Jiptummpp GDL Luthfanyul 43487 2 Babi PDF
Jiptummpp GDL Luthfanyul 43487 2 Babi PDF
PENDAHULUAN
Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ
lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah
pada manusia berkisar antara 7%-10% dari berat badan normal, dengan jumlah sekitar 5
liter (Sloane, 2003). Proses pembentukan darah (hematopoiesis) pada manusia dapat
berpindah-pindah, sesuai dengan rentang usia. Pada usia 0-3 bulan intrauteri terbentuk di
Yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauteri terbentuk di hati dan lien,kemudian pada usia 4
bulan intrauteri sampai dewasa terjadi di sumsum tulang (Bakta, 2006). Darah tersusun
dari beberapa komponen yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
pelat darah (trombosit) yang terkandung didalam plasma (Tjay & Rahardja, 2007).
Plasma darah mengandung sebagian besar air, elektrolit dan protein, plasma
darah merupakan komponen terbanyak sekitar 45-60% (Sacher & McPherson, 2004).
Selain plasma darah, jumlah sel darah merah juga relative banyak dari volume darah total,
rentang normal sel darah merah (Eritrosit) pada orang laki-laki dewasa sekitar 4,2-5,5 juta
sel/mm3, sedangkan pada wanita 3,2-5,2 juta sel/mm3. Jumlah normal Hb pada wanita
adalah 11,5 mg% dan pada laki-laki 13 mg%. Pada orang dewasa sel darah putih jumlah
1
2
Parameter darah yang tidak normal dapat menimbulkan suatu penyakit atau
gangguan pada darah serta fungsi darah, dan dapat menyebabkan komplikasi atau
gangguan pada organ yang lain (Astawan et al., 2011). Beberapa gangguan yang dapat
leucopenia, dll. Anemia terjadi karena jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau
hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit (Guyton & Hall, 2007). Menurut hasil
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa 21,7% orang di Indonesia mengalami anemia.
Anemia di Indonesia lebih banyak dialami oleh balita dengan usia antara 12-59 bulan.
Anemia terjadi karena rendahnya kadar hemoglobin yang dapat disertai dengan
rendahnya jumlah eritrosit, anemia yang sering terjadi karena kekurangan zat besi, dan
juga ada berbagai macam penyebab lainnya. Dengan demikian, pengobatan yang
dilakukan harus tepat. Transfusi darah hanya akan menambah kadar hemoglobin dalam
keadaan akut, maka perlu dilakukan terapi pemberian zat besi dan asam folat, terutama
yang berasal dari bahan alami, karena bahan alami jauh lebih baik jika dibandingkan
dengan bahan sintetis (Moeljanto & Wiryanta, 2002), dengan demikian diperlukan adanya
suatu upaya untuk dapat mempertahankan parameter darah dalam tubuh agar tetap
stabil.
satunya dengan menggunakan susu kambing, susu kambing merupakan cairan yang
berwarna putih yang dapat dihasilkan oleh binatang ruminansia termasuk kambing
(Capriane) (Moeljanto & Wiryanta, 2002). Susu kambing memiliki nilai lebih daripada susu
sapi. Kelebihan yang dimiliki susu kambing diantaranya memiliki kadar protein yang
lebih tinggi dari susu sapi, ukuran globuler lemak lebih kecil sehingga mudah dicerna
3
(Haenlin et al., 2004). Susu kambing juga memiliki kandungan sistein yang lebih tinggi
dari susu sapi (Hejtmankova et al., 2012), dan susu kambing memiliki beberapa
diantaranya adalah vitamin B12, besi, magnesium, vitamin C, dll (Bhattarai, 2012).
olahan susu kambing tersebut diantaranya adalah keju, susu bubuk, dodol, es krim, kefir,
dan yoghurt (Haryadi; Nurliana; & Sugito, 2013). Yoghurt merupakan salah satu produk
olahan susu yang sudah lama dikonsumsi dan dapat memberikan dampak positif bagi
kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu, yoghurt semakin digemari oleh sebagian
orang, sehingga banyak peneliti yang tertarik untuk memodifikasi yoghurt agar
mendapatkan karakteristik dan hasil nutrisi yang lebih baik (Routray dan Mishra, 2011).
Yoghurt dapat dibuat dari susu sapi, susu kambing, atau lainnya (Khoiriyah &
Fatchiyah, 2013).
Yoghurt adalah minuman probiotik yang dihasilkan dari susu fermentasi, bakteri
yang biasa digunakan dalam pembuatan yoghurt adalah Streptococcus Thermophillus dan
Lactobacillus Bulgaricus (Aswal et al, 2012). Yoghurt yang mengandung bakteri Streptococcus
sifat dan aroma yoghurt yang paling baik Ghadge et al., (2008, dalam Yunita et al, 2011).
Yoghurt yang dibuat dengan bahan baku susu sapi sudah banyak digunakan, sedangkan
di beberapa provinsi di Indonesia, susu sapi sangat sulit untuk didapatkan (Yunita et al.,
2011).
4
pengaruh pemanfaatan yoghurt susu kambing terhadap kadar hematologi yang meliputi
jumlah eritrosit, jumlah hemoglobin, dan jumlah leukosit. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan hewan percobaan tikus putih (Rattus Norvegicus) sebagai subjek, dan
Apakah pemberian yoghurt susu kambing berbagai jenis starter efektif terhadap
kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit dan hemoglobin) pada tikus putih jantan.
yoghurt susu kambing berbagai jenis starter terhadap kadar hematologi (jumlah eritrosit,
peningkatan kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus
putih jantan.
terhadap peningkatan kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada
3. Menganalisis yoghurt susu kambing berbagai starter yang paling efektif terhadap
peningkatan kadar hematologi (jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus
putih jantan.
5
bahwa yoghurt susu kambing berbagai starter berpengaruh terhadap kadar hematologi
(jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin) pada tikus putih jantan. Sehingga masyarakat
dapat menjadikan yoghurt susu kambing sebagai salah satu alternatif minuman yang baik
untuk kesehatan.
1. Pada jurnal Astawan et al., 2011 yang berjudul “Gambaran Hematologi Tikus Putih
Probiotik”. Penelitian ini menggunakan metode RAL (rancangan acak lengkap) dengan
2C12 + EPEC (diberikan ransum standar, serta pemberian BAL L. plantarum 2C12
+ EPEC (diberikan ransum standar, serta pemberian BAL L. acidophilus 2B4 dengan
diinfeksi EPEC), P6 kelompok positif (diberikan ransum standar dan aquades dengan
diinfeksi EPEC). Setelah diberikan perlakuan dilihat apakah ada perbedaan jumlah
tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan pada semua
perlakuan. Jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan leukosit pada tikus
yang diberi minuman probiotik cenderung lebih tinggi daripada tikus yang tidak
perbedaan perlakuan serta pemberian bakteri asam laktat yang berbeda, pada penelitian
plantarum 2C12 dan L. Acidophilus 2B4. Variabel yang diteliti juga berbeda, pada penelitian
ini ada tiga variabel yang diperiksa, yaitu jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin,
2. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan status hematologi adalah penelitian
pada jurnal Ali et al., 2013 yang berjudul “Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan
Hematokrit Pada Berbagai Jenis Itik Lokal Terhadap Penambahan Probiotik Dalam
Ransum”. Penelitian ini menggunakan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola
7
3x3, dengan menggunakan sampel itik betina Magelang, Tegal, dan Mojosari dengan
umur 22 minggu dengan jumlah masing-masing jenis sebanyak 27 ekor. Perlakuan yang
diuji cobakan yaitu a1b0 : Itik Magelang kontrol, a1b1: Itik Magelang + probiotik 3 g/kg
pakan, a1b2: Itik Magelang + probiotik 6 g/kg pakan, a2b0 : Itik Mojosari kontrol, a2b1:
Itik Mojosari + probiotik 3 g/kg pakan, a2b2 : Itik Mojosari + probiotik 6 g/kg pakan,
a3b0 : Itik Tegal kontrol, a3b1 : Itik Tegal + probiotik 3 g/kg pakan, a3b2 : Itik Tegal +
probiotik 6 g/kg pakan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Interaksi antara
level probiotik dan jenis itik lokal tidak menyebabkan perbedaan kondisi hematologis
perbedaan hewan coba yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan tikus putih
jantan (Rattus Norvegicus), sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan itik betina
dari jenis yang berbeda-beda. Perlakuan yang diberikan juga berbeda, pada penelitian ini
tikus diberi yoghurt susu kambing dengan di sonde 10ml/ hari sedangkan pada penelitian
sebelumnya diberikan probiotik yang dicampur dengan ransum. Variabel yang diteliti
pada penelitian ini adalah jumlah eritrosit,leukosit, dan kadar hemoglobin, sedangkan
pada penelitian sebelumnya adalah jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan hematokrit.