Anda di halaman 1dari 2

1.

Berat luka bakar


1. Ringan/minor
 Luka bakar derajat I
 Luka bakar derajat II seluas <15%
 Luka bakar derajat III seluas 2%
2. Sedang
 Luka bakar derajat II seluas 10-15%
 Luka bakar derajat III S 5-10%
3. Berat/mayor
 Luka bakar derajat II >20%. Luka bakar derajat II yang mengenai wajah,
tangan, kaki, alat kelamin atau persendian sekitar ketiak
 Luka bakar derajat III SELUAS >10%
 Luka bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 VOLT
 luka bakar dengan komplikasi patah tulang,kerusakan luas jaringan lunak
atau gangguan jalan nafas.

2. Proses penyembuhan luka


Proses penyembuhan luka adalah respon organisme terhadap kerusakan jaringan/organ serta
usaha pengembalian kondisi homeostasis sehingga dicapai kestabilan fisiologis jaringan atau
organ yang pada kulit terjadi penyusunan kembali jaringan kulit ditandai dengan terbentuknya
epitel fungsional yang menutupi luka. Proses penyembuhan luka dapat terjadi secara akut
atau kronis. Proses penyembuhan luka akut berlangsung sekitar 2- 3 minggu sementara luka
dikatakan kronis jika proses penyembuhannya dalam jangka lebih dari 4 – 6 minggu.
a. Fase koagulasi
Fase koagulasi yaitu proses dimana setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah
luka yang diikuti dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga terbentuk klot
hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi.
b. Fase inflamasi
Fase inflamasi : inflamasi mempunyai prioritas fungsional yaitu menggalakkan
hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen
terutama bakteria. Pada fase ini platelet yang membentuk klot hematom mengalami
degranulasi, melepaskan faktor pertumbuhan seperti platelet derived growth factor
(PDGF) dan transforming growth factor ß(βTGF), granulocyte colony stimulating factor
(G-CSF), C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi
deposit matriks fibrin yang mengawali proses penutupan luka. Proses ini terjadi pada hari
2-4.
c. Fase proliferative
Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma. Keratinosit disekitar luka
mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan desmosomal antara keratinosit pada
membran basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kearah lateral. Keratinosit bergerak
melalui interaksi dengan matriks protein ekstraselular (fibronectin,vitronectin dan
kolagen tipe I). Faktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial
growth factor (VEGF) sehingga terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan
granulasi.
d. Fase remodelling
Remodeling merupakan fase yang paling lama pada proses penyembuhan luka,terjadi
pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi luka, akibat pembentukan aktin
myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada
penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi juga remodeling kolagen. Kolagen tipe III
digantikan kolagen tipe I yang dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi
makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah
mendapatkan kembali 20% kekuatan jaringan normal.

Widynanda septrya
1311312019

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31719/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai