Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pengujian
Pemeriksaan” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen dan orang tua yang
selalu memberikan dukungan dan doa, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik dan tepat waktu. Akhir kata, ada pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang
tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
Kami mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya dalam memperoleh informasi
mengenai Pengujian Pemeriksaan.

i
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1 Pengujian Pengendalian / Menilai Resiko Pengendalian (Assessing Control Risk) ......................... 3
2.2 Merancang Pengujian Pengendalian ....................................................................................... 5
2.3 Luas Pengujian ............................................................................................................................. 6
2.4 Pengujian Substantif ......................................................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................................................. 11
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi – asersi tentang
tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang di tetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pengguna informasi tersebut.
Seorang auditor yang merupkan pelaku auditing harus memperoleh pemahaman
tentang pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit dengan
melakasanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit
atas laporan keungan dan apakah pengendalian internal tersebut di operasikan. Dalam
auditing, khususnya audit laporan keuangan, konsep pengujian adalah sangat penting, karena
audit tidak akan melihat seluruh bukti.
Prosedur yang di arahkan terhadap efektifitas desain maupun oprasi pengendalian
disebut dengan pengujian pengendalian(test of control). Pengendalian yang telah
diidentifikasikan auditor dalam penetapan sebagai pengurang risiko pengendalian
(pengendalian kunci) harus didukung oleh pengujian atas pengendalian untuk menjamin
bahwa pengendalian telah dilaksanakan dengan efektif dalam keseluruhan atau sebagai
periode audit.
Pengujian ini untuk mendapatkan bukti audit seperti itu biasanya meliputi prosedur
permintaan keterangan dari pegawai entitas yang semestinya, inspeksi atas dokumen, dan
laporan, serta pengamatan terhadap penerapan pengendalian tertentu. Untuk entitas yang
pengendalian internnya kompleks, auditor harus mempertimbangkan penggunaan bagan arus
untuk memudahkan penerapan penggujian atas desain.
Adapun, salah satu jenis pengujian dasar yang digunakan untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar adalah pengujian substantif. Pengujian
substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary
errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo
laporan keuangan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Apakah yang di maksud dengan Pengujian Pengendalian dan Pengujian secara
Substantif ?
2. Apakah tujuan di adakannya Pengujian Pengendalian dan Pengujian secara Substantif?
3. Apa sajakah prosedur – prosedur yang harus dilakukan oleh seorang Auditor dalam
melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Secara Substantif ?
4. Bagaimanakah Peran dari seorang auditor dalam menjalankan Pengujian Pengendalian
dan Pengujian secara Substantif ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk Memahami Audit dalam ruang lingkup Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Secara Substantif
2. Untuk melengkapi standar nilai dalam mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1
3. Menambah Informasi dan Ilmu Pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengujian Pengendalian / Menilai Resiko Pengendalian (Assessing Control Risk)


Assessing Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian intern suatu
entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan
(AU 319.47).
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam membuat
suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan keuangan.
Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor harus memahami
perancangan dan pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan apakah
entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas). Ada dua factor yang menetukan auditabilitas,
yaitu :
A. Integritas Manajemen
Jika manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian besar auditor tidak akan
menerima penugasan audit. Oleh karena itu, untuk melakukan penilaian pengendalian risiko
seorang auditor harus memastikan apakah manjemen entitas itu sudah memiliki integritas
yang jelas.

B. Kelengkapan catatan akuntansi


Catatan akuntansi merupakan sumber bukti audit yang penting bagi sebagian besar tujuan
audit. Disini seorang auditor juga harus memeriksa apakah semua jenis laporan keuangan
entitas tersebut sudah lengkap atau belum. Jika belum lengkap maka auditor melakukan
tugasnya.
Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan
atas resiko pengendalian terlebih dahulu sebagai bagian dari penilaian resiko salah saji yang
material secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa
pengendalian internal akan mencegah salah saji yang material atau mendeteksi dan
mengoreksi jika salah saji itu sudah terjadi.
Penting untuk diingat bahwa penilaian resiko pengendalian dibuat untuk asersi individual,
bukan untuk pengendalian intern secara keseluruhan, komponen pengendalian intern
individual atau kebijakan atau prosedur individual.

3
Dalam membuat penilaian resiko pengendalian untuk suatu asersi, penting bagi auditor untuk:
1. Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh Dari Prosedur Untuk Memperoleh
Suatu Pemahaman
Auditor melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai
pengendalian intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan. Ketika auditor
memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian intern, biasanya ia akan membuat
pertanyaan, mengamati pelaksanaan tugas dan pengendalian serta memeriksa dokumen-
dokumen yang akan menjadi bukti untuk mengizinkannya menilai resiko pengendalian
dibawah maksimum.

2. Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi Entitas
Beberapa kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak computer yang
menghubungkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuesioner yang
terkomputerisasi dengan salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Tapi, auditor perlu
memahami bahwa sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan untuk
mengevaluasi dan menilai salah saji potensial intern yang dapat muncul dalam asersi laporan
keuangan tertentu. Salah saji potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi kelas transaksi
utama dan yang berhubungan dengan saldo akun yang signifikan, seperti kas dan hutang
usaha.

3. Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian Yang Diperlukan


Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin
dapat mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan
menggunakan perangkat lunak computer yang memproses jawaban kuesioner pengendalian
intern atau dengan cara manual dengan menggunakan daftar (check list).

4. Melaksanakan Pengujian Pengendalian


Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan computer, bukti
pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personil an mengamati personil klien dalam
melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap pengujian pengendalian seharusnya
menyediakan bukti mengenai efektifitas dari rancangan dan operasi dari pengendalian yang
dibutuhkan. Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik audit dengan bantuan computer
untuk menguji bahwa computer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan

4
pemasukan dalam pengeluaran kas, auditor memperoleh bukti mengenai efektivitas
pengendalian terhadap transaksi peneluaran kas.

5. Mengevaluasi Bukti dan Membuat Penilaian


Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi laporan keuangan didasarkan
pada pengevaluasian bukti yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh pemahaman
mengenai pengendalian intern dan pengujian pengendalian yang berhubungan. Menentukan
tingkat resiko pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional.
Pengevaluasian bukti melibatkan pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam
menarik suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai efektifitas pengendalian intern,
auditor sering kali menggunakan petunjuk mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di
tolerasni, yang biasanya diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan
pengendalian yang sesuai.

2.2 Merancang Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi efektifitas operasi dari
suatu pengendalain berkaitan dengan bagaimana pengendalian diterapkan, konsistensi ketika
pengendalian diterapkan selama periode, dan oleh siapa pengendalian diterapkan. Prosedur
untuk pengujian yang digunakan sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan dan prosedur
yang berkenaan dengan pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Tanya jawab dengan pegawai
Tanya jawab sudah merupakan bahan bukti yang pantas. Misal, Auditor memutuskan
bahwa orang yang tidak terotorisasi tidak di ijinkan mempnya akses terhadap berkas
computer dengan tanya jawab dengan orang yang mengawasi perpustakaan Komputer.
b. Pemerikasaan dokumen, catatan, dan laporan
Kegiatan dan perosedur yang berkaitan dengan pengendalian memberikan bahan bukti
documenter yang jelas. Misal transaksi penjualan akan meninggalkan jejak dokumen berupa
faktur penjualan dan dokumen pengiriman. Auditor memeriksa dokumen untuk meyakinkan
bahwa proses telah selesai dan ditandingkan dengan pantas dan bahwa terhadap tandatangan
atau inisial yang diperlukan.
c. Pengematan aktivitas berkenaan dengan pengendalian

5
Jenis aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian lainnay tidak meninggalkan jejak
bahan bukti. Misalnya pemisahan tugas tidak menghasilkan dokumentasi sebagai
pelaksanaanya.
d. Pelaksanaan ulang prosedur klien
Terhadap aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian yang mempunyai dokumen dan
catatan, tetapi isinya tidak mencukupi untuk kepentingan auditor dalam menetapkan apakah
pegendalian berjalan dengan efektif. Misalnya, aktivitas verifikasi oleh pegawai klien atas
hargapada faktur penjualan dan daftar harga yang sudah ditetapkan. Auditor akan
melaksanakan kembali prosedur dengan menelusuri harga jual kedaftar harga pada tanggal
transaksi, jika tidak ditemukannya adanya salah saji, Auditor dapat menyimpulkan bahwa
prosedur berjalan seperti yang diinginkan.

2.3 Luas Pengujian


Berkenaan degan besar sempel yang akan diuji. Luas pengujian atas pengendalian
dipengaruhi oleh resiko pengendalian yang ditetapkan dalam perencanaan. Semakin rendah
risiko pengendalian maka akan semakin luas pengujian atas pengendalian yang harus
dilakukan.
Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak bukti
yang dihimpunkan mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan perosedur pengendalian.
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang
telah ditetapkan dalam perencanaan oelh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian
yang di tetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Bagi klien lama , luas pengujian dipengaruhi pula oleh penggunaan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Menggunakan bukti yang diperoleh
pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan tidak ada perubahan
yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian
sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Faktor-faktor berikut mempengaruhi tingkat keyakinan atas bukti-bukti yang
diperoleh dari pengujian pengendalian :
1. Jenis Bukti
Jenis bukti untuk pengujian pengendalian meliputi pertanyaan, pemerikasaan
dokumen dan laporan, pengamatan, pelaksanaan ulang dari pengendalian atau teknik audit

6
yang dibantu oleh computer. Dalam pelaksanaan pengujian, auditor memilih prosedur yang
akan menyediakan bukti yang paling dapat diandalkan mengenai efektifitas pengendalian.

2. Sumber Bukti
Sumber bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan bagaimana auditor
memperoleh bukti baik yang secara langsung seperti melalui pengamatan, memberikan
keyakinan yang lebih besar dari pada bukti yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
penarikan kesimpulan.

3. Ketepatan Waktu Bukti


Ketepatan waktu bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan kapan
bukti diperoleh dan bagian dari periode audit dimana bukti diterapkan, seperti pengamatan
yang berkenaan dengan titik waktu dimana bukti diaplikasikan. Oleh karena itu, pengamatan
tidak cukup hanya untuk mengevaluasi efektifitas periode yang bukan subjek dari pengujian.
Bukti yang diperoleh selama proses audit mengenai rancangan dan pengoperasian
yang efektif dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menilai resiko pengendalian.
Pengevaluasian penggunaan bukti yang diperoleh dalam audit seharusnya
mempertimbangkan :
 Signifikansi dari asersi yang terlibat
 Pengendalian tertentu yang dievaluasi selama audit
 Tingkat evaluasi rancangan atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian
tersebut
 Hasil pengujian pengendalian yang digunakan untuk pengevaluasian tersebut
 Bukti mengenai rancanagan atau pengoperasian yang data dihasilakan dari
pengujian substantive yang dilaksanakan dalam audit.

4. Keberadaan Bukti Lain


Auditor seharusnya mempertimbangkan keberadaan bukti lain dari pengujian
pengendalian, dan dampak kombiansi dari berbagai bukti yang berhubungan dengan asersi
yang sama, dalam mengevaluasi tingakat keyakinan yang disediakan oleh pengujian
pengendalian. Dalam beberapa situasi, bukti tunggal mungkin tidaka akan cukup untuk
mengevaluasi rancangan atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian. Seperti yang
telah dinyatakan sebelumnya, hanya dengan mengajukan pertanyaan biasanya auditor tidak
akan menghasilkan bukti yang cukup untuk mendukung suatu kesimpulan mengenai

7
pengoperasian yang efektif dari pengendalian intern. Alternatif lain, auditor mungkin
mengamati bahwa seorang programmer computer tidak memiliki akses untuk
mengoperasikancomputer.

2.4 Pengujian Substantif


Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan.
Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi
monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo –
saldo laporan keuangn.
Jenis pengjian substantive :
a. Pengujian atas transkasi
b. Prosedur analitis
c. Pengujian terperinci atas saldo

a. Pengujian atas transaksi


Penguian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur – prosedur
audit ntuk pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas
transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi dengan
pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan
buku pembantu dangan benar.
Jika auditor percaya bahwa transaksi di catat dengan benar dalam jurnal dan diposting
dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :
a. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.

b. Prosedur Analitis
Prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor adalah perhitungan rasio untuk
membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. tujuan penggunaan
prosedur analitis adalah:
1. Memahami bidang usaha klien
2. Menetapkan kemampuan kelangdungan hidup entitas

8
3. Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
4. Menggurangi pengujian audit yang lebih rinci

Efektifitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi salah saji
material, tergantung pada factor:
1. Sifat asersi
2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
3. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangakan harapan
4. Ketepatan harapan
Prosedur analaitias dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda, yaitu :
a. Tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang di
perlukan untuk memenuhi resiko audit yang di inginkan (disyaratkan)
b. Selama pelaksanaan audit bersama- sama dengan pengujian atas transaksi dan pengujian
terinci atas saldo (bebas pilih)
c. Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (disyaratkan)

c. Pengujian Terinci Atas Saldo


Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhit buku besar baik untuk akun
neraca maupun labarugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.
Pengujian detail saldo akun yang direncaakan harus cukup memadai untuk memenuhi
setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan pengujian detail
saldo meliputi tahap – tahap sebagai berikut :
1. Menetapkan materialitas dan resiko audit ynag dapat di terima dan resiko bawaan suatu
akun. Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
mengalokasikan totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor, salah saji yang dapat di
toleransi di tentukan untuk masing- masng saldo yang signifikan. Salah saji yang
ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin besar.
Resiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan,
daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa salah saji
pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative terhadap pemakai
daripada salah saji yang sama dari perkiraan lain. Resiko bawaan ditetapkan dengan
mengidentifikasi semua aspek historis, linkungan atau operasi klien yang
mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam tahun berjalan.
2. Menetapkan resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi

9
Pengendalian yang efektif akan mengurangi resiko pengendalian dan dengan demikian
mengurangi barang bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive atas transaksi dan
pengujian terinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan bukti
substantive yang dibutuhkan.
3. Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu siklus
akuntansi. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh
hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit, pengujian
terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sempel, pos garing
miring unsure yang dipilih dan saat pengujian. Prosedur-prosedur harus dipilih dan
dirancang bagi masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan audit dalam setiap
perkiraan.

10
BAB III

KESIMPULAN

Assessing Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian intern


suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan (AU 319.47).
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam
membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan
keuangan.
Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan.
Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi
monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo –
saldo laporan keuangn.
Dari pengerian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif sangat penting bagi seorang auditor untuk memeriksa suatu laporan
keuangan perusahaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu Siti Kurnia dan Suhayati Elvi.2010, “Auditing Konsep dasar dan Pedoman Pemeriksaan
Akuntansi Publik”. Graha ilmu : Yogyakarta.
Boynton C. William, Johnson N. Raymond, Kell G. Walter.2003,edisi ketujuh, “Modern Auditing”.
Erlangga : Jakarta.
Guy M.Dan, Alderman C. Wayne, Winters J. Alan. 2003. Edisi Kelima, “Auditing”. Erlangga: 2003.
Aren, Alvin, A Randal J Elder & Mark, S Beasley, 2008, “Auditing and Assurance Service”: An
Integreated Approuch, 11st Edition, Pearson Prentice Hall.

12
13

Anda mungkin juga menyukai