Makalah Bela Negara
Makalah Bela Negara
BELA NEGARA
Oleh :
Kelompok 3
Retno Damayanti K. (2201415071)
Amrudin Miftahusani (4101415135)
Khanif Nurhidayah (4101416016)
Hariyadi Salam (4101416044)
Afwah Tasnim Fauzia (4101416141)
Desvika Restu Setyaningsih (4201416016)
Yayang Fatma Imania (4201416019)
Rombel 77
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat,
taufik, dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan lancar.
Terima kasih kepada Bapak Rudi Salam, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing serta
teman-teman yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen
serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi. Untuk itu besar
harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah
kami berikutnya.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah memberikan manfaat, baik
untuk pribadi, teman-teman, orang lain yang ingin mengambil serta menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini “Bela Negara" sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 3
C. Tujuan ...................................................................................................................... 4
D. Metodologi .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
F. Urgensi dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela negara bagi Indonesia dalam
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 24
B. Saran ...................................................................................................................... 25
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era reformasi dan globalisasi sekarang ini begitu tampak bagaimana pola hidup warga
negara Indonesia yang cukup dapat mengimbangi sebuah kemajuan zaman walaupun masih
dikatakan dini untuk hal itu. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat seolah-olah
merupakan sumber kemakmuran dan kepuasan, baik batin dan lahiriah bagi insan manusia yang
disisi lain juga sebagai warga negara. Namun dibalik ada hal yang masih menjadi tanda tanya besar
yaitu mengenai rasa nasionalisme atau kecintaan terhadap tanah air dari setiap warga negara
Indonesia terhadap pengaruh kebudayaan asing. Contoh pengaruh iptek. Begitu tergantungnya
negara ini terhadap kebutuhan teknologi dari bangsa asing yang seolah-olah menjerat bangsa ini
untuk tunduk terhadap aturan-aturan asing daripada harus menegakkan ideologi bangsa ini yaitu
Pancasila.
Bela negara merupakan landasan sikap yang harus ditumbuh kembangkan pada setiap
warga negara Indonesia guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah bila
kita menafsirkan bahwa bela negara hanya berhubungan dengan masalah angkat senjata melawan
militer negara luar. Perlu adanya eksplorasi pemikiran agar hakikat bela negara ini tidak disalah
artikan. Dalam hal ini warga negara Indonesia dituntut untuk lebih kreatif menerapkan arti bela
negara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat bela negara itu sendiri. Kesadaran
bela negara harus diyakini sebagai sebuah kebutuhan dan keharusan bagi warga negara Indonesia
khususnya para pemuda yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa untuk ikut bertanggung
jawab mengemban amanat penting ini. Bila pemuda sudah tidak memiliki kesadaran mengenai bela
negara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang
3
mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke-2 dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk
dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Kondisi bangsa kita sekarang merupakan salah satu indikator bahwa sebagian pemuda
di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran akan pentingnya bela Negara. Contoh di
perkotaan, karena daerah yang sangat cepat dengan pengaruh perkembangan informasi walaupun
desa juga tidak bisa dilepaskan dari konteks ini, hal ini bisa kita lihat semakin minimnya pemuda
di perkotaan yang menghormati nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan lebih bangga dengan budaya
atau simbol-simbol bangsa lain. Semakin banyaknya pemuda yang melakukan perilaku
menyimpang dengan menggunakan narkoba, freesex. Kondisi ini diperparah dengan minimnya
kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan dengan semakin individualisnya
pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Dari sini seharusnya kita sudah bisa membuka
mata dan mulai menyadari hal itu. Janganlah segala ideologi bijak yang terkandung dalam
Pancasila kita nodai dengan segala sepak terjang yang jauh dari harapan bangsa kita tercinta ini.
Inilah sebenarnya harapan dari para pejuang kemerdekaan negeri Indonesia yang telah rela
berjuang mati-matian memerdekakan negara ini dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, ada beberapa permasalahan atau pertanyaan yang akan
4
6. Bagaimana urgensi dan tantangan ketahanan nasional dan bela negara bagi Indonesia dalam
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil beberapa tujuan disusunnya
1. Memahami hakikat konsep bela negara bagi setiap warga negara Indonesia.
4. Menjaga ideologi bangsa dari pengaruh peradaban asing dengan konsep bela negara.
D. Metodologi
Kami menggunakan beberapa metode untuk pengolahan data mentah menjadi data baku
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pertahanan atau bela negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan yang
bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran pada hak dan kewajiban
seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan
Sistem pertahanan negara yang bersifat semesta bercirikan kerakyatan, kesemestaan, dan
kewilayahan. Ciri kerakyatan mengandung makna bahwa orientasi pertahanan di abdikan oleh dan
untuk kepentingan seluruh rakyat. Cirri kesemestaan mengandung makna bahwa seluruh sumber
daya nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan. Sedangkan ciri kewilayahan bahwa gelar
kekuatan pertahanan dilaksanakan secara menyebar diseluruh wilayah NKRI, sesuai dengan
UUD NRI Tahun 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Namun, sebelum membahas lebih
jauh mengenai bela negara, sebaiknya kalian memahami terlebih dahulu pengertian bela negara.
Ayat 1 tentang Pertahanan Negara, upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Bukan hanya sebagai kewajiban dasar manusia, tetapi juga merupakan
kehormatan warga negara sebagai wujud pengabdian dan kerelaan berkorban kepada bangsa dan
negara.
6
Bela Negara yang dilakukan oleh warga negara merupakan hak dan kewajiban membela
serta mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman. Pembelaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara. Oleh
karena itu, warga negara mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam pembelaan negara, kecuali
a. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang Konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
Perlawanan Rakyat.
Hankam Negara RI, diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1988.
d. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
(1) dan (2) menyatakan “bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara yang dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh TNI dan kepolisian sebagai komponen utama dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung”. Ada pula pada Pasal 27 Ayat (3): “Setiap warga negara
7
g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
Ayat 1: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
warganegara dalam upaya bela negara dimaksud Ayat 1 diselenggarakan melalui kegiatan-
1) Pendidikan Kewarganegaraan,
8
Menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga Saling mengingatkan kepada sesama
anggota keluarga apabila ada yang akan berbuat kejahatan, misalnya : minum
minuman keras di rumah dan lain sebagainya.
Memberikan pengertian kepada anak supaya cinta kepada tanah air dan mencintai
produk-produk dalam negeri
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Negara
E. Hakikat Ancaman
pertahanan negara dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa
9
juga semakin berkembang menjadi multi-diminsional. Untuk menghadapi ancaman tersebut tidak
hanya bertumpu pada kemampuan pertahanan yang dimensi militer tetapi juga melibatkan
Berdasarkan sifat ancaman, hakikat ancaman digolongkan menjadi ancaman militer dan
nirmiliter.
1. Ancaman militer
1) Agresi
3) Spionase (mata-mata)
4) Sabotase
1) Pemberontakan bersenjata
2) Konflik horizontal
3) Aksi terror
4) Sabotase
7) Pengrusakan lingkungan
10
2. Ancaman nirmiliter
Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor nir militer
yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancama nirmiliter dapat berdimensi ideologi, politik,
Bentuk-bentuk baru dari ancaman ideologi yang bersumber dari dalam maupun dari luar
negeri, yakni metamorphosis dari penganut paham komunis yang telah melebur kedalam elemen-
elemen masyarakat, sewaku waktu dapat mengancam Indonesia. Usaha pihak-pihak tertentu
melalui penulisan buku-buku sejarah dengan tidak mencantumkan peristiwa G30SPKI dengan
dewan revolusi atau gerakan radikalisme yang brutal dan anarkis, memberikan indikasi bawa
Ancaman berdimensi politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam negeri. Dari
luar negeri, ancaman berdimensi politk dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan tekanan
politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade politik adalah bentuk ancaman yang
sering kali digunakan oleh pihak lain untuk menekan negara lain. Dari dalam negeri, pertumbuhan
instrumen politik mencerminkan kadar pertumbuhan demokrasi suatu negara. Ancaman yang
berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa
mobilisasi masa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang
11
c. Ancaman berdimensi ekonomi
Pada dasarnya ancaman berdimensi ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu internal dan
eksternal. Internal dapat berupa inflasi dan pengangguran yang tinggi, infrastruktur yang tidak
memadai, penetapan sistem ekonomi yang belum jelas, ketimpangan distribusi pendapatan dan
ekonomi biaya tinggi. Eksternal dapat berupa indikator kinerja ekonomi yang baik, daya saing,
ketidaksiapaan menghadap era globalisasi, dan tingkat dependensi yang cukup tinggi terhadap
asing.
Ancaman berdimensi sosial budaya dibedakan atas ancaman dari dalam maupun luar.
Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan
ketidakadilan. Ancaman dari luar timbul bersamaan dengan dinamika yang terjadi dalam format
globalisai dengan penetrasi dan nilai-nilai budaya dari luar negeri sulit dibendung yang
kemajuan IPTEK tersebut, antara lain kejahan cyber dan kejahan perbankan. Kondisi lain yang
Ancaman berdimensi keselamatan umum dapat merupakan bencana alam, seperti gempa
bumi, meletusnya gunung berapi, dan tsunami. Bencana alam yang dipicu oleh ulah manusia,
12
F. Urgensi Dan Tantangan Ketahanan Nasional Dan Bela Negara Bagi Indonesia Dalam
definisi ketahanan nasional mungkin berbeda-beda karena penyusun definisi melihatnya dari sudut
yang berbeda pula. Menurutnya, ketahanan nasional memiliki lebih dari satu wajah, dengan
perkataan lain ketahanan nasional berwajah ganda, yakni ketahanan nasional sebagai konsepsi,
ketahanan nasional sebagai kondisi dan ketahanan nasional sebagai strategi (Himpunan Lemhanas,
1980).
Berdasar pendapat di atas, terdapat tiga pengertian ketahanan nasional atau disebut
pertama, perlu diingat bahwa ketahanan nasional adalah suatu konsepsi khas bangsa Indonesia
yang digunakan untuk dapat menanggulangi segala bentuk dan macam ancaman yang ada.
Konsepsi ini dibuat dengan menggunakan ajaran “Asta Gatra”. Oleh karena itu, konsepsi ini dapat
dinamakan “Ketahanan nasional Indonesia berlandaskan pada ajaran Asta Gatra”. Bahwa
kehidupan nasional ini dipengaruhi oleh dua aspek yakni aspek alamiah yang berjumlah tiga unsur
(Tri Gatra) dan aspe ksosial yang berjumlah lima unsur (Panca Gatra). Tri Gatra dan Panca Gatra
digabung menjadi Asta Gatra, yang berarti delapan aspek atau unsur.
Pada naskah GBHN tahun 1998 dikemukakan definisi ketahanan nasional, sebagai
berikut:
13
a) Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus
menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dielakkan dari hambatan,
tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam maka
mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa secara utuh dan
menyeluruh.
b) Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan
dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa
Istilah bela negara, dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 Ayat 3UUD NRI 1945.
Pasal 27 Ayat 3 menyatakan “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”. Dalam buku Pemasyarakatan UUD NRI 1945 oleh MPR (2012) dijelaskan
bahwa Pasal 27Ayat 3 ini dimaksudkan untuk memperteguh konsep yang dianut bangsa dan negara
Indonesia di bidang pembelaan negara, yakni upaya bela Negara bukan hanya monopoli TNI tetapi
merupakan hak sekaligus kewajiban setiap warga negara. Oleh karena itu, tidak benar jika ada
anggapan bela negara berkaitan dengan militer atau militerisme, dan seolah-olah kewajiban dan
tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia.
14
Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap negara Indonesia. Hal ini berkonsekuensi
bahwa setiap warga negara berhak dan wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan tentang
pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-
bela negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta dalam setiap usaha
Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1
disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
undang No. 3 Tahun 2002 tersebut dinyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab,
Jika bela negara tidak hanya mencakup perang mempertahankan negara, maka konsep
bela negara memiliki cakupan yang luas. Bela negara dapat dibedakan secara fisik maupun
nonfisik. Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul senjata" menghadapi serangan atau agresi
musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Pengertian ini
Sedangkan bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk
15
berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam
Bela negara demikian dapat dipersamakan dengan bela negara secara nonmiliter.
Bela negara perlu kita pahami dalam arti luas yaitu secara fisik maupun nonfisik
terhadap bangsa dan negara dewasa ini tidak hanya ancaman yang bersifat militer tetapi juga
ancaman yang sifatnya nonmiliter atau nirmiliter. Yang dimaksud ancaman adalah ”setiap usaha
dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa”. Ancaman militer adalah ancaman
yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap
bangsa. Ancaman nirmiliter pada hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan faktor-faktor
Ketahanan bangsa Indonesia saat ini relative rapuh dimana Indeks Ketahanan Nasional
yang terdiri dari 8 Gatra adalah “Kurang Tangguh” (skor > 1,80 s.d. 2.60 dalam Skor 1 s.d. 5)
Indonesia yang relative lemah, misalnya Fragile State Index yang masuk kategori “High Warning”
(rangking 117 dari 178/terburuk); Human Development Index (HDI) (rangking HDI 110: dari
188/terendah); Gallup Well-being Index:73 dari 145/terendah); Rendahnya berbagai indeks ini
disebabkan oleh beragam faktor seperti faktor negara baru setelah dekolonisasi, adanya perang
horizontal (PKI), regional (Permesta, PRRI, Aceh, Papua). Selain itu sistem politik parlementer
16
Saat ini terdapat upaya untuk memperkuat Gatra Hankam dengan program bela negara
Kemhan yang telah menghasilkan 1,58 juta kader bela negara yang tersebar di seluruh propinsi di
Hal ini disebabkan karena banyaknya permasalahan sosial (KKN, Narkoba, Terorisme,
Kemiskinan, Pencurian Sumber Kekayaan Alam) yang membutuhkan strategi yang lebih
komprehensif. Sementara itu proses globalisasi dan revolusi informasi menghasilkan masyarakat
informasi Indonesia yang lebih kompleks. Pembahasan dalam makalah ini bertujuan untuk
ancaman- tantangan bangsa Indonesia; kedua, menjelaskan kondisi baru masyarakat Indonesia
yang mengalami revolusi informasi; dan ketiga, membangun jejaring strategis dalam ruang nyata
dan maya antara negara dan masyarakat untuk memperkuat Ketahanan Nasional. Makalah ini
menghasilkan Model Penguatan Ketahanan Nasional dengan melakukan sinergi secara nyata dan
maya antara negara dengan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan berbasiskan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT) atau “E-Co-Governance.”Konsep dan teori dalam makalah
ini didasarkan pada “kekuasaan” (Sosiologi Politik) yang digunakan untuk menjelaskan hubungan
bela negara pertahanan dan masyarakat (Sosiologi Militer) serta peran TIK dalam transformasi
3. Kerangka Teoretik
Untuk membahas jejaring strategis dapat digunakan teori Michael Mann tentang
jejaring kekuasaan dan teori Manuel Castells tentang masyarakat sebagai jejaring dalam era
informasi. Teori Mann (1986, 1993, 2012, 2013) menyatakan bahwa ciri masyarakat yang utama
adalah jejaring yang didasarkan ideologi, militer, ekonomi dan politik (IMEP). Sementara itu
17
Castells dalam bukunya tentang era informasi (1996,1997, 1998) dan peran identitas dan
masyarakat jejaring. Selain itu dia juga membahas dinamika kekuasaan dalam era informasi dengan
maka masyarakat menjadi lebih berdaya dalam berkomunikasi dan berinteraksi, karena dapat lebih
ekstensif dan intensif. Dalam realitanya kedua teori tersebut saling melengkapi dimana Mann lebih
menekankan pada jejaring nyata (real network), sementara Castells menekankan pada jejaring
maya (virtual network). Kedua jejaring di atas dapat membentuk jejaring strategis yang terdiri
Dalam buku Castells (2009: 24): “Network society is a society whose social structure
communication technologies.” Selain itu dibahas juga (2009: 418-429) bahwa networked power
merupakan jejaring kelompok yang berkuasa yakni Programmers dan Switchers dan menghadapi
Mass-self Communication atau pengguna media sosial. Jejaring ini dapat di konstruksi atau
rekonstruksi oleh mereka yang berkuasa atau Programmer, misalnya korporasi atau negara;
keempat, jejaring dapat dihubungkan dengan jejaring lain oleh mereka yang berkuasa atau
Switcher.
18
4. Ancaman dan Jejaring Strategis
Berdasarkan teori Castells tentang Pro grammer dan Switcher maka jejaring
kekuasaan dalam masyarakat Indonesia dalam berbagai dimensi (Asta Gatra) dapat dibangun oleh
pemerintah dan berkolaborasi dengan masyarakat (organisasi dan individu). Berikut ini akan
dibahas dua kasus yang terkait dengan Programmer dan Swicther dalam jejaring maya yakni Bela
Negara-Kemhan dan BNPT. Pada kasus Bela negara, pemerintah (Kemhan) telah membangun
jejaring nasional yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun jejaring ini masih merupakan jejaring
nyata dan belum terintegrasi dalam satu jejaring maya. Pembuatan jejaring maya atau Programmer
pada jejaring nyata Bela negara ini dapat menghasilkan sinergi antara jejaring nyata dengan maya.
Mereka ini sebagai pasukan cadangan dalam konflik konvensional dapat berfungsi sekaligus
sebagai cyber troops sebanyak 1,58 juta orang dalam jejaring maya. Selain itu jejaring bela negara
dapat diperluas oleh Kemhan yang berfungsi sebagai Switcher, misalnya diperbantukan di jejaring
maya atau Urun daya (crowdsourcing) untuk mengatasi ancaman non militer seperti KKN
BNN).
dengan tema “Kita boleh beda” dimana dapat dijaring sekitar 640 video dari 32 propinsi yang
diunggah di Youtube. Setiap video tersebut ditonton oleh 20,000 penonton atau totalnya telah
mengundang 1,240,800 penonton. Dalam kasus ini terlihat bahwa jejaring maya Pusat Media
Damai BNPT-RI sebagai Programmer telah terkoneksi dengan masyarakat luas dan akan menjadi
lebih luas lagi jika berfungsi sebagai Switcher yang terkoneksi dengan berbagai jejaring mahasiswa
di universitas dan siswa di SMA-SMP. Para mahasiswa dan siswa yang berjumlah sekitar 18 juta
orang dimana 64% memiliki smartphone dan 54% pengguna internet (Kemenkominfo 2015b:
19
20,16) dapat membantu aparat keamanan dalam melakukan cyber patrol dan cyber war (Jejaring
“Protagonis”) melawan radikalisme dan kelompok radikal (“Jejaring Antagonis”). Selain itu, para
mahasiswa dan siswa dalam jejaring itu dapat pula berfungsi sebagai cyber police melawan
Narkoba dan membantu BNN. Demikian juga mereka dapat berfungsi sebagai cyber auditor yang
melakukan kontrol, misal untuk mencegah KKN dengan mengawasi e-budgeting dan e-
procurement. Hal ini akan dapat terlaksana karena berbagai data mengenai pembangunan
Bela Negara
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an
di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997).
Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Pengaruh
komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu per satu kawasan Indo Cina menjadi
negara komunis seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Tahun1960-an terjadi gerakan komunis di
Philipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan pada 30 September 1965 namun akhirnya dapat diatasi. Sejarah keberhasilan
bangsa Indonesia menangkal ancaman komunis tersebut menginspirasi para petinggi negara
(khususnya para petinggi militer) untuk merumuskan sebuah konsep yang dapat menjawab,
mengapa bangsa Indonesia tetap mampu bertahan menghadapi serbuan ideologi komunis, padahal
negara-negara lain banyak yang berguguran? Jawaban yang dimunculkan adalah karena bangsa
Indonesia memiliki ketahanan nasional khususnya pada aspek ideologi. Belajar dari pengalaman
20
Pengembangan atas pemikiran awal di atas semakin kuat setelah berakhirnya gerakan
dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional) dengan dimunculkan istilah kekuatan
bangsa. Pemikiran Lemhanas tahun 1968 ini selanjutnya mendapatkan kemajuan konseptual
berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideologi, politik,
ekonomi, sosial dan militer. Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang intinya
adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa untuk menghadapi segala ancaman. Kesadaran akan
spektrum ancaman ini lalu diperluas pada tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG). Akhirnya pada tahun 1972 dimunculkan konsepsi ketahanan nasional yang
telah diperbaharui. Pada tahun 1973 secara resmi konsep ketahanan nasional dimasukkan ke dalam
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional dengan pembelaan negara atau bela
negara. Bela negara merupakan perwujudan warga negara dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan ketahanan nasional bangsa Indonesia. Keikutsertaan warga negara dalam upaya
menghadapi atau menanggulagi ancaman, hakekat ketahanan nasional, dilakukan dalam wujud
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota
Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan dasar
kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat
Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih)
21
terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra),
Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang
telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lain-lain. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi
yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat.
Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya
bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah
dalam menangani keamanan dan ketertiban masyarakat. Sementara fungsi Perlawanan Rakyat
dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsure bantuan
tempur.
Bila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat pula
dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang
memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah
mengikuti pendidikan dasar militerakan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama
waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau
kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat dimobilisasi dalam waktu
Bela negara tidak selalu harus berarti “memanggul senjata menghadapi musuh”
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui
diberikan dengan maksud menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan
22
kewarganegaraan dapat dilaksanakan melalui jalur formal (sekolah dan perguruan tinggi) dan jalur
Berdasar hal itu maka keterlibatan warga negara dalam bela negara secara
nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa, dan dalam segala situasi,
dan melestarikan.
bangsa Indonesia.
7) Membayar pajak dan retribusi yang berfungsi sebagai sumber pembiayaan negara
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa semangat
bela negara warga negara RI mengalami penurunan, walaupun persentasinya kurang signifikan.
Hal ini disebabkan kondisi dan situasi bangsa Indonesia yang masih sarat dengan berbagai
permasalahan disegala aspek kehidupan. Mulai dari pengaruh derasnya globalisasi dan berbagai
Lain dari itu dapat disimpulkan pula bahwa kesadaran bela Negara merupakan suatu
kewajiban dari setiap warga Indonesia. Hal ini merupakan sikap paten yang harus ada di dalam hati
guna direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sumbangsih bela negara oleh warga
negara di berbagai bidang merupakan salah satu upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa dari berbagai ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam bangsa ini.
Nasionalisme yang utuh oleh setiap elemen masyarakat bisa menjadi senjata ampuh dan
sekaligus menjadi subyek dalam penerapan bela negara dibangsa Indonesia tercinta ini. Pemuda
yang bersemangat merupakan ujung tajam dari upaya tersebut karena semua proses itu hanya bisa
terjadi bila semua warga negara Indonesia ini bisa menjadi masyarakat madani yang berwawasan
Pendidikan bela negara adalah awal mula untuk membentuk kader-kader generasi bangsa
yang terampil, kreatif, militan dan punya semangat juang yang dilumuri nasionalisme tinggi
sehingga ideologi bangsa kita yaitu Pancasila bisa selalu menjadi way of life dalam melakoni
kehidupan ini terutama pada era saat ini dimana globalisasi begitu mencengkram negara ini dari
berbagai sisi kehidupan, entah sosial budaya, hankam, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
24
Pendidikan bela negara ini bisa dilakukan lewat pendidikan dini bagi para pelajar sehingga
kesadaran akan menjaga ideologi Pancasila sudah terpatrikuat sejak itu dan tak mungkin bisa
pengaruh-pengaruh asing masuk dalam sendi kehidupan bangsa kita ini. Hal itulah yang merupakan
kondisi awal yang harus diwujudkan dalam pencapaian tujuan nasional sehingga kecenderungan
dan pengaruh terhadap segenap aspek kehidupan nasional dapat diikuti memadukan secara sinergis
antara rasio yang merupakan pengaruh Barat dan rasa yang menimbulkan keinginan berbuat baik
B. Saran
Di akhir penulisan makalah ini, penulis berpesan agar pembaca menggunakan penalaran
dan kesesuaiannya dengan konsep, realita dan aplikasi bela negara dalam kehidupan berbangsa
bernegara. Karena kesadaran bela negara merupakan suatu kewajiban bagi seluruh elemen bangsa
Indonesia tanpa terkecuali. Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita bersama-sama
menumbuhkembangkan semangat nasionalisme sejak dini terutama kepada generasi muda bangsa
Indonesia tercinta ini dengan metode yang sederhana dan mudah dimengeti dan dipahami
kemudian dijabarkan dalam suatu aturan pelaksanaan untuk dijadikan pedoman bangsa Indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
26