Anda di halaman 1dari 16

Laporan Kasus

Kepaniteraan Klinik
Neurologi

Pembimbing :

dr. Vivien Puspitasari. SpS

Disusun Oleh:

Noorgiani Lestari

07120100056

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT SILOAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 28 APRIL – 1 JUNI 2014


Identitas Pasien

Inisial Pasien : Tn. I B

Nomor MR : SHLK.00-00-235-908

Tanggal Lahir : 16 Juni 2014

Usia : 64 tahun

Status : Menikah

Agama : Christian

Pekarjaan : Pemilik Optik

Alamat : Kademangan RT 06/02 Cisauk

Tanggal Masuk Rumah Sakit: 07 Mei 2014

Anamnesis (Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan istri pasien)

Keluhan Utama :

Pusing berputar sejak 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 3 hari sebelum


masuk rumah sakit. Pusing dirasakan pasien seakan-akan benda memutar, dan
dikeluhkan pasien dengan adanya mual tanpa adanya muntah. Keluhan pusing
berputar dirasakan pasien secara terus menerus dan tidak diperingan dengan
istirahat. Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya sejak 4
bulan SMRS dan makin memberat

Pasien mengaku pendengaran telinga kiri menurun sejak 4 bulan


SMRS dan diawali dengan telinga kiri berdengung. Demam disangkal pasien
dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga pasien. Pasien mengeluhkan
sering jatuh karena seakan-akan tubuh pasien jatuh kekiri terus, dan kalau
pasien berjalan seakan-akan miring ke kiri.
Riwayat Penyakit Dahulu :

. Pasien mendapat pengobatan dari RS lain dan sempat dipasangkan


alat bantu dengar. Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.

Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol


tetapi diabetes mellitus disangkal pasien. Penyakit jantung serta kolesterol
disangkal.

Riwayat Keluarga :

Pasien mengaku kakak kandungnya yang mempunyai riwayat tumor


ovarium. Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal.

Riwayat Sosial/Kebiasaan :

Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36o C

Saturasi O2 : 98%

 Kulit
o Warna sawo matang
o Tidak terdapat kelainan
o Tidak terdapat perdarahan, jaringan parut
 Kepala
o Bentuk : normosefali
o Rambut bewarna hitam, tidak mudah rontok
 Mata
o Konjungtiva pucat (-/-)
o Injeksi konjungtiva (-/-)
o Pupil isokor 4mm/4mm
o Refleks cahaya direk/indirek (+/+)
 Hidung
o Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris
 Telinga
o Aurikulum : Ukuran normal, bentuk normal simetris kanan dan kiri,
tidak tampak hiperemis
o Liang telinga lapang, hiperemis (-/-), serumen (+/+), sekret (-/-),
korpus alienum (-/-)

 Mulut
o Bibir tidak pucat, mukosa lembab
 Leher
o Trakea berada di tengah dan tidak terdapat deviasi.
o Kaku kuduk (-)
o Tidak tampak adanya pembesaran KGB
 Dada
o Bentuk normal, retraksi (-)
 Paru
o Inspeksi : pernapasan dada simetris kanan/kiri
o Palpasi : tactile fremitus simetris kanan/kiri, ekspansi paru normal
o Perkusi : sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi : vesikuler (+/+),wheezing (-/-), rhongki (-)/(-)
 Jantung
o Iktus tidak teraba dan tidak terlihat
o Bunyi jantung S1/S2 regular
o Bising jantung gallop (-), murmur (-)

 Abdomen
o Inspeksi : bentuk dinding perut cembung, supel, pergerakan dinding
perut sesuai dengan irama pernapasan, tidak terdapat kelainan pada
kulit
o Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
o Perkusi : timpani di ke-9 regio abdomen
o Auskultasi : bising usus (+) normal
 Ekstremitas
o Pergerakan aktif-bebas dalam batas normal
o CRT < 2 detik, turgor baik, edema (-)
Status Neurologis

GCS : E4M6V5 (15)

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku Kuduk : -

Tanda Laseq : -/-

Tanda Kerniq : -/-

Brudzinski I :-

Brudzinski II : -

Saraf Kranialis Dextra Sinistra

Nervus I : gangguan menghidu N N

Nervus II :

Visus 6/6 6/6

Lapang Pandang N N

Warna Iris Hitam Hitam

Fundus Tidak dilakukan

Nervus III, IV, VI

Sikap bola mata Di tengah Di tengah

Pupil : Ukuran, bentuk 4mm,bulat 4mm,bulat,

Isokor Isokor

Reflex cahaya langsung N N

Reflex cahaya tidak langsung N N

Reflex konvergensi N N

Nistagmus (+) Horizontal


Pergerakan bola mata

Nervus V

Motorik

Membuka mulut N N

Gerakan rahang N N

Sensorik

Sensibilitas V1 N N

Sensibilitas V2 N N

Sensibilitas V3 N N

Refleks kornea Tidak dilakukan

Nervus VII

Sikap mulut istirahat : Sudut garis mulut kanan dan kiri simetris

Angkat alis N N

Kerut dahi N N

Menyeringai N N

Nervus VIII

Nervus cochlearis

Suara bisikan / gesekan jari N menurun

Rinne + -

Weber lateralisasi ke telinga kanan

Schwabach N memendek
Nervus Vestibularis

Nistagmus (+) horizontal

Berdiri dengan satu kaki : Mata tertutup jatuh ke kiri

Mata terbuka N N

Berdiri dengan dua kaki : Mata tertutup N N

Mata terbuka N N

Berjalan Tandem bergeser ke arah kiri

Fukuda Stepping Test bergeser ke arah kiri

Nervus IX, X

Arkus pharynx N

Uvula N

Disfoni Tidak ada

Disfagi Tidak ada

Reflex Pharynx N

Nervus XI

Sternocleidomastoid N N

Trapezius N N

Nervus XII

Sikap lidah dalam mulut

Deviasi tidak ada devisiasi

Atrofi tidak terdapat atrofi

Fasikulasi Tidak ada

Tremor Tidak ada


Menjulurkan lidah tidak ada devisiasi

Kekuatan lidah Kanan = kiri

Motorik

Ekstremitas

Trofi : Normotrofi Normotrofi

Normotrofi Normotrofi

Tonus : Normotonus Normotonus

Normotonus Normotonus

Kekuatan Otot :
5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Refleks fisiologis

Biceps : +2/+2

Triceps : +2/+2

KPR : +2/+2
APR : +2/+2

Refleks Patologis

Babinski : -/-

Chaddock : -/-

Oppenheim : -/-

Gordon : -/-

Schaffer : -/-

Rossolimo : -/-

Mendel Becthrew : -/-

Hoffman Trommer : -/-

Gerakan Involunter : Tidak ada

Sensorik

Eksteroseptif

Ekstremitas Atas

Raba : +/+

Nyeri : +/+

Suhu : Tidak dilakukan

Ekstremitas Bawah

Raba : +/+

Nyeri : +/+

Suhu : Tidak dilakukan

Propioseptif

Posisi Sendi :N/N

Getar : Tidak dilakukan


Koordinasi

Tes Tunjuk-Hidung :N

Tes Tumit-Lutut :N

Disdiadokokinesis : Tangan kiri tertinggal

Otonom

Miksi : Normal

Defekasi : Normal

Resume :

Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya sejak 4 bulan SMRS
dan makin memberat. Pasien mengaku dikeluarganya mempunyai riwayat tumor
ovarium. Pada pemeriksaan fisik diapatkan, hipertensi grade 1 menurut JNC 7,
terdapat nystgamus + horizontal, suara bisikan/ gesekan jari menurun pada telinga
kiri, test garputala menunjukan adanya tuli sensorineural, dan keseimbangan pasien
terganggu dan selalu jatuh kesebelah kiri.

Diagnosis :

Klinis : parese N VIII ( gangguan keseimbangan, Vertigo dan penurunan


pendengaran telinga kiri, dan hipertensi grade 1

Topis : Nukleus N VIII sampai cereberal

Etiologi : Neoplasma

Patologis : suspect schwannoma akustik

Diagnosis Kerja : parese NVIII et causa tumor akustik


Diagnosis Banding : Meningioma, Kolesteatoma Primer dan
Kista arachnoid

Saran Pemeriksaan Penunjang : Complete blood count, elektrolit, fungsi ginjal,


fungsi hati dan MRI kontrast.

Saran Terapi : Amlodipine 10 mg PO

Ranitidine IV 50mg

Betahistine 24 mg PO

Dexamethasone IV : 3 x 5 mg

Konsul TBS : tumor removal

PEMERIKSAAN PENUNJANG : MRI dengan Kontrast


Kesan : Pada MRI kepala didapatkan tampak lesi CPA kiri mendesak batang otak ke
kanan dan menutup porus acusticus internus kiri, akan tetapi kedua nervus acusticus
masih normal, tidak tampak infiltrasi tumor ke nervus tersebut. Tampak tumor
melekat pada meningen dan medesak serebelum serta ventrikel IV dengan ukuran 4,7
x 4,5 x 3,8 cm. Tak tampak perifokal oedem di sekitar lesi tersebut. Kesimpulan
tumor CPA kiri melekat pada meningen sugestif meningioma yang mendesak
ventrikel IV, batang otak serta serebelum.

PEMERIKSAAN DARAH

1. Hemoglobin : 14.8 g/dL ( 11.7-15,5 )


2. Hematokrit : 41,8% ( 35-43 )
6 6
3. Eritrosit : 5.09x10 /μL ( 3.6-5.2 x10 )
4. WBC : 12,06x103/ μL ( 3.8-10.6 x103 ) HIGH
5. Differential Count
a. Basofil : 1% ( 0-1 )
b. Eosinofil : 8% ( 1-3 )
c. Band Neutrofil :3% ( 2-6 )
d. Segment Neutrofil : 60% ( 50-70% )
e. Limfosit : 21% ( 25-40% )
f. Monosit : 7% ( 2-8 )
3 3
6. Platelet : 302 x10 / μL (150-440 x 10 )
7. ESR : 16 ( 0-15 ) HIGH
MCV, MCH, MCHC
8. MCV : 71.40 fL ( 73-101 )
9. MCH : 23.00 pg ( 23-31 )
10. MCHC : 24 g/dL ( 26-34 )
Creatinine : 0,60 mg/dL ( 0,6-1,1)
eGFR : 134,1 ML/MNT/1,73 M2 (N)
ELECTROLYTE :
- Sodium : 142 mmol/L (137-145)
- Potasium : 3,5 mmol/L (3,6-5,0)
- Chloride : 107 mmol/L (98-107)
SGOT – SGPT
SGOT/AST : 17 U/L ( 5-34 )
SGPT/ALT : 44 U/L ( 0-55)
PT : 11.0 detik (9.9-13.0 detik)
APTT : 31.0 detik (31-47 detik)

PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
Analisa Kasus:
Gangguan keseimbangan dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab. Salah
satu penyebab dari gangguan keseimbangan seperti rasa melayang dan terkadang
vertigo adalah tumor jinak yang disebut juga neuroma akustik.1

Neuroma Akustik yang sekarang disebut Vestibular Schwannoma, adalah tumor jinak
dari nervus vestibulokoklearis yang muncul di bagian medial kanalis auditori internus
atau lateral cerebellopontine angle (CPA). Neuroma akustik merupakan 6-8% dari
semua tumor intrakranial dan sekitar 85% dari seluruh tumor yang lokasinya di sudut
serebelopontin. Di Amerika Serikat, insidensinya 1/100.000 populasi, dan setiap
tahunnya ditemukan 200-300 kasus baru. Neuroma akustik ditemukan dalam dua
bentuk yaitu sporadik atau herediter. Sebanyak 95% kasus ditemukan sporadik
unilateral dan 5% bersifat diturunkan dan berhubungan dengan Neurofibromatosis
tipe 2. 2

Sebutan yang tepat untuk tumor ini ialah vestibular schwannoma karena
berasal dari sel schwann, yang melapisi bagian vestibuler dari nervus VIII. Tetapi
karena nervus VIII mempunyai 2 bagian, yaitu bagian akustik (pendengaran) dan
bagian vestibuler (keseimbangan) serta karena tumor ini jenis jinak (neuroma), maka
sebutan neuroma akustik lebih sering digunakan.

Neuroma akustik tumbuh di dalam kanalis auditorik internal yang kemudian


meluas ke daerah sudut serebelopontin (CPA, sehingga dapat mengenai nervus VIII.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah hilangnya pendengaran pada satu telinga.
Dengan bertambahnya ukuran tumor, tumor ini dapat menimbulkan gejala-gejala
akibat kompresi struktur penting lain di sekitarnya, seperti saraf kranial yang
berdekatan, serebelum dan batang otak. 3

QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.
Neuroma akustik sebanyak 95% ditemukan unilateral dan sporadik, biasanya terjadi
pada usia pertengahan, rata-rata usia 40-50 tahun. Sedangkan neuroma akustik yang
diturunkan insidensinya jarang yaitu sekitar 5%. Neuroma akustik jenis ini
berhubungan dengan Neurofibromatosis tipe 2 dan harus dicurigai pada pasien dengan
riwayat keluarga yang memiliki tumor neural. Pada pasien ini dipikirkan
kemungkinan suatu NF tipe 2,karena ditemukan riwayat keluarga yang menderita
vertigo.4

Gejala klinis yang timbul pada neuroma akustik disebabkan karena kompresi
komponen koklear dari nervus VIII yang berlangsung progresif lambat. Terdapat trias
gejala yang khas pada neuroma akustik yaitu tuli sensorineural ipsilateral, tinitus
dangangguan keseimbangan. Pada 95% pasien menunjukkan gejala awal
berupagangguan pendengaran unilateral pada sisi lesi, terutama untuk
diskriminasipercakapan. Karena melibatkan sistem vestibularis dapat terjadi
nistagmus. Gejala serebelar seperti ataxia dan gangguan gait dapat terjadi pada ukuran
tumor yang besar yang mendorong serebelum. Juga dapat timbul gejala akibat
kompresi nervus V berupa hipestesi wajah dan menurunnya refleks kornea.

Bila tumor cukup besar mengisi daerah sudut serebelopontin dapat


menyebabkan blok aliran likuor menyebabkan tanda-tandapeningkatan tekanan
intrakranial berupa nyeri kepala, muntah dan papiledema. Karena lokasinya yang
berdekatan dengan N.VII maka dapat timbul gejala kelemahan otot-otot wajah dan
gangguan pengecapan pada 2/3 anterior lidah, tetapi hal ini jarang terjadi. 6

Pada bapak I, gejala klinis yang didapatkan dengan keluhan pusing berputar sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya sejak 4 bulan SMRS dan makin memberat. Hal ini menandakan adanya
progresivitas dari penyakitnya tapi pada pasien ini tidak didapatkan adanya parese
nervus V.

Dalam keluarganya mempunyai riwayat tumor ovarium, ini juga bisa menundukung
herediter dari genetika pertumbuhan tumor pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik diapatkan, hipertensi grade 1 menurut JNC 7, terdapat


nystgamus + horizontal, suara bisikan/ gesekan jari menurun pada telinga kiri, test
garputala menunjukan adanya tuli sensorineural, dan keseimbangan pasien terganggu
dan selalu jatuh kesebelah kiri.
Diagnosis bandingnya adalah Meningioma, biasanya berasal dari basis permukaan
posterior tulang temporal atau dari petrous ridge tetapi biasanya bukan di tengah
kanalis auditori internus. Pada pemeriksaan radiologi dapat terjadi hiperostosis atau
erosi tulang temporal tetapi ekspansi ke meatus auditori internus tidak sering terjadi.

Kedua, Kolesteatoma primer muncul pada dari sisa epitel kongenital pada tulang
temporal atau fossa kranial posterior. Pada pemeriksaan radiologi sering terdapat
destruksi tulang temporal.Pada CT khas tidak ada enhancement dengan kontras karena
lesinya avaskular.

Kista arachnoid pada fossa posterior dapat muncul pada CPA, berdinding tipis
dan berkembang di antara lapisan arachnoid. Schwannoma saraf fasialis. Penyakit ini
biasanya ditandai dengan gejala dan tanda saraf fasialis.Space occupying lession pada
CPA yaitu lipoma, choroid plexus papilloma, hemangioma,
hemangioperisitomaTumor basis kranii yang meluas ke CPA yaitu tumor glomus
jugulare, karsinoma telinga luar dan tengah, post nasal space.8 Sindroma CPA yang
disebabkan vaskular yaitu basilar artery ectasia, aneurisma dan kompresi nervus VIII
oleh lengkungan arteri serebelar anterior inferior.7

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan WBC dan ESR meningkat karena tumor
mensupresi tubuh pasien serta peningkatan inflamasi oleh sel tumor itu sendiri.

Theurapetic reasoning :

Amlodipine 10 mg PO ( obat hipertensi – antagonis ion kalsium ) pada pasien ini


digunakan untuk mengontrol tekanan darah pasien.

Ranitidine IV 50mg (suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja


histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung)
digunakan untuk mengurangi efek samping dari dexametason.

Betahistine 24 mg PO (anatgonis reseptor H1 histamine - Betahistin


dihidroklorida adalah obat yang sangat mirip senyawa histamin alami. Betahistine
bekerja dengan cara langsung berikatan dengan reseptor histamin. Reseptor ini
terletak di dinding aliran darah, termasuk di dalam telinga. Dengan mengaktifkan
reseptor ini menyebabkan pembesaran pembuluh darah. Dengan peningkatan sirkulasi
darah, mengurangi tekanan di telinga. Betahistine fungsi utamanya sebagai obat
penyakit Meniere atau vertigo. Obat ini membantu menghilangkan tekanan di dalam
telinga dan mengurangi frekwensi dan keparahan serangan mual dan pusing.
Betahistine juga mengurangi bunyi mendenging di telinga (tinitus) dan membantu
fungsi pendengaran menjadi normal.

Dexamethasone IV : 3 x 5 mg ( menurangi faktor inflamasi yang terjadi akibat


adanya tumor)

Konsul TBS : tumor removal

Daftar Pustaka

1. Lal S, DeMonte F. Surgicallly curable brain tumors of adults. Dalam:


Noseworthy JH. Neurological Therapeutics Principles and Practice. Volume
1. London: Martin Dunitz, 2003; 697-702.
2. Janus TJ. Yung WK. Primary neurological tumors. Dalam: Goetz GC.
Textbook of Clinical Neurology. Philadelphia: Saunders, 2003; 1030-1.

3. Arthurs B J et al. Gamma Knife radiosurgery for Vestibular Schwannoma:


case report and review of the literature. World Journal of Surgical
Oncology 2009, 7:100

4. Matthew L Bush; Raleigh O Jones; Jennifer B Shin. Auditory brainstem


response threshold differences in patients with Vestibular Schwannoma: a
new diagnostic index. Ear, Nose & Throat Journal; Aug 2008; 87,21

5. Maurice victor, allan H.Ropper, Principle of neurology, adams and victor,


mcgrawhill, united states; 2001.

6. Suryanarayanan R et al.Vestibular Schwannoma: role of conservative


management. The Journal of Laryngology & Otology (2010), 124, 251–257

7. Derald E. Brackmann DE, Crawford JV, Green JD. Cerebellopontine Angle


Tumors in- Bailey BJ (Ed) Head and Neck Surgery-Otolaryngology.4th Ed.
Volume 2. Philadelphia. JB. Lippincott Company. 2006: 2208-2230

Anda mungkin juga menyukai