Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau
dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan
2.Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian antara pemesan yang satu dengan
3.Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan gudang.
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut di atas berpengaruh terhadap pengumpulan biaya
produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi (metode harga pokok pesanan) yang digunakan dalam perusahaan yang
1.Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk
2.Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan pokok : biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung.
3.Biaya produksi langsung terdiri dsri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tak langsung
sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5.Harga pokok per unit produk dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk merinci biaya-biaya produksi. Rekening rekening
pembantu (subsidiary accounts) ini dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (controlling accont) di dalam
buku besar. Rekening kontrol menampung catatan yang bersumber dari buku jurnal, sedangkan rekening pembantu digunakan
untuk menampung catatan yang bersumber dari dokumen pembukuan. Hubungan antara rekening kontrol dan rekening pembantu
Gambar 1
Untuk mencatat biaya didalam akuntansi biaya digunakan rekening kontrol dan rekening pembantu berikut:
Kartu Biaya
Biaya Administrasi Dan Umum
Biaya Pemasaran Kartu Biaya
Karena transaksi terjadinya biaya yang dicatat dalam buku besar bersumber dari buku jurnal, maka dalam melaksanakan
identifikasi transaksi yang terjadi, harus ditunjuk nama rekening yang harus didebit dan dikredit dalam buku besar. Oleh karena
itu penggolongan transaksi pada waktu membuat jurnal selalu menyebut nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
Karena akuntansi biaya menggunakan berbagai rekening kontrol seperti tersebut di atas maka setiap melakukan penjurnalan
Untuk mencatat biaya produksi , di dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Barang Dalam Proses. Rekening ini dapat
dipecah lebih lanjut menurut elemen harga pokok produk sehingga ada tiga macam rekening Barang Dalam Proses berikut ini:
Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening Barang Dalam Proses dapat dirinci lebih lanjut menurut
Untuk mencatat biaya produksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Biaya Administrasi Umum dan Biaya Pemasaran.
Rekening Biaya Pemasaran digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening
Biaya Administrasi dan Umum digunakan untuk menampung biaya-biaya administrasi dan umum. Misalkan Anda mencatat
pemakaian bahan baku untuk pembuatan suatu produk, maka jurnal yang dibuat adalah:
Kas xx
Jurnal untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan bagian pemasaran:
Biaya Pemasaran xx
Akumulasi Depresiasi Kendaraan xx
Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting di dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi
sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk
mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara terinci di dalam kartu harga pokok pesanan bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan
menjadi produksi langsung terhadap pesanan tertentu dengan biaya produksi tak langsung, dalam hubungannya dengan pesanan
tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya
produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.
Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan mari pelajari contoh berikut:
PT Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesana diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya
produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan
setiap bukti pembukuan diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan Nov 2002 PT Eliona mendapat pesanan
untuk mencetak undangan sebanyak 1500 lembar dari PT Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp
3000,- per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000
lembar dari PT Oki dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp 1000,- per lembar . Pesanan dari PT Rimendi
diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk
1.Pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 3 Nov perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut
ini :
Bahan baku:
———————
———————
Bahan Penolong:
———————
——————–
——————–
Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan yaitu Persediaan Bahan Baku dan Persediaan
Jurnal 1:
Jurnal 2:
Untuk memproses pesanan no. 101 dan 102 bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:
——————-
——————
Bahan baku untuk pesanan 102:
——————-
——————
Sedangkan bahan penolong yang terpakai untuk memproses dua pesanan tersebut adalah sebagai berikut:
——————
Jurnal 3:
Dan jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:
Jurnal 4:
Dari contoh di atas misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:
——————–
——————-
Jurnal 5:
Jurnal 6:
Kas Rp 20.400.000,-
Dari contoh diatas misalnya BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.
Dengan demikian BOP yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sebagai berikut:
———————
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah sebagai berikut:
Jurnal 8:
Misalkan dari contoh diatas BOP sesungguhnya terjadi ( selain biaya bahan penolong Rp 300.000,- dan biaya tenaga kerja tak
——————-
Jumlah Rp 5.700.000,-
4.Ternyata sampai akhir periode pesanan no 102 belum selesai jurnalnya bagaimana?
MATERI 2
Di dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan
menurut sifatnya, menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi dan menurut hubungannya dengan
4.Beban biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
Penggolongan BOP menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi.
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur BOP dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, BOP dapat dibagi menjadi tiga
golongan: BOP tetap, BOP variabel dan BOP semivariabel. Untuk keperluan penentuan tarif BOP dan untuk pengendalian biaya,
BOP yang bersifat semivariabel dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya variabel.
Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik.
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, BOP dapat digolongkan menjadi dua
kelompok: BOP langsung departemen (direct departemental overhead expenses) dan BOP tak langsung (indirect departemental
overhead expenses)
Alasan Pembebanan BOP Produk Atas Dsar Tarif Yang Ditentukan Di Muka.
Alasan pembebanan BOP kepada produk atas dasar tarif di muka adalah sebagai berikut:
1.Pembebanan BOP atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok yang
dihasilkan dari bulan yang satu kebulan yang lain.Apabila BOP yang sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk maka
c.adanya BOP yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama setahun.
2.Di dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produknya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan,
manajemen memerlukan informasi harga pokok produk persatuan pada saat pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen BOP
yang baru dapat diketahui pada akhir setiap bulan, atau akhir tahun.
Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan ( kapasitas ) yang akan dipergunakan sebagai dasar
penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran BOP: kapasitas praktis,
kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat
Kapasitas teoritis (theoritical capacity) adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada
kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan
kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Kapasitas normal (normal
capacity) adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity) adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai
a.Akan berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada tarif BOP dari tahun ke tahun.
b.Sebagai akibat perubahan yang besar pada tarif BOP dari periode ke periode maka biaya-biaya akibat adanya fasilitas
Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan BOP kepada produk antara lain adalah:
Satuan produk
Biaya bahan baku
Jam mesin.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai:
2.Sifat-sifat BOP yang dominan tersebutdan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.
Pembebanan BOP Kepada Produk , Pengumpulan BOP Sesungguhnya Dan Analisis Selisih BOP.
Contoh Soal.
PT Elionasari memiliki kapasitas normal 80.000 jam mesin.Anggaran BOP satu tahun adalah BOP variabel Rp 5.800.000,- dan
BOP tetap Rp 5.400.000,- sehingga dapat dihitung tarif BOP variabel adal Rp 5.800.000,- : 80.000 jam mesin = Rp 72,50 per jam
mesin. Tarif BOP tetap Rp 5.400.000,- : 80.000 jam mesin = Rp 67,50 per jam mesin.Jadi tarif BOP total adalah Rp 72,50 + Rp
67,50 = Rp 140,00 per jam mesin. PT Elionasari menerima 100 macam pesanan dan menghabiskan waktu pengejaan 75.000
jam mesin.dalam sertahun maka BOP yang dibebankan kepada produk adalah Rp 140,00 x 75.000 jam mesin = Rp 10.500.000,-.
5.300.000,- dan BOP tetap Rp 5.400.000,- sehingga selisih BOP adalah Rp 200.000,-( Rp10.700.000,- – Rp 10.500.000,-).
BOP kurang dibebankan Rp 200.000,- dapat dipecah ke dalam dua macam selisih sebagai berikut:
Selisih anggaran (budget atau spending variance) menunjukkan perbedaan antara biaya yang seharusnya dikeluarkan atau terjadi
dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. Selisih anggaran dihitung sebagai berikut:
———————–
————————
Selisih kapasitas disebabkan karena tidak dipakainya atau dilampauinya kapasitas yang dianggarkan.Jumlah selisih kapasitas
merupakan perbedaan antara BOP tetap yang dianggarkan dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk. Selisih kapasitas
_______________
Pertanyaan : hitunglah selisih budget dan selisih kapasitas dengan cara lain.
Materi 3
metode aljabar,
Penyusunan anggaran BOP per departemen dibagi menjadi empat tahap yakni:
1. penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun anggaran.
4. menjumlah BOP per departemen (baik BOP langsung maupun tak langsung departemen) untuk mendapatkan anggaran BOP
Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya.
Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen
produksi saja.
Contoh
Departemen B Rp 2.620.000
Departemen X Rp 771.000
Departemen Y Rp 1.445.000
Departemen Z Rp 369.000
jumlah Rp 7.380.000
Taksiran jasa departemen pembantu yang dipakai oleh departemen produksi dalam tahun 2003 tampak dalam tabel berikut ini:
Departemen Produksi
Dari data diatas maka dapat dilakukan alokasi BOP dari dept pembantu ke dept produksi sebagai berikut:
PT Eliona Sari
Departemen
Departemen Pembantu
Produksi
Keterangan
A B X Y Z
1.389.600 1.195.400 0 0 0
Jumlah Alokasi
Jumlah BOP Dept. Produksi setelah menerima alokasi BOP dari Dept. Pembantu
3.564.600 3.815.400
selanjutnya silahkan anda menghitung sendiri, dan jika masih kurang jelas bisa bertanya melalui forum tanya jawab.
Dalam metode alokasi aljabar, jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar.
Contoh
BOP langsung dan tak langsung departemen-departemen pembantu dan produksi selama tahun 2003 anggarannya diperkirakan
sebagai berikut:
Departemen Produksi
Departemen A Rp 9.000.000
Departemen B Rp15.000.000
Departemen Pembantu
Departemen X Rp3.000.000
Departemen Y Rp5.000.000
Jasa yang dihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut proporsi sebagai berikut:
X Y A B
20 – 45% 35%
Jasa Dept. Y
X = 3.000.000 + 0,20Y
Y = 5.000.000 + 0,10X
X =3.000.000 + 0,20Y
Y = 5.000.000 + 0,10 X
= 5.000.000 + 408.163
Y = 5.408.163
Sehingga alokasi BOP dept pembantu ke dept produksi dilakukan seperti berikut ini:
_____________________________________________________
Tak langsung
Alokasi BOP
Alokasi BOP
Dept Y Rp1.081.632 (Rp5.408.163) Rp2.433.673 Rp1.892.857
______________________________________________________
Perhitungan:
MATERI 4
Transaksi pembelian bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang dan akuntansi.
Bukti-bukti pembukuan yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan baku adalah: surat permintaan pembelian, surat order
pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari penjualan. Sistem pembelian lokal bahan baku terdiri dari:
1.Prosedur permintaan pembelian bahan baku
Biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli.
Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli.
Contoh :
Perusahaan membeli 3 macam bahan baku denganjumlah harga dalam faktur sebesar Rp500.000,00.Biaya angkutan yang dibayar
untuk ketiga macam bahan baku tersebut adalah sebesar Rp300.000,00. Kuantitas masing-masing jenis bahan baku yang
tercantum dalam faktur adalh bahan baku A = 400 kg; bahan baku B = 350 kg; bahan baku C = 50 kg; Pembagian biaya angkutan
Berat Alokasi
____________ __________________
Jenis kg (1) : 800 (2) x Rp 300.000,00
C 50 6,25 Rp 18.750,00
Contoh:
Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan sebagai berikut: bahan baku A Rp 100.000,
bahan baku B Rp 150.000, bahan baku C Rp 225.000, dan bahan baku D Rp 125.000. Biaya angkutan yang dikeluarkan untuk
keempat jenis bahan baku tersebut, adalah sebesar Rp 48.000. Jika biaya angkutan tersebut dibagikan atas dasar perbandingan
harga faktur tiap-tiap jenis bahan baku tersebut, harga pokok tiap jenis bahan baku akan dibebani dengan tambahan biaya
angkutan sebesar Rp 0,08 ( Rp 48.000 : Rp 600.000). Pembagian biaya angkutan sebesar Rp 48.000 tersebut adalah sebagai
berikut:
===============================================================
______________ ______________
______________
===============================================================
c.Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Jurnal untuk mencatata pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif dan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi adalah
sebagai berikut:
1.Pembebanan biaya angkutan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan dimuka adalah sebagai berikut:
Biaya angkutan xx
Biaya angkutan xx
Kas xx
3.Jurnal apabila terdapat selisih biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif dengan biaya angkutan yang sesungguhnya:
Elemen Biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang diimpor.
Dalam perdagangan luar negeri , harga barang yang disetujui bersama antara pembeli dan penjual akan mempengaruhi biaya-
biaya yang menjadi tanggungan pembelian bahan baku . Bahan baku dapat diimpor dengan syarat harga free alongside ship
(FAS), free on board (FOB), cost and freight (C & F), atau cost insurance and freight ( C. I & F ).Pada harga C & F pembeli
menanggung biaya asuransi laut , penjual menanggung biaya angkutan lautnya. Pada harga C. I & F, pembeli hanya menanggung
biaya-biaya untuk mengeluarkan bahan baku dari pelabuhan pembeli, dan biaya-biaya lain sampai dengan barang tersebut
diterima digudang pembeli. Dalam harga C.I & F biaya angkutan laut beserta asuransi lautnya sudah diperhitungkan oleh penjual
Harga FOB Rp xx
_____
Harga C & F Rp xx
______
Harga C. I & F Rp xx
Biaya-biaya bank xx
Bea masuk dan biaya pabean lainnya xx
Biaya gudang xx
_______
MATERI 5
I. metode harga pokok proses diolah melalui lebih dan satu departemen produksi.
Contoh:
PT. elina sari memiliki dua departemen produksi : departemen A dan departemen B, untuk menghasilkan produksinya, data
produksi dan biaya produksi kedua departmen tersebut untuk bulan September 2004 adalah sebagai berikut:
Dep A Dep B
Dimasukan dalam proses 35.000
1. perhitungan harga pokok produk di departemen A. untuk menghitung harga pokok produk selesai dep. A yg di transfer ke dep.
B dan harga pokok produk dalam proses di dep. A pada akhir bulan Sept.2004 perlu dilakukan perhitungan biaya persatuan
Untuk menghitung biaya persatuan yg di keluarkan oleh dep.A tersebut, perlu di hitung unit yg equivalensi tiap biaya produksi
_________
35.000
o unit equivalent :
2. biaya konversi
_____
31.000
setelah biaya per unit dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh Dep.A ke Dep.B dan harga pokok produk dlm
———–
= 23.000
dari perhitungan di atas dapat di buat laporan biaya produksi seperti berikut:
Bulan Sep.04
Data produksi
473.000 15
perhitungan biaya
= 23.000
( ul mencatat BOP )
b. menghitung HP. Produk yang ditransfer ke gudang dan HP. Produk dalam proses Dep;B yg belum selesai.
Rp.75.000
II. pengaruh terjadinya produk hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produk persatuan.
Contoh :
PT. Elina Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan. produknya, Dep. A dan Dep.B, data produksi dan biaya
produk kedua departemen tersebut untuk bulan januari 2004 adalah SBB:
________________________________________________________________________
Dep.A Dep.B
Dep.B 700kg
Gudang 400kg
Penyelesaian SBB :
Dep.A Dep.B
Rp130.500 159
B. perhitungan HP produk selesai yg di transfer ke Dep.B dan produk dalam proses akhir Dep.A
( 200 kg )
Rp 19.200
Selanjutnya laporan biaya produksi Dep.A dan jurnal- jurnal yang diperlukan silahkan Anda buat sendiri dengan mengacu pada
Produk yang hilang pada awal proses yang terjadi di departemen setelah departemen pertama mempunyai dua akibat terhadap ( 1
) harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya dan ( 2 ) harga pokok per satuan yang ditambahkan
dalam departemen dimana produk yang hilang tersebut terjadi. Penyesuaian perhitungan harga pokok per Kg produk yang
perhitungan harga pokok produk per satuan yang ditambahkan di departemen B adalah sebagai berikut :
Dept. B
Kerja = 450 Kg
Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang dan produk yang masih dalam proses pada akhir bulan dalah
sebagai berikut
Rp 29.610,00
Rp 174.650,00
MATERI 6
Metode Harga Pokok Proses Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi.
Jika produk diolah melalui dua departemen produksi maka yang pertama kita lakukan menghitung harga pokok produksi di
departemen pertama yang nanti akan saya jelaskan cara menghitungnya. Setelah kita dapat kan harga pokok produksi di
Perhitungan biaya produksi di departemen ke dua adalah perhitungan yang bersifat komulatif. Karena produk jadi di departemen
dua merupakan produk yang telah menyerap biaya dari departemen satu dan biaya departemen dua., sehingga harga pokok yang
Contoh.
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi : Departemen I dan Departemen II, untuk menghasilkan produknya. Data
produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan April 2005 adalah sebagai berikut:
Departemen I Departemen II
proses akhir :
1. Menghitung unit ekuivalensi biaya produksi yaitu unit ekuivalensi bahan baku, unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit
2. Setelah unit ekuivalensi kita ketahui selanjutnya menghitung biaya produksi per unit.
3. Jika biaya per unit sudah kita dapatkan maka kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
a.Unit ekuivalensi bahan baku, terdiri dari produk yang ditransfer ke Dep II adalah 30.000 ditambah produk dalam proses akhir
5000 dengan tingkat penyelesaian bahan baku 100% yaitu 5000 x 100% sehingga bisa dihitung sebagai berikut:
b.Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja, biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik sehingga sekali kita
menghitung kita dapatkan dua unit ekuivalensi yaitu unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit ekuivalensi biaya overhead
pabrik. Cara menghitungnya adalah produkjadi 30.000 ditambah produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian
20% yaitu ( 5000 x 20%) = 1000 sehingga dapat dihitung sebagai berikut: 30.000 + ( 5000 x 20% ) = 31.000
Setelah unit ekuivalensi kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok perunit sebagai berikut:
Total Rp 473.000 Rp 15
========== ======
Setelah biaya per unit dihitung , kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok
30.000 x Rp 15 Rp 450.000
—————–
Rp 23.000
—————–
Catatan:
Perhitungan tadi kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi seperti berikut:
PT Eliona Sari
Data Produksi
————-
========
Total Per kg
—————— ————
—————— ————
Rp 473.000 Rp 15
=========== =======
Perhitungan Biaya
30.000 kg @ Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
—————-
Rp 23.000
—————-
===========
Untuk mencatata biaya yang terjadi dalam Departemen I dalam bulan April 2005 jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
4.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke Dep II
Catatan
5.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir bulan April Dep I
Persediaan Produk Dalam Proses Dep I Rp 23.000
Di Departemen II ini tidak ada pengeluaran biaya bahan baku, yang ada biaya tenega kerja (BTK) dan biaya overhead pabrik
(BOP). Disini harga pokok yang dibawa dari Dep I merupakan biaya bahan baku Dep II.Unit ekuivalensi yang perlu dihitung
hanya unit ekuivalensi biaya biaya konversi yang meliputi BTK dan BOP.
Unit yang ditransfer ke gudang 24000 ditambah persediaan produk dal;am proses akhir 6000 dengan tingkat penyelesaian 50% (
Total Rp 675.000 Rp 25
Setelah biaya per unit kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok
—————–
= Rp 75.000
Selanjutnya menyusun laporan harga pokok produksi, silahkan Anda susun sendiri dengan mencontoh laporan harga pokok
produksi pada Dep I diatas atau dapat melihat BMP EKMA 4315 hal 6.13. Demikian juga jurnal nya Anda dapat mencontoh
jurnal-jurnal pada Dep I diatas atau melihat di BMP EKMA 4315 hal 6.14
Bila ada produk hilang pada awal proses maka jika terjadi pada Dep I maka seluruh perhitungan sama seperti yang tadi kita
bahas, hanya saja yang perlu diingat disini adalah bagaimana menghitung unit ekuivalensi. Untuk memudahkan mengingatnya
saya sarankan jika produk hilang pada awal proses pada Dep I, dalam menghitung unit ekuivalensi abaikan jumlah unit yang
hilang. Bila produk hilang terjadi pada awal proses di Dep II maka cara menghitung unit ekuivalensi disini juga sama abaikan
jumlah yang hilang tapi yang perlu diingat adalah ada penyesuaian harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke
Departemen I Departemen II
—————- ——————
Data biaya.
————- ————-
Tadi telah saya katakan bahwa abaikan jumlah yang hilang dalam menghitung unit ekuivalensi, oleh karena itu perhitungan harga
—————— —————
Rp 104.400 Rp 130
========== =========
Selanjutnya Hargapokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok produk dalam proses akhir dapat dihitung seperti
berikut:
————–
Rp 13.400
—————
Selanjutnya kita bahas bagaimana pengaruh produk hilang pada awal proses di Dep II, laporan harga pokok produksi dan jurnal
jurnal yang diperlukan pada Dep I silahkan kerjakan sendiri sebagai latihan.
Tadi telah saya katakan bahwa dalam menghitung unit ekuivalensi di Dep II abaikan jumlah produk yang hilang, tapi bagaimana
pengaruhnya terhadap produk yang masuk dari dep I ke Dep II, ikutilah perhitungan berikut:
Jumlah yang ditransfer ke Dep II 700 unit dengan biaya per unit Rp 130 =
Tetapi di Dep II belum sempat disentuh barang tinggal 500 unit ( hilang 200 unit) sedangkan biaya yang telah dikeluarkan tetap
Rp 91.000 sehingga sekarang harga pokok per unit menjadi : Rp 91.000 dibagi 500 = Rp 182. Jadi dari Dep I harga per unit Rp
130 sampai di Dep II harga menjadi Rp 182 per unit. Harga naik sebesar Rp 52 ( Rp 182 – Rp 130 ) hal ini karena ada produk
1 2 2 ;1
———————- ————–
Rp 47.250 Rp 105
============= ========
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan produk dalam proses akhir seperti berikut:
—————-
Rp 23.450
—————-
Rp 138.250
Selanjutnya laporan harga pokok produksi dan jurnal-jurnalnya Anda kerjakan sendiri dengan melihat contoh pada modul.
Jika produk hilang terjadi pada akhir proses maka produk yang hilang dianggap telah menyerap biaya 100% oleh karena itu
dalam menghitung unit ekuivalensi produk yang hilang perlakuannya sama demgan produk jadi.Pengaruh yang terjadi pada Dep I
adalah pada produk jadi yang ditransfer ke Dep II, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II meliputi harga pokok
produk jadi dan produk yang hilang sedangkan jumlahnya adalah jumlah produk jadi saja sehingga harga pokok produk per unit
yang ditransfer ke Dep II menjadi lebih tinggi. Demikian juga untuk Dep II dalam menghitung unit ekuivalensi prinsipnya sama
dengan di Dep I dan penyesuaian harga pada produk jadi yang di transfer ke gudang. Untuk jelasnya mari kita pelajari contoh
berikut:
Departemen I Departemen II
—————- ——————
Data biaya.
————- ————-
Perhitungan harga pokok produk per unit di Dep I adalah sebagai berikut:
Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep I Biaya per unit
——————– —————
Rp 104.400 Rp 115,57
============ =========
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan produk dalam proses akhir adalah seperti berikut:
————–
——————
Rp 11.945,6
—————–
Catatan: jumlah seharusnya Rp 104.400 ada selisih Rp 1,6 pengaruh dari pembulatan angka.
Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep II Biaya per unit
———————- —————-
Rp 47.250 Rp 72,7
============= =========
Selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir.
——————-
—————-
Rp 16.843
————–
MATERI 7
METODE HARGA POKOK PROSES TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES
AWAL
Metode Harga Pokok Proses Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi.
Jika produk diolah melalui dua departemen produksi maka yang pertama kita lakukan menghitung harga pokok produksi di
departemen pertama yang nanti akan saya jelaskan cara menghitungnya. Setelah kita dapat kan harga pokok produksi di
Perhitungan biaya produksi di departemen ke dua adalah perhitungan yang bersifat komulatif. Karena produk jadi di departemen
dua merupakan produk yang telah menyerap biaya dari departemen satu dan biaya departemen dua., sehingga harga pokok yang
Contoh.
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi : Departemen I dan Departemen II, untuk menghasilkan produknya. Data
produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan April 2005 adalah sebagai berikut:
Departemen I Departemen II
proses akhir :
4. Menghitung unit ekuivalensi biaya produksi yaitu unit ekuivalensi bahan baku, unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit
5. Setelah unit ekuivalensi kita ketahui selanjutnya menghitung biaya produksi per unit.
6. Jika biaya per unit sudah kita dapatkan maka kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
5000 dengan tingkat penyelesaian bahan baku 100% yaitu 5000 x 100% sehingga bisa dihitung sebagai berikut:
b.Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja, biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik sehingga sekali kita
menghitung kita dapatkan dua unit ekuivalensi yaitu unit ekuivalensi biaya tenaga kerja dan unit ekuivalensi biaya overhead
pabrik. Cara menghitungnya adalah produkjadi 30.000 ditambah produk dalam proses akhir 5000 dengan tingkat penyelesaian
20% yaitu ( 5000 x 20%) = 1000 sehingga dapat dihitung sebagai berikut: 30.000 + ( 5000 x 20% ) = 31.000
Setelah unit ekuivalensi kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok perunit sebagai berikut:
Total Rp 473.000 Rp 15
========== ======
Setelah biaya per unit dihitung , kita dapat menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok
30.000 x Rp 15 Rp 450.000
—————–
Rp 23.000
—————–
Catatan:
Perhitungan tadi kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi seperti berikut:
PT Eliona Sari
Data Produksi
————-
————–
========
—————— ————
—————— ————
Rp 473.000 Rp 15
=========== =======
Perhitungan Biaya
30.000 kg @ Rp 15 Rp 450.000
Rp 23.000
—————-
===========
Untuk mencatata biaya yang terjadi dalam Departemen I dalam bulan April 2005 jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
4.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke Dep II
Catatan
5.Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir bulan April Dep I
Di Departemen II ini tidak ada pengeluaran biaya bahan baku, yang ada biaya tenega kerja (BTK) dan biaya overhead pabrik
(BOP). Disini harga pokok yang dibawa dari Dep I merupakan biaya bahan baku Dep II.Unit ekuivalensi yang perlu dihitung
hanya unit ekuivalensi biaya biaya konversi yang meliputi BTK dan BOP.
Unit yang ditransfer ke gudang 24000 ditambah persediaan produk dal;am proses akhir 6000 dengan tingkat penyelesaian 50% (
———————– ————-
Total Rp 675.000 Rp 25
Setelah biaya per unit kita hitung selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok
—————–
—————-
= Rp 75.000
produksi pada Dep I diatas atau dapat melihat BMP EKMA 4315 hal 6.13. Demikian juga jurnal nya Anda dapat mencontoh
jurnal-jurnal pada Dep I diatas atau melihat di BMP EKMA 4315 hal 6.14
Bila ada produk hilang pada awal proses maka jika terjadi pada Dep I maka seluruh perhitungan sama seperti yang tadi kita
bahas, hanya saja yang perlu diingat disini adalah bagaimana menghitung unit ekuivalensi. Untuk memudahkan mengingatnya
saya sarankan jika produk hilang pada awal proses pada Dep I, dalam menghitung unit ekuivalensi abaikan jumlah unit yang
hilang. Bila produk hilang terjadi pada awal proses di Dep II maka cara menghitung unit ekuivalensi disini juga sama abaikan
jumlah yang hilang tapi yang perlu diingat adalah ada penyesuaian harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Dep I ke
Departemen I Departemen II
—————- ——————
————- ————-
Tadi telah saya katakan bahwa abaikan jumlah yang hilang dalam menghitung unit ekuivalensi, oleh karena itu perhitungan harga
1 2 2: 1
—————— —————
Rp 104.400 Rp 130
========== =========
Selanjutnya Hargapokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan harga pokok produk dalam proses akhir dapat dihitung seperti
berikut:
————–
Rp 13.400
—————
Jumlah biaya produksi Dep I Rp 104.400
Selanjutnya kita bahas bagaimana pengaruh produk hilang pada awal proses di Dep II, laporan harga pokok produksi dan jurnal
jurnal yang diperlukan pada Dep I silahkan kerjakan sendiri sebagai latihan.
Tadi telah saya katakan bahwa dalam menghitung unit ekuivalensi di Dep II abaikan jumlah produk yang hilang, tapi bagaimana
pengaruhnya terhadap produk yang masuk dari dep I ke Dep II, ikutilah perhitungan berikut:
Jumlah yang ditransfer ke Dep II 700 unit dengan biaya per unit Rp 130 =
Tetapi di Dep II belum sempat disentuh barang tinggal 500 unit ( hilang 200 unit) sedangkan biaya yang telah dikeluarkan tetap
Rp 91.000 sehingga sekarang harga pokok per unit menjadi : Rp 91.000 dibagi 500 = Rp 182. Jadi dari Dep I harga per unit Rp
130 sampai di Dep II harga menjadi Rp 182 per unit. Harga naik sebesar Rp 52 ( Rp 182 – Rp 130 ) hal ini karena ada produk
Jenis biaya Unit ekuivalensi Jml biaya produksi Biaya per unit
1 2 2 ;1
———————- ————–
Rp 47.250 Rp 105
============= ========
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan produk dalam proses akhir seperti berikut:
—————-
Rp 23.450
—————-
Rp 138.250
Selanjutnya laporan harga pokok produksi dan jurnal-jurnalnya Anda kerjakan sendiri dengan melihat contoh pada modul.
Jika produk hilang terjadi pada akhir proses maka produk yang hilang dianggap telah menyerap biaya 100% oleh karena itu
dalam menghitung unit ekuivalensi produk yang hilang perlakuannya sama demgan produk jadi.Pengaruh yang terjadi pada Dep I
adalah pada produk jadi yang ditransfer ke Dep II, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II meliputi harga pokok
produk jadi dan produk yang hilang sedangkan jumlahnya adalah jumlah produk jadi saja sehingga harga pokok produk per unit
yang ditransfer ke Dep II menjadi lebih tinggi. Demikian juga untuk Dep II dalam menghitung unit ekuivalensi prinsipnya sama
dengan di Dep I dan penyesuaian harga pada produk jadi yang di transfer ke gudang. Untuk jelasnya mari kita pelajari contoh
berikut:
Departemen I Departemen II
—————- ——————
Data biaya.
————- ————-
Perhitungan harga pokok produk per unit di Dep I adalah sebagai berikut:
Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep I Biaya per unit
1 2 2: 1
——————– —————
Rp 104.400 Rp 115,57
============ =========
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep II dan produk dalam proses akhir adalah seperti berikut:
————–
——————
Rp 11.945,6
—————–
Catatan: jumlah seharusnya Rp 104.400 ada selisih Rp 1,6 pengaruh dari pembulatan angka.
Jenis biaya Unit ekuivalensi Biaya Prod Dep II Biaya per unit
1 2 2:1
Rp 47.250 Rp 72,7
============= =========
Selanjutnya kita hitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir.
——————-
—————-
Rp 16.843
————–
Inisiasi 8
Biaya produksi dapat dikelompokkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Oleh
karena itu penentuan biaya produksi standar meliputi penentuan: (1) biaya bahan baku standar, (2) biaya tenaga kerja langsung
Penentuan biaya bahan baku standar meliputi: (a) harga bahan baku standar, (b) kuantitas bahan baku standar. Kedua macam
standar ini digunakan untuk menganalisis selisih biaya bahan baku yang timbul yaitu:
SHB = ( HS – HSt ) KS
Penentuan biaya tenaga kerja langsung standar meliputi: (a) tarif upah langsung standar, (b) jam kerja langsung standar. Kedua
macam standar ini digunakan untuk menganalisis selisih biaya tenaga kerja langsung yang timbul yaitu:
STU = ( TS – TSt ) JS
Dimana:
Biaya overhead pabrik digolongkan menjadi dua yaitu biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead variabel. Penentuan biaya
overhead pabrik standar meliputi : (a) penentuan tarif biaya overhead pabrik standar untuk setiap satuan kapasitas, (b) penentuan
Perbedaan antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik standar dapat dianalisis dalam 3 macam
Atau
ST = BOPS – { ( KN x TT ) + ( KSt x TV ) }
Atau
ST = BOPS – AFKSt
Keterangan:
ST = selisih terkendalikan
KN = kapasitas normal
Atau
SV = ( KN – KSt ) TT
Ket:
SV = selisih volume
SA = BOPS – AFKS
Atau
SA = BOPS – { ( KN x TT ) + ( KS x TV )
Ket:
SA = selisih anggaran
KN = kapasitas normal
KS = kapasitas sesungguhnya
SK = AFKS – ( KS x T )
Atau
SK = ( KN – KS ) TT
Ket:
SK = selisih kapasitas
SEBOP = ( KS – KSt ) T
Ket:
Dalam metode empat selisih BOP digolongkan menjadi empat macam selisih yaitu: (1) selisih anggaran, (2) selisih kapasitas, (3)
selisih efisiensi BOP variabel, (4) selisih efisiensi BOP tetap.Selisih anggaran dan selisih kapasitas sudah dibahas dan selanjutnya
akan dibahas selisih efisiensi BOP variabel dan selisih efisiensi BOP tetap.
SEBOPV = ( KS – KSt ) TV
Keterangan:
Keterangan:
PT. AJUAVIVA. Kapasitas normal yang dimiliki 10.000 jam kerja langsung (JKL) atau sebanyak 2.500
unit produk.Biayastandar untuk mengolah satu unit produk adalah:Rp 150 yang terdiri dari:
Biaya bahan baku (BB) = 2 kg @ Rp 20 = Rp 40, Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) = 4jam @ 12,5 = Rp 50 . Biaya overhead
Penyelesaian:
1. selisih bahan baku
2. selisih BTKL
– Selisih terkendalikan ( ST )
ST = BOPS – AFKSt
= BOPS – { ( KN x TT ) + ( KSt x TV ) }
– Selisih volume ( SV )
SV = ( KN – KSt ) TT = ( 10.000 – 9600 ) Rp 5 = Rp 2.000 ( R )
– Selisih anggaran ( SA )
SA = BOPS – AFKS
= BOPS – { ( KN x TT ) + ( KS x TV ) }
– Selisih kapasitas ( SK )
SK = ( KN – KS ) TT
Report this ad
KODE NASKAH : 05
UNIVERSITAS TERBUKA
2006
TUGAS MANDIRI
AKUNTANSI BIAYA
(EKMA4315)
PETUNJUK: UNTUK SOAL NOMOR 1 SAMPAI DENGAN 60, PILIHLAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!
1. Ditinjau dari waktu, fokus informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan adalah ….
2. Akuntansi biaya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan harus memperhatikan karak-teristik ….
A. akuntansi keuangan
B. akuntansi manajemen
C. pengantar akuntansi
D. akuntansi pemerintahan
3. Bila seorang penguasa mengeluarkan uang untuk membayar jasa asuransi gedung perusahaan, maka pengeluaran-
A. laba
B. harga pokok
C. biaya
D. rugi
4. Bagian akuntansi biaya dalam struktur organisasi perusahaan “PT Kertas Nusantara” merupakan bagian dari departemen ….
A. pemasaran
B. produksi
C. keuangan
D. akuntansi
5. Biaya gaji dan upah, biaya asuransi, biaya premi adalah contoh penggolongan biaya atas dasar ….
A. objek pengeluaran
A. perusahaan coca-cola
D. industri semen
8. Sistem biaya yang membebankan biaya prima kepada produk berdasar biaya sesungguhnya dan biaya overhead pabrik
A. normal
B. standar
C. sesungguhnya
D. variabel
9. PT. ABC memproduksi mobil-mobilan untuk mainan anak. Bahan baku yang dipakai untuk setiap unit produksi sebanyak 5
ons dengan harga Rp6.000,- per kg, tenaga kerja langsung 30 menit dengan tarif upah Rp10.000,- per jam. Biaya overhead pabrik
dan jumlah produksi mobil-mobilan dalam bulan Juli 2003 Rp6.000.000,- (3000 unit), Agustus Rp10.000.000,- (4000 unit).
Dengan sistem biaya sesungguhnya, biaya produksi total untuk bulan Juli adalah ….
A. Rp15.000.000,-
B. Rp20.000.000,-
C. Rp25.000.000,-
D. Rp30.000.000,-
10. Dari soal no. 9, bila pada tahun 2003 memiliki anggaran BOP sebesar Rp16.000.000,- dan anggaran jam kerja langsung
sebesar 3.200 jam. Hitunglah biaya produksi total bulan Agustus, dengan sistem biaya normal ….
A. Rp37.000.000,-
B. Rp40.000.000,-
C. Rp42.000.000,-
D. Rp45.000.000,-
11. Berikut ini yang merupakan siklus kegiatan perusahaan manufaktur adalah ….
A. pencatatan harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang dagangan yang di
jual
B. persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya
C. pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang
D. pembelian barang dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut, diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan
tersebut
12. Rekening yang digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi disebelah (debit) dan yang di
14. Salah satu karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan adalah ….
15. Jika suatu perusahaan mebel menerima pesanan untuk memproduksi satu set meja tamu, dan perusahaan tersebut
menggunakan bahan penolong sebesar Rp150.000,- sedangkan bahan baku Rp1.500.000,-. Buatlah jurnal untuk mencatat
Sesungguhnya Rp150.000,-
Kas Rp150.000,-
16. Berdasarkan daftar gaji dan upah yang dibuat oleh bagian personalia biaya tenaga kerja yang harus di bayar oleh suatu
Atas dasar data tersebut buatlah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja terutang ….
Kas Rp4.000.000,-
17. PT. “XYZ” menggunakan metode harga pokok pesanan. Pada awal bulan Januari masih mempunyai pesanan yang masih
Tidak ada persediaan awal barang jadi pada tangal 1 Januari. Selama bulan Januari menerima pesanan no, 12, 13, 14, 15, 16 dan
17 telah di mulai. Penggunaan bahan baku selama bulan Januari total Rp13.000.000,- biaya tenaga kerja langsung
Rp10.000.000,-. Biaya overhead pabrik dibebankan 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Pada akhir Januari pesanan no. 17
belum selesai (dalam proses) dengan perincian biaya bahan baku Rp1.400.000,- dan biaya tenaga kerja lansung Rp900.000,-.
Dari data di atas, maka perhitungan atas harga pokok pabrik dari barang jadi adalah sejumlah ….
A. Rp35.950.000,-
B. Rp38.000.000,-
C. Rp40.300.000,-
D. Rp43.950.000,-
18. Berdasarkan data no.17, bila pesanan no, 15 walaupun telah selesai namun belum diambil pemesannya dengan total biaya
A. Rp35.950.000,-
B. Rp38.300.000,-
C. Rp40.000.000,-
D. Rp41.950.000,-
19. PT. Bintang Terang menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam kerja
langsung (JKL). Tarif BOP Rp 2,5 /jam, biaya bahan baku yang dipakai oleh pesanan no.10 Rp25.000,- dan pesanan no. 11
Rp15.000,-. Total biaya tenaga kerja langsung untuk pesanan no. 10 Rp50.000,- dan pesanan no. 11 Rp40.000,-, tarif upah
langsung Rp5,- per jam. Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp45.000,- . Pesanan no.10 berisi 200 unit dan pesanan no. 11
berisi 400 unit semuanya telah selesai. Besarnya harga pokok pesanan no.10 adalah …. (pembulatan)
A. Rp75.000,-
B. Rp100.000,-
C. Rp117.000,-
D. Rp125.000,-
20. Dari data no. 19, besarnya harga pokok per unit pesanan no.11 adalah …. (pembulatan)
A. Rp137,50,-
B. Rp162,50,-
C. Rp193,75,-
D. Rp212,75,-
21. Menurut perilaku dalam hubungannya dengan volume produksi, biaya overhead pabrik digolongkan menjadi ….
C. biaya overhead pabrik langsung departemen dan biaya overhead pabrik tak langsung departemen
D. biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik semi variabel
A. anggaran perusahaan
B. kapasitas produksi
A. kapasitas pabrik untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu
B. kapasitas teoritis di kurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern
perusahaan
C. kemampuan perusanaan untuk mem-produksi dan menjual produknya dalam jangka panjang
D. kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang
25.Taksiran BOP : Taksiran Jam Tenaga kerja langsung = Tarif BOP per jam kerja langsung
Rumus di atas digunakan untuk menghitung tarif BOP jika menggunakan dasar pembebanan ….
C. jam mesin
26. Bagi perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis barang, metode yang cocok digunakan untuk membebankan biaya
A. satuan produk
B. jam mesin
27. PT. “Jaya” berproduksi atas dasar pesanan, dan BOP dibebankan pada produk atas dasar jam kerja langsung. Kapasitas
normal satu bulan 20.000 jam kerja langsung. Sedang tarif BOP Rp100,- (Rp60,- tarif variabel dan Rp40,- tarif tetap). Bulan
September 2003 di kerjakan pesanan no. 031, 032 dan 033. Jam kerja langsung yang diserap untuk pesanan no. 031 sebesar 8.000
jam, pesanan 032 sebesar 5.000 jam dan pesanan no. 033 sebesar 6.000 jam. Biaya overhead pabrik yang se-sungguhnya terjadi
pada bulan September 2003 sebesar Rp1.925.000,-. Dari data di atas selisih budget sebesar ….
A. Rp15.000,- (R)
B. Rp15.000,- (L)
C. Rp25.000,- (R)
D. Rp25.000,- (L)
A. Rp40.000,- (R)
B. Rp40.000,- (L)
C. Rp100.000,- (R)
D. Rp100.000,- (L)
29. Jika selisih BOP diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening harga pokok penjualan, maka harga pokok
A. bertambah Rp40.000,-
B. berkurang Rp40.000,-
C. bertambah Rp25.000,-
D. berkurang Rp25.000,-
30. Apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya di nikmati oleh departemen produksi saja maka metode
A. alokasi langsung
B. alokasi kontinyu
C. aljabar
31. Data biaya dan produksi hasil survey suatu perusahaan sebagai berikut:
Rp41.500.000,- 4.000
Data lain:
BOP tak langsung di perkirakan berjumlah Rp3.000.000,- untuk tahun anggaran tersebut, yaitu biaya depresiasi gedung yang
didis-tribusikan ke departemen yang menikmatinya atas dasar luas lantai. Depertemen R & P dialokasikan atas dasar jam kerja
pemeliharaan, biaya listrik atas dasar Kwh dan Kafe atas dasar jumlah karyawan. Hitunglah BOP departemen produksi I setelah
A. Rp17.900.000,-
B. Rp20.000.000,-
C. Rp21.800.000,-
D. Rp22.400.000,-
32. Dari data di atas maka BOP departemen produksi II setelah mendapat alokasi langsung dari departemen pembantu adalah
….
A. Rp22.400.000,-
B. Rp24.400.000,-
C. Rp25.600.000,-
D. Rp26.600.000,-
33. Tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead pabrik departemen pembantu kepada departemen produksi, baik
A. distribusi
B. alokasi
C. pembebanan
D. tunggal
34. Biaya overhead pabrik baik langsung maupun tidak langsung dari departemen-departemen pembantu maupun departemen
Rp2.000.000,-
Pembantu
100% 100%
X
Rp19.630.000,-
Dengan menggunakan metode aljabar untuk alokasi BOP, maka jumlah BOP departemen Y (setelah menerima alokasi BOP dari
departemen X) adalah ….
A. Rp2.900.000,-
B. Rp3.380.000,-
C. Rp4.250.000,-
D. Rp4.500.000,-
35. Dari data soal no. 34, maka jumlah BOP departemen pembantu X (setelah menerima alokasi dari departemen Y) adalah ….
A. Rp2.900.000,-
B. Rp3.380.000,-
C. Rp4.250.000,-
D. Rp4.500.000,-
36. Salah satu karakteristik metode urutan alokasi yang diatur adalah ….
B. alokasi BOP departemen pembantu diatur urutannya sehingga arus alokasi biaya menuju ke satu arah
C. BOP yang jasanya paling banyak dipakai departemen lain dialokasikan belakangan
D. departemen pembantu yang paling banyak menerima jasa dari departemen pembantu lain di alokasikan pertama
37. PT. “Bintang Terang” mempunyai 4 departemen produksi A, B, C dan D, dan 3 departemen pembantu x, y, z. BOP langsung
untuk tahun 2003 adalah sebagai berikut: dept A Rp100.000,- dept B Rp140.000,-, dept C Rp40.000,-, Dept D Rp80.000,-, Dept
x Rp30.000,- dept y Rp50.000,- dan dept z Rp60.000,-. BOP departemen pembantu dialokasikan sebagai berikut: Dept z
dialokasikan pada x dan y serta departemen produksi atas dasar luas lantai Dept y di alokasikan pada dept x dan departemen
produksi atas dasar jumlah karyawan, Departemen x dialokasikan pada departemen-departemen produksi atas dasar cost,
Luas
Jumlah Cost Data
Dept lantai
2 karyawan equitment produksi
m
Y 20.000
Dari data tersebut hitunglah BOP departemen A setelah mendapat alokasi dari departemen pembantu dengan metode alokasi
A. Rp73.700,-
B. Rp95.600,-
C. Rp145.500,-
D. Rp185.200,-
38. Berdasarkan data soal No. 37, hitunglah tarif BOP departemen C …. (pembulatan)
39. Apabila bahan baku dibeli secara impor dan di kirim lewat laut dengan Cost and Freight maka ….
40. PT. DONO menganggarkan biaya angkutan untuk tahun anggaran 2003 sebesar Rp55.000.000,-. Dalam tahun anggaran
tersebut diperkirakan harga faktur bahan baku yang akan dibeli sebesar Rp550.000.000,-. Data realisasi anggaran tersebut dalam
Kas Rp55.000.000,-
Kas Rp60.000.000,-
41. Berikut yang merupakan catatan persediaan bahan yang di selenggarakan di bagian Akuntansi Persediaan adalah ….
A. kartu persediaan
B. kartu gudang
C. kartu barang
beli adalah ….
A. bagian pembelian
B. bagian penerimaan
C. bagian gudang
D. bagian pemasaran
A. identifikasi kusus
C. mutasi persediaan
D. biaya standar
44. Tangal 5 Februari beli bahan B sebanyak 400 unit @ Rp30,-,tanggal 10 Februari beli bahan B sebanyak 600 unit @ Rp50,-,
tanggal 15 Februari bahan dipakai 900 unit. Jika menggunakan metode FIFO, maka biaya bahan yang dipakai adalah ….
A. Rp37.000,-
B. Rp37.800,-
C. Rp39.000,-
D. Rp45.000,-
45. Dari data nomor 44, jika digunakan metode LIFO, maka biaya bahan yang dipakai adalah ….
A. Rp37.000,-
B. Rp39.000,-
C. Rp45.000,-
D. Rp67.500,-
46. Dari data nomor 44, jika digunakan metode rata-rata bergerak, maka biaya bahan baku yang dipakai adalah ….
A. Rp37.800,-
B. Rp39.000,-
C. Rp45.000,-
D. Rp67.500,-
47. Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah di tetapkan, yang secara ekonomis dapat diperbaiki menjadi produk
A. sisa bahan
B. produk cacat
C. produk rusak
D. produk sampingan
48. Jika kerugian akibat adanya produk rusak di bebankan kepada produksi secara keseluruhan, rekening yang di debit untuk
49. PT. Danar berproduksi atas dasar pesanan, kapasitas normal perusahaan adalah 75.000 jam kerja langsung satu bulan.
c. Tarip BOP di bebankan atas dasar jam kerja langsung dengan tarip tetap Rp20,- per jam dan tarif variabel Rp30,- per jam.
Bila dalam bulan Mei 2003 terdapat selisih kapasitas sebesar Rp100.000,- (laba) dan selisih budget Rp25.000,- (rugi).
Dari data tersebut hitunglah BOP yang sesungguhnya ….
A. Rp3.875.000,-
B. Rp3.925.000,-
C. Rp4.000.000,-
D. Rp4.100.000,-
50. Dari data no.49, jika dalam bulan Mei 2003 di kerjakan satu pesanan, yaitu pesanan no. 54 sebanyak 50.000 unit. Karena
sulitnya pengerjaan pesanan no. 54 sebagian rusak dalam proses produksi sehingga harus dimasukkan proses sebanyak 60.000
unit. Produk pesanan no. 54 yang rusak dapat di jual Rp200,- per unit.
A. Rp10.000.000,-
B. Rp14.000.000,-
C. Rp16.000.000,-
D. Rp18.000.000,-
51. Catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran karyawan dalam perusahaan disebut ….
A. kartu hadir
52. Menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan manufaktur, biaya tenaga kerja di bagi menjadi beberapa golongan
berikut ini ….
A. biaya tenaga kerja departemen akuntansi, departemen personalia, dan biaya tenaga kerja departemen pemasaran
B. biaya tenaga kerja produksi, administrasi dan umum, dan biaya tenaga kerja pemasaran
C. biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung
53. Menurut penyelidikan dibutuhkan waktu 10 menit untuk membuat 1 unit produk, maka jumlah keluaran standar per jam
adalah 6 unit. Jika upah pokok sebesar Rp1.200 per jam maka tarif upah per satuan adalah Rp200,-. Karyawan tidak dapat
menghasilkan jumlah standar per jam, tetap mendapat upah Rp1.200,-. Hitunglah upah karyawan yang dapat menghasilkan 8 unit
per jam ….
A. Rp1.200,-
B. Rp1.400,-
C. Rp1.600,-
D. Rp1.800,-
54. Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam seminggu, maka berhak menerima uang lembur dan premi
lembur. Premi lembur dihitung sebesar 50% dari tarif upah. Jika tarif upah Rp5.000,- per jam dan seorang karyawan bekerja 42
A. Rp200.000,-
B. Rp205.000,-
C. Rp210.000,-
D. Rp215.000,-
55. PT. RIYAN memproses produk melalui 2 Departemen yaitu departemen A dan Departemen B. Dalam bulan Januari 2004
Dept A Dept B
Keterangan
Produk
—
dalam proses —
akhir
10.000 unit
15.000 unit
penyel 80%
bhn 60%
konversi Rp680.000,- 10.000 unit
Produk
hilang awal Rp660.000,-
proses
Biaya bahan
Biaya tanaga
kerja
Biaya
overhead
pabrik
Dari data tersebut maka hitunglah unit ekuivalensi produksi untuk biaya tenaga kerja pada departemen A ….
A. 48.000
B. 54.000
C. 66.000
D. 70.000
56. Dari soal no 55, biaya produksi per unit untuk departemen A adalah ….
A. Rp40,-
B. Rp50,-
C. Rp60,-
D. Rp70,-
57. Dari soal no 55, ekuivalensi produksi biaya bahan departemen B adalah ….
A. 46.000
B. 48.000
C. 66.000
D. 68.000
58. PT. ANJAR memproduksi satu jenis barang melalui 2 departemen yaitu Dept I dan Dept II. Data biaya dan produksi untuk
penyelesaian
Rp2.200.000,-
100% bhn, ½ Rp800.000,-
konversi
Rp2.120.000,-
Rp980.000,-
penyelesaian
100% bhn, 1/3
konversi Rp1.060.000,-
Rp490.000,-
Produk hilang
akhir proses
Data biaya:
bahan
upah
overhead
pabrik
Dari data tersebut hitunglah unit ekuivalensi biaya bahan untuk Dept I ….
A. 49.000
B. 50.000
C. 53.000
D. 55.000
59. Dari data soal no. 58, biaya produksi per unit Dept I adalah ….
A. Rp100,-
B. Rp150,-
C. Rp200,-
D. Rp250,-
60. Dari data soal no 58, unit ekuivalensi biaya tenaga kerja untuk Dept II adalah ….
A. 47.000
B. 49.000
C. 53.000
D. 55.000
Mulyadi
R.A. Supriyono
ISBN : 9796895706
DDC : 657.48
Mata kuliah ini membahas proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian informasi biaya untuk menentukan
harga pokok produksi, baik menggunakan metode harga pokok pesanan, metode biaya standar maupun menggunakan metode
harga pokok proses pada perusahaan manufaktur, konsep activity based costing. Prasyarat: EKMA4115 (Pengantar Akuntansi).
Mata kuliah Akuntansi Biaya (EKMA4315) ini membahas proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian
informasi biaya, untuk menentukan harga pokok produksi baik dengan metode harga pokok pesanan maupun harga pokok proses
dengan sistem biaya penuh (full costing), sistem biaya standar maupun sistem biaya variabel (variable costing). Informasi biaya
di sini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Untuk metode harga pokok proses dibahas
dengan berbagai variasi, seperti adanya persediaan awal proses, produk hilang awal proses dan produk hilang akhir proses serta
hal-hal yang terjadi selama proses produksi, seperti produk rusak, produk cacat dan produk sampingan dengan berbagai
perlakuan akuntansinya. Dengan usaha yang serius dari Anda untuk mempelajari BMP ini akan membantu dalam memahami
sehingga dapat menghitung dan membuat laporan harga pokok produksi secara benar.
Modul 1 mengenai Akuntansi Biaya dan Pengertian Biaya. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan
pengertian akuntansi biaya, objek yang menjadi sasaran akuntansi biaya dan berbagai pengertian dasar mengenai biaya.
Modul 2 mengenai Metode Harga Pokok Pesanan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan dan
menghitung metode pengumpulan biaya dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan.
Modul 3 mengenai Biaya Overhead Pabrik. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menghitung tarif biaya overhead
pabrik dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi.
Modul 4 mengenai Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menghitung
tarif biaya overhead pabrik dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui lebih dari satu departemen produksi.
Modul 5 mengenai Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan
Modul 6 mengenai Metode Harga Pokok Proses Pengantar. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan
metode pengumpulan biaya produksi dan menghitung biaya produksi serta menyusun laporan biaya produksi dalam perusahaan
Modul 7 mengenai Metode Harga Pokok Proses Lanjutan. Tujuan pokok bahasan ini agar Anda mampu menjelaskan metode
pengumpulan biaya produksi dan menghitung biaya produksi serta menyusun laporan biaya produksi dalam perusahaan yang
berproduksi secara massal dengan memperhitungkan adanya produk dalam proses pada awal periode dan memperhitungkan
Modul 8 mengenai Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar
Anda mampu menjelaskan dan menghitung biaya bersama, produk bersama dan produk sampingan serta perlakuan akuntansinya.
Modul 9 mengenai Sistem Biaya Standar dan Penentuan Harga Pokok Variabel. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda
mampu menghitung biaya standar, menjelaskan biaya standar sebagai alat pengendalian biaya dan penilaian prestasi manajer juga
dapat membedakan metode penentuan harga pokok penuh dan harga pokok variabel, menyajikan informasi yang disusun
berdasarkan metode harga pokok variabel, serta mengetahui keunggulan dan kelemahan harga pokok variabel.
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian akuntansi biaya serta kedudukan akuntansi
biaya dalam akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen, menghitung dan membuat laporan harga pokok produksi dengan
metode harga pokok pesanan maupun metode harga pokok proses, sistem biaya standar, sistem biaya penuh maupun sistem biaya
variabel.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami Buku Materi Pokok mata kuliah ini, berikut ini disampaikan desain instruksional
yang menggambarkan tujuan dari instruksional tiap topik bahasan dan kompetensi-kompetensi pendukung yang harus Anda
RANGKUMAN
Secara garis besar akuntansi dapat dibagi menjadi dua tipe pokok, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Akuntansi keuangan menghasilkan informasi terutama untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, sedangkan akuntansi manajemen
menghasilkan informasi terutama untuk memenuhi kebutuhan para manajer dari berbagai jenjang organisasi.
Oleh karena perbedaan karakteristik pemakai informasinya, akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen mempunyai
perbedaan karakteristik. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan mencakup perusahaan secara keseluruhan,
berorientasi pada masa yang lalu, mempunyai rentang waktu yang kurang fleksibel, dibatasi oleh prinsip akuntansi yang lazim,
ringkas, teliti, sama sekali tidak menyangkut aspek perilaku manusia dalam organisasi, serta bersumber pada ilmu ekonomi.
Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen mencakup bagian dari perusahaan, berorientasi pada masa yang akan
datang, mempunyai rentang waktu yang fleksibel tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang lazim, terinci, memiliki unsur
taksiran yang besar, berhubungan langsung dengan perilaku manusia dalam organisasi, dan bersumber pada ilmu ekonomi dan
psikologi sosial.
Pemahaman karakteristik kedua tipe akuntansi tersebut akan membantu Anda memahami karakteristik akuntansi biaya.
Kegiatan Belajar 2: Akuntansi Biaya Merupakan Bagian Dari Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Manajemen
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau
Akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya untuk memenuhi berbagai macam tujuan. Untuk tujuan penentuan harga pokok
produk, akuntansi biaya menyajikan biaya yang telah terjadi di masa yang lalu. Untuk tujuan pengendalian biaya, akuntansi biaya
menyajikan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian menyajikan
analisis terhadap penyimpangannya. Untuk tujuan pengambilan keputusan khusus, akuntansi biaya menyajikan biaya yang
relevan dengan keputusan yang akan diambil, dan biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus ini selalu
Akuntansi biaya dapat berperan sebagai bagian dari akuntansi keuangan. Dalam hal ini, akuntansi biaya harus memenuhi
karakteristik akuntansi keuangan seperti yang telah dibahas dalam Kegiatan Belajar 1. Akuntansi biaya dapat pula berperan
sebagai bagian dari akuntansi manajemen. Dalam hal ini, akuntansi biaya harus memenuhi karakteristik akuntansi manajemen,
Biaya merupakan objek yang diproses oleh akuntansi biaya. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Tidak semua pengorbanan sumber ekonomi disebut dengan istilah biaya. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan
pengorbanan sumber ekonomi, baik yang sudah terjadi maupun yang secara potensial akan terjadi adalah harga pokok dan rugi.
Kegiatan Belajar 4: Struktur Organisasi Dan Proses Produksi Suatu Perusahaan Manufaktur
Akuntansi biaya dapat diterapkan baik dalam perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Dalam Modul 1 sampai dengan
Modul 9, akuntansi biaya yang akan dibahas adalah akuntansi biaya yang diterapkan dalam perusahaan manufaktur.
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan memasarkan
hasil produksinya tersebut. Ada tiga fungsi pokok dalam organisasi perusahaan manufaktur: fungsi produksi, fungsi pemasaran
Bagian-bagian yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi produksi di bagi menjadi dua kelompok: bagian-bagian yang mengolah
secara langsung bahan baku menjadi produk jadi dan bagian-bagian yang membantu menyediakan jasa untuk memperlancar
proses pengolahan bahan baku departemen-departemen produksi dan kelompok kedua disebut departemen-departemen pembantu
(jasa).
Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya sesuai dengan kebutuhan pemakai. Pengelompokan biaya
yang paling sederhana dan paling mendasar, yang selalu dilakukan oleh setiap perusahaan adalah pengelompokan biaya menurut
objek pengeluaran. Biaya dapat dikelompokkan menurut fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan, menurut hubungan biaya
dengan sesuatu yang dibiayai, menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dan menurut jangka
waktu manfaatnya.
Secara garis besar proses pengolahan produk dalam perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: proses
produksi berdasar pesanan dan proses produksi massa. Perusahaan yang proses produksinya berdasar pesanan mengumpulkan
biaya produksinya dengan metode harga pokok pesanan. Perusahaan yang proses produksinya berupa produksi massa
Laporan laba-rugi perusahaan manufaktur dan laporan laba-rugi perusahaan dagang berbeda elemen yang tercantum di dalamnya.
Secara garis besar sistem akuntansi biaya dibagi menjadi tiga, yaitu (1) sistem biaya sesungguhnya, (2) sistem biaya normal, dan
(3) sistem biaya standar. Sistem biaya sesungguhnya adalah sistem pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya sesungguhnya. Sistem biaya normal adalah sistem pembebanan biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada produk berdasar biaya sesungguhnya, sedangkan biaya overhead pabrik
berdasar tarif yang ditentukan di muka. Sistem biaya standar adalah sistem pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya seharusnya.
Perusahaan dapat menggunakan dua metode costing yaitu: (1) metode costing penuh, dan (2) metode costing variabel. Metode
costing penuh memasukkan semua biaya produksi ke dalam biaya produk, sedangkan metode costing variabel hanya
memasukkan biaya produksi variabel ke dalam biaya produk. Metode costing penuh menggunakan pendekatan fungsional untuk
menyusun laporan laba-rugi, sedangkan metode costing variabel menggunakan pendekatan variabilitas. Metode costing penuh
digunakan oleh pihak eksternal, sedangkan metode costing variabel banyak digunakan oleh pihak internal perusahaan.
Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan mengikuti siklus kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan. Siklus kegiatan
perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut, diakhiri dengan
penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya juga dimulai dengan pencatatan
harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang yang dijual. Siklus perusahaan jasa
dimulai dengan persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Dalam perusahaan tersebut,
siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya harga pokok
jasa yang diserahkan. Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir
dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan
harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsikan untuk produksi serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produksinya sesuai dengan spesifikasi pemesan, dan proses
produksinya terputus-putus untuk memenuhi pesanan. Karakteristik kegiatan perusahaan ini menentukan karakteristik metode
harga pokok pesanan yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi dalam perusahaan tersebut.
Akuntansi biaya banyak sekali menggunakan rekening pembantu yang diawasi dengan membentuk rekening kontrol biaya dalam
buku besar. Rekening kontrol yang digunakan untuk menampung biaya produksi adalah rekening-rekening: Barang dalam Proses,
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan. Rekening kontrol untuk menampung biaya
nonproduksi adalah rekening-rekening: Biaya Administrasi dan Umum dan Biaya Pemasaran. Untuk merinci biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu digunakan kartu harga pokok produk, yang berfungsi sebagai rekening
pembantu rekening Barang dalam Proses yang terdapat dalam buku besar.
Kegiatan Belajar 3: Metode Harga Pokok Pesanan
Dalam metode harga pokok proses, biaya produksi dibagi menjadi dua kelompok: biaya produksi langsung dan biaya produksi
tak langsung.
Biaya produksi langsung dibebankan kepada pesanan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi
tak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Untuk mencatat biaya produksi, baik yang
langsung maupun tak langsung, di dalam buku besar disediakan rekening Barang Dalam Proses. Untuk merinci biaya produksi
yang dicatat dalam rekening Barang Dalam Proses tersebut, dibentuk rekening pembantu berupa Kartu Harga Pokok.
Perusahaan yang melaksanakan aktivitas suatu produk akan dibebani biaya overhead pabrik di samping biaya-biaya lain yang
lebih penting. Hal ini biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik menurut sifatnya dapat dikelompokkan menjadi
beberapa golongan, yaitu biaya bahan penolong, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya tenaga kerja tak langsung, beban biaya
yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, beban biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, dan biaya
overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
Apabila ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan maka
biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu biaya overhead pabrik tetap, Biaya overhead pabrik variabel,
Adapun unsur biaya overhead pabrik yang bersifat semivariabel dalam keperluan penentuan tarif dan pengendalian biaya, hal ini
dapat dipecah menjadi dua yaitu: biaya tetap dan biaya variabel.
Perusahaan di samping memiliki departemen produksi, juga mempunyai departemen-departemen pembantu. Dari hubungan antar
departemen yang ada dalam pabrik maka biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya overhead pabrik
Dalam perusahaan yang produksinya berdasar pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka. Alasan penggunaan tarif yang ditentukan di muka untuk memperhitungkan biaya overhead pabrik ke dalam
harga pokok produk adalah kebutuhan manajemen akan informasi harga pokok produk yang tidak dipengaruhi oleh adanya:
perubahan tingkat kegiatan produksi yang bersifat sementara, perubahan tingkat efisiensi produksi, terjadinya biaya overhead
yang bersifat sporadik, dan adanya biaya overhead yang terjadinya hanya pada saat-saat tertentu saja. Di samping itu, dalam
perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produk per satuan pada saat
pesanan selesai dikerjakan, sedangkan beberapa elemen biaya overhead pabrik ada yang baru dapat diketahui jumlahnya dengan
pasti pada akhir periode. Dengan demikian, penggunaan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka untuk
Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik, yaitu menyusun anggaran biaya overhead
pabrik, memilih dasar pembebanan, dan menghitung tarif biaya overhead pabrik. Dasar yang dapat dipakai sebagai dasar
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk adalah satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam
Kegiatan Belajar 3: Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Dan Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
Setelah tarif biaya overhead pabrik ditentukan, produk yang diproduksi dalam tahun anggaran dibebani biaya overhead pabrik
dengan tarif tersebut. Dalam tahun anggaran tersebut dikumpulkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Pada akhir
tahun, biaya overhead yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi. Selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan tarif dengan biaya
overhead yang sesungguhnya terjadi dianalisis menjadi dua macam selisih: selisih anggaran dan selisih kapasitas. Selisih tersebut
pada akhir tahun diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan atau
Kegiatan Belajar 1: Langkah-Langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Per Departemen
Untuk pengendalian biaya dan penentuan harga pokok produk secara teliti, perlu diadakan departementalisasi biaya overhead
pabrik dan ditentukan tarif biaya overhead pabrik per departemen produksi. Penentuan tarif biaya overhead pabrik per
departemen ini sangat diperlukan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, yang produknya diolah melalui lebih
dari satu departemen produksi. Pada dasarnya penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen tidak berbeda langkahnya
dengan penentuan tarif tunggal untuk seluruh pabrik. Masalah yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan tarif biaya
overhead pabrik per departemen adalah alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen pembantu lainnya
dan ke departemen produksi. Secara garis besar alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi
dapat dikelompokkan menjadi dua macam: metode alokasi langsung dan metode alokasi bertahap. Metode alokasi langsung
dibahas dalam Kegiatan Belajar 1 ini, sedangkan metode alokasi bertahap dibahas dalam Kegiatan Belajar 2 dan Kegiatan Belajar
3.
Kegiatan Belajar 2: Metode Alokasi Bertahap Yang Memperhitungkan Jasa Timbal Balik Antardepartemen Pembantu
Dalam Kegiatan Belajar 2 ini Anda telah mempelajari bagaimana mengalokasikan biaya overhead pabrik dengan
memperhitungkan jasa timbal balik yang dikonsumsi oleh departemen pembantu. Metode yang digunakan untuk
memperhitungkan transfer jasa timbal balik antardepartemen pembantu tersebut adalah metode alokasi kontinu dan metode
aljabar. Dua metode tersebut akan menjamin perhitungan tarif alokasi biaya departemen pembantu yang lebih teliti. bila
dibandingkan Dengan metode alokasi langsung yang telah Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 1.
Kegiatan Belajar 3: Metode Alokasi Bertahap Yang Tidak Memperhitungkan Transfer Jasa Timbal Balik
Antardepartemen Pembantu
Dalam Kegiatan Belajar 3 Anda telah mempelajari secara lengkap mengenai bagaimana mengalokasikan biaya overhead pabrik
departemen pembantu ke departemen pembantu lain dan departemen produksi tanpa memperhitungkan jasa timbal balik
antardepartemen pembantu, perhitungan tarif biaya overhead per departemen produksi, perhitungan pembebanan lebih atau
kurang biaya overhead pabrik. Dengan demikian Anda telah mempelajari secara lengkap saluran aspek akuntansi biaya overhead
pabrik dan sudah siap untuk mempelajari akuntansi elemen harga pokok produk yang lain, yang akan saya sajikan dalam Modul 5
MODUL 5
Kegiatan Belajar 1: Elemen Biaya yang Membentuk Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Menurut prinsip akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya
dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan elemen harga pokok bahan baku yang dibeli. Harga pokok bahan baku terdiri dari
harga beli yang tercantum dalam faktur dari penjual ditambah biaya angkutan, biaya-biaya pembelian lain serta biaya yang
dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.
Biaya angkutan dapat diperlakukan dengan dua cara; diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli atau
diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik. Biaya angkutan diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang dibeli dengan dasar perbandingan kuantitas, perbandingan harga faktur atau dengan tarif yang ditentukan di muka.
Dalam memperhitungkan biaya-biaya unit organisasi yang terkait dalam perolehan bahan baku, perusahaan membuat tarif
pembebanan biaya pembelian untuk dibebankan kepada bahan baku yang dibeli.
Kegiatan Belajar 2: Penentuan Harga Pokok Bahan Baku Yang Dipakai Dalam Produksi
Bahan baku yang disimpan di gudang berasal dari berbagai pembelian, yang kemungkinan besar mempunyai harga per satuan
yang berbeda dari pembelian yang satu ke pembelian yang lain. Hal ini menimbulkan masalah pemilihan harga pokok per satuan
bahan baku yang dipakai dalam produksi, metode penentuan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi adalah: metode
identifikasi khusus, metode rata-rata bergerak, MTKP, metode biaya standar, metode rata-rata harga pokok bahan baku pada
akhir bulan.
Pencatatan persediaan bahan baku dapat dilakukan dengan metode mutasi persediaan atau metode persediaan fisik.
Sisa bahan merupakan bahan baku yang rusak dalam proses produksi sehingga tidak dapat menjadi bagian produk jadi. Jika sisa
bahan tidak mempunyai nilai jual, akibat yang ditimbulkan adalah harga pokok per satuan produk jadi menjadi lebih tinggi. Jika
sisa bahan masih mempunyai nilai jual, masalah yang timbul adalah bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan
tersebut. Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku pesanan yang menghasilkan sisa
bahan tersebut, sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi atau sebagai pendapatan di luar usaha.
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat
diperbaiki menjadi produk yang baik. Masalah akuntansi yang timbul dari adanya produk rusak adalah bagaimana
memperlakukan kerugian yang timbul dari adanya produk rusak tersebut. Kerugian adanya produk rusak dapat dibebankan
kepada pesanan yang menghasilkannya atau diperhitungkan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, namun dengan mengeluarkan biaya
pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi
yang baik. Masalah akuntansi yang timbul dari adanya produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya pengerjaan kembali
produk cacat tersebut. Biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan kepada pesanan yang menghasilkan produk
Dalam perusahaan biaya tenaga kerja digolongkan dengan berbagai macam cara: menurut fungsinya pokok dalam perusahaan,
menurut kegiatan bagian-bagian dalam perusahaan, menurut jenis pekerjaan, dan menurut hubungannya dengan produk atau jasa
yang dihasilkan.
Akuntansi biaya tenaga kerja melalui empat tahap: pencatatan distribusi biaya tenaga kerja, pencatatan utang upah, pencatatan
pembayaran upah kepada karyawan yang berhak, dan penyetoran pajak penghasilan karyawan ke Kas Negara.
Kegiatan Belajar : Metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan produk dalam proses awal
Metode harga pokok proses diterapkan untuk mengolah informasi biaya produksi dalam perusahaan yang produksinya dilakukan
secara massa. Metode harga pokok proses berbeda dengan metode harga pokok pesanan dalam hal pengumpulan biaya produksi,
perhitungan harga pokok per satuan, klasifikasi biaya produksi, pengelompokan biaya yang dimasukkan dalam elemen biaya
overhead pabrik.
Masalah pokok yang terdapat dalam metode harga pokok proses adalah bagaimana menentukan harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke Departemen produksi berikutnya atau ke gudang dan bagaimana menentukan harga pokok produk yang pada akhir
periode masih dalam proses di suatu departemen untuk menentukan harga pokok tersebut, diperlukan perhitungan biaya produksi
per satuan produk yang dihasilkan oleh suatu departemen untuk menghitung biaya per satuan produk yang dihasilkan oleh suatu
departemen, perlu ditentukan unit ekuivalensi. Unit ekuivalensi ini dipengaruhi oleh jumlah produk selesai yang ditransfer ke
departemen pada akhir periode, dan ada tidaknya produk yang hilang dalam proses
MODUL 7 : METODE HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
Harga pokok produk dalam proses awal menimbulkan masalah penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer dari suatu
departemen ke departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Untuk mengatasi masalah tersebut ada dua metode penentuan
harga pokok: metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama, ke luar pertama.
Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang, tiap elemen harga pokok yang melekat pada produk dalam proses dijumlahkan
dengan elemen biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang untuk menghitung harga pokok rata-rata tertimbang.
Kemudian, harga pokok rata-rata tertimbang ini dikaitkan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer ke departemen
Dalam metode masuk pertama ke luar pertama, harga pokok produk dalam proses awal merupakan harga pokok pertama yang
membentuk harga pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Tambahan bahan baku di departemen setelah departemen produksi yang pertama mempunyai dua kemungkinan: menambah
jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersangkutan atau tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam
departemen yang bersangkutan. Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen
yang bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan dalam departemen
tersebut. Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersangkutan, tambahan
bahan baku tersebut akan berakibat terhadap penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen
sebelumnya dan tambahan biaya bahan baku per satuan dalam departemen setelah departemen produksi pertama.
Untuk kepentingan penentuan penghasilan dan perhitungan harga pokok persediaan, biaya bersama perlu dialokasikan kepada
produk bersama. Empat, metode alokasi biaya bersama kepada produk bersama adalah: metode nilai jual relatif, metode satuan
fisik, metode rata-rata biaya per satuan, dan metode rata-rata tertimbang. Oleh KARENA produk sampingan merupakan produk
yang mempunyai nilai jual relatif jauh lebih rendah dibandingkan dengan produk utamanya maka ada dua kelompok metode
perlakuan terhadap produk sampingan. Kelompok metode yang pertama tidak berusaha untuk mengalokasikan biaya bersama
kepada produk sampingan karena rendahnya nilai jual produk sampingan tersebut, sedangkan kelompok metode kedua berusaha
Sistem biaya standar merupakan proses untuk menentukan biaya di muka yang mencerminkan biaya yang seharusnya untuk
mengolah produk atau jasa, mengumpulkan biaya sesungguhnya, menghitung dan menganalisis selisih, serta perlakuan selisih
Beberapa manfaat yang diperoleh dengan pemakaian sistem biaya standar, antara lain untuk:
1. perencanaan kegiatan;
3. pengambilan keputusan;
4. pengendalian biaya;
Ada dua prosedur akuntansi biaya standar yakni pertama, metode rancangan tunggal (single plan) dan kedua, metode rancangan
Apabila menggunakan metode single plan maka ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. jika ada produk dalam proses awal maka produk tersebut dimasukkan kembali ke rekening barang dalam proses sebesar
standarnya;
2. biaya pada periode tersebut dimasukkan ke rekening barang dalam proses sebesar standarnya sehingga selisih biaya harus
3. adanya produk selesai dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk selesai sebesar
standarnya;
4. adanya produk dalam proses akhir periode dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk
Apabila digunakan metode partial plan maka ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. jika ada produk dalam proses awal maka produk tersebut dimasukkan kembali ke rekening barang dalam proses sebesar
standarnya;
2. biaya pada periode tersebut dimasukkan ke rekening barang dalam proses sebesar biaya sesungguhnya;
3. adanya produk selesai dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk selesai sebesar
standarnya;
4. adanya produk dalam proses akhir periode dipindahkan dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk
5. selisih biaya harus dihitung dan dianalisis pada akhir periode dari perbedaan sebelah debet dengan sebelah kredit rekening
Penentuan harga pokok variabel bermanfaat untuk pengendalian manajemen dalam jangka pendek, khususnya untuk
perencanaan, pembuatan keputusan, dan pengendalian. Metode harga pokok penuh memasukkan semua elemen biaya produksi,
baik tetap maupun variabel, ke dalam harga pokok produk. Metode harga pokok variabel hanya memasukkan elemen biaya
produksi variabel ke dalam harga pokok produk. Terdapat perbedaan antara metode harga pokok penuh dan harga pokok
variabel. Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari segi elemen harga pokok, besarnya harga pokok persediaan, susunan laporan
Kegiatan Belajar 4: Penerapan Metode Penentuan Harga Pokok dan Kelemahan Harga Pokok Variabel
Kegiatan Belajar 4 ini lebih menegaskan bahwa perbedaan laba antara metode harga pokok penuh dan metode harga pokok
variabel dipengaruhi oleh perbedaan volume produksi dengan volume penjualan atau perbedaan persediaan akhir dengan
persediaan awal. Perbedaan tersebut besarnya ditentukan oleh biaya produksi tetap satuan. Harga pokok persediaan pada metode
harga pokok penuh selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pada metode harga pokok variabel. Metode harga pokok variabel
mengandung beberapa kelemahan, yaitu untuk pelaporan pihak luar, pemisahan biaya tetap dan variabel, dan penyimpangan asas
pemanfaatan fasilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Garrison stay. H. (1982). Managerial Accounting, Concept for Planning, Control, Decision Making. Business Publications, Inc.
Mulyadi. (1980). Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produk. Edisi 3. BPFE.
R.A. Supriyono. (1999). Akuntansi Biaya Buku I: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi 2. Cetakan Ke XII
Yogyakarta: BPFE.
R.A. Supriyono. (1999). Soal dan Jawaban Akuntansi Biaya Bagian I. Yogyakarta: BPFE.
R.A. Supriyono. (1999). Akuntansi Biaya Buku II: Perencanaan, Pengendalian, serta Pembuatan Keputusan. Edisi 2.
Yogyakarta: BPFE.
R.A. Supriyono. (1999). Soal dan Jawaban Akuntansi Biaya Bagian II. Yogyakarta: BPFE.
Matz dan Usry. (1976). Cost Accounting: Planning and Control. Edisi 6, Chapter 22. USA: South Western Publishing Co.