UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt, karena berkat taufiq dan
hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan. Kami selaku penulis sadar bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kesem-purnaan, oleh sebab itu, penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran dari Anda demi perbaikan selanjutnya. Kami mengucapkan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya pembuatan makalah ini teru-tama kepada Bapak / Ibu guru selaku
pembimbing kami.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan
penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan makalah ini
bermanfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan umumnya ke-pada pembaca.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa saja
yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Data
3.2 Hasil Analisis
3.2.1 Analisis Berdasarkan Makna
3.2.2 Analisis Berdasarkan Konteks
BAB IV PENUTUP
3.1 Simpulan...........................................................................................................6
3.2 Saran ................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi
tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada
makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
Menurut Abdul Chaer (2013) leksikal adalah bentuk ajektif
yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata,
perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu
satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan
dengan kosakata atau pembendaharaan kata, maka leksem dapat kita
persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat
diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau
bersifat kata.
Satuan atau unit semantik terkecil di dalam bahasa disebut
leksem. Seperti halnya fonem dalam fonologi, morfem dalam
morfologi. Leksem menjadi dasar pembentukan suatu kata. Kata
menjual, dijual, terjual, dan penjualanan dibentuk dari leksem yang
sama, yakni jual. Makna jual dapat diidentifikasikan tanpa
menghubungkan unsur ini dengan unsur lain. Makna yang demikian
disebut makna leksikal.
Makna leksikal biasanya dipertentangkan atau dioposisikan
dengan makna gramatikal. Kalau makna leksikal itu berkenaan
dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya,
maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat
adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses resuplikasi,
dan proses komposisi. Satuan kebahasaan yang baru dapat
diidentifikasi maknanya setelah bergabung dengan satuan bahasa
lain disebut makna gramatikal.
4
“kerempeng” yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus
dan ramping, mempunyai konotasi negatif, nilai rasa yang tidak
enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
Makna konotatif sebuah kata dapat berbeda dari satu
kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, sesuai
dengan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok
masyarakat tersebut. Umpamanya kata babi, di daerah-daerah yang
penduduknya mayoritas beragama islam, memiliki konotatif negatif
karena binatang tersebut menurut hukum islam adalah haram dan
najis. Sebaliknys di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas
bukan islam, seperti di Pulau Bali atau pedalaman Irian Jaya, kata
babi tidak berkonotasi negatif karena mereka mempunyai pandangan
berbeda.
5
sebenarnya “. Umpamanya pada kata bunga yang mengandung
makna kembang, lalu kata rakyat yang memiliki makna warga
negara, masyarakat, atau penduduk, serta kata perempuan dan wanita
yang memiliki makna denotasi yang sama yaitu ‘ manusia dewasa
bukan laki-laki ‘.
2.3 Pengertian Konteks
Konteks adalah gagasan yang digunakan dalam ilmu bahasa
(linguistik, sosiolinguistik, linguistik fungsional sistemik, analisis wacana,
pragmatik, semiotika, dll) dalam dua cara yang berbeda, yaitu sebagai
Lisan konteks dan Konteks sosial
6
dan ongoingly diperbarui dalam mental yang spesifik model pengguna
bahasa: model konteks.
7
7. Norm of Interaction and Interpretation
Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau
aturan dalam berinteraksi.
8. Genre
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaiannya, seperi narasi,
puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.
Dari yang dikemukakan Hymes itu dapat kita lihat betapa kompleks
terjadinya peristiwa tutur yang kita lihat, atau kita alami sendiri dalam
kehidupan kita sehari-hari
8
BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Data
9
3.2 Hasil Analisis Data
3.2.1 Analisis Makna
10
tertentu.
5 Modal Leksikal Kata “ modal “ dalam kamus
memiliki makna uang yang dipakai
sebagai pokok ( induk ) untuk
berdagang, melepas uang, dan
sebagainya.
6 Barang Leksikal Makna kata “ barang “ adalah benda
umum ( segala sesuatu yang
berwujud atau berjasad ). Makna ini
sesuai dengan makna yang terdapat
dalam kamus.
7 Penghasilan Gramatikal Kata “ penghasilan “ mengalami
proses afiksasi. Kata “ penghasilan “
berasal dari kata hasli lalu
diimbuhkan pe-an. Kata penghasilan
memiliki makna proses, cara,
perbuatan yang menghasilkan.
8 Penjualan
9 Jaringan Konotasi Kata “ jaringan “ memiliki nilai rasa
positif. Karena pada konteks ini
jaringan memiliki makna relasi atau
hubungan.
10 Kuat Refrensial
11 Memelihara Gramatikal Kata “ memelihara “ telah
mengalami proses afiksasi. Kata
dasar pelihara mendapat imbuhan
me- menjadi memelihara.
Memelihara memiliki makna
menjaga dan merawat baik-baik.
11 Rambut Leksikal Kata “ rambut “ memiliki makna
bulu yang tumbuh pada kulit
manusia ( terutama di kepala ).
11
Makna ini sesuai dengan makna
kamus.
12 Memakai Gramatikal Kata “ memakai “ termasuk dalam
makna gramatikal karena telah
mengalami proses afikasi. Kata “
memakai “ memiliki kata dasar pakai
lalu diberi imbuhan me- .
13 Sepatu Leksikal Kata “ sepatu “ memiliki makna
lapik atau pembungkus kaki yang
biasanya dibuat dari kulit ( karet, dsb
). Makna ini sesuai dengan makna
kamus.
14 Berolahraga Gramatikal Kata “ berolahraga “ telah
mengalami proses afiksasi. Kata
dasar olahraga mendapat imbuhan
ber- menjadi berolaharaga.
15 Sehat Denotasi Kata “ sehat “ memiliki makna
terbebas dari penyakit, dalam
keadaan tidak sakit.
16 Sampah Denotasi Kata “ sampah “ memiliki makna
denotasi sesuatu yang sudah tidak
terpakai .
17 Badan Leksikal Kata “ badan “ memiliki makna
tubuh ( jasad manusia keseluruhan) ;
jasmani ; raga ; awak. Makna ini
sesuai dengan makna kamus.
18. Kecelakaan Gramatikal Pada kata tersebut sudah mengalami
proses afiksasi yaitu imbuhan ke- an.
19 Hati-Hati Gramatikal Pada kata tersebut sudah mengalami
proses reduplikasi yaitu berupa
pengulangan sempurna.
20 Polisi Denotasi Kata Polisi memiliki makna
12
seseorang
21 Rawan Leksikal Kata rawan memiliki makna mudah
menimbulkan gangguan keamanan
atau bahaya.
22 Tangkap Leksikal Kata “Tangkap” memiliki makna
menangkap yaitu memegang sesuatu
yang bergerak cepat.
22 Kesurupan Konotatif Kata tersebut memiliki makna
dengan nilai rasa yang negatif.
23 Kemarin Leksikal Kata “Kemarin” memiliki makna
hari sebelum hari ini
24 Buang Leksikal Kata “buang” memiliki makna
lempar; lepaskan; keluarkan.
25 Dihentikan Gramatikal Kata menarik temasuk ke dalam
makna gramatikal karena adanya
proses afiksasi. Kata menarik berasal
dari kata henti dan diberi imbuhan
awalan did an akhiran –kan , Kata ini
bermakna keadaan tanpa gerak;
halangan; jeda.
13
3.2.2 Analisis Konteks
14
h. Genre
Jenis bentuk penyampaian yaitu berupa pernyataan.
15
6. Intrumentalies
Poster tersebut disampaikan melalui jalur bahasa secara tertulis
16
3. Ends
Poster ini dibuat agar masayarakat tidak membuang sampah di area itu.
4. Act Sequence
Bentuk ujaran pada poster di atas yaitu berupa tulisan yang berupa huruf
kapital.
5. Key
Poster tersebut mengacu pada nada dan cara penyampaian yang singkat
dan serius.
6. Intrumentalies
Poster tersebut disampaikan melalui jalur bahasa secara tertulis
7. Norm of Interaction and Interpretation:
Norma atau aturan dalam berinteraksi pada poster diatas yaitu berupa
larangan yaitu untu tidak membuang sampah di area tersebut.
8. Genre
Jenis bentuk penyampaian yaitu berupa pernyataan.
17
9. Poster ini diambil di pinggir jalan tol Bakauheni. Poster ini diambil pada
tanggal 19 April 2019. Poster ini ditujukan pada siapa saja yang melintasi
jalan tol Bakauheni. Poster ini dibuata agar menghimbau pembaca untuk
tidak melanggar peraturan yang berlaku dalam hal ini dilarang menarik
kendaraan di jalan tol.
18
10. Poster ini dambil di Alfamart Korpi. Poster ini diambil pada tanggal 20
April 2019. Poster ini dibuat oleh salah satu creative design Alfamind
pusat. Poster ini letaknya di atas pintu masuk Alfamart sehingga
pengunjung akan melihat poster itu sebelum masuk ke Alfamart. Poster ini
ditujukan pada pengunjung Alfamart. Poster ini juga di buat agar
pengunjung dapat mengetahui salah satu program dari Alfamind dan
mengajak pengunjuang untuk mulai melakukan usaha dagang.
11. Poster Ayo Lakukan PHBS disekolah ini di ambil di lingkungan sekitar
Poltekkes Bandarlampung. Poster ini diambil pada tanggal 19 April 2019.
Poster ini dibuat oleh mahasiswa Poltekkes Jurusan Kesehatan
Lingkungan. Poster ini letaknya di depan salah ruang kelas di Poltekkes.
Poster ini ditujukan kepada siapa aja yang lewat daerah itu misalnya
mahasiswa Poltekkes, dosen, atau staf-staf yang ada di kampus itu. Poster
ini dibuat agar pembacanya dapat mengetahui pentingnya kebersihan
untuk kesehatan.
19
BAB IV
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa
makna adalah “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada
sebuah tanda linguistik.Dalam bidang semantik istilah yang biasa
digunakan untuk tanda linguistik itu adalah leksem. Para filsuf dan
linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa
(ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirnya teori tentang makna yang
berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, dan realitas di dunia nyata
dimaksudkan untuk memberikan penyelesaian mengenai persoalan makna
dalam bentuk hubungan antara bahasa, pikiran, dan realitas di alam.
6.2 Saran
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang makna sangatlah kita
perlukan dalam kehidupan sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan
kepada para pembaca semua agar terus mempelajari semantik. Perlu
berbagai kritik yang membangun dan masukan untuk semakin melengkapi
20
makalah ini sehingga menambah manfaat khususnya dalam kegiatan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Melati, Ayu Dwi. 2013. “Makna Primer dan Makna Sekunder dalam Semantik”.
[Online]. Tersedia di : http://ayudwimelati.blogspot.com/2013/05/makna-primer-
dan-makna-sekunder.html?m=1 (diakses 25 Februari 2019)
21