam kerja langsung. Kapasitas

normal satu bulan 20.000 jam kerja langsung. Sedang tarif BOP Rp100,- (Rp60,- tarif variabel dan Rp40,- tarif tetap). Bulan

September 2003 di kerjakan pesanan no. 031, 032 dan 033. Jam kerja langsung yang diserap untuk pesanan no. 031 sebesar 8.000

jam, pesanan 032 sebesar 5.000 jam dan pesanan no. 033 sebesar 6.000 jam. Biaya overhead pabrik yang se-sungguhnya terjadi

pada bulan September 2003 sebesar Rp1.925.000,-. Dari data di atas selisih budget sebesar ….
A. Rp15.000,- (R)

B. Rp15.000,- (L)

C. Rp25.000,- (R)

D. Rp25.000,- (L)

28. Sesuai data soal no. 27 selisih kapasitas sebesar ….

A. Rp40.000,- (R)

B. Rp40.000,- (L)

C. Rp100.000,- (R)

D. Rp100.000,- (L)

29. Jika selisih BOP diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening harga pokok penjualan, maka harga pokok

penjualan yang dicantumkan dalam laporan laba rugi akan ….

A. bertambah Rp40.000,-

B. berkurang Rp40.000,-

C. bertambah Rp25.000,-

D. berkurang Rp25.000,-
30. Apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya di nikmati oleh departemen produksi saja maka metode

alokasi yang paling tepat digunakan adalah metode ….

A. alokasi langsung

B. alokasi kontinyu

C. aljabar

D. urutan alokasi yang di atur

Data soal no. 31 dan 32.

31. Data biaya dan produksi hasil survey suatu perusahaan sebagai berikut:

Dept BOP langsung Luas lantai m2

R&P Rp7.400.000,- 800

Listrik Rp9.700.000,- 400

Kafe Rp1.400.000,- 800

Produksi I Rp10.050.000,- 600

Produksi II Rp12.950.000,- 1.400

Rp41.500.000,- 4.000
Data lain:

Dept Jam pemeliharaan Kwh Jumlah karyawan

Produksi I 1200 3000 15

Produksi II 800 12.000 35

BOP tak langsung di perkirakan berjumlah Rp3.000.000,- untuk tahun anggaran tersebut, yaitu biaya depresiasi gedung yang

didis-tribusikan ke departemen yang menikmatinya atas dasar luas lantai. Depertemen R & P dialokasikan atas dasar jam kerja

pemeliharaan, biaya listrik atas dasar Kwh dan Kafe atas dasar jumlah karyawan. Hitunglah BOP departemen produksi I setelah

mendapat alokasi langsung dari departemen pembantu ….

A. Rp17.900.000,-

B. Rp20.000.000,-

C. Rp21.800.000,-

D. Rp22.400.000,-

32. Dari data di atas maka BOP departemen produksi II setelah mendapat alokasi langsung dari departemen pembantu adalah

….

A. Rp22.400.000,-

B. Rp24.400.000,-

C. Rp25.600.000,-
D. Rp26.600.000,-

33. Tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead pabrik departemen pembantu kepada departemen produksi, baik

secara langsung maupun bertahap, adalah tarif ….

A. distribusi

B. alokasi

C. pembebanan

D. tunggal

Data tersebut untuk soal no. 34 dan no. 35.

34. Biaya overhead pabrik baik langsung maupun tidak langsung dari departemen-departemen pembantu maupun departemen

produksi selama tahun anggaran 2003 adalah sebagai berikut:

Anggaran BOP Alokasi Dept pembantu


Departemen
sebelum adanya Dept Y Dept X
alokasi Dept
pembantu
Produksi
40% 20%40% 50%
AProduksi
Rp6.000.000,- — 30%
B
Rp8.000.000,-
Pembantu
Rp3.630.000,-
Y
20% —

Rp2.000.000,-
Pembantu
100% 100%
X
Rp19.630.000,-

Dengan menggunakan metode aljabar untuk alokasi BOP, maka jumlah BOP departemen Y (setelah menerima alokasi BOP dari

departemen X) adalah ….
A. Rp2.900.000,-

B. Rp3.380.000,-

C. Rp4.250.000,-

D. Rp4.500.000,-

35. Dari data soal no. 34, maka jumlah BOP departemen pembantu X (setelah menerima alokasi dari departemen Y) adalah ….

A. Rp2.900.000,-

B. Rp3.380.000,-

C. Rp4.250.000,-

D. Rp4.500.000,-

36. Salah satu karakteristik metode urutan alokasi yang diatur adalah ….

A. BOP departemen pembantu dialokasikan secara langsung

B. alokasi BOP departemen pembantu diatur urutannya sehingga arus alokasi biaya menuju ke satu arah

C. BOP yang jasanya paling banyak dipakai departemen lain dialokasikan belakangan

D. departemen pembantu yang paling banyak menerima jasa dari departemen pembantu lain di alokasikan pertama
37. PT. “Bintang Terang” mempunyai 4 departemen produksi A, B, C dan D, dan 3 departemen pembantu x, y, z. BOP langsung

untuk tahun 2003 adalah sebagai berikut: dept A Rp100.000,- dept B Rp140.000,-, dept C Rp40.000,-, Dept D Rp80.000,-, Dept

x Rp30.000,- dept y Rp50.000,- dan dept z Rp60.000,-. BOP departemen pembantu dialokasikan sebagai berikut: Dept z

dialokasikan pada x dan y serta departemen produksi atas dasar luas lantai Dept y di alokasikan pada dept x dan departemen

produksi atas dasar jumlah karyawan, Departemen x dialokasikan pada departemen-departemen produksi atas dasar cost,

equipment. Survey pabrik dan data produksi adalah sebagai berikut:

Luas
Jumlah Cost Data
Dept lantai
2 karyawan equitment produksi
m

A 15.000 50 72.750 jam


Rp250.000,- buruh
langsung
B 30.000 70 Rp 161.000
Rp100.000,- upah buruh
langsung
C 25.000 40
18.425 jam
Rp100.000,-
mesin

D 10.000 20 59.750 jam


Rp 50.000,- buruh
langsung
X 20.000 20

Y 20.000

Dari data tersebut hitunglah BOP departemen A setelah mendapat alokasi dari departemen pembantu dengan metode alokasi

urutan yang diatur (Specified order of closing) …. (pembulatan)

A. Rp73.700,-

B. Rp95.600,-

C. Rp145.500,-
D. Rp185.200,-

38. Berdasarkan data soal No. 37, hitunglah tarif BOP departemen C …. (pembulatan)

A. Rp1,6 per jam mesin

B. Rp2 per jam mesin

C. Rp3 per jam mesin

D. Rp4 per jam mesin

39. Apabila bahan baku dibeli secara impor dan di kirim lewat laut dengan Cost and Freight maka ….

A. pembeli menanggung asuransi laut, penjual menanggung biaya angkutan laut

B. biaya asuransi laut dan angkutan laut di tanggung penjual

C. biaya asuransi laut menjadi tanggungan penjual

D. biaya angkut laut menjadi tanggungan pembeli

40. PT. DONO menganggarkan biaya angkutan untuk tahun anggaran 2003 sebesar Rp55.000.000,-. Dalam tahun anggaran

tersebut diperkirakan harga faktur bahan baku yang akan dibeli sebesar Rp550.000.000,-. Data realisasi anggaran tersebut dalam

tahun 2003 adalah sebagai berikut:

Jumlah harga faktur bahan baku yang dibeli Rp500.000.000,-

Biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar Rp60.000.000,-


Jurnal untuk mencatat biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar dalam tahun 2003 adalah:

A. Biaya angkutan Rp55.000.000,-

Kas Rp55.000.000,-

B. Persediaan bahan baku Rp55.000.000,-

Biaya angkutan Rp55.000.000,-

C. Biaya angkutan Rp60.000.000,-

Kas Rp60.000.000,-

D. Persediaan bahan baku Rp60.000.000,-

Biaya angkutan Rp60.000.000,-

41. Berikut yang merupakan catatan persediaan bahan yang di selenggarakan di bagian Akuntansi Persediaan adalah ….

A. kartu persediaan

B. kartu gudang

C. kartu barang

D. kartu harga pokok


42. Unit organisasi dalam perusahaan berikut ini yang biayanya tidak diperhitungkan dalam harga pokok bahan buku yang di

beli adalah ….

A. bagian pembelian

B. bagian penerimaan

C. bagian gudang

D. bagian pemasaran

43. Berikut ini adalah metode pencatatan biaya bahan adalah ….

A. identifikasi kusus

B. masuk pertama, keluar pertama

C. mutasi persediaan

D. biaya standar

Data soal no. 44 sampai dengan 46.

44. Tangal 5 Februari beli bahan B sebanyak 400 unit @ Rp30,-,tanggal 10 Februari beli bahan B sebanyak 600 unit @ Rp50,-,

tanggal 15 Februari bahan dipakai 900 unit. Jika menggunakan metode FIFO, maka biaya bahan yang dipakai adalah ….

A. Rp37.000,-

B. Rp37.800,-
C. Rp39.000,-

D. Rp45.000,-

45. Dari data nomor 44, jika digunakan metode LIFO, maka biaya bahan yang dipakai adalah ….

A. Rp37.000,-

B. Rp39.000,-

C. Rp45.000,-

D. Rp67.500,-

46. Dari data nomor 44, jika digunakan metode rata-rata bergerak, maka biaya bahan baku yang dipakai adalah ….

A. Rp37.800,-

B. Rp39.000,-

C. Rp45.000,-

D. Rp67.500,-

47. Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah di tetapkan, yang secara ekonomis dapat diperbaiki menjadi produk

yang baik disebut ….

A. sisa bahan
B. produk cacat

C. produk rusak

D. produk sampingan

48. Jika kerugian akibat adanya produk rusak di bebankan kepada produksi secara keseluruhan, rekening yang di debit untuk

mencatat besarnya kerugian akibat terjadinya produk rusak adalah ….

A. barang dalam proses-biaya bahan baku

B. persediaan produk catat

C. biaya overhead pabrik sesungguhnya

D. persediaan produk jadi

49. PT. Danar berproduksi atas dasar pesanan, kapasitas normal perusahaan adalah 75.000 jam kerja langsung satu bulan.

Data produksi sebagai berikut:

a. Bahan baku yang dipakai Rp10.000.000,-

b. Upah langsung di bayar dengan tarif Rp 50 per jam.

c. Tarip BOP di bebankan atas dasar jam kerja langsung dengan tarip tetap Rp20,- per jam dan tarif variabel Rp30,- per jam.

Bila dalam bulan Mei 2003 terdapat selisih kapasitas sebesar Rp100.000,- (laba) dan selisih budget Rp25.000,- (rugi).
Dari data tersebut hitunglah BOP yang sesungguhnya ….

A. Rp3.875.000,-

B. Rp3.925.000,-

C. Rp4.000.000,-

D. Rp4.100.000,-

50. Dari data no.49, jika dalam bulan Mei 2003 di kerjakan satu pesanan, yaitu pesanan no. 54 sebanyak 50.000 unit. Karena

sulitnya pengerjaan pesanan no. 54 sebagian rusak dalam proses produksi sehingga harus dimasukkan proses sebanyak 60.000

unit. Produk pesanan no. 54 yang rusak dapat di jual Rp200,- per unit.

Maka hitunglah harga pokok pesanan yang diserahkan kepada pemesan ….

A. Rp10.000.000,-

B. Rp14.000.000,-

C. Rp16.000.000,-

D. Rp18.000.000,-

51. Catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran karyawan dalam perusahaan disebut ….

A. kartu hadir

B. kartu jam kerja


C. daftar gaji

D. rekapitulasi daftar gaji

52. Menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan manufaktur, biaya tenaga kerja di bagi menjadi beberapa golongan

berikut ini ….

A. biaya tenaga kerja departemen akuntansi, departemen personalia, dan biaya tenaga kerja departemen pemasaran

B. biaya tenaga kerja produksi, administrasi dan umum, dan biaya tenaga kerja pemasaran

C. biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung

D. upah operator, mandor dan upah penyelia

53. Menurut penyelidikan dibutuhkan waktu 10 menit untuk membuat 1 unit produk, maka jumlah keluaran standar per jam

adalah 6 unit. Jika upah pokok sebesar Rp1.200 per jam maka tarif upah per satuan adalah Rp200,-. Karyawan tidak dapat

menghasilkan jumlah standar per jam, tetap mendapat upah Rp1.200,-. Hitunglah upah karyawan yang dapat menghasilkan 8 unit

per jam ….

A. Rp1.200,-

B. Rp1.400,-

C. Rp1.600,-

D. Rp1.800,-
54. Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam seminggu, maka berhak menerima uang lembur dan premi

lembur. Premi lembur dihitung sebesar 50% dari tarif upah. Jika tarif upah Rp5.000,- per jam dan seorang karyawan bekerja 42

jam seminggu maka akan menerima upah ….

A. Rp200.000,-

B. Rp205.000,-

C. Rp210.000,-

D. Rp215.000,-

Data untuk soal no. 55 sampai dengan no. 57

55. PT. RIYAN memproses produk melalui 2 Departemen yaitu departemen A dan Departemen B. Dalam bulan Januari 2004

laporan produksi dan biaya menunjukkan data sebagai berikut:

Dept A Dept B
Keterangan

Produk 85.000 unit



masuk —
prosesProduk
diterima dari
60. 000 unit
Dept A 60.000 unit
Produk
selesai
40.000 unit
10.000 unit

Produk

dalam proses —
akhir
10.000 unit
15.000 unit
penyel 80%
bhn 60%
konversi Rp680.000,- 10.000 unit

penyel 60% Rp1.320.000,- Rp1.380.000,-


bhn 80%
konversi
Rp1.320.000,- Rp 880.600,-

Produk
hilang awal Rp660.000,-
proses

Biaya bahan

Biaya tanaga
kerja

Biaya
overhead
pabrik

Dari data tersebut maka hitunglah unit ekuivalensi produksi untuk biaya tenaga kerja pada departemen A ….

A. 48.000

B. 54.000

C. 66.000

D. 70.000

56. Dari soal no 55, biaya produksi per unit untuk departemen A adalah ….

A. Rp40,-

B. Rp50,-

C. Rp60,-
D. Rp70,-

57. Dari soal no 55, ekuivalensi produksi biaya bahan departemen B adalah ….

A. 46.000

B. 48.000

C. 66.000

D. 68.000

58. PT. ANJAR memproduksi satu jenis barang melalui 2 departemen yaitu Dept I dan Dept II. Data biaya dan produksi untuk

bahan baku Januari 2004 adalah sebagai berikut:

Data produksi Dept I Dept II


produk masuk
dalam
prosesproduk
diterima dari
dept I 50.000 unit
55.000
produk selesai 45.000 unit
unit50.000
unit
3.000 unit
produk dalam 2.000 unit
proses 31-1-
2004:
2.000 unit
3.000 unit

penyelesaian
Rp2.200.000,-
100% bhn, ½ Rp800.000,-
konversi
Rp2.120.000,-
Rp980.000,-
penyelesaian
100% bhn, 1/3
konversi Rp1.060.000,-
Rp490.000,-

Produk hilang
akhir proses
Data biaya:

bahan

upah

overhead
pabrik

Dari data tersebut hitunglah unit ekuivalensi biaya bahan untuk Dept I ….

A. 49.000

B. 50.000

C. 53.000

D. 55.000

59. Dari data soal no. 58, biaya produksi per unit Dept I adalah ….

A. Rp100,-

B. Rp150,-

C. Rp200,-

D. Rp250,-

60. Dari data soal no 58, unit ekuivalensi biaya tenaga kerja untuk Dept II adalah ….
A. 47.000

B. 49.000

C. 53.000

D. 55.000

Sumber : www.ut.ac.id – file jTriwiyanto

EKMA 4315 AKUNTANSI BIAYA


Posted: 07/01/2012 in Akuntansi Biaya
1

EKMA 4315 AKUNTANSI BIAYA

Mulyadi

R.A. Supriyono

3 sks / modul 1-9: ill.; 21 cm / Edisi 1

ISBN : 9796895706

DDC : 657.48

Copyright (BMP) © Jakarta: Universitas Terbuka, 2008

Mata kuliah ini membahas proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian informasi biaya untuk menentukan

harga pokok produksi, baik menggunakan metode harga pokok pesanan, metode biaya standar maupun menggunakan metode

harga pokok proses pada perusahaan manufaktur, konsep activity based costing. Prasyarat: EKMA4115 (Pengantar Akuntansi).

TINJAUAN MATA KULIAH

Mata kuliah Akuntansi Biaya (EKMA4315) ini membahas proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian

informasi biaya, untuk menentukan harga pokok produksi baik dengan metode harga pokok pesanan maupun harga pokok proses
dengan sistem biaya penuh (full costing), sistem biaya standar maupun sistem biaya variabel (variable costing). Informasi biaya

di sini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Untuk metode harga pokok proses dibahas

dengan berbagai variasi, seperti adanya persediaan awal proses, produk hilang awal proses dan produk hilang akhir proses serta

hal-hal yang terjadi selama proses produksi, seperti produk rusak, produk cacat dan produk sampingan dengan berbagai

perlakuan akuntansinya. Dengan usaha yang serius dari Anda untuk mempelajari BMP ini akan membantu dalam memahami

sehingga dapat menghitung dan membuat laporan harga pokok produksi secara benar.

BMP ini meliputi 9 modul berikut ini.

Modul 1 mengenai Akuntansi Biaya dan Pengertian Biaya. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan

pengertian akuntansi biaya, objek yang menjadi sasaran akuntansi biaya dan berbagai pengertian dasar mengenai biaya.

Modul 2 mengenai Metode Harga Pokok Pesanan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan dan

menghitung metode pengumpulan biaya dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan.

Modul 3 mengenai Biaya Overhead Pabrik. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menghitung tarif biaya overhead

pabrik dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi.

Modul 4 mengenai Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menghitung

tarif biaya overhead pabrik dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui lebih dari satu departemen produksi.

Modul 5 mengenai Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan

akuntansi biaya bahan baku dan tenaga kerja.

Modul 6 mengenai Metode Harga Pokok Proses Pengantar. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan

metode pengumpulan biaya produksi dan menghitung biaya produksi serta menyusun laporan biaya produksi dalam perusahaan

yang memproduksi produknya secara massal.

Modul 7 mengenai Metode Harga Pokok Proses Lanjutan. Tujuan pokok bahasan ini agar Anda mampu menjelaskan metode

pengumpulan biaya produksi dan menghitung biaya produksi serta menyusun laporan biaya produksi dalam perusahaan yang

berproduksi secara massal dengan memperhitungkan adanya produk dalam proses pada awal periode dan memperhitungkan

tambahan bahan baku dalam departemen setelah departemen produksi pertama.

Modul 8 mengenai Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar

Anda mampu menjelaskan dan menghitung biaya bersama, produk bersama dan produk sampingan serta perlakuan akuntansinya.

Modul 9 mengenai Sistem Biaya Standar dan Penentuan Harga Pokok Variabel. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda

mampu menghitung biaya standar, menjelaskan biaya standar sebagai alat pengendalian biaya dan penilaian prestasi manajer juga
dapat membedakan metode penentuan harga pokok penuh dan harga pokok variabel, menyajikan informasi yang disusun

berdasarkan metode harga pokok variabel, serta mengetahui keunggulan dan kelemahan harga pokok variabel.

Setelah mengikuti mata kuliah ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian akuntansi biaya serta kedudukan akuntansi

biaya dalam akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen, menghitung dan membuat laporan harga pokok produksi dengan

metode harga pokok pesanan maupun metode harga pokok proses, sistem biaya standar, sistem biaya penuh maupun sistem biaya

variabel.

Untuk lebih memudahkan dalam memahami Buku Materi Pokok mata kuliah ini, berikut ini disampaikan desain instruksional

yang menggambarkan tujuan dari instruksional tiap topik bahasan dan kompetensi-kompetensi pendukung yang harus Anda

kuasai untuk mencapai kompetensi utama mata kuliah ini.

RANGKUMAN

MODUL 1 : AKUNTANSI BIAYA DAN PENGERTIAN BIAYA

Kegiatan Belajar 1: Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Manajemen

Secara garis besar akuntansi dapat dibagi menjadi dua tipe pokok, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.

Akuntansi keuangan menghasilkan informasi terutama untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, sedangkan akuntansi manajemen

menghasilkan informasi terutama untuk memenuhi kebutuhan para manajer dari berbagai jenjang organisasi.

Oleh karena perbedaan karakteristik pemakai informasinya, akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen mempunyai

perbedaan karakteristik. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan mencakup perusahaan secara keseluruhan,

berorientasi pada masa yang lalu, mempunyai rentang waktu yang kurang fleksibel, dibatasi oleh prinsip akuntansi yang lazim,

ringkas, teliti, sama sekali tidak menyangkut aspek perilaku manusia dalam organisasi, serta bersumber pada ilmu ekonomi.

Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen mencakup bagian dari perusahaan, berorientasi pada masa yang akan

datang, mempunyai rentang waktu yang fleksibel tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang lazim, terinci, memiliki unsur

taksiran yang besar, berhubungan langsung dengan perilaku manusia dalam organisasi, dan bersumber pada ilmu ekonomi dan

psikologi sosial.
Pemahaman karakteristik kedua tipe akuntansi tersebut akan membantu Anda memahami karakteristik akuntansi biaya.

Kegiatan Belajar 2: Akuntansi Biaya Merupakan Bagian Dari Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Manajemen

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau

jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.

Akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya untuk memenuhi berbagai macam tujuan. Untuk tujuan penentuan harga pokok

produk, akuntansi biaya menyajikan biaya yang telah terjadi di masa yang lalu. Untuk tujuan pengendalian biaya, akuntansi biaya

menyajikan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian menyajikan

analisis terhadap penyimpangannya. Untuk tujuan pengambilan keputusan khusus, akuntansi biaya menyajikan biaya yang

relevan dengan keputusan yang akan diambil, dan biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus ini selalu

berhubungan dengan biaya masa yang akan datang.

Akuntansi biaya dapat berperan sebagai bagian dari akuntansi keuangan. Dalam hal ini, akuntansi biaya harus memenuhi

karakteristik akuntansi keuangan seperti yang telah dibahas dalam Kegiatan Belajar 1. Akuntansi biaya dapat pula berperan

sebagai bagian dari akuntansi manajemen. Dalam hal ini, akuntansi biaya harus memenuhi karakteristik akuntansi manajemen,

seperti telah dibahas dalam Kegiatan Belajar 1.

Kegiatan Belajar 3: Biaya

Biaya merupakan objek yang diproses oleh akuntansi biaya. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Tidak semua pengorbanan sumber ekonomi disebut dengan istilah biaya. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan

pengorbanan sumber ekonomi, baik yang sudah terjadi maupun yang secara potensial akan terjadi adalah harga pokok dan rugi.
Kegiatan Belajar 4: Struktur Organisasi Dan Proses Produksi Suatu Perusahaan Manufaktur

Akuntansi biaya dapat diterapkan baik dalam perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Dalam Modul 1 sampai dengan

Modul 9, akuntansi biaya yang akan dibahas adalah akuntansi biaya yang diterapkan dalam perusahaan manufaktur.

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan memasarkan

hasil produksinya tersebut. Ada tiga fungsi pokok dalam organisasi perusahaan manufaktur: fungsi produksi, fungsi pemasaran

dan fungsi administrasi dan umum.

Bagian-bagian yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi produksi di bagi menjadi dua kelompok: bagian-bagian yang mengolah

secara langsung bahan baku menjadi produk jadi dan bagian-bagian yang membantu menyediakan jasa untuk memperlancar

proses pengolahan bahan baku departemen-departemen produksi dan kelompok kedua disebut departemen-departemen pembantu

(jasa).

Kegiatan Belajar 5: Cara Penggolongan Biaya

Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya sesuai dengan kebutuhan pemakai. Pengelompokan biaya

yang paling sederhana dan paling mendasar, yang selalu dilakukan oleh setiap perusahaan adalah pengelompokan biaya menurut

objek pengeluaran. Biaya dapat dikelompokkan menurut fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan, menurut hubungan biaya

dengan sesuatu yang dibiayai, menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dan menurut jangka

waktu manfaatnya.

Kegiatan Belajar 6: Metode Pengumpulan Harga Pokok Produk

Secara garis besar proses pengolahan produk dalam perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: proses

produksi berdasar pesanan dan proses produksi massa. Perusahaan yang proses produksinya berdasar pesanan mengumpulkan
biaya produksinya dengan metode harga pokok pesanan. Perusahaan yang proses produksinya berupa produksi massa

mengumpulkan biaya produksinya dengan metode harga pokok proses.

Laporan laba-rugi perusahaan manufaktur dan laporan laba-rugi perusahaan dagang berbeda elemen yang tercantum di dalamnya.

Kegiatan Belajar 7: Sistem Akuntansi Biaya

Secara garis besar sistem akuntansi biaya dibagi menjadi tiga, yaitu (1) sistem biaya sesungguhnya, (2) sistem biaya normal, dan

(3) sistem biaya standar. Sistem biaya sesungguhnya adalah sistem pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya sesungguhnya. Sistem biaya normal adalah sistem pembebanan biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada produk berdasar biaya sesungguhnya, sedangkan biaya overhead pabrik

berdasar tarif yang ditentukan di muka. Sistem biaya standar adalah sistem pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya seharusnya.

Kegiatan Belajar 8: Metode Pembiayaan (Costing)

Perusahaan dapat menggunakan dua metode costing yaitu: (1) metode costing penuh, dan (2) metode costing variabel. Metode

costing penuh memasukkan semua biaya produksi ke dalam biaya produk, sedangkan metode costing variabel hanya

memasukkan biaya produksi variabel ke dalam biaya produk. Metode costing penuh menggunakan pendekatan fungsional untuk

menyusun laporan laba-rugi, sedangkan metode costing variabel menggunakan pendekatan variabilitas. Metode costing penuh

digunakan oleh pihak eksternal, sedangkan metode costing variabel banyak digunakan oleh pihak internal perusahaan.

MODUL 2 : METODE HARGA POKOK PESANAN


Kegiatan Belajar 1: Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur

Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan mengikuti siklus kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan. Siklus kegiatan

perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut, diakhiri dengan

penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya juga dimulai dengan pencatatan

harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang yang dijual. Siklus perusahaan jasa

dimulai dengan persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Dalam perusahaan tersebut,

siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya harga pokok

jasa yang diserahkan. Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir

dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan

harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsikan untuk produksi serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang

diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang.

Kegiatan Belajar 2: Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produksinya sesuai dengan spesifikasi pemesan, dan proses

produksinya terputus-putus untuk memenuhi pesanan. Karakteristik kegiatan perusahaan ini menentukan karakteristik metode

harga pokok pesanan yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi dalam perusahaan tersebut.

Akuntansi biaya banyak sekali menggunakan rekening pembantu yang diawasi dengan membentuk rekening kontrol biaya dalam

buku besar. Rekening kontrol yang digunakan untuk menampung biaya produksi adalah rekening-rekening: Barang dalam Proses,

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan. Rekening kontrol untuk menampung biaya

nonproduksi adalah rekening-rekening: Biaya Administrasi dan Umum dan Biaya Pemasaran. Untuk merinci biaya yang

dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu digunakan kartu harga pokok produk, yang berfungsi sebagai rekening

pembantu rekening Barang dalam Proses yang terdapat dalam buku besar.
Kegiatan Belajar 3: Metode Harga Pokok Pesanan

Dalam metode harga pokok proses, biaya produksi dibagi menjadi dua kelompok: biaya produksi langsung dan biaya produksi

tak langsung.

Biaya produksi langsung dibebankan kepada pesanan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi

tak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Untuk mencatat biaya produksi, baik yang

langsung maupun tak langsung, di dalam buku besar disediakan rekening Barang Dalam Proses. Untuk merinci biaya produksi

yang dicatat dalam rekening Barang Dalam Proses tersebut, dibentuk rekening pembantu berupa Kartu Harga Pokok.

MODUL 3 : BIAYA OVERHEAD PABRIK

Kegiatan Belajar 1: Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

Perusahaan yang melaksanakan aktivitas suatu produk akan dibebani biaya overhead pabrik di samping biaya-biaya lain yang

lebih penting. Hal ini biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik menurut sifatnya dapat dikelompokkan menjadi

beberapa golongan, yaitu biaya bahan penolong, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya tenaga kerja tak langsung, beban biaya

yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, beban biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, dan biaya

overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.

Apabila ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan maka

biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu biaya overhead pabrik tetap, Biaya overhead pabrik variabel,

dan biaya overhead pabrik semivariabel.

Adapun unsur biaya overhead pabrik yang bersifat semivariabel dalam keperluan penentuan tarif dan pengendalian biaya, hal ini

dapat dipecah menjadi dua yaitu: biaya tetap dan biaya variabel.
Perusahaan di samping memiliki departemen produksi, juga mempunyai departemen-departemen pembantu. Dari hubungan antar

departemen yang ada dalam pabrik maka biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya overhead pabrik

langsung departemen dan biaya overhead pabrik tak langsung departemen.

Kegiatan Belajar 2: Langkah-Langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

Dalam perusahaan yang produksinya berdasar pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang

ditentukan di muka. Alasan penggunaan tarif yang ditentukan di muka untuk memperhitungkan biaya overhead pabrik ke dalam

harga pokok produk adalah kebutuhan manajemen akan informasi harga pokok produk yang tidak dipengaruhi oleh adanya:

perubahan tingkat kegiatan produksi yang bersifat sementara, perubahan tingkat efisiensi produksi, terjadinya biaya overhead

yang bersifat sporadik, dan adanya biaya overhead yang terjadinya hanya pada saat-saat tertentu saja. Di samping itu, dalam

perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produk per satuan pada saat

pesanan selesai dikerjakan, sedangkan beberapa elemen biaya overhead pabrik ada yang baru dapat diketahui jumlahnya dengan

pasti pada akhir periode. Dengan demikian, penggunaan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka untuk

membebankan jenis biaya tersebut kepada produk, merupakan sesuatu keharusan.

Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik, yaitu menyusun anggaran biaya overhead

pabrik, memilih dasar pembebanan, dan menghitung tarif biaya overhead pabrik. Dasar yang dapat dipakai sebagai dasar

pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk adalah satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam

tenaga kerja langsung dan jam mesin.

Kegiatan Belajar 3: Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Dan Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik

Setelah tarif biaya overhead pabrik ditentukan, produk yang diproduksi dalam tahun anggaran dibebani biaya overhead pabrik

dengan tarif tersebut. Dalam tahun anggaran tersebut dikumpulkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Pada akhir

tahun, biaya overhead yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang

sesungguhnya terjadi. Selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan tarif dengan biaya
overhead yang sesungguhnya terjadi dianalisis menjadi dua macam selisih: selisih anggaran dan selisih kapasitas. Selisih tersebut

pada akhir tahun diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan atau

diperlakukan sebagai penyesuaian perhitungan laba-rugi.

MODUL 4 : DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD PABRIK

Kegiatan Belajar 1: Langkah-Langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Per Departemen

Untuk pengendalian biaya dan penentuan harga pokok produk secara teliti, perlu diadakan departementalisasi biaya overhead

pabrik dan ditentukan tarif biaya overhead pabrik per departemen produksi. Penentuan tarif biaya overhead pabrik per

departemen ini sangat diperlukan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, yang produknya diolah melalui lebih

dari satu departemen produksi. Pada dasarnya penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen tidak berbeda langkahnya

dengan penentuan tarif tunggal untuk seluruh pabrik. Masalah yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan tarif biaya

overhead pabrik per departemen adalah alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen pembantu lainnya

dan ke departemen produksi. Secara garis besar alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi

dapat dikelompokkan menjadi dua macam: metode alokasi langsung dan metode alokasi bertahap. Metode alokasi langsung

dibahas dalam Kegiatan Belajar 1 ini, sedangkan metode alokasi bertahap dibahas dalam Kegiatan Belajar 2 dan Kegiatan Belajar

3.

Kegiatan Belajar 2: Metode Alokasi Bertahap Yang Memperhitungkan Jasa Timbal Balik Antardepartemen Pembantu

Dalam Kegiatan Belajar 2 ini Anda telah mempelajari bagaimana mengalokasikan biaya overhead pabrik dengan

memperhitungkan jasa timbal balik yang dikonsumsi oleh departemen pembantu. Metode yang digunakan untuk

memperhitungkan transfer jasa timbal balik antardepartemen pembantu tersebut adalah metode alokasi kontinu dan metode

aljabar. Dua metode tersebut akan menjamin perhitungan tarif alokasi biaya departemen pembantu yang lebih teliti. bila

dibandingkan Dengan metode alokasi langsung yang telah Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 1.
Kegiatan Belajar 3: Metode Alokasi Bertahap Yang Tidak Memperhitungkan Transfer Jasa Timbal Balik

Antardepartemen Pembantu

Dalam Kegiatan Belajar 3 Anda telah mempelajari secara lengkap mengenai bagaimana mengalokasikan biaya overhead pabrik

departemen pembantu ke departemen pembantu lain dan departemen produksi tanpa memperhitungkan jasa timbal balik

antardepartemen pembantu, perhitungan tarif biaya overhead per departemen produksi, perhitungan pembebanan lebih atau

kurang biaya overhead pabrik. Dengan demikian Anda telah mempelajari secara lengkap saluran aspek akuntansi biaya overhead

pabrik dan sudah siap untuk mempelajari akuntansi elemen harga pokok produk yang lain, yang akan saya sajikan dalam Modul 5

(Akuntansi Biaya Bahan dan Akuntansi biaya Tenaga kerja).

MODUL 5

BIAYA BAHAN BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA

Kegiatan Belajar 1: Elemen Biaya yang Membentuk Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli

Menurut prinsip akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya

dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan elemen harga pokok bahan baku yang dibeli. Harga pokok bahan baku terdiri dari

harga beli yang tercantum dalam faktur dari penjual ditambah biaya angkutan, biaya-biaya pembelian lain serta biaya yang

dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.

Biaya angkutan dapat diperlakukan dengan dua cara; diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli atau

diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik. Biaya angkutan diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku

yang dibeli dengan dasar perbandingan kuantitas, perbandingan harga faktur atau dengan tarif yang ditentukan di muka.

Dalam memperhitungkan biaya-biaya unit organisasi yang terkait dalam perolehan bahan baku, perusahaan membuat tarif

pembebanan biaya pembelian untuk dibebankan kepada bahan baku yang dibeli.
Kegiatan Belajar 2: Penentuan Harga Pokok Bahan Baku Yang Dipakai Dalam Produksi

Bahan baku yang disimpan di gudang berasal dari berbagai pembelian, yang kemungkinan besar mempunyai harga per satuan

yang berbeda dari pembelian yang satu ke pembelian yang lain. Hal ini menimbulkan masalah pemilihan harga pokok per satuan

bahan baku yang dipakai dalam produksi, metode penentuan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi adalah: metode

identifikasi khusus, metode rata-rata bergerak, MTKP, metode biaya standar, metode rata-rata harga pokok bahan baku pada

akhir bulan.

Pencatatan persediaan bahan baku dapat dilakukan dengan metode mutasi persediaan atau metode persediaan fisik.

Kegiatan Belajar 3: Masalah-Masalah Khusus Yang Berhubungan Dengan Bahan Baku

Sisa bahan merupakan bahan baku yang rusak dalam proses produksi sehingga tidak dapat menjadi bagian produk jadi. Jika sisa

bahan tidak mempunyai nilai jual, akibat yang ditimbulkan adalah harga pokok per satuan produk jadi menjadi lebih tinggi. Jika

sisa bahan masih mempunyai nilai jual, masalah yang timbul adalah bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan

tersebut. Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku pesanan yang menghasilkan sisa

bahan tersebut, sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi atau sebagai pendapatan di luar usaha.

Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat

diperbaiki menjadi produk yang baik. Masalah akuntansi yang timbul dari adanya produk rusak adalah bagaimana

memperlakukan kerugian yang timbul dari adanya produk rusak tersebut. Kerugian adanya produk rusak dapat dibebankan

kepada pesanan yang menghasilkannya atau diperhitungkan sebagai elemen biaya overhead pabrik.

Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, namun dengan mengeluarkan biaya

pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi

yang baik. Masalah akuntansi yang timbul dari adanya produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya pengerjaan kembali
produk cacat tersebut. Biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan kepada pesanan yang menghasilkan produk

cacat tersebut atau diperlukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.

Kegiatan Belajar 4: Pengertian Biaya Tenaga Kerja Dan Cara Penggolongannya

Dalam perusahaan biaya tenaga kerja digolongkan dengan berbagai macam cara: menurut fungsinya pokok dalam perusahaan,

menurut kegiatan bagian-bagian dalam perusahaan, menurut jenis pekerjaan, dan menurut hubungannya dengan produk atau jasa

yang dihasilkan.

Akuntansi biaya tenaga kerja melalui empat tahap: pencatatan distribusi biaya tenaga kerja, pencatatan utang upah, pencatatan

pembayaran upah kepada karyawan yang berhak, dan penyetoran pajak penghasilan karyawan ke Kas Negara.

MODUL 6 : METODE HARGA POKOK PROSES PENGANTAR

Kegiatan Belajar : Metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan produk dalam proses awal

Metode harga pokok proses diterapkan untuk mengolah informasi biaya produksi dalam perusahaan yang produksinya dilakukan

secara massa. Metode harga pokok proses berbeda dengan metode harga pokok pesanan dalam hal pengumpulan biaya produksi,

perhitungan harga pokok per satuan, klasifikasi biaya produksi, pengelompokan biaya yang dimasukkan dalam elemen biaya

overhead pabrik.

Masalah pokok yang terdapat dalam metode harga pokok proses adalah bagaimana menentukan harga pokok produk selesai yang

ditransfer ke Departemen produksi berikutnya atau ke gudang dan bagaimana menentukan harga pokok produk yang pada akhir

periode masih dalam proses di suatu departemen untuk menentukan harga pokok tersebut, diperlukan perhitungan biaya produksi

per satuan produk yang dihasilkan oleh suatu departemen untuk menghitung biaya per satuan produk yang dihasilkan oleh suatu

departemen, perlu ditentukan unit ekuivalensi. Unit ekuivalensi ini dipengaruhi oleh jumlah produk selesai yang ditransfer ke

departemen pada akhir periode, dan ada tidaknya produk yang hilang dalam proses
MODUL 7 : METODE HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

Kegiatan Belajar : Persediaan Produk Dalam Proses Awal

Harga pokok produk dalam proses awal menimbulkan masalah penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer dari suatu

departemen ke departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Untuk mengatasi masalah tersebut ada dua metode penentuan

harga pokok: metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama, ke luar pertama.

Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang, tiap elemen harga pokok yang melekat pada produk dalam proses dijumlahkan

dengan elemen biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang untuk menghitung harga pokok rata-rata tertimbang.

Kemudian, harga pokok rata-rata tertimbang ini dikaitkan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer ke departemen

berikutnya atau ke gudang untuk menentukan harga pokok produk tersebut.

Dalam metode masuk pertama ke luar pertama, harga pokok produk dalam proses awal merupakan harga pokok pertama yang

membentuk harga pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.

Tambahan bahan baku di departemen setelah departemen produksi yang pertama mempunyai dua kemungkinan: menambah

jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersangkutan atau tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam

departemen yang bersangkutan. Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen

yang bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan dalam departemen

tersebut. Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersangkutan, tambahan

bahan baku tersebut akan berakibat terhadap penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen

sebelumnya dan tambahan biaya bahan baku per satuan dalam departemen setelah departemen produksi pertama.

MODUL 8 : PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN


Kegiatan Belajar : Biaya Bersama

Untuk kepentingan penentuan penghasilan dan perhitungan harga pokok persediaan, biaya bersama perlu dialokasikan kepada

produk bersama. Empat, metode alokasi biaya bersama kepada produk bersama adalah: metode nilai jual relatif, metode satuan

fisik, metode rata-rata biaya per satuan, dan metode rata-rata tertimbang. Oleh KARENA produk sampingan merupakan produk

yang mempunyai nilai jual relatif jauh lebih rendah dibandingkan dengan produk utamanya maka ada dua kelompok metode

perlakuan terhadap produk sampingan. Kelompok metode yang pertama tidak berusaha untuk mengalokasikan biaya bersama

kepada produk sampingan karena rendahnya nilai jual produk sampingan tersebut, sedangkan kelompok metode kedua berusaha

mengalokasikan biaya bersama kepada produk sampingan.

MODUL 9 : SISTEM BIAYA STANDAR DAN PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

Kegiatan Belajar 1: Definisi Dan Deskripsi Sistem Biaya Standar

Sistem biaya standar merupakan proses untuk menentukan biaya di muka yang mencerminkan biaya yang seharusnya untuk

mengolah produk atau jasa, mengumpulkan biaya sesungguhnya, menghitung dan menganalisis selisih, serta perlakuan selisih

biaya yang timbul.

Beberapa manfaat yang diperoleh dengan pemakaian sistem biaya standar, antara lain untuk:

1. perencanaan kegiatan;

2. koordinasi kegiatan antarbagian;

3. pengambilan keputusan;

4. pengendalian biaya;

5. memungkinkan penerapan prinsip pengecualian;

6. penentuan insentif para personal, serta

7. mengurangi biaya administrasi.


Kegiatan Belajar 2: Prosedur Akuntansi Biaya Standar, Analisis Selisih Komposisi dan Selisih Hasil

Ada dua prosedur akuntansi biaya standar yakni pertama, metode rancangan tunggal (single plan) dan kedua, metode rancangan

berat sebelah atau metode rancangan parsial (partial plan).

Apabila menggunakan metode single plan maka ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. jika ada produk dalam proses awal maka produk tersebut dimasukkan kembali ke rekening barang dalam proses sebesar

standarnya;

2. biaya pada periode tersebut dimasukkan ke rekening barang dalam proses sebesar standarnya sehingga selisih biaya harus

dihitung dan dianalisis terlebih dahulu;

3. adanya produk selesai dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk selesai sebesar

standarnya;

4. adanya produk dalam proses akhir periode dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk

dalam proses sebesar standarnya.

Apabila digunakan metode partial plan maka ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. jika ada produk dalam proses awal maka produk tersebut dimasukkan kembali ke rekening barang dalam proses sebesar

standarnya;

2. biaya pada periode tersebut dimasukkan ke rekening barang dalam proses sebesar biaya sesungguhnya;

3. adanya produk selesai dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk selesai sebesar

standarnya;

4. adanya produk dalam proses akhir periode dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk

dalam proses sebesar standarnya; serta

5. selisih biaya harus dihitung dan dianalisis pada akhir periode dari perbedaan sebelah debet dengan sebelah kredit rekening

barang dalam proses.


Kegiatan Belajar 3: Perbedaan Harga Pokok Penuh Dan Harga Pokok Variabel

Penentuan harga pokok variabel bermanfaat untuk pengendalian manajemen dalam jangka pendek, khususnya untuk

perencanaan, pembuatan keputusan, dan pengendalian. Metode harga pokok penuh memasukkan semua elemen biaya produksi,

baik tetap maupun variabel, ke dalam harga pokok produk. Metode harga pokok variabel hanya memasukkan elemen biaya

produksi variabel ke dalam harga pokok produk. Terdapat perbedaan antara metode harga pokok penuh dan harga pokok

variabel. Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari segi elemen harga pokok, besarnya harga pokok persediaan, susunan laporan

laba-rugi, besarnya laba-rugi.

Kegiatan Belajar 4: Penerapan Metode Penentuan Harga Pokok dan Kelemahan Harga Pokok Variabel

Kegiatan Belajar 4 ini lebih menegaskan bahwa perbedaan laba antara metode harga pokok penuh dan metode harga pokok

variabel dipengaruhi oleh perbedaan volume produksi dengan volume penjualan atau perbedaan persediaan akhir dengan

persediaan awal. Perbedaan tersebut besarnya ditentukan oleh biaya produksi tetap satuan. Harga pokok persediaan pada metode

harga pokok penuh selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pada metode harga pokok variabel. Metode harga pokok variabel

mengandung beberapa kelemahan, yaitu untuk pelaporan pihak luar, pemisahan biaya tetap dan variabel, dan penyimpangan asas

pemanfaatan fasilitas.

DAFTAR PUSTAKA

 Cashin James. Polimeni. (1981). Cost Accounting. McGraw-Hill Book Company.

 Garrison stay. H. (1982). Managerial Accounting, Concept for Planning, Control, Decision Making. Business Publications, Inc.

 Mulyadi. (1980). Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produk. Edisi 3. BPFE.

 Mulyadi. (1983). Akuntansi Biaya Untuk Manajemen. Edisi 4. BPFE.

 R.A. Supriyono. (1999). Akuntansi Biaya Buku I: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi 2. Cetakan Ke XII

Yogyakarta: BPFE.
 R.A. Supriyono. (1999). Soal dan Jawaban Akuntansi Biaya Bagian I. Yogyakarta: BPFE.

 R.A. Supriyono. (1999). Akuntansi Biaya Buku II: Perencanaan, Pengendalian, serta Pembuatan Keputusan. Edisi 2.

Yogyakarta: BPFE.

 R.A. Supriyono. (1999). Soal dan Jawaban Akuntansi Biaya Bagian II. Yogyakarta: BPFE.

 Matz dan Usry. (1976). Cost Accounting: Planning and Control. Edisi 6, Chapter 22. USA: South Western Publishing Co.

Sumber : www.ut.ac.id – file jTriwiyanto

Anda mungkin juga menyukai