Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman.Praktisiatau teknisi yang
memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja
keperawatan kesehatan dari penyakit.Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko
terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme
infeksius,meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau
ambulatory,klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa
dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik.Dengan
cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat
menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Kondisi Indonesia yang secara geografis beriklim tropis dengan tingkat
kelembaban udara relatif tinggi dan secara sosio-demografis termasuk negara yang
sedang berkembang membuat berbagai jenis kuman mudah berkembang biak sehingga
penderita HIV/AIDS sering mengalami infeksi oportunistik yang bermacam-macam.

Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai organisme hidup yang


berukuran mikroskopis dikenal dengan mikroorganisme ataujasad renik yang hanya
dapat dilihat dengan mikroskop. Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan
manusia, beberapa diantaranya merugikan karena menyebabkan penyakit dan beberapa
juga bermanfaat misalnya terlibat dalam pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi
insulin, serta proses perlakuan yang berkaitan pembuangan limbah (Pelczar, 2007).
Semenjak mikroorganisme dipastikan menjadi penyebab timbulnya penyakit tertentu dan
juga bermanfaat bagi kehidupan, banyak penelitian yang dilakukan melalui prosedur
laboratorium. Penelitian dilakukan dengan cara membiakan atau menumbuhkan
mikroorganisme, guna mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroorganisme dengan
menggunakan media pertumbuhan.
Mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik diperlukan persyaratan antara lain:
Media diinkubasikan pada suhu tertentu, kelembapan harus cukup, ph sesuai, dan kadar
oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril, media tidak mengandung zat-zat
penghambat, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan
mikroorganisme. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi
karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn,
Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Dalam makalah ini akan membahas
tentang pertumbuhan mikroba dan macam-macam kebutuhan untuk pertumbuhan
mikroba.

1
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana penyakit Infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh
2. Mahasiswa mengerti bagaimana cara mengontrolan pertumbuhan mikroorganisme
3. Mahasiswa mengerti bagaimana cara menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan
dan mencegah transmisi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. INFEKSI OPORTUNISTIK

1. Pengertian Infeksi Oportunistik


Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat
menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan
“kesempatan” untuk menginfeksi seseorang (sumber :Wikipedia.org)
Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman – bakteri, protozoa, jamur dan virus. Saat sistim
kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu mengendalikan kuman-kuman ini.
Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman
ini mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang
mengambil manfaat dari lemahnya pertahanan kekebalan tubuh disebut “oportunistik”. Kata
“infeksi oportunistik” sering kali disingkat menjadi “IO”.
Anda dapat terinfeksi IO, dan “dites positif” untuk IO tersebut, walaupun anda tidak
mengalami penyakit tersebut. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV akan menerima hasil
tes positif untuk sitomegalia (Cytomegalovirus atau CMV). Tetapi penyakit CMV itu sendiri
jarang dapat berkembang kecuali bila jumlah CD4 turun di bawah 50, yang menandakan
kerusakan parah terhadap sistem kekebalan.
Untuk menentukan apakah anda terinfeksi IO, darah anda dapat dites untuk antigen
(potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk antibodi (protein yang dibuat oleh sistem
kekebalan untuk memerangi antigen). Bila antigen ditemukan artinya anda terinfeksi. Ditemukan
antibodi berarti anda pernah terpajan infeksi. Anda mungkin pernah menerima imunisasi atau
vaksinasi terhadap infeksi tersebut, atau sistem kekebalan anda mungkin telah “memberantas”
infeksi dari tubuh, atau anda mungkin terinfeksi.
Jika anda terinfeksi kuman yang menyebabkan IO, dan jika jumlah CD4 anda cukup
rendah sehingga memungkinkan IO berkembang, dokter anda akan mencari tanda penyakit aktif.
Tanda ini tergantung pada jenis IO.
Infeksi oportunistik adalah infeksi serius akibat mikroorganisme normalnya tidak
memiliki atau memiliki sedikit aktivitas patogen, tetapi menyebabkan penyakit jika resistensi
pejamu menurun akibat penyakit serius, pengobatan invasif, atau obat pneumonia Pneumocystis
cranii pada pasien HIV aids. Infeksi oportunistik juga dapat terjadi akibat penurunan kekebalan
tubuh pada penderita HIV/AIDS, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti
penyakit infeksi disebabkan oleh virus, bakteri protozoa dan jamur dan juga mudah terkena
penyakit keganasan.

3
No Infeksi Opurtinistik Gambaran Klinis

1. Infeksi Bakterial

Mycobacterium avium Umum: demam, keringat malam, kelemahan, penurunan


berat badan, nyeri perut, kelelahan, limfadenopati dan
hepatosplenomegali menetap

2. Infeksi jamur
Oral: bercak keputihan pada lidah atau mukosa bukal
Kandidiasis
Vaginal: rabas vagina

Meningitis: sakit kepala, demam, gangguan kesadaran


Kriptokokus
Penumonia: demam, napas pendek, batuk

Demam, penurunan berat badan, napas pendek,


Histoplasmosis limfadenopati

3. Infeksi protozoa Diare, kram perut, mual, muntah, kelelahan, penurunan


berat badan, dehidrasi
Kriptosporidiosis
Demam, batuk nonproduktif, napas pendek, penurunan
berat badan, keringat malam, kelelahan
Pneumisitis
Ensefalitis: gangguan kesadaran, kejang, demam, koma

Toksoplasmosisi

Retinitis: defisit atau perubahan visual unilateral


4. Infeksi Viral
Gastointestinal: disfagia, mual, demam, diare
Sitomegalovirus

Rasa nyeri atau ulkus

Herpes simpleks

4
1. IO dan AIDS
Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengalami IO jika sistem kekebalannya rusak.
Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker dapat menekan sistem kekebalan.
Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat mengalami IO.
HIV memperlemah sistem kekebalan, sehingga IO dapat berkembang. Jika anda terinfeksi HIV
dan mengalami IO, anda mungkin AIDS.
Di Indonesia, Departemen Kesehatan bertanggung jawab untuk memutuskan siapa yang AIDS.
Depkes mengembangkan pedoman untuk menentukan IO yang apa mendefinisikan AIDS. Jika
anda HIV, dan mengalami satu atau lebih IO “resmi” ini, maka anda AIDS.

2. Apa IO yang paling umum?


Pada tahun-tahun pertama epidemi AIDS, IO menyebabkan banyak penyakit dan
kematian. Namun, setelah orang mulai memakai terapi antiretroviral (ART), lebih sedikit orang
yang mengalami IO. Tidak jelas berapa banyak orang dengan HIV akan jatuh sakit dengan IO
tertentu.
Pada perempuan, masalah kesehatan di daerah vagina dapat menjadi tanda awal infeksi HIV.
Masalah ini, antara lain, termasuk penyakit radang panggul dan vaginosis bakteri.

IO yang paling umum terlampir di sini, bersama penyakit yang biasa disebabkannya, dan jumlah
CD4 waktu penyakit menjadi aktif:
 Kandidiasis (thrush) adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina. Rentang
CD4: dapat terjadi bahkan dengan CD4 yang agak tinggi.
 Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata yang dapat
mengakibatkan kebutaan. Rentang CD4: di bawah 50.
 Berbagai macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada mulut atau alat
kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika anda mengidap HIV,
perjangandannya dapat jauh lebih sering dan lebih parah. Penyakit ini dapat terjadi pada
jumlah CD4 berapa pun.
 Malaria adalah umum di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini lebih umum dan lebih
parah pada orang terinfeksi HIV.
 Mycobacterium avium complex (MAC atau MAI) adalah infeksi bakteri yang dapat
menyebabkan demam kambuhan, rasa sakit umum, masalah pada pencernaan, dan kehilangan
berat badan yang parah. Rentang CD4: di bawah 75.
 Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi jamur yang dapat menyebabkan pneumonia
(radang paru) yang berbahaya. Rentang CD4: di bawah 200. Sayangnya, IO ini masih umum
terjadi pada orang yang belum mengetahui dirinya terinfeksi HIV.
 Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi protozoa otak. Rentang CD4: dibawah 100.

5
 Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru-paru, dan dapat
menyebabkan meningitis (radang selaput otak). Rentang CD4: Setiap orang dengan HIV yang
dites positif terpajan TB sebaiknya diobati.

3. Pencegahan IO
Sebagian besar kuman yang menyebabkan IO sangat umum, dan mungkin anda telah
membawa beberapa dari infeksi ini. Anda dapat mengurangi risiko infeksi baru dengan tetap
menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang diketahui yang menyebabkan IO.
Meskipun anda terinfeksi beberapa IO, anda dapat memakai obat yang akan mencegah
pengembangan penyakit aktif. Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah
IO adalah untuk memakai ART.

B. PENGOTROLAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

1. Sterilisasi dan Pengendalian Secara Fisika

Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,


dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah
sebagai berikut :

a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi


Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan
lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus
membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai,
dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada
benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk
melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau
menghambat aktivitas mikroba.
d) Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi
seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering
digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena
menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban
sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang

6
menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan
waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan
retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu
efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven.

2. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya


a) Pasteurisasi :
Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasarkan waktu
kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi
yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada
bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam
lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
b) Tyndalisasi :
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi
dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di
dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit
dalam waktu tiga hari berturut-turut.
c) Boiling :
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama
10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen.
Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat
kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
d) Red heating :
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar
merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming :
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan alkohol
atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.

3. Pengendalian Mikroba dengan Radiasi


Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar
ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
a) Sinar UV :
Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu benda yang
terpapar sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi :
Sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan
sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi
maupun industri kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.

7
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan.
4. Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
b) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang
tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika,
antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana
yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum
digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari
porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.

b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel


(High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya
udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar
(Laminar Air Flow)
5. Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat
mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang baik
adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah
tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.

C. Menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi


Mengontrol pertumbuhan organisme patogen dapat dilakukan dengan tiga cara seperti:
(1) membunuh patogen; (2) menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan; (3) mencegah
transmisi. Patogen adalah mikroorginesme atau substansi seperti bakteri, virus atau parasit yang
mampu menimbulkan penyakit. Patogenesis adalah perkembangan, produksi atau proses
pembentukan suatu penyakit. Bakteri patogen harus dihindari dan dibasmi karena akan
mengancam kesehatan. Toksisitas yang dimiliki antibiotik dapat digunakan untuk melawan
patogen. Toksin dapat membunuh bakteri dan virus dengan cara meracuninya. Contohnnya
arsenik yang merupakan toksin yang pernah digunakan untuk mengobati sifilis.

Menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi dapat


dilakukan dengan mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan metode terbaik mencegah
transmisi mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan. Faktor penting untuk
mempertahankan higiene yang baik dan mempertahankan integritas kulit seperti:

1. lama mencuci tangan;


2. paparan semua area tangan dan pergelangan tangan ke alat yang digunakan;
3. menggosok dengan keras hingga terjadi friksi;
4. pembilasan menyeluruh;

8
5. memastikan tangan telah dikeringkan. Hampir semua bakteri transien dapat dihilangkan
dengan sabun dan air, tetapi bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida,
misalnya Hibicrub Povidone-iodine.

Yang perlu perhatian khusus saat mencuci tangan adalah area tempat berkumpulnya
mikroorganisme, seperti di sela-sela jari. Walaupun mencuci tangan dengan menggunakan
bakterisida, namun tidak semua bakteri dapat dihilangkan. Tangan tidak pernah steril maka dari
itu kita memerlukan sarung tangan steril dalam melakukan tindakan-tindakan steril. Selain itu
pakaian pelindung yang digunakan ketika memasuki ruangan steril juga dapat mencegah
transmisi mikroorganisme. Dalam menurunkan jumlah organisme kontaminan hal yang perlu
diperhatikan adalah kebersihan, baik itu kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan.

9
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN

10
DAFTAR PUSTAKA

James, Joyce. dkk, (2008). Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Erlangga

Otto, Shirley E. (2003). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: Buku Kedokteran

Potter, P. A.,dan Perry, A. G. (2005) Fundamentals of Nursing.Ed.4 Volume 2 (Terj. Dr. Adrina
Ferderika). Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18833/Chapter%20II.pdf?sequence=4

11

Anda mungkin juga menyukai