PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian dari semua pihak, baik
pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat itu sendiri (Subianto, 2009).
Permasalahan khusus yang dapat terjadi pada kalangan lanjut usia menurut
Sumampou (2002:1) adalah sebagai berikut:
1
Latihan olahraga bagi lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen
dasar kebugaran jasmani yang meliputi ketahanan jantung, peredaran darah dan
pernapasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta kelenturan tubuh. Dengan adanya
proses penuaan menyebabkan adanya kemunduran prestasi kerja dan penurunan
kapasitas fisik seseorang, untuk mempertahankan agar kondisi kebugaran jasmani
maka diperlukan olahraga.
Aktifitas fisik atau olahraga merupakan media terbuka yang dapat dimanfaatkan
oleh lansia sesuai dengan kemampuan, kesenangan, tujuan dan kesempatan yang
dimiliki oleh setiap orang. Latihan olahraga pada lansia harus disesuaikan dengan
kemampuan individu masing-masing berdasarkan kemampuan fisik, kebutuhan,
dan tujuan melakukan aktivitas olahraga tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
2. Tindakan yang dapat dilakukan untuk membantu pemeliharaan fisik bagi
lanjut usia.
3. Olahraga yang baik untuk lansia serta olahraga yang tidak baik untuk
lansia.
4. Manfaat yang diperoleh dengan melakukan aktifitas olahraga bagi lanjut
usia
5. Mengetahui hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam pembinaan
fisik lansia
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur dengan disertai
dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan
penurunan fungsi otak. Saat lanjut usia tubuh tidak akan mengalami perkembangan
lagi sehingga tidak ada peningkatan kualitas fisik.
Menurut ilmu gerontologia (ilmu mengenai usia lanjut), setiap orang memiliki tiga
macam umur: umur secara kronologis, biologis, dan psikologis.
1. Umur kronologis: Umur yang dihitung dari jumlah tahun yang sudah
dilewati seseorang. Ini adalah umur yang umum kita kenal misalnya 50
tahun, 60 tahun, dan sebagainya.
2. Umur biologis: Umur yang ditentukan berdasarkan kondisi tubuh. Hal ini
dapat terjadi jika seseorang menjadi tua karena ia merasa tua.
3. Umur psikologis. Umur yang diukur berdasarkan sejauh mana
kemampuan seseorang merasakan dan bertindak. Hal ini bisa terjadi pada
seorang yang sudah berusia 80 tahun tapi merasa lebih muda dari orang
yang di bawah umurnya.
4
Olahraga pada Lansia
Pada usia lanjut seseorang menderita penyakit tertentu. Ini tak berarti dia
tidak boleh berolahraga. Pada beberapa penyakit, pemilihan olahraga disesuaikan
dengan penyakitnya. Pada radang sendi, misalnya, olahraga yang terlalu banyak
mengerakkan sendi mungkin akan menimbulkan rasa nyeri. Namun, sendi yang
meradang juga tak boleh dibiarkan tak bergerak karena dapat menimbulkan sendi
menjadi kaku. Salah satu pilihan yang cukup baik untuk penderita radang sendi
kronik adalah berenang.
Pada umumnya orang lanjut usia dapat tetap berolahraga. Memang ada
beberapa penyakit yang mengharuskan penderita istirahat total di tempat tidur,
misalnya penyakit infark jantung akut. Secara bertahap penderita akan dilatih
mobilisasi dan kemudian akan dianjurkan untuk berolahraga ringan.
5
Pada usia lanjut dapat terjadi penurunan fungsi pendengaran, penglihatan,
dan koordinasi gerak. Karena itu, dalam melaksanakan olahraga perlu dihindari
terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dapat terjadi terutama jika berolahraga di jalan
umum. Jika berjalan kaki pagi hari, hendaknya jangan berjalan di jalan raya.
Gunakan pakaian yang mudah terlihat. Hati-hati dengan lubang di jalan atau
kendaraan yang mungkin muncul secara mendadak.
Pembinaan fisik yang dapat dilakukan pada lanjut usia yaitu dengan melakukan
pemeliharaan kesehatan sebagai berikut :
Fungsi organ tubuh lansia sudah banyak berkurang, oleh sebab itu kecukupan gizi
pada usia lanjut tetap harus diupayakan untuk kelangsungan hidup yang layak, serta
untuk mengurangi penyakit menua. Untuk mencukupi kebutuhan gizi pada usia
lanjut, perlu diberikan makanan seimbang dengan cara :
6
2. Olahraga
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat memberikan pengaruh baik
terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang bila dilaksanakan secara tepat, terarah
dan teratur dengan penyesuaian fisik terhadap olah raga yang dilakukan seperti :
Pemberian olahraga untuk lansia bertujuan untuk, perbaikan otot untuk membantu
tubuh agar dapat bergerak, perbaikan stamina agar secara lambat laun menaikkan
kemampuan fisik atau tubuh, serta, membangun kontak psikologis lebih luas untuk
menghindari perasaan terisolir.
4. Kebersihan Lingkungan
Suasana lingkungan tempat tinggal usia lanjut perlu diupayakan agar bersih dan
menyenangkan. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan
meningkatnya resiko kecelakaan sehingga perlu peningkatan keamanan dan
keselamatan pada lansia seperti :
7
e. Tidak menggunakan penerangan yang terlalu redup atau menyilaukan
6. Rujukan
Olahraga yang baik untuk lansia serta olahraga yang tidak baik untuk lansia
Beberapa contoh olahraga atau latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk
meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan fisiknya
adalah sebagai berikut :
Kegiatan ini dapat meberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga
kesegaran jasmani. Akan tetapi harus dikerjakan secara tepat agar nafas sedikit
lebih cepat, denyut jantung lebih cepat, dan otot menjadi lelah. Dengan demikian
tubuh kita akan mengeluarkan keringat.
Ø Berjalan-jalan
8
Berjalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan bila jalannya
makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya tahan tubuh. Jika melangkah
dengan panjang dan mengayunkan lengan 10-20 kali, maka dapat melenturkan
tubuh. Joging atau berlari-lari kecil bagi lansia juga sering dilakukan walaupun
sebenarnya lebih baik berjalan cepat.
Ø Jalan cepat
Jalan yang cepat berguna untuk memperbaiki kemampuan pengambilan zat asam
(O2) ,berarti memperbaiki fungsi jantung, paru-paru, peredaran darah, dan lain-lain.
Bagi lansia yang mengidap penyakit sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter.
Jalan dapat dilakukan di mana saja terutama di luar rumah. Akan lebih baik bila
dilakukan di lapangan rumput dan menggunakan sepatu olahraga yang lentur
dengan alas yang tebal dan lunak, menggunakan kaos kaki, pakaian yang ringan
dan tidak ketat. Hindari jalan di tempat keras terutama bagi mereka yang berat
badannya berlebihan.
Jalan cepat dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama. Posisi yang dianjurkan
adalah pandangan lurus ke depan, bernafas normal melalui hidung atau mulut,
kepala dan badan lemas serta tegak, tangan digenggam ringan, kaki mendapat di
tumit atau pertengahan telapak kaki, langkah tidak terlalu besar, serta ujung kaki
mengarah ke depan.
Jalan cepat dilakukan dengan frekuesi 3-5 kali seminggu, lama latihan 15-30 menit
dan dilakukan tidak kurang dari 2 jam setelah makan. Apabila nafas mulai susah
atau dada terasa sakit maka latihan harus dihentikan.
Berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan secara medis, yakni :
9
c. Didahului dengan senam ringan dan jalan ringan serta regangan otot
d. Tidak boleh berhenti mendadak tetatpi harus perlahan-lahan
e. Bila merasa tak enak badan, jangan jogging, demikian juga kalau sakit
atau tidur kurang dari 4 jam
f. Minum banyak air putih yang banyak
g. Perhatikan kontradiksi latihan seperti: adanya penyakit infeksi, hipertensi
lebih dari 180 mmHg untuk sistolik dan 120 mmHg untuk diastolik, serta
berpenyakit berat dan dilarang dokter
2. Renang
10
pemanasan dan peregangan selama 5-10 menit, lalu teruskan dengan berenang
selama 20-40 menit tanpa henti. Jika memulai berenang sebagai program
kebugaran, lakukanlah bertahap. Jangan langsung berenang selama 30 menit tanpa
jeda, misalnya. Mulailah dengan satu putaran menyeberangi kolam, lalu istirahatlah
selama 30 detik. Setelah beberapa minggu, latihan bisa ditingkatkan. Sebaiknya,
berganti-ganti gaya renang supaya semua otot terlatih. Kemudian akhiri dengan
pendinginan, yaitu renang perlahan-lahan selama 5 menit.
Berenang selama 3-5 kali seminggu serupa manfaat olahraga aerobik yang dapat
membantu meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru.
3. Bersepeda
Bersepeda baik bagi penderita artritis, karena tidak menyetuh lantai yag akan
menyebabkan sakit pada sendi-sendinya. Bersepeda baik untuk meningkatkan
peregangan dan daya tahan, tetapi tidak menambah kelenturan pada derajat yang
lebih tinggi. Bentuk-bentuk lain yang dapat dilakukan adalah tenis meja dan tenis.
Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan sesuai kemampuan dan harus disertai latihan
aerobik.
4. Senam
Manfaat melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka waktu yang cukup
adalah sebagai berikut :
11
8. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan
masyarakat.
Cara-cara sit-up yang dilakukan dengan kaki lurus dan lutut dipegang dapat
menyebabkan masalah pada punggung. Oleh karena itu sit-up cara klasik ini
menyebabkan otot liopsoas atau fleksor pada punggung (otot yang melekat pada
kolumna vertebralis dan femur) menanggung semua beban. Otot ini merupakan otot
terkuat di daerah perut. Jika fleksor punggung ini digunakan, maka pinggul
terangkat ke depan dan otot-otot kecil pada punggung akan berkontraksi, sehingga
punggung kita akan melengkung. Jadi latihan seperti ini akan menyebabkan
pemendekan otot punggung bagian bawah dan paha. Akhirnya akan menyebabkan
pinggul terangkat ke atas secara permanen dan lengkung lordosis menjadi lebih
banyak, sehingga menimbulkan masalah pada pinggang. Tetapi bila kita
membengkokkan lutut pada waktu latihan sit-up, otot-otot fleksor panggung tidak
bergerak. Dengan cara demikian, semua badan bertumpu pada otot perut dan kecil
kemungkinan terjadinya trauma pada pinggang bagian bawah.
Latihan-latihan ini selain tidak dapat mencapai tujuan, yaitu mengecilkan perut,
juga kurang baik karena dapat menyebabkan cidera. Gerakan ini akan menyebabkan
lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai konsekusensinya, tekanan yang cukup berat
akan menimpa vertebra lumbalis yang akhirnya menyebabkan keluhan-keluhan
pada punggung bagian bawah. Terkadang hal ini dapat menyebabkan gangguan
pada diskus intervertrebalis.
12
c. Mengangkat kaki
Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat ± 15 cm dari
lantai, kemudian ditahan beberapa saaat selama mungkin. Latihan ini tidak baik,
karena dapat menyebabakan rasa sakit pada punggung bagian bawah (low back
pain) dan menyebabkan terjadinya lordosis yang dapat menyebabkan gangguan
pada punggung. Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot perut tidak cukup kuat
untuk menahan kaki setinggi 15 cm dari lantai dalam waktu yang cukup lama dan
kaki tidak dapat menahan punggung bagian bawah. Akibatnya terjadi rotasi pelvis
ke depan. Rotasi ini menyebabkn gangguan dari punggung bagian bawah.
d. Melengkungkan punggung
Manfaat yang dapat diperoleh bagi seorang yang berusia lanjut dengan melakukan
aktivitas fisik atau olahraga adalah sebagai berikut :
13
7) Latihan atau olahraga dengan intensitas sedang dapat memberikan
keuntungan bagi para lansia melalui berbagai hal, antara lain status
kardiovaskuler, risiko fraktur, abilitas fungsional dan proses mental.
8) Latihan menahan beban (weight bearing exercise) yang intensif misalnya
berjalan, adalah yang paling aman, murah dan paling mudah serta sangat
bermanfaat bagi sebagian besar lansia.
Dalam melakukan aktivitas latihan fisik, ada beberapa hal yang sering luput dari
pandangan kita. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
latihan fisik :
Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu melaksanakan olahraga
secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan memelihara serta
mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen kebugaran jasmani
yang dapat dilatih adalah kelenturan ( flexibility ) yang merupakan kemampuan
untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakannya. Kurang
gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang berdampak
seseorang akan lebih sering / mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik
secara teratur perludilaksanakan.
14
Pengaruh Musik dalam Mengiringi Latihan Fisik
Musik sebagai iringan dalam olah raga merupakan upaya untuk memberikan
relaksasi dengan mendengar musik saat bergerak menjadi sangat ringan dan
semangat menjalani semua gerakan. Selain itu juga ada fungsi destraksi mengingat
otak manusia yang dapat memberikan gambaran ilusi sesuai yang di inginkan
manusia, sehingga musik yang lembut dapat memberikan ketenangan, apalagi jika
di arahkan tentang bayangan seperti aliran air, sungai, gunung atau laut maka otak
manusia menjadi lebih rileks karena sesui dalam bayangan tersebut dapat
membayangkan sedang berjalan – jalan di tempat di mana bayangan di ciptakan.
15
b. intensitasnya sub-maksimal dan homogen, bukan gerakan-gerakan
maksimal atau gerakan eksplosif maksimal (faktor keamanan).
c. terdiri dari satuan-satuan gerak yang dapat (secara sengaja) dibuat untuk
menjangkau seluruh sendi dan otot, serta dapat dirangkai untuk menjadi
gerakan yang kontinu (tanpa henti) – faktor penting untuk dapat mengatur
dosis dan intensitas olahraga kesehatan.
d. bebas stress (non kompetitif)
e. diselenggarakan 3-5x/minggu (minimal 2x/minggu).
f. dapat mencapai intensitas antara 60-80% denyut nadi maksimal (DNM)
sesuai umur. DNM sesuai umur = 220 – umur dalam tahun. Sebaiknya
tiap Peserta mengetahui cara menetapkan dan menghitung denyut nadi
latihan masing-masing.
Perlu pula dikemukakan bahwa sampai usia sekitar 14 tahun (usia pubertas) tidak
perlu ada pemisahan siswa atas dasar jenis kelamin (Watson,1992), karena baru
akan berdampak nyata di atas usia tersebut.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Olahraga atau latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan
dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan fisik, namun tidak semua
olahraga baik dilakukan oleh lansia, karena ada beberapa macam gerakan yang
dianggap membahayakan saat berolahraga.
Dengan melakukan latihan fisik atau olahraga akan memberikan manfaat bagi
kesehatan. Secara keseluruhan manfaat kesegaran jasmani bagi kelompok lansia,
yaitu dapat meringankan biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan
produktivitas, serta mengangkat derajat dan martabat lansia.
17
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. boedhi. (2004). Buku Ajar Geriatric, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,
Edisi 3. Jakarta : FKUI
Depkes RI. (2003). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas
Kesehatan. Depkes :Jakarta
Maryam, R. Siti dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
Stanlley, Mickey. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC
18