Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ar Rozi Abdullah

NIM : F0309007
Kelas : Perekonomian Indonesia

Mekanisasi Pertanian

Latar Belakang

Dalam meningkatkan produksi pertanian, banyak cara yang dapat ditempuh.


Diantara cara-caranya yaitu dengan melakukan ekstensifikasi, intensivikasi, diversivikasi,
mekanisasi, atau dengan metode yang lainnya. Kali ini kami akan membahas lebih fokus
mengenai mekanisasi pertanian dan pengolah hasil pertanian yang merupakan bagian
dari transformasi pertanian di Indonesia. Menurut Wiradi, transformasi pertanian dapat
terjadi selama kurun waktu yang lama dan bisa mnenghabiskan puluhan bahkan ratusan
tahun hingga memiliki bentuk yang mantap dan tidak berubah seterusnya. Selama
tujuan belum tercapai, masa itu disebut masa transisi menuju bentuk pertanian yang
mantap.

Pertanian di Indonesia yang semula masih tradisional menjadi berkembang


pesat mengarah kepada penggunaan mesin sebagai pengganti manusia dan hewan.
Pertanian, dalam prosesnya membutuhkan bantuan alat untuk mempermudah dalam
bekerja. Pada zaman dahulu saat nenek moyang kita masih dalam masa zaman
prasejarah, manusia belum menggunakan alat yang secanggih sekarang ini. Mereka
hanya mengandalkan sebongkah batu untuk mempermudah dalam bercocok tanam.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, manusia dituntut menghasilkan
output yang diinginkan perusahaan. Bahkan dalam bekerja, mereka dituntut untuk
melebihi kebiasaan dalam berproduksi untuk mencapai produktifitas kerja. Dalam
pembahasan ini kami lebih mengkhususkan pada mekanisasi dalam produksi padi.
Pembahasan

Mekanisasi pertanian, tidak hanya mencakup arti yang sempit yaitu penggunaan
traktor saja, namun mencakup aplikasi teknologi dan manajemen penggunaan berbagai
jenis alat mesin pertanian, mulai dari pengolahan tanah, tanam, penyediaan air,
pemupukan, perawatan tanaman, pemungutan hasil sampai produk yang siap
dipasarkan(Aris Priyanto, 1997)1. Jadi yang dimaksud mekanisasi pertanian merupakan
suatu proses utuh yang tidak dapat diartikan secara sempit karena komponennya yang
luas. Dalam pembahasan kami kali ini akan dibahas beberapa hasil dari mekanisasi
pertanian yang ada di Indonesia, akan tetapi tidak akan dibahas secara menyeluruh.

Mengapa masyarakat banyak yang perlu untuk mengonversi alat yang mereka
gunakan untuk bercocok tanam dari alat yang kuno hingga modern/mekanis? Beralihnya
sistem kepada cara yang mekanis disebabkan karena banyak hal diantaranya:

1. Permintaan akan konsumsi hasil pertanian(pangan) yang tinggi seperti yang


dikatakan Grathwohl(2008) dalam Bambang Prastowo, et al(2009) bahwasanya
terdapat peningkatan permintaan pangan dan energi.
2. Berkembangnya teknologi di luar negeri yang menyebabkan masyarakat Indonesia
harus ikut serta. Ini dianggap penting karena masyarakat dituntut untuk
meningkatkan produktifitas kerja dan mencapai keunggulan kompetitif di pasar
dunia.
3. Berkurangnya jumlah tenaga manusia yang semakin lama meninggalkan profesi
sebagai petani. Hal ini dikarenakan profesi sebagai petani dianggap kurang dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
4. Berkurangnya lahan pertanian dan penunjangnya sehingga manusia diharuskan
untuk memutar otak mencari solusi supaya tetap dapat bertahan dalam melakukan
usahanya.
5. Faktor keadaan alam yang semakin lama menjadi tidak menentu dan tidak dapat
diprediksi yang menjadikan masyarakat harus lebih jeli dalam membaca keadaan
alam sekitarnya.

1
Buletin Keteknikan Pertanian, FATETA-IPB
6. Kerusakan lingkungan yang semakin hari semakin parah yang dapat mengurangi
kualitas dan kuantitas hasil panen pertanian.
7. Karena keadaan alam yang tidak menentu juga dapat menimbulkan peningkatan
kembang biak hama.

Mekanisasi terjadi dalam berbagai proses dalam pertanian seperti pada:

Mekanisasi pada Sistem Pengairan

Perkembangan sistem pengairan juga mengalami mekanisasi. Proses perkembangan


pengairan yaitu seperti:

1. Pada awal mula mengenal cocok tanam, manusia hanya mengandalkan hujan untuk
mengairi lahan pertanian mereka. Lahan mereka disebut tadah hujan.
2. Seiring berkembanya pengetahuan tentang keadaan alam, manusia mulai berpikir
untuk menampung air hujan. Akhirnya mereka menemukan cara untuk
menampung air hujan dengan membangun waduk/dam.(Gambar 1)
3. Pada cara nomer 2 akan menjadi masalah jika keberadaan waduk/dam jauh dari
lokasi. lmu pengetahuan semakin berkembang dan dengan mesin disel, petani
mampu mengairi sawah mereka tanpa harus dekat dengan waduk dan menunggu
hujan datang. Petani dapat mengambil air tanah dengan menyedotnya
menggunakan mesin disel.(Gambar 2)

1. 2)

Mekanisasi pada Sistem Pengolahan Tanaman

Pada awal mula manusia memulai bercocok tanam, dikenal beberapa alat pertanian
yang dianggap kuno, tradisional, hingga sekarang yang sudah modern menggunakan
mesin sebagai penggerak, diantaranya:
1. Pada masa terdahulu, dikenal terdapat beberapa alat yang digunakan nenek
moyang kita untuk bercocok tanam pada zaman prasejarah. Alat itu berupa batu
yang digenggam yang digunakan untuk menggali tanah. Bentukan kuno alat yang
mereka gunakan hanya digenggam saja pada saat digunakan dan masih sederhana
sekali bentuknya.(Gambar 1)
2. Kemudian manusia mulai menemukan bahwa batu tadi dapat disatukan dengan
tongkat untuk lebih membantu dalam bekerja, hingga akhirnya menyerupai bentuk
alat-alat tradisional seperti cangkul, sekop, dll.(Gambar 2)
3. Setelah dapat menemukan alat seperti pada nomor 2, pemikiran orang dalam
mengolah lahan pertaniannya semakin berkembang. Saat menggunakan alat pada
nomor 1 dan 2, mereka harus menggunakan tenaga mereka sendiri. Hal ini menjadi
permasalahan jika lahan yang akan diolah cukup luas. Lalu orang mulai menemukan
alat berupa bajak untuk mengolah tanah mereka dengan bantuan tenaga hewan
untuk menggerakkannya.(Gambar 3 dan 4)
4. Setelah terjadi mekanisasi secara tradisional sepertipada nomor 3, pada zaman
modern semua serba menggunakan mesin. Akhirnya para petani mengguanakan
bajak bermesin disel atau yang kita sebut traktor.(Gambar 5)

1) 2)

3) 4)
5)

Mekanisasi pada Sistem Panen

Pada saat panen padi, digunakan berbagai macam alat seperti:

1. Perontok padi yang hanya berupa papan. Menggunakan alat ini sangat mudah,
yaitu hanya dengan memukulkan padi pada papan hingga rontok
seluruhnya.(Gambar 1)
2. Perontok padi yang berupa kotak yang berisi pemutar. Alat ini lebih maju
dibandingkan hanya dipukulkan. Penggunanya tinggal memutar pedal untuk
menggerakkan alatnya dan kemudian memasukkan padi pada lubang masukan dan
padi akan rontok oleh putaran roda berpaku yang ada di dalamnya.(Gambar 2)
3. Perontok padi bermesin. Alat ini cara kerjanya mirip alat sebelumnya namun tidak
lagi memerlukan tenaga manusia sepenuhnya. Alat ini sudah digerakkan dengan
menggunakan mesin.(Gambar 3)

1) 2)

3)
Akan tetapi, masih kendala yang ditemui untuk melaksanakan program
mekanisasi seperti yang kita bahas sebelumnya. Kendala yang ditemui yaitu:

1. Keterbatasan permodalan yang dimiliki para petani kita. Para petani kita rata-rata
merupakan masyarakat menengah kebawah yang tidak memiliki penghasilan lain
selain dari usahanya sebagai petani atau bahkan mereka hanya sebagai petani
penggarap.
2. Masih sedikit pengetahuan masyarakat kita tentang teknologi atau sering kita sebut
gaptek (gagap teknologi), bahkan ada sebagian masyarakat tradisional yang
menolak teknologi masuk ke dalam dunia mereka.
3. Belum mampunya memproduksi alat modern di dalam negeri sehingga kita harus
membeli dari luar, baik secara utuh ataupun terpisah. Kita baru mampu merakit
saja.

Kesimpulan

Indonesia memulai mekanisasi pertanian sudah sejak lama. Pada zamar rezim
orde baru, salah satu bukti berkembangnya mekanisasi pertanian. Pada saat itu
pertanian maju pesat hingga kita dapat merasakan kuatnya ketahanan pangan
Indonesia. Kini, mekanisasi pertanian di Indonesia masih akan berkembang mengikuti
perkembangan teknologi dunia.

Masyarakat akan semakin sadar bahwa kompetisi di dunia akan semakin kuat.
Untuk itu, perlu diup-date terus informasi dan perkembangan teknologi dunia supaya
Indonesia tidak tertinggal dari negara lain. Halangan dan gangguan seharusnya diatasi
bersama antara masyarakat bersama dengan pemerintah dan saling bersinergi untuk
menciptakan transformasi pertanian yang mantap.

Sumber
Sutrisno dan Budi Raharjo. Jurnal Pembangunan Manusia edisi 6: Rekayasa Mesin
Pengering Padi Bahan Bakar Sekam(Bbs) Kapasitas 10 T Terintegrasi Untuk
Meningkatkan Nilai Ekonomi Penggilingan Padi Di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan.

BAMBANG PRASTOWO et al. 2009.Jurnal Pertanian: Mekanisasi Pertanian dalam


Perspektif Pengembangan Bahan Bakar Nabati di Indonesia.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan: Bogor.

Tejoyuwono Notohaprawiro.2006.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan: Pembangunan


Pertanian Berkelanjutan Dalam Konteks Globalisasi Dan Demokratisasi Ekonomi.Fakultas
Pertanian UGM:Yogyakarta.

Aris Priyanto.1997.Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 11: Penerapan Mekanisasi


Pertanian. FATETA-IPB:Bogor.
Atjeng M. S.2001.Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15:Pengembangan Model Kemitraan
Agribisnis:Aspek Mekanisasi Pertanian.FATETA-IPB:Bogor.

Anda mungkin juga menyukai