BAB 3
ALUR BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
digabungkan dengan tenaga kerja langsung dan overhead pabrik ini disebuat Barang
Dalam Proses.
3. Tahap 3: Harga pokok produksi $104,000 dihitung dengan rumus: persediaan barang
awal ($6,000) ditambah total biaya produksi ($105,000) dikurangi sediaan barang
akhir ($7,000). Informasi harga pokok produksi ini selanjutnya digunakan untuk
menghitung sediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual. Sediaan barang jadi yang
tersedia untuk dijual diperoleh dari sediaan barang jadi awal ($22,000) ditambah
dengan sediaan barang jadi ($104,000), hasilnya $126,000.
4. Tahap 4: Untuk menghitung harga pokok penjualan: sediaan barang jadi yang siap
untuk dijual ($126,000) dikurangi dengan sediaan barang jadi akhir ($18,000),
hasilnya $108,000. Apabila diketahui penjualan sebsar $210,000 maka jumlah laba
kotor menjadi $102,000 ($210,000 - $108,000). Selanjutnya laba kotor dikurangi
dengan biaya periode sebesar $70,000 (seperti biaya pengembangan, biaya desain,
biaya pemasaran, biaya distribusi, biaya jasa konsumen), hasil laba bersih menjadi
$32,000.
C. Dokumen Transaksi
Dokumen transaksi untuk perusahaan manufaktur secara umum meliputi transaksi yang
menyangkut aktivitas produksi dan aktivitas penjualan hasil produksi. Dokumen transaksi
aktivitas penjualan perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak berbeda dengan transaksi
yang digunakan perusahaan jasa dan dagang. Dokumen transaksi yang menyangkut
aktivitas produksi pada umumnya merupakan dokumen transaksi internal, antara lain:
1. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang sebagai bukti transaksi
pemakaian bahan baku atau bahan pembantu dalam proses produksi.
2. Kartu jam kerja atau kartu tugas, daftar gaji dan upah sebagai bukti pemakaian
tenaga kerja dalam proses produksi.
3. Surat order produksi sebagai dokumen pelaksanaan pembuatan produk.
4. Laporan produk selesai sebagai dokumen pencatatan harga pokok yang
ditransfer
ke gudang produk jadi
*Catatan: Semua rekening yang dikredit dapat diganti dengan akun Biaya Overhead
Pabrik Dibebankan.
4. Prosedur pencatatan pemindahan produk selesai dari pabrik ke gudang produk jadi
Sediaan produk jadi Rp xxx
Barang dalam proses Rp xxx
Variasi dari jurnal-jurnal dasar di atas sangat dimungkinkan. Sepanjang perhitungan dan
pencatatan semua biaya mulai dari proses produksi hingga produk selesai dijual
menghasilkan perhitungan yang sama, perbedaan pencatatan jurnal tidak menjadi persoalan.
Alur prosedur pencatatan biaya produksi dapat digambarkan dalam hubungan akun-akun
buku besar seperti dibawah ini:
HPP
perusahaan manufaktur harga pokok penjualan belum dapat ditentukan sebelum harga
pokok produksi diketahui. Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi selama
satu siklus akuntansi biaya. Berikut ini adalah ilustrasi perhitungan harga pokok produksi:
PT HIMALAYA
Laporan Harga Pokok Produksi
untuk tahun 2017
Bahan Baku
Sediaan bahan baku awal 28,000,000
Pembelian 84,600,000
Bahan baku siap digunakan 112,600,000
Sediaan bahan baku akhir 18,000,000
Bahan baku yang digunakan 94,600,000
Tenaga kerja langsung 88,400,000
Overhead pabrik:
Bahan baku penolong 13,600,000
Supplies 6,400,000
Gaji mandor 15,200,000
Tenaga kerja tidak langsung 9,000,000
Asuransi 7,400,000
Penyusutan 14,800,000
Listrik dan air 10,200,000
Pemeliharaan 5,600,000
Teknik produksi 7,000,000
Total overhead pabrik 89,200,000
Jumlah biaya produksi 272,200,000
Sediaan barang dalam proses awal 42,000,000
Harga pokok barang siap diproduksi 314,200,000
Sediaan barang dalam proses akhir 38,000,000
Harga Pokok Produksi 276,200,000
Setelah harga pokok produksi diketahui maka harga pokok penjualan dapat dihitung dengan
menambahkan harga pokok produksi dengan sediaan barang jadi awal dikurangi sediaaan
barang jadi akhir. Berikut ini ilustrasinya:
PT HIMALAYA
Laporan Harga Pokok Penjualan
untuk tahun 2017
Setelah harga pokok penjualan diketahui dan ditandingkan (match) dengan penjualan maka
diperoleh laba kotor. Laba kotor dikurangi dengan biaya usaha akan menghasilkan laba
usaha. Selanjutnya jika ditambah dengan dengan pendapatan di luar usaha dan dikurangi
biaya di luar usaha serta pos-pos luar biasa dan pajak maka akan dihasilkan laba bersih.
Laporan laba rugi perusahaan manufaktur dapat disusun sebagai berikut:
PT HIMALAYA
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Untuk Tahun yang Berakhir 2017
Penjualan 600,000,000
Harga pokok penjualan 293,000,000
Laba kotor 307,000,000
Biaya penjualan 70,000,000
Biaya adm.&umum 85,000,000
Biaya bunga -5,000,000
Pajak final -22,200,000
127,800,000
Laba sebelum pajak 179,200,000
Pajak penghasilan -67,400,000
Laba periode berjalan 111,800,000
Catatan:
Seluruh laba periode berjalan dan laba komprehensif lain diatribusikan kepada
pemilik entitas
PT HIMALAYA
Laporan Perubahan Posisi Keuangan
31 Desember 2017
ASET
Aset Lancar
Kas 28,600,000
Deposito 7,000,000
Piutang 15,000,000
Persediaan 16,000,000
Biaya dibayar dimuka 2,500,000
Total Aset Lancar 69,100,000
Aset Tetap
Aset tetap 206,000,000
Properti investasi 47,000,000
Aset tidak berwujud 53,500,000
Aset pajak tangguhan 5,700,000
Total Aset tetap 312,200,000
Total Aset 381,300,000
Ekuitas
Modal saham 50,000,000
Laba ditahan 231,300,000
Jumlah Ekuitas 281,300,000
Total Liabilitas dan Ekuitas 381,300,000
PT HIMALAYA
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 2017
PT HIMALAYA
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Tahun yang Berakhir 2017
G. Jurnal Penutup
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur tidak jauh berbeda dengan jurnal penutup
pada perusahaan jasa maupun dagang. Hal yang membedakan pada jurnal penutup
perusahaan manufaktur adalah akun yang terkait dengan kegiatan produksi harus ditutup.
Akun “Ikhtisar Harga Pokok Produksi” digunakan untuk menutup semua akun yang ada
dalam laporan harga pokok produksi. Seperti telah dijelaskan di awal pada materi biaya
overhead pabrik (BOP), perusahaan manufaktur pada umumnya membuat estimasi BOP
sehingga pada akhir periode akan muncul perbedaan antara BOP yang dianggarkan
dengan BOP yang sesungguhnya. Akun BOP yang dianggarkan ini harus ditutup. Jurnal
penutup untuk transaksi tersebut adalah: