Anda di halaman 1dari 12

Apa itu diabetes tipe 2 (kencing manis)?

Oleh Novita JosephInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum
 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
Definisi
Apa itu diabetes tipe 2?
Diabetes tipe 2 adalah kondisi tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah. Orang awam sering menyebut kondisi
ini sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula.

Diabetes tipe 2 terjadi ketika pankreas mampu memproduksi insulin yang memadai, tapi sel-sel tubuh tidak dapat
menggunakan insulin secara efisien untuk mengubah glukosa menjadi energi. Kondisi ini disebut sebagai resistensi
insulin. Akibatnya, gula darah menumpuk terlalu banyak dalam tubuh.

Jika gula darah dibiarkan terus tinggi, Anda bisa berisiko mengalami berbagai komplikasi diabetes berbahaya yang
memengaruhi sistem saraf, jantung, ginjal, mata, pembuluh darah, serta gusi dan gigi.

Seberapa umumkah diabetes melitus tipe 2?


Diabetes tipe 2 adalah penyakit gula yang paling banyak dialami oleh masyarakat. CDC melaporkan bahwa sekitar
95 persen kasus diabetes di dunia adalah diabetes tipe 2.

Secara umum, diabetes dapat menyerang pada semua orang di segala umur, termasuk anak-anak. Namun,
diabetes tipe 2 biasanya mulai terjadi pada umur dewasa dan lanjut usia.

Faktor metabolisme tubuh yang semakin menurun dan gaya hidup semasa muda menjadi alasan terkuat mengapa
orang dewasa dan lansia berisiko tinggi terkena penyakit ini.

Penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Namun, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat bisa jadi salah satu cara
efektif supaya Anda terhindar dari penyakit ini di kemudian hari.
Tanda-tanda & gejala
Apa saja ciri-ciri dan gejala diabetes tipe 2?
Diabetes tipe 2 sering tidak menunjukkan gejala berarti. Bahkan, cukup banyak orang yang malah tidak menyadari
kalau dirinya terkena penyakit ini selama bertahun-tahun.

Meski begitu, berikut adalah beberapa tanda dan gejala diabetes yang khas dan harus Anda waspadai.

 Sering merasa kehausan


 Cepat merasa lapar
 Buang air kecil yang sering, khususnya malam hari
 Luka yang lambat pulih
 Berat badan menurun secara drastis tanpa sebab yang jelas
 Lemas, lesu, dan tidak bertenaga
 Pandangan buram
 Rasa sakit atau mati rasa pada kaki dan tangan
 Mudah terkena infeksi, entah itu di kulit, gusi dan mulut, atau di area genital
 Gatal di area selangkangan atau area genital
 Kulit menghitam, terutama di bagian lipatan ketiak. leher, dan selangkangan

Terdapat beberapa kemungkinan tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki
pertanyaan lebih lanjut tentang suatu gejala, silakan hubungi dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala dari yang disebutkan di atas atau memiliki pertanyaan, silakan hubungi
dokter Anda. Tubuh setiap orang bereaksi berbeda-beda. Berdiskusilah dengan dokter Anda untuk menentukan
yang terbaik bagi keadaan Anda.

Penyebab
Apa penyebab diabetes tipe 2?
Penyebab diabetes tipe 2 biasanya adalah resistensi insulin, yaitu kondisi ketika sel-sel otot, hati, dan lemak tidak
dapat menggunakan insulin dengan optimal. Akibatnya, tubuh Anda membutuhkan lebih banyak insulin supaya
kadar glukosa dalam tubuh bisa tetap stabil.

Kebutuhan insulin yang terus meningkat membuat sel beta pankreas bekerja lebih keras. Akibatnya sel beta
pankreas justru tidak mampu merespons perubahan glukosa darah dalam tubuh dengan baik. Hal ini menyebabkan
insulin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.

Pada akhirnya justru ada kebanyakan glukosa yang tidak dapat diserap oleh sel tubuh dan menngalir dalam
darah. Saat gula tidak dapat memasuki sel-sel, kadar gula dalam darah meningkat tinggi. Jika kondisi ini dibiarkan
terus-terusan dapat menyebabkan hiperglikemia.

Resistensi insulin sendiri bisa disebabkan oleh banyak hal, termasuk:

 Kelebihan berat badan atau obesitas. Peningkatan lemak membuat tubuh mengalami resistensi insulin sehingga
kesulitan menggunakan insulin dengan benar.
 Faktor genetik. Bila kakek, nenek, orangtua, atau saudara kandung Anda memiliki penyakit ini, Anda juga berisiko
tinggi untuk mengelaminya juga.
Faktor-faktor risiko
Siapa yang berisiko terkena diabetes tipe 2?
Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang sepenuhnya belum dipahami para ahli. Pasalnya, sejumlah orang berisiko
tinggi mengalami diabetes tipe 2 dan sebagian lagi tidak.

Terlepas dari hal tersebut, para ahli percaya bahwa ada beberapa hal yang jelas meningkatkan faktor risiko
diabetes tipe 2, seperti:
1. Riwayat keluarga

Risiko mengalami diabetes tipe 2 semakin besar jika orangtua atau saudara kandung Anda memiliki diabetes tipe
2. Bahkan, menurut American Diabetes Association, dibandingkan dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan riwayat dan keturunan keluarga.

Para ahli menduga bahwa terdapat gen khusus yang dibawa orangtua ke generasi selanjutnya. Namun, sampai
saat ini para ahli masih mencari tahu gen mana yang membawa sifat penurunan penyakt ini.
2. Umur

Risiko dari diabetes tipe 2 meningkat seiring Anda bertambah umur, khususnya setelah umur 45 tahun. Hal ini
mungkin karena orang-orang di usia ini cenderung kurang bergerak, kehilangan massa otot, dan menambah berat
badan seiring bertambahnya umur.
Selain itu, proses penuaan juga mengakibatkan penurunan fungsi sel beta pankreas sebagai penghasil insulin.
Namun, diabetes tipe 2 juga bisa meningkat secara dramatis pada remaja, dan masa awal dewasa karena faktor
gaya hidup yang tidak sehat.
3. Berat badan

Memiliki kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2. American Diabetes
Association pun mengatakan yang serupa. Dalam laman resminya, orang yang obesitas berisiko 80 kali lebih
mungkin terkena penyakit diabetes tipe 2 ketimbang yang memiliki berat badan ideal.

Hal ini terjadi karena semakin tebal jaringan lemak, sel-sel semakin kebal juga terhadap insulin. Selain itu, jika
tubuh Anda menyimpan lemak pada bagian perut, risiko Anda lebih besar mengalami diabetes tipe 2 dibanding jika
tubuh Anda menyimpan lemak di bagian lain, seperti pinggul dan paha.
4. Gaya hidup sedentari

Sedentari adalah pola perilaku minim aktivitas fisik atau gerakan fisik. Padahal, aktivitas fisik membantu Anda
mengontrol berat badan, menggunakan glukosa sebagai energi, dan membuat sel-sel Anda semakin sensitif
terhadap insulin.

Maka dari itu, semakin Anda pasif, semakin besar risiko Anda mengalami diabetes tipe 2.
5. Prediabetes

Prediabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah Anda lebih tinggi dari kadar normal, tapi tidak cukup tinggi
untuk diklasifikasikan sebagai diabetes. Jika tidak diatasi, prediabetes dapat berlanjut menjadi diabetes tipe 2.
6. Diabetes kehamilan
Jika Anda mengalami diabetes saat hamil (diabetes gestasional), risiko Anda mengalami diabetes tipe 2
meningkat. Jika Anda melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4 kilogram, bayi Anda juga berisiko mengalami
diabetes tipe 2 di masa dewasanya.
7. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)

PCOS erat kaitannya dengan resistensi insulin. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, jika Anda sudah mengalami
resistensi insulin, maka risiko Anda terkena penyakit diabetes juga akan meningkat.

Sejumlah kondisi medis lain seperti pankreatitis, sindrom Cushing, dan glucagonoma juga dilaporkan bisa
meningkatkan risiko diabetes.
8. Obat-obatan tertentu

Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan juga bisa memengaruhi
kadar gula dalam darah, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit diabetes. Apalagi jika Anda sudah terkena
diabetes atau berisiko tinggi akan mengalaminya.

Obat steroid, statin, diuretik, dan beta-blocker merupakan beberapa jenis obat yang diketahui dapat memengaruhi
kadar gula dalam darah. Silakan konsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut.

Obat & Pengobatan


Apa saja obat diabetes tipe 2 yang sering digunakan?
Perlu dipahami bahwa diabetes tipe 2 adalah kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Meski begitu, kondisi ini bisa
Anda kendalikan. Ketika Anda didiagnosis diabetes tipe 2, dokter mungkin akan menganjurkan Anda untuk segera
mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

Berikut beberapa hal yang umumnya akan dianjurkan oleh dokter untuk mengendalikan gula darah Anda.
1. Diet sehat

Tidak ada aturan khusus untuk diet bagi orang yang memiliki diabetes. Namun, dokter biasanya akan meminta
Anda untuk lebih memerhatikan asupan makanan yang Anda konsumsi sehari-hari. Pastikan kalau makanan Anda
mengandung nutrisi dan gizi seimbang yang meliputi karbohidrat, protein, lemak baik, serat, dan berbagai vitamin
serta mineral.

Dokter juga akan meminta Anda untuk menghindari makanan tinggi gula. Ingat, bukan menghilangkan sama sekali,
tapi mengurangi asupan gula harian Anda. Anda bisa berkonsultasi ke ahli gizi untuk membantu menyusun menu
diet sehat Anda.
2. Olahraga

Selain mengatur pola makan, Anda juga sebaiknya melakukan olahraga secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit) dan perbanyak aktivitas fisik. Hal ini karena keduanya efektif untu membantu mengontrol
kadar gula dalam darah Anda.

Tak usah membuat target olahraga yang muluk-muluk. Melakukan berbagai aktivitas fisik intensitas ringan sampai
sedang sudah cukup membantu mengendalikan gula darah Anda. Beberapa pilihan aktivitas fisik yang baik untuk
para diabetesi (sebutan untuk orang dengan penyakit diabetes) adalah jalan kaki, berenang, bersepeda, lari, yoga,
senam aerobik, dan lain sebagainya.
Namun, sebelum dan sesusah berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya, pastikan Anda selalu cek gula
darah, ya. Pastikan juga Anda rutin memeriksa kaki dan mata untuk mencegah komplikasi di masa mendatang.
3. Teratur minum obat

Jika kedua cara di atas tidak bekerja, dokter biasanya akan meresepkan obat diabetes untuk membantu
mengendalikan kadar gula darah Anda. Dokter mungkin akan memberikan satu jenis obat saja atau memberikan
kombinasi obat.

Konsultasikan dengan dokter apa saja efek samping obat dan apa yang harus dilakukan bila efek samping muncul.
Salah satu efek samping obat yang tersering adalah lemas akibat hipoglikemia (gula darah rendah). Untuk
pertolongan pertama, minumlah teh manis hangat kemudian segera temui dokter.
4. Terapi insulin

Perlu dipahami bahwa tidak semua penderita diabetes memerlukan terapi insulin. Biasanya, dokter akan
menganjurkan pasien melakukan terapi ini jika obat diabetes belum begitu efektif untuk menurunkan gula darah.

Terapi insulin bisa diberikan dalam jangka pendek, terutama ketika diabetesi sedang mengalami stres. Anda bisa
menggunakan terapi insulin lewat suntikan, pena insulin, atau pompa insulin.

Silakan konsultasi ke dokter untuk mengatahui dosis dan seberapa lama Anda membutuhkan terapi ini untuk
mengendalikan gula darah Anda.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup untuk mengatasi diabetes tipe 2?
Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang bisa dirawat dan dijaga dengan melakukan perubahan gaya hidup.
Pengobatan rumah dapat membantu Anda mengatasi diabetes tipe 2, antara lain seperti:

 Jaga tingkat gula darah Anda normal dengan target gula darah puasa (GDP) <100 mg/dL dan gula darah 2 jam
setelah makan (post prandial) <140 mg/dL.
 Olahraga teratur dan diet sehat khusus diabetes.
 Coba untuk memiliki berat badan normal dengan target indeks massa tubuh 18,5 atau kurang dari 23.
 Pastikan makanan yang Anda konsumsi mengandung nutrisi seimbang yang meliputi serat, karbohidrat, protein,
lemak baik, vitamin, dan mineral.
 Hindari makanan yang tinggi gula, lemak, dan garam.
 Jangan merokok dan kurangi minuman beralkohol.
Perawatan kaki untuk diabetesi

Selain itu, perawatan kaki sangat penting pada penderita diabetes karena salah satu komplikasi yang sering terjadi
adalah kaki yang baal atau mati rasa sehingga sering kali penderita diabetes tidak menyadari adanya luka pada
kaki. Luka pada penderita diabetes perlu perhatian dan penanganan khusus dan bila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan infeksi yang sering kali berujung pada amputasi, bahkan kematian.

Perawatan kaki yang dapat Anda lakukan secara mandiri adalah sebagai berikut:

 Selalu mengenakan alas kaki, termasuk di pasir dan di air


 Memeriksa kaki setiap hari secara rutin, misalnya setiap sebelum tidur, untuk melihat apakah ada kulit terkelupas,
kemerahan, atau luka
 Periksa alas kaki sebelum memakai. Apakah ada kerikil atau benda lain yang dapat menimbulkan luka.
 Potong kuku secara teratur
 Menjaga kaki tetap bersih dan tidak basah. Bila kulit kering, gunakan pelembab.
 Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar. Jangan gunakan sepatu hak tinggi.
 Bila ada kalus (kapalan) atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
 Jangan gunakan bantal atau botol berisi air panas atau batu untuk kaki. Kaki yang baal tidak bisa merasakan
panas atau sakit sehingga bila terjadi luka bakar atau luka gores, kemungkinan besar Anda tidak menyadarinya.
Rutin konsultasi ke dokter

Anda juga disarankan untuk rutin konsultasi ke dokter setidaknya setiap 3 bulan sekali untuk:

 Memeriksa kulit dan tulang pada telapak kaki dan kaki.


 Memeriksa jika telapak kaki Anda mati rasa.
 Memeriksa tekanan darah Anda.
 Memeriksa bagian belakang mata Anda menggunakan alat dengan cahaya khusus.
 Menyelesaikan tes A1C (setiap 6 bulan jika diabetes Anda terkontrol dengan baik)

Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan konsultasikan dengan dokter Anda untuk pemahaman dan solusi terbaik
bagi Anda.

Anda mungkin juga menyukai