Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI

Tutor ; dr.Hj. Elvira Aznidar


KELOMPOK 15

Herika Laksmi Safitri K. 11020160015


Anugerah Febrianti Azis 11020160033
Muh. Rachmad Sammulia 11020170070
Taufik Hidayat Nur 11020160101
Andi Fatihah Rizki Salsabilah Ramadhana 11020160108
Achmad Imron 11020160114
Andi Suryanti Tenri Rawe 11020160124
Andi Indah Khairunnisa 11020160134
Marwa Amrang 11020160142
Indah Khaerunnisa Hakim 11020160149
Meisy Gita Silva 11020160161

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga laporan hasil observasi lapangan dari kelompok 15 pada
Puskesmas Pertiwi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami
kirimkan salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan
ke alam yang penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
OBSERVASI LAPANGAN kami khususnya kepada pembimbing kami yang
telah membantu selama proses observasi berlangsung. Dan kami juga
mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses
observasi kami telah berbuat salah baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil OBSERVASI ini dapat bermanfaat bagi setiap
pihak yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun
sendiri. Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas
pengetahuan pembaca mengenai Sistem Tumbuh Kembang dan Geriatri.
Makassar, 04 Mei 2019

Kelompok 15
PROFIL PUSKESMAS PERTIWI

A. Profil Lokasi
Puskesmas pertiwi sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berada
di wilayah kecamatan Mariso Kota Makassar, berfungsi mengembangkan dan
membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terdepan dan terdekat dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan pokok
yang menyeluruh dan terpadu.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan Puskesmas Pertiwi ditujukan
untuk mencapai dan meningkatkan derajat kesehatan bagi seluruh warga kota
Makassar pada umumnya dan masyarakat yang berada pada wilayah kerja
puskesmas Pertiwi pada khususnya.

B. Keadaan Geografis
Puskesmas pertiwi merupakan salah satu puskesmas dalam wilayah
kerja dinas kesehatan kota makassar. Tepatnya berada di jalan
cendrawasihIII, antara kelurahan panambungan dan kelurahan mariso dengan
luas wilayah 2,15 km2 dan ketinggian tanah 0,3 meter 31o di atas permukaan
laut. Dengan batas – batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan langsung dengan kelurahan Panambungan
- Sebelah selatan berbatasan langsung dengan kelurahan Mattoanging
- Sebelah barat berbatasan langsung dengan selat Makassar
- Sebelah timur berbatsan langsung dengan kelurahan Kunjung Mae
C. Sarana dan Prasarana
Untuk melayani masyarakat di wilayah kerja, disamping fasilitas
sarana kesehatan juga tersedia kendaraan roda empat ( ambulance ),
pelayanan puskesmas keliling. Adapaun perlengkapan medis dapat dilihat
pada daftar inventaris puskesmas dan untuk melayani masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan telah tersedia tenaga-tenaga yang
terampil dalam bidangnya massing-masing.
D. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Kegiatan KIA dilakukan setiap hari selasa, kamis, dan sabtu pada
pukul 08.00-13.00, dimana ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya baik
yang baru pertama kali memeriksakan maupun yang sudah berulang.
Beberapa keguatan KIA diantaranya:
a. Pemeriksaan kehamilan trimester pertama, kedua, dan ketiga (K1-K4)
b. Pemeriksaan tablet Fe, Kalsium, vitamin B complex.
c. Suntikan tetanus toxoid, dua kali selama hamil dengan interval 1 bulan.
0,5 ml lengan kiri
d. Penimbangan berat badan
e. Mengukur tekanan darah ibu hamil
f. Mengukur lingkar lengan atas (LILA)
g. Mengukur umur kehamilan
h. Mengukur taksiran berat janin
i. Mendeteksi risiko tinggi pada ibu hamil.
j. Menganamnesis keluhan-keluhan yang terdapat selama kehamilan.

E. Imunisasi
Kegiatan imunisasi dilakukan setiap hari kamis pada pukul 08.00 –
12.00. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu yang mempunyai bayi berusia 1 bulan
– 1tahun.
Hal utama yang diperhatikan sebelum pemberian imunisasi adalah
penyimpanan vaksin yang benar sehingga dapat diberikan vaksin dalam
kondisi baik dan tidak membahayakan.
Kegiatan yang dilakukan dalam imunisasi:
a. Penimbangan berat badan bayi
b. Pengecekan jadwal imunisasi bayi
c. Pamberian imunisasi yang dilakukan oleh bidan terlatih
d. Pemberian antipiretik untuk mencegah efek samping demam
e. Pemberian informasi kepada orang tua bayi mengenai efek samping yang
mungkin akan muncul setelah pemberian imunisasi.
f. Pemberitahuan jadwal kunjungan imunisasi berikutnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besar sel di seluruh


bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Pertumbuhan pada
balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini, berlangsung
perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh
anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh
anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Penambahan ukuran-
ukuran tubuh balita tidak harus drastis. Sebaliknya berlangsung perlahan-
lahan, bertahap dan terpola secara proporsional pada tiap bulannya.
Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses
pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala
penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan proses
pertumbuhan.1
Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak
mulia merupakan dambaan setiap orang tua. Agar dapat mencapai hal
tersebut terdapat berbagai kriteria yang harus terpenuhi dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya adalah faktor
keturunan atau genetika. Namun, selain faktor keturunan masih terdapat
faktor lain yang mempengaruhi kualitas seorang anak.2
Pertumbuhan balita dapat juga diketahui apabila setiap bulan
ditimbang, hasil Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih, bila grafik berat badan anak
lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan
hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal
kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis,
atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter
yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala
termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari
normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus,
megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan
variasi normal.3
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimum dipengaruhi
oleh pemberian ASI ekslusif, konsumsi makanan yang kaya gizi,
pemberian makanan secara rutin, kurangnya penyakit infeksi dan
stimulasi mental antara lain pola asuh makan yang baik. Asupan gizi yang
cukup dan stimulasi mental diperlukan untuk perkembangan otak yang
normal. Pemenuhan kebutuhan zat gizi dan stimulasi mental sangat
penting selama kehamilan dan bayi, yang merupakan periode penting
untuk dasar pembentukan perkembangan kognitif, motorik, dan sosio-
emosional, keterampilan sepanjang masa dan dewasa. Kekurangan zat
gizi selama kehamilan dan minimnya stimulasi mental kepada bayi akan
memengaruhi kognisi, perilaku, dan produktivitas pada usia sekolah dan
dewasa.1
Antropometri
 Berat Badan4
Bayi lahir yang cukup bulan akan mengalami kehilangan berat
sekitar 5-10% pada 7 hari pertama, dan berat badan (BB) waktu lahir
akan kembali pada hari ke 7-10.
Perkiraan berat badan anak adalah sebagai berikut :
1. Berat badan :
2 kali BB lahir : 4-5 bulan
3 kali BB lahir : 1 tahun
4 kali BB lahir : 2 tahun
2. Rata-rata berat badan :
3,5 kg pada waktu lahir
10 kg pada umur 1 tahun
20 kg pada umur 5 tahun
30 kg pada umur 10 tahun
3. Kenaikan berat badan per bulan pada tahun petama, berkisar antara:
700-1000 gram/bulan pada triwulan I
500-600 gram/bulan pada triwulan II
350-450 gram/bulan pada triwulan III
250-350 gram/bulan pada triwulan IV
4. Kenaikan berat badan per hari
20-30 gram pada 3-4 bulan pertama
15-20 gram pada sisa tahun pertama
 Tinggi Badan
Tinggi badan/ panjang badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50cm. secara garis
besar tinggi badan anak dapat di perikirakan sebagai berikut:
1 tahun : 1,5xTB lahir
4 tahun : 2xTB lahir
6 tahun : 1,5xTB setahun
13 tahun : 3xTB lahir
dewasa : 3,5xTB lahir (2xTB 2 tahun)
Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter
a. lahir : 50 cm
b. 1 tahun : 75 cm
c. 2-12 tahun : umur (tahun) x 6+ 77
 Lingkar Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata adalah 34-35 cm dan lingkar
kepala ini lebih besar daripada lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan,
lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, dan
dewasa 54 cm. Jadi, pertambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama
adalah 10 cm, atau sekitar 50 % pertambahan lingkar kepala sejak dari
lahir sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan(2
cm/bulan untuk 3 bulan pertama, kemudian melambat), dan
pertambahan 10 cm terjadi pada sisa hidupnya. Ukuran lingkar kepala
dapat dimonitor dengan menggunakan kurva Nellhaus, CDC, atau
WHO.4

B. IMUNISASI

Saat ini banyak penyakit telah dapat dicegah dengan imunisasi.

Misalnya vaksin Baccillus Calmete-Guerin(BCG) untuk mencegah

penyakit tuberculosis, Toksoid Diphteri untuk mencegah penyakit difteri,

Vaksin pertusis untuk mencegah penyakit pertusis, toksoid tetanus untuk

mencegah penyakit tetanus, vaksin hemophilus influenza untuk mencegah

penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh kuman

haemophyllusinfluenza, dll. Bahkan saat ini sedang dikembangkan

pembuatan vaksin demam berdarah, Human immunodeficiency

virus/Acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS), dan penyakit

infeksi lain yang banyak menimbulkan kerugian baik bagi individu,

masyarakat maupun negara. Pada dasarnya vaksin dibuat dari:

1. Kuman yang telah dilemahkan/ dimatikan

Contoh yang dimatikan : Vaksin polio salk, vaksin batuk rejan Contoh

yang dilemahkan : vaksin BCG, vaksin polio sabin, vaksin campak

2. Zat racun (toksin) yang telah dilemahkan (toksoid)

Contoh : toksoid tetanus, toksoid diphteri

3. Bagian kuman tertentu/ komponen kuman yang biasanya berupa

protein khusus

Contoh : vaksin hepatitis B


JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI

Keterangan :

1. Vaksin Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir.

2. Vaksin Polio diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di

RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari

transmisi virus vaksin kepada bayi lan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-

2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.

3. Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin

BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.

Bila uji tuberkulin praBCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan,

namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di

tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut

(diagnostik TB).
4. Vaksin DPT diberikan pada umur ≥ 6 minggu. Dapat diberikan vaksin

DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan

DPT umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan

jadwal imunisasi Kementrian Kesehatan. Untuk anak umur si atas 7 tahun

dianjurkan vaksi Td.

5. Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan

pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal

imunisasi Kementrian kesehatan.

6. Vaksin Pneumokokus dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan.

Pada umur 7-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada

umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1

kali pada umur >12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir.

Pada anak umur diatas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.

7. Vaksin Rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen

diberikan 3 kali. Vaksin rortavirus monovalen dosis 1 diberikan umur 6-14

minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu.

Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16

minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus

pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2,

dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur <32 minggu

(interval minimal 4 minggu)


8. Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur

sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pda umur >12 tahun, perlu 2

dosis dengan interval minimal 4 minggu.

9. Vaksin MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum

mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selajutnya MMR ulangan

diberikan pada umur5-7 tahun.

10. Vaksin Influenza diberikan pada umur ≥ 6 bulan, setiap tahun. Untuk

imunisasi primer anak 6 bulan - < 9 tahun diberi 2x dengan interval

minimal 4 minggu.

11. Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV

bivalen 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen 0, 2, 6 bulan.

PEMBERIAN IMUNISASI dan KEMASAN VAKSIN

Vaksin dapat dikemas dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Contoh

kemasan vaksin tunggal : BCG, Polio, Hepatitis B, Hib, campak. Contoh kemasan

vaksin kombinasi : DPT (Diptheri, Pertusis, Tetanus), MMR (campak, gondong,

campak jerman), tetravaccine (kombinasi DPT dan polio suntik).3 Beberapa

vaksin yang dikemas tunggal dapat diberikan bersamasama, aman dan proteksinya

memuaskan, misalnya:

1) Vaksin BCG bersama cacar

2) Vaksin BCG bersama polio

3) Vaksin BCG bersama Hepatitis B

4) Vaksin DPT bersama BCG


5) Vaksin DPT bersama polio

6) Vaksin DPT bersama hepatitis B

7) Vaksin DPT bersama polio dan campak

8) Vaksin DPT bersama MMR

9) Vaksin campak bersama polio.

1. Vaksin BCG

Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah

dilemahkan.

Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C

Dosis :0.05 ml Kemasan : ampul dengan bahan pelarut 4 ml

Masa kadaluarsa : satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada

label)

Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam.

Efek samping : jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan kelenjar getah

bening setempat yang terbatas dan biasanya menyem-buh sendiri walaupun

lambat

Kontraindikasi : tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC

atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.


2. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,

kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari

toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan

dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau

dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus

yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman

tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga

kemasanvaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi

dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella

pertusis yang telah dimatikan.

Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C

Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg

Kemasan : Vial 5 ml

Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada

label)

Reaksi imunisasi : demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan

selama 1-2 hari

Efek samping : Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,

kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang

lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur

pertusisnya.
Kontaindikasi : Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang

demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita

penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan

merupakan kotra indikasi yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.

3. Vaksin Poliomielitis

Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing

mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus

polio yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin

yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian

per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia.

Penyimpanan : Freezer, suhu -20º C

Dosis : 2 tetes mulut

Kemasan : vial, disertai pipet tetes

Masa kadaluarsa : dua tahun pada suhu -20°C

Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan

Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak

seperti polio sebenarnya.

Kontraindikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan

4. Vaksin Campak

Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan

untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada
vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan

rubella (campak jerman) disebut MMR.

Penyimpanan : Freezer, suhu -20º C

Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml

Kemasan : vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml

(aquadest)

Masa kadaluarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)

Reaksi imunisasi : biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan

dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah

penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.

Efek samping : sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak

berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30

hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.

Kontra Indikasi : sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam

derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian

pada ibu hamil.

5. Vaksin Hepatitis B

Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu

bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara

pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin.

Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai

berumur beberapa bulan setelah lahir.

Reaksi imunisasi : nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas

atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.

Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian

Kemasan : HB PID

Efek samping : selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti

Indikasi kontra : anak yang sakit berat.

6. Vaksin DPT/ HB (COMBO)

Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang

dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan

sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.

Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali

Kemasan : Vial 5 ml

Efek samping : gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam,

pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala berat

seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi.

Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari

Kontra indikasi : gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius

keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif

terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang


BAB II
PENGAMATAN DAN KAJIAN KASUS

A. PENGAMATAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Hari : Kamis, 25 April 2019


Pukul : 09.00 WITA
Lokasi : Puskesmas Pertiwi

a. Kegiatan Pengukuran
1. Pengukuran Berat Badan
Alat : Timbangan Gagang Panjang/ Dacin

Gambar 1. Timbangan Gagang Panjang/Dacin

Cara melakukan pengukuran :


1. Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah atau penyanggah
khusus yang sudah dibuat sebelumnya, serta pasang tali pengaman
pada ujung batangan dacin.
2. Periksa apakah dacin sudah tergantung kuat. Cara untuk memeriksa
ialah dengan cara menarik dacing kuat-kuat ke bawah. Hal tersebut
sangat penting karena berhubungan dengan keselamatan balita yang
akan ditimbang.
3. Geser bandul dacin pada angka nol
4. Pasang sarung timbang
5. asukkan balita ke dalam sarung timbang dan seimbangkan dacin. Hal-
hal yang perlu di perhatikan sebelum anda memasukan balita ke dalam
sarung timbang ialah pastikan pakaian yang digunakan anak seminimal
mungkin, lepaskan topi (jika menggunakan topi), sepatu, kaos kaki,
popok, dll.
2. Pengukuran Panjang/ Tinggi Badan
Alat : Meteran & Microtoise

Gambar 2. Pengukuran Panjang/Tinggi Badan


Persiapan Alat :
1. Tempelkanalat pengukur pada bagian dinding dengan bagian yang
lebih panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih pendek
menempel di tembok. Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda
bisa melihat angka 0 pada garis merah di kaca pengukur yang
menempel di lantai (anda harus berlutut untuk melihat angka 0 ini
sehingga anda harus dibantu seseorang untuk menahan ujung atas
meteran pengukur). Prosedur ini sangat penting untuk memastikan
pengukuran yang akurat.
2. Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan
stabil maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke atas dan
pengukuran tinggi siap dilakukan.
Cara Melakukan pengukuran panjang badan & Tinggi Badan :
1. Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan melepaskan
hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
pengukuran TB anak.
2. Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di tengah-
tengah dan menempel pada alat ukur/dinding
3. Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau kepada
ibunya yang berdiri di depan si anak. Pastikan bahu si anak rata,
dengan tangan di samping, dan kepala, tulang bahu dan bokong
menempel di papan ukur/dinding
4. Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur hingga
pas di atas kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika
posisi si anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran.
Cara melakukan pengukuran panjang badan bagi anak usia <2 tahun.
1. Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan keras
yang rata dengan memegang punggung si anak dengan satu tangan dan
bagian bawah badan dengan tangan lainnya. Dengan perlahan-lahan
turunkan si anak ke atas permukaan keras tersebut dengan bagian kaki
menempel di tembok.
2. Pegang kepala si anak dari kedua arah telinganya. Dengan
menggunakan tangan secara nyaman dan lurus, tempelkan kepala si
anak ke bagian atas papan ukur sehingga si anak dapat memandang
lurus kearah depan. Garis pandang si anak harus tegak lurus dengan
tanah. Kepala anda harus lurus dengan kepala si anak.
3. Pastikan si anak berbaring di atas permukaan keras. Tempatkan tangan
kiri anda di ujung tulang kering si anak (sedikit di atas sendi mata
kaki) atau pada lututnya. Tekanlah dengan kuat ke arah permukaan
keras.
4. Dengan menggunakan tangan kanan anda, geserkan alat pengukur ke
arah kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi
si anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran.
3. Pengukuran Lingkar Kepala
Alat yang digunakan : Pita Ukur

Gambar 3. Pita Ukur


Cara pengukuran
Cara mengukur lingkaran kepala:
a. Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi,di atas
alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang
menonjol, tarik agak kencang.
b. Baca angka pda pertemuan dengan angka.
c. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
e. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang.

b. Memplotting pada KMS


- Penentuan titik
- Menghubungkan titik
c. Interpretasi status pertumbuhan sesuai KMS

Gambar 4 . Interpretasi status gizi anak pada kurva growth chart

Gambar 5. Interpretasi status gizi anak (PB/U) pada growth chart

Gambar 6. Interpretasi LK pada growth chart


d. Intervensi : -

KAJIAN KASUS
Pengamatan ini dilakukan pada hari Kamis, 25 April 2019, Pada pukul 09.00 –
Selesai.
 Pasien 1
Nama Ayah : Tn. Arfan
Nama Ibu : Ny. Maulidia
Nama Anak : Safran
Tanggal Lahir : 8 Oktober 2018
Jenis Kelamin : Laki-Laki
BB Lahir : 1800 gram
PB Lahir : 40 cm
Umur : 1 Tahun 6 Bulan

Gambar Safran
A. Kegiatan Pengukuran
1. Penimbangan berat badan
 Alat yang digunakan yaitu timbangan dacin
 Pemasangan alat
 Cara melakukan :
- Pastikan dacin masih layak digunakan, perikasa dan
letakkan banul geser pada angka nol. Jika ujung kedua
paku dacin tidak dalam posisi lurus, maka timbangan
tidak layak digunakan dan harus dikalibrasi.
- Masukan Balita ke dalam sarung timbang dengan
pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai
jarum tegak lurus.
- Baca berat badan Balita dengan melihat angka di ujung
bandul geser.
- Catat hasil penimbangan dengan benar
- Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan Balita
dari sarung timbang.
 Hasil pengukuran : 6 Kg

Gambar Pengukuran Berat Badan


2. Pengukuran panjang atau tinggi badan
 Alat yang digunakan yaitu mikrotoice
 Cara pengukuran :
- Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
- Berdiri tegak menghadap kedepan.
- Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
- Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-
ubun.
- Baca angka pada batas tersebut.
- Jika anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
 Hasil pengukuran : 68 cm

Gambar Pengukuran Panjang Badan


3. Pengukuran lingkar kepala
 Alat yang digunakan yaitu meteran
 Pemasangan alat
 Cara mengukur lingkaran kepala:
- Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi,
diatas alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
- Baca angka pada pertemuan dengan angka.
- Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
- Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak.
- Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran sekarang.
- LK sekarang. : 44,5 cm

Gambar . Pengukuran Lingkar Kepala


B. Memplotting pada KMS

Interpretasi pada Grafik WHO Child Growth (PB-U) : Gizi Buruk

Interpretasi pada Grafik WHO Child Growth (BB-U) : Gizi Buruk


Interpretasi pada Grafik WHO Child Growth (LK-U) : Mikrosefali

C. Interpretasi status pertumbuhan sesuai KMS


 Tinggi badan lahir 40 cm, tinggi badan saat ini 68 cm
Interpretasi 1 tahun 70,5 cm  (kurang)
 Berat badan lahir 1900 gram, berat badan saat ini 6000 gram
Interpretasi 2 tahun 4x dari BB lahir 7600 gram  (kurang)
 Lingkar kepala saat ini 44,5 cm
Interpretasi usia 1 tahun 6 bulan 45-49 cm (mikrosefali)
D. Intervensi :
 Asupan gizi ditingkatkan
 Beri dukungan pada ibu untuk tetap memperhatikan status gizi
anak
 Jadwalkan kunjungan berikutnya dan sebaiknya petugas posyandu
melakukan pemeriksaan ke rumah-rumah secara berkala agar
pertumbuhan dan perkembangan anak terpantau secara baik.
 Pasien 2

Pengamatan ini dilakukan pada hari Kamis, 25 April 2019, Pada pukul 09.00 –

Selesai.

Nama Ayah : Tn. X


Nama Ibu : Ny. Mega Ayudya C
Nama Anak : Dikta
Tanggal Lahir : 21 Maret 2017
Jenis Kelamin : Laki-Laki
BB Lahir : 2.500 gram
PB Lahir : 49 cm
Umur : 2 Tahun 1 Bulan 13 hari

Gambar. Dikta
A. Kegiatan Pengukuran
1. Penimbangan berat badan
 Alat yang digunakan yaitu timbangan dacin
 Pemasangan alat
 Cara melakukan :
- Pastikan dacin masih layak digunakan, perikasa dan letakkan
banul geser pada angka nol. Jika ujung kedua paku dacin tidak
dalam posisi lurus, maka timbangan tidak layak digunakan dan
harus dikalibrasi.
- Masukan Balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian
seminimal mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak
lurus.
- Baca berat badan Balita dengan melihat angka di ujung bandul
geser.
- Catat hasil penimbangan dengan benar
- Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan Balita dari
sarung timbang.
 Hasil pengukuran : 11,7 Kg

Gambar . Pengukuran Berat Badan


2. Pengukuran panjang atau tinggi badan
 Alat yang digunakan yaitu mikrotoice
 Cara pengukuran :
- Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
- Berdiri tegak menghadap kedepan.
- Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
- Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
- Baca angka pada batas tersebut.
- Jika anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
 Hasil pengukuran : 93 cm

Gambar. Pengukuran Panjang Badan


3. Pengukuran lingkar kepala
 Alat yang digunakan yaitu meteran
 Pemasangan alat
 Cara mengukur lingkaran kepala:
- Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi,
diatas alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
- Baca angka pada pertemuan dengan angka.
- Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
- Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak.
- Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran sekarang.
- LK sekarang. : 49 cm

Gambar . Pengukuran Lingkar Kepala


B. Memplotting pada KMS

Interpretasi pada Grafik WHO Child Growth (PB-U) : Gizi Buruk

Interpretasi pada Grafik WHO Child Growth (BB-U) : Gizi Normal


Interpretasi pada Grafik WHO Child Growth (LK-U) : Normal

C. Interpretasi status pertumbuhan sesuai KMS


 Tinggi badan lahir 49 cm, tinggi badan saat ini 93 cm
Interpretasi 2 tahun ± 85 cm  (Tinggi)
 Berat badan lahir 2500 gram, berat badan saat ini 11700 gram
Interpretasi BB berdasarkan usia seharusnya ±13000 gram  (normal)
 Lingkar kepala saat ini 49 cm
Interpretasi : Normal
D. Intervensi :
 Asupan gizi dipertahankan
 Beri dukungan pada ibu untuk tetap memperhatikan status gizi
anak
 Jadwalkan kunjungan berikutnya dan sebaiknya petugas
posyandu melakukan pemeriksaan ke rumah-rumah secara
berkala agar pertumbuhan dan perkembangan anak terpantau
secara baik.
B. PENGAMATAN IMUNISASI

1. PASIEN 1

Nama Ayah : Muh. Jufri

Nama Ibu : Sulaiha

Nama Anak : Muh. Al Fatiha Fajri

Tanggal Lahir : 06 April 2019

Jenis Kelamin : Laki-Laki

BB Lahir : 3200 gram

BB sekarang : 4000 gram

PB Lahir : 49 cm

PB Sekarang : 56 cm

LK Lahir : ?

LK Sekarang : 38 cm

Riwayat Vaksinasi : ?

Imunisasi sekarang : BCG, Polio

Umur : 22 hari
Gambar : Imunisasi anak Muh. Al Fatihah Fajri

Gambar : pengukuran panjang badan anak Muh. Al-Fatihah Fajri

Gambar : pengukuran lingkar kepala anak Muh. Al-Fatihah Fajri


Gambar : Catatan Imunisasi Anak

Berikut adalah objek-objek pengamatan yang dilakukan kepada petugas/perawat

yang melakukan imunisasi :

1. Persiapan Pasien

a. Pencatatan identitas dan pengukuran BB/TB.

b. Dilakukan pemeriksaan kartu imunisasi untuk melihat riwayat

imunisasi

c. Penentuan jenis imunisasi sekarang

d. Memberikan pemberitahuan manfaat pemberian imunisasi dan resiko

jika anak tidak di imunisasi.

2. Penyimpanan Vaksin Vaksin disimpan dalam Cool Box

3. Persiapan alat dan bahan

a. Dilakukan persiapan adrenalin untuk mengantisipasi kejadian syok

anfilaksis.
b. Spoit 3cc

c. Pengambilan vaksin pada tempat penyimpanan vaksin

d. Pemeriksaan kelayakan vaksin

e. Pada pemeriksaan kelayakan, tidak didapatkan kelainan pada bentuk

fisik dari faksin dan vaksin belum masuk masa expired.

4. Pemberian Vaksin

a. Anamnesis indikasi dan kontra-indikasi pemberian imunisasi pada

anak

b. Untuk vaksinasi BCG tempatkan suntikan pada lengan atas kanan 1/3

dari M. Deltoideus, tetapi terlebih dahulu dibersihkan dengan kapas

alkohol.

c. Untuk vaksinasi BCG diberikan 0,5 ml secara Intrakutan.

d. Untuk vaksinasi polio diteteskan secara langsung ke mulut anak

sebanyak 2 tetes.

5. Setelah pemberian imunisasi

a. Mencatat pada kartu imunisasi, riwayat imunisasi yang telah

dilakukan.

b. Menentukan jadwal vaksinasi selanjutnya.


KAJIAN KASUS

1. Persiapan pasien

Pada persiapan pasien, dilakukan penjelasan tentang imunisasi dan

pencatatan identitas. Setalah pecatatan identitas, ditanyakan tentang

riwayat imunisasi , apa yang sudah dan belum dilakukan dengan tujuan

vaksin apa yang dibutuhkan. Hal ini baik dilakukan demi mengetahui

vaksin apa yang sebenarnya dibutuhkan anak. Pada pasien tidak diketahui

apakah pasien telah diberikan vaksin Hepatitis B0 sebelumnya atau tidak.

2. Penyimpanan Vaksin

Tempat penyimpanan vaksin yang digunakan adalah Lemari es.

3. Persiapan alat dan bahan

Dari langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan alat dan

bahan untuk tindakan, tampak telah dipersiapkan adrenalin. Ini artinya

sebelum tindakan, petugas mampu bertindak melakukan persiapan

menangani jika terjadi syok. Kemudian pemeriksaan terhadap vaksin juga

dilakukan , seperti tanda-tanda fisik ( warna, gumpalan,dll ) masa expired,

dan vial marker. Dari pemeriksaan tersebut, tidak didapatkan kelainan dari

bentuk fisik , vial marker, dan belum masuk masa expired. Ini artinya

terdapat vaksin tersebut adalah dan vaksin masih layak pakai dan petugas

telah dilakukan demi menghindari pemakaian vaksin yang tidak layak

pakai. Selain itu , disediakan kapas alcohol, spoit 3cc, serta tempat

pembuangan untuk spoit yang telah digunakan.

4. Pemberian Vaksin
Sebelum melakukan penyuntikan, petugas menanyakan kepada

orang tua tentang riwayat imunisasi yang lalu dan kondisi sebelum petugas

melakukan penyuntikan seperti ada tidaknya hal-hal yang menjadi kontra-

indikasi. Untuk pemberian vaksin BCG terlebih dahulu dilakukan

penentuan letak titik dimana akan melakukan penyuntikan kemudian titik

tempak penyuntikan tersebut dibersihkan dengan menggunakan kapas

alcohol. Penyuntikan dilakukan secara Intrakutan. Setelah dilakukan

penyuntikan , vaksin polio diberikan sebanyak 2 tetes per oral.

5. Setelah pemberian vaksin

Setelah pemberian vaksin tidak tampak reaksi-reaksi berat yang

terjadi pada pasien.


2. Pasien 2

Nama Ayah : Tn. Arii Nombang

Nama Ibu : Ny. Erni

Nama Anak : Suci

Tanggal Lahir : 24 Februari 2019

Jenis Kelamin : Perempuan

BB Lahir : 3100 gram

BB Sekarang : 4700 gram

PB Lahir : 49 cm

PB Sekarang :-

Lingkar Kepala :-

Riwayat Vaksinasi : HB-O, BCG, Polio 1

Imunisasi Sekarang : DPT/HB 1, Polio 2

Umur : 2 bulan

Gambar. Pemberian vaksin


Berikut adalah objek-objek pengamatan yang dilakukan kepada petugas/perawat

yang melakukan imunisasi :

1. Persiapan Pasien

1) Pencatatan identitas dan pengukuran BB/TB.

2) Dilakukan pemeriksaan kartu imunisasi untuk melihat riwayat

imunisasi

3) Penentuan jenis imunisasi sekarang

4) Memberikan pemberitahuan manfaat pemberian imunisasi dan

resiko jika anak tidak di imunisasi.

2. Penyimpanan Vaksin Vaksin disimpan dalam Cool Box

3. Persiapan alat dan bahan

1) Dilakukan persiapan adrenalin untuk mengantisipasi kejadian syok

anfilaksis.

2) Spoit 3cc

3) Pengambilan vaksin pada tempat penyimpanan vaksin

4) Pemeriksaan kelayakan vaksin

5) Pada pemeriksaan kelayakan, tidak didapatkan kelainan pada

bentuk fisik dari faksin dan vaksin belum masuk masa expired.

4. Pemberian Vaksin

1) Anamnesis indikasi dan kontra-indikasi pemberian imunisasi pada

anak

2) Untuk vaksinasi tempatkan suntikan pada paha bagian tengah.

Sebagai catatan, pemberian vaksinasi DPT/HB1 (Pentabio) di


suntikkan pada paha kanan, DPT/HB2 disuntikkan di paha kiri, dan

DPT/HB3 diberikan di paha kanan.

3) Untuk vaksinasi DPT/HB1 (pentabio) diberikan 0,5 ml secara

Intramuskular.

4) Untuk vaksinasi polio diteteskan secara langsung ke mulut anak

sebanyak 2 tetes.

5) Setelah pemberian imunisasi

5. Mencatat pada kartu imunisasi, riwayat imunisasi yang telah dilakukan.

6. Menentukan jadwal vaksinasi selanjutnya.

Gambar. Catatan imunisasi anak


7. Persiapan pasien

Pada persiapan pasien, dilakukan penjelasan tentang imunisasi dan

pencatatan identitas. Setalah pecatatan identitas, ditanyakan tentang

riwayat imunisasi , apa yang sudah dan belum dilakukan dengan tujuan

vaksin apa yang dibutuhkan. Hal ini baik dilakukan demi mengetahui

vaksin apa yang sebenarnya dibutuhkan anak. Pada pasien tidak diketahui

pasien telah diberikan vaksin Hepatitis B0 sebelumnya.


8. Penyimpanan Vaksin

Tempat penyimpanan vaksin yang digunakan adalah pendingin

tempat penyimpanan vaksin (Vaccine Cooler Multizone Icelined

Refrigerator).

Gambar. Pendingin tempat penyimpanan vaksin

9. Persiapan alat dan bahan

Dari langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan alat dan

bahan untuk tindakan, tampak telah dipersiapkan adrenalin. Ini artinya

sebelum tindakan, petugas mampu bertindak melakukan persiapan

menangani jika terjadi syok. Kemudian pemeriksaan terhadap vaksin juga

dilakukan , seperti tanda-tanda fisik ( warna, gumpalan,dll ) masa expired,

dan vial marker. Dari pemeriksaan tersebut, tidak didapatkan kelainan dari

bentuk fisik , vial marker, dan belum masuk masa expired. Ini artinya

terdapat vaksin tersebut adalah dan vaksin masih layak pakai dan petugas

telah dilakukan demi menghindari pemakaian vaksin yang tidak layak


pakai. Selain itu , disediakan kapas alcohol, spoit 3cc, serta tempat

pembuangan untuk spoit yang telah digunakan.

10. Pemberian Vaksin

Sebelum melakukan penyuntikan, petugas menanyakan kepada

orang tua tentang riwayat imunisasi yang lalu dan kondisi sebelum petugas

melakukan penyuntikan seperti ada tidaknya hal-hal yang menjadi kontra-

indikasi. Untuk pemberian vaksin BCG terlebih dahulu dilakukan

penentuan letak titik dimana akan melakukan penyuntikan kemudian titik

tempak penyuntikan tersebut dibersihkan dengan menggunakan kapas

alcohol. Penyuntikan dilakukan secara Intrakutan. Setelah dilakukan

penyuntikan , vaksin polio diberikan sebanyak 2 tetes per oral.

11. Setelah pemberian vaksin

Setelah pemberian vaksin tidak tampak reaksi-reaksi berat yang

terjadi pada pasien.


BAB III
KESIMPULAN

Prosedur pelaksanaan posyandu yang dilakukan telah memenuhi standar


posyandu, terlihat jelas dari apa yang dilakukan petugas kesehatan Puskesmas
tersebut pada saat persiapan dan pelaksanaan dilakukan pada setiap anak/bayi.
Pemberian informasi tentang pentingnya zat gizi yang cukup pada anak/bayi
kepada orang tua dari anak/bayi tersebut dilakukan dengan baik dan terealisasi
dengan baik, untuk mencegah terjadinya stunting didaerah tersebut.
Prosedur pelaksanaan imunisasi yang dilakukan telah memenuhi standar
imunisasi, terlihat jelas dari apa yang dilakukan petugas kesehatan Puskesmas
tersebut pada saat perisapan, pelaksaan dan edukasi imunisasi yang dilakukan
pada setiap anak. Pemberian informasi tentang pentingnya imunisasi secara
lengkap kepada orang tua dari bayi tersebut dilakukan dengan baik dan terealisasi
dengan baik. Informasi mengenai waktu pemberian vaksin selanjutnya juga sangat
jelas agar orang tua dari bayi tersebut datang membawa bayinya untuk vaksin
sesuai jadwal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Atien Nur Chamidah. 2010. Deteksi Dini Pertumbuhan dan


Perkembangan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Heryudarini H. , B. Budiman. 2018. Growth and Development Disorders
in Children Aged 0.5-1.9 Years Associated with Improper Food Intake and
Caring for Children. Journal of The Indonesian Nutrition Association.
3. Maddapungeng, Martira. 2010. Tumbuh Kembang Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin:Makassar.
4. Soetjiningsih. 2014.Tumbuh Kembang Anak. (Ed.2). Jakarta:EGC
5. Probandari, Ari Natalia dkk. 2013. Keterampilan Imunisasi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Halaman 8, 15-20, 24-
27. 4.
6. IDAI. 2011. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
.

Anda mungkin juga menyukai