Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL KERJA PRAKTEK

Penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan


Soropadan Sebagai Produk Pengaturan Pemanfaatan Ruang serta Penataan Bangunan
dan Lingkungan di Kawasan Soropadan

Suatu kawasan yang merupakan bagian dari sebuah wilayah perkotaan dapat
memiliki pertumbuhan fisik yang pesat. Hal itu disebabkan adanya perkembangan
transportasi dan tuntutan kegiatan perekonomian. Seringkali, pertumbuhan tersebut tidak
selaras dan tidak serasi dengan lingkungannya, sehingga menyebabkan suatu kawasan yang
semula potensial mengalami degradasi menjadi tidak produktif.
Kawasan Soropadan Desa Condongcatur yang memiliki luas 47,80 ha termasuk
kedalam wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta. Kondisi tersebut berdampak terhadap
perkembangan Kawasan Soropadan yang berkembang dengan pesat, terutama dalam
bidang pendidikan, ekonomi serta perdagangan dan jasa. Sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sleman Tahun 2011 - 2031, Desa Condongcatur juga termasuk kedalam bagian dari sistem
Pusat Kegiatan Nasional,
Letak lokasi Kawasan Soropadan yang berada di bagian utara timur Kawasan
Perkotaan Yogyakarta, pemanfaatan ruang utamanya banyak digunakan sebagai kawasan
perdagangan dan jasa, sehingga Kawasan Soropadan identik dengan banyaknya bangunan-
bangunan tinggi yang tumbuh di sepanjang jalan lingkar utara (ring road utara) seperti
bangunan Hartono Mall, toko furniture Contempo, hotel Grand Sarila, hotel Grand Keisha,
bangunan ruko di timur Hartono Mall, kampus Mercu Buana, gereja GKI Gejayan, Gajah
Wong Resto dan jembatan merah. Kondisi tersebut yang menyebabkan munculnya
permasalahan terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan Soropadan
yang tidak selaras dengan lingkungan sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas di
kawasan tersebut.
Munculnya berbagai permasalahan itu, mengundang reaksi Pemerintah Kabupaten
Sleman untuk menyusun suatu produk yang digunakan sebagai pengaturan pemanfaatan
ruang serta penataan bangun dan lingkungan yakni dengan menyusun dokumen Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Soropadan. Dokumen RTBL Kawasan
Soropadan dapat menjadi perangkat pengendali pertumbuhan fisik kawasan dan
pemanfaatan lahan di kawasan yang bersangkutan. Penerapan peraturan RTBL yang tepat
di kawasan tersebut akan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap
sektor perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan
Soropadan ini diselesaikan dalam waktu 120 hari kalender sejak diterbitkannya surat
perintah mulai kerja (SPMK) oleh pemberi tugas yakni Dinas Pertanahan dan Tata Ruang
Kabupaten Sleman.
Adapun visi pengembangan dari dokumen RTBL Kawasan Soropadan yakni
“Perwujudan Kawasan Soropadan sebagai Kawasan Bisnis dan Perumahan Perkotaan yang
berorientasu pada Peningkatan Aspek Kenyamanan dan Pelestarian Lingkungan dengan
Dukungan Sistem Transportasi Terpadu serta Beridentitas”. Visi pembangunan yang telah
dihasilkan adalah perwujudan kawasan yang sarat akan karakteristik sosial budaya
setempat, dengan pendorong utama penggerak kawasan yaitu perdagangan dan jasa.
Selain itu, sebagai penanganan masalah setempat yang paling utama, transportasi, perlu
adanya peningkatan fungsi transportasi baik regional (komuter) maupun lokal yang juga
mampu menampung kegiatan penduduk dan memiliki ciri identitas yang kuat.
ARTIKEL KERJA PRAKTEK
Dalam mengatasi permasalahan yang ada, dilakukan beberapa langkah strategi
yang sesuai dengan visi pembangunan yakni:
1. Membangun konsep pencitraan kawasan dengan beberapa karakter umum
Kawasan Soropadan yang dikenal baik oleh masyarakat adalah sebagai kawasan
bisnis, dan berkaitan erat dengan pengembangan Kawasan Perkotaan
Yogyakarta dan Kawasan Perkotaan Depok.
2. Pengaturan aktifitas transportasi yang berhubungan dengan rencana
pembangunan kawasan dan penataan jalur-jalur transportasi untuk menghindari
kemacetan dan masalah transportasi lainnya
3. Pengembangan fungsi perekonomian untuk diarahkan pengembangan
potensinya, terutama terkait akan adanya rencana pengembangan kegiatan
berskala regional di Kabupaten Sleman dan DIY, sehingga memerlukan sebuah
pusat perekonomian yang tidak menimbulkan permasalahan baru.
4. Pengendalian pertumbuhan kawasan dengan cara menerapkan sebuah pedoman
yang menekankan pada arah perkembangan koridor jalan ini
5. Optimalisasi fungsi elemen-elemen perkotaan dengan memperhatikan fungsi
keruangan agar tidak menimbulkan dampak negatif

Anda mungkin juga menyukai