Anda di halaman 1dari 25

Nama : Novianti (161411023)

Kelas : 3A-D3 Teknik Kimia


Dosen Pengampu : Ir. Mukthar Ghozali, M.Sc

TUGAS 2 – PRODUKSI BERSIH

BAB III
KEBIJAKAN NASIONAL PRODUKSI BERSIH

3.1 Kebijakan Produksi Bersih


Dalam kaitannya dengan penerapan produksi bersih, guna mendorong terwujudnya
pembangunan berkelanjutan, pemerintah mempunyai kebijakan antara lain:
1. Mempromosikan program produksi bersih agar semua pihak terkait mempunyai
persepsi yang sama, sehingga dapat dicapai suatu konsensus yang dinyatakan dalam
Komitmen Nasional dalam penerapan strategi produksi bersih di Indonesia.
2. Menganjurkan pelaksanaan produksi bersih termasuk berbagai perangkat manajemen
lingkungan, seperti audit lingkungan, sistem manajemen lingkungan (ISO 14001),
evaluasi kinerja lingkungan, ekolabel dan produktivitas ramah lingkungan (green
productivity) di Indonesia.
3. Mengkaji kembali kebijakan dan program nasional dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengantisipasi diberlakukannya kebijaksanaan lingkungan yang bersifat global.
4. Mengantisipasi diberlakukannya standar-standar internasional di bidang lingkungan
dengan ikut aktif dalam keanggotaan ISO/ TC 207 agar Indonesia dapat melakukan
negosiasi dengan negara-negara maju yang ingin memberlakukan standar-standar
lingkungan seperti Sistem Manajemen Lingkungan (SML), Ekolabel maupun ketentuan
lainya di bidang lingkungan secara internasional.
5. Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi aktif semua pihak dalam implementasi
produksi bersih dan semua perangkat manajemen lingkungan yang diperlukan
berdasarkan prinsip kemitraan.
6. Melaksanakan pembinaan teknis dengan cara memberikan bantuan tenaga ahli,
melaksanakan proyek-proyek percontohan serta menyebarluaskan informasi mengenai
teknologi bersih melalui seminar, penyuluhan, website, pendidikan dan latihan. We
Upaya-upaya yang dilaksanakan pemerintah adalah dengan mengembangkan
kebijaksanaan yang kondusif bagi penerapan produksi bersih disamping selalu melakukan
upaya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai konsep produksi bersih, misalnya melalui
jalur pendidikan dan pelatihan, melaksanakan proyek-proyek percontohan (demonstration
project) serta penyebarluasan informasi melalui seminar, penyuluhan dan kegiatan lainnya
yang berkaitan dengan produksi bersih.
Partisipasi masyarakat sebagai konsumen misalnya dapat dilakukan dengan cara hanya
membeli barang atau produk yang akrab lingkungan (environmentally products) disamping
mendorong dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan program efisiensi, daur ulang, dll.
Peranan LSM dan lembaga-lembaga penelitian di berbagai instansi dan perguruan
tinggi menjadi sangat penting di dalam menyebarluaskan informasi mengenai produk akrab
lingkungan. Di sisi lain partisipasi masyarakat akan mendorong dunia usaha untuk terus
berinovasi dalam menghasilkan produk yang akrab lingkungan.
Saat ini para pelaku usaha sudah mulai menerapkan strategi produksi bersih di dalam
pengembangan bisnisnya karena dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
 Meningkatkan daya saing dan kegiatan usahanya juga dapat berkelanjutan, mengingat
semakin besarnya peranan lingkungan hidup dalam kebijakan perdagangan
internasional.
 Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dalam setiap kegiatan proses produksi
secara berkesinambungan maka perusahaan memperoleh keuntungan ekonomis dengan
adanya peningkatan efektifitas dan efisiensi di segala aspek.
 Dengan menjalankan strategi produksi bersih perusahaan dapat menurunkan biaya
produksi dan biaya pengolahan limbah serta sekaligus mengurangi terjadinya
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
3.2 Program Produksi Bersih di Indonesia
Program Produksi Bersih merupakan salah satu progam yang strategis dari Bapedal
(Badan Pengendalian Dampak Lingkungan), yang mempunyai Strategi, yaitu:
1. Pengembangan kesesuaian lingkungan.
2. Pengembangan kemampuan insitusional.
3. Penguatanpenguatan hubungan dengan masyarakat.
Sebagai ilustrasi, Tabel 2 berikut menyatakan judul-judul program yang dikelola oleh
Bapedal (dalam Pelita VI), dan salah satunya ialah program produksi bersih.
Tabel 1.Program yang Dikelola Bapedal
No Nama Program
Pengembangan Kemampuan Institusional Bapedal dan Partisipasi
1.
Masyarakat dałam Pengelolaan Dampak Lingkungan
2. Perbaikan Kemampuan dałam Pengendalian Dampak Lingkungan
3. Pengembangan Sistem Informasi Bapedal

4. Pengembangan Laboratorium secara Lingkungan

5. Program Kali Bersih (Prokasih)

6. Program Kota Bersih (Adipura)


7. Program Langit Biru

8. Program Evaluasi Kinerja Bisnis (Proper Prokasih)

9. Pengelolaan Limbah Berbahaya (B3)

10. Pengendalian Polusi Laut dan Pantai


11. Pengendalian Perusakan Terumbu Karang dan Bakau
Pengendalian Perusakan Tanah akibat Operasi Penambangan
12.
Katagori C

13. Pengendalian Kebakaran Hutan

14. Pengendalian Perusakan Akibat Kegiatan Industri Skala Kecil

15. Satgas Jagatirta


16. Implementasi AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

17. Penggunaan Audit Lingkungan


18. Program Produksi Bersih

Penanganan program produksi bersih di Indonesia dilakukan oleh Bapedal, yang


ditunjukkan untuk mengenalkan dan mendorong pengurangan dan eliminasi polutan
dari sumbernya dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Sasaran program
produksi bersih tersebut ialah
1. Meningkatkan kesadaran Pemerintah, industri, dan masyarakat tentang konsep
produksi bersih serta manfaat yang diperoleh baik secara ekonomi maupun
kelestarian lingkungan.
2. Mendorong, mengenalkan, dan membantu penerapan teknologi produksi bersih
oleh industri
3. Membantu pengumpulan, penyebaran, dan penyampaian informasi tentang
alternatif produksi bersih.

Program dengan tujuan dan sasaran tersebut di atas terdiri dari empat hal, yaitu :
1. Program Bantuan Teknik untuk lndustri, yang meliputi kegiatan penerbitan
pedoman untuk industri-industri tertentu, melakukan perneriksaan atau
audit untuk identifikasi bidang-bidang tempat produksi bersih dapat
diterapkan, mendorong penggunaan audit lingkungan oleh sektor swasta,
penggunaan konsultan ahli teknik (lokal maupun asing) untuk membantu
industri secara langsung, pelaksanaan proyek percontohan melaksanaan
kegiatan penelitian dan pengembangan.
2. Program Sistem Informasi, yang meliputi pengumpulan data dan informasi
internasional yang mutakhir, pengembangan pangkalan data, pernbaruan
informasi dari pangkalan data secara reguler, pembuatan dan penyebaran
informasi, pembuatan paket informasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat urnum tentang produk bersih.
3. Latihan dan Pengembangan Kesadaran, yang mencakupi pengembangan
cara-cara pelatihan secara menyeluruh untuk peserta dari Pemerintah dan
swasta, penyelenggaraan seminar dan lokal karya, integrasi teknologi
produksi bersih ke dalam kurikulum pendidikan pada semua tingkatan,
mendorong keterlibatan kelompok sektoral yang ada dalam pelaksanaan
produksi bersih, pengembangan kemitraan dengan asosiasi industri,
institusi akademik, dan kelompok lingkungan.
4. Insentif Ekonomi, yang didasarkan pada konsep bahwa pendekatan
rangsangan secara ekonomi merupakan cara yang lebih andal daripada
pendekatan perintah dan kontrol. Kegiatan mencakupi, antara lain,
pengembangan ekolabel dan konsep insentif pajak retribusi limbah,
pengembangan hadiah industri secara tahunan; penerusan pinjaman lunak
untuk pengolahan air limbah dan pengembangannya yang mencakupi
kegiatan preventif terhadap polusi; memasukkan konsep produksi bersih ke
dalam asosiasi rekayasa industri; penelitian dan pengembangan tentang
aplikasi sistem insentif; pengembangan kebijakan dan insentif khusus
untuk mendorong produksi bersih; perumusan rekomendasi terhadap
perubahan peraturan dan kebijakan untuk menghilangkan hambatan dalam
penerapan produksi bersih.
3.3 World Summit on Sustainable Development

Isi World Summit on Sustainable Development, Johannesburg, Afrika Selatan. Dari saat
ini untuk kedepannya
1. Kami, perwakilan dari masyarakat dunia, berkumpul pada World Summit on Sustainable
Development di Johannesburg, Afrika selatan pada 2-4 September 2002, menegaskan
komitmen kami untuk pembangunan berkelanjutan.
2. Kami berkomitmen untuk membangun masyarakat global yang manusiawi, adil dan
kesadaran masyarakat global tentang martabat manusia untuk semua orang.
3. Pada awal KTT ini, anak-anak di dunia berbicara kepada kami dengan sederhana
dan jelas bahwa masa depan adalah milik mereka, dan karenanya menuntut kami semua
untuk memastikan bahwa melalui tindakan kami, mereka akan diwarisi dunia yang bebas
dari penghinaan dan ketidakpatutan yang disebabkan oleh kemiskinan, degradasi
lingkungan dan pola pembangunan yang tidak berkelanjutan.
4. Sebagai tanggapan kami terhadap anak-anak ini, yang mewakili masa depan kolektif kami,
kami semua yang datang dari setiap penjuru dunia, yang berwawaskan oleh berbagai
pengalaman hidup, bersatu dan tergerak oleh perasaan yang sangat dirasakan bahwa kami
sangat perlu menciptakan sebuah dunia harapan baru dan cerah.
5. Oleh karena itu, kami mengasumsikan tanggung jawab kolektif untuk memajukan dan
memperkuat pilar pembangunan berkelanjutan yang saling bergantung - pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan - di tingkat lokal, nasional,
regional dan global.
6. Dari Benua ini, kami nyatakan kelahiran dari kemanusiaan (Cradle of Humanity), melalui
Rencana Pelaksanaan dan Deklarasi ini, tanggung jawab kami satu sama lain, kepada
komunitas kehidupan yang lebih besar dan anak-anak kami.
7. Menyadari bahwa umat manusia berada di persimpangan jalan, kami telah bersatu dalam
tekad yang sama untuk melakukan upaya positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan untuk
menghasilkan rencana praktis dan nyata yang harus mewujudkan pengentasan kemiskinan
dan pembangunan manusia.
Dari Stockholm ke Rio de Janeiro ke Johannesburg
8. 30 tahun yang lalu, di Stockholm, kami sepakat mengenai kebutuhan mendesak untuk
menanggapi masalah kerusakan lingkungan. Sepuluh tahun yang lalu, di Konferensi
Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diadakan di Rio de
Janeiro, kami sepakat bahwa perlindungan lingkungan, dan pembangunan sosial dan
ekonomi sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan, berdasarkan Prinsip Rio. Untuk
mencapai perkembangan tersebut, kami mengadopsi program global, Agenda 21, dan
Deklarasi Rio, dimana kami menegaskan kembali komitmen kami. KTT Rio merupakan
tonggak penting yang menjadi agenda baru pembangunan berkelanjutan.
9. Antara Rio dan Johannesburg, negara-negara dunia bertemu di beberapa konferensi besar
di bawah bimbingan Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Konferensi Monterrey
mengenai keuangan berkelanjutan, serta Konferensi Tingkat Menteri Doha. Konferensi-
konferensi ini mendefinisikan dunia sebagai visi menyeluruh bagi masa depan umat
manusia.
10. Pada KTT Johannesburg, kami mencapai banyak hal untuk menyatukan keberagaman dan
pandangan orang-orang dalam pencarian konstruktif pada visi yang sama, menuju dunia
yang menghormati dan menerapkan visi pembangunan berkelanjutan. Johannesburg juga
menegaskan bahwa kemajuan signifikan telah dicapai untuk mencapai konsensus global
dan kemitraan di antara semua orang di planet kami.
Tantangan yang dihadapi
11. Kami menyadari bahwa pemberantasan kemiskinan, perubahan pola konsumsi dan
produksi, dan perlindungan dan pengelolaan basis sumber daya alam untuk pembangunan
ekonomi dan sosial adalah tujuan menyeluruh, dan merupakan persyaratan penting untuk
pembangunan berkelanjutan.
12. Garis besar yang dalam yang membagi masyarakat manusia antara orang kaya dan orang
miskin dan kesenjangan yang terus meningkat antara dunia maju dan berkembang
merupakan ancaman besar bagi kemakmuran, keamanan dan stabilitas global.
13. Lingkungan global terus menurun. Hilangnya keanekaragaman hayati berlanjut, stok ikan
terus terkuras, klaim penggurunan lahan semakin subur, bencana alam lebih sering dan
lebih dahsyat dan negara berkembang lebih rentan, dan pencemaran air, air dan laut terus
merampok jutaan kehidupan yang layak.
14. Globalisasi telah menambahkan dimensi baru pada tantangan ini. Integrasi pasar yang
cepat, mobilitas modal dan kenaikan arus investasi yang signifikan di seluruh dunia telah
membuka tantangan dan peluang baru untuk mengejar pembangunan berkelanjutan.
Namun, manfaat dan biaya (cost and benefit) globalisasi tidak terdistribusi dengan merata,
sehingga negara-negara berkembang menghadapi kesulitan khusus dalam memenuhi
tantangan ini.
15. Kami mempertaruhkan keberlangsungan perbedaan global ini dan kecuali kami bertindak
sedemikian rupa sehingga mereka mungkin tidak dapat melakukannya. Kuningan atau
cerobong asap berdenting.
Komitmen terhadap pembangunan yang berkelanjutan
16. Kami bertekad untuk memastikan bahwa keragaman kami yang kaya, yang merupakan
kekuatan kolektif kami, akan digunakan untuk kemitraan yang konstruktif untuk perubahan
dan untuk pencapaian tujuan bersama pembangunan berkelanjutan.
17. Menyadari pentingnya membangun solidaritas manusia, kami mendorong promosi dialog
dan kerjasama antara peradaban dan masyarakat dunia, terlepas dari ras, cacat, agama,
bahasa, budaya dan tradisi.
18. Kami menyambut fokus KTT Johannesburg pada kesatuan martabat manusia yang dan
diselesaikan melalui keputusan mengenai target, jadwal dan kemitraan untuk mempercepat
akses terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih, sanitasi, tempat tinggal, energi,
perawatan kesehatan, keamanan pangan dan perlindungan biodiversitas. Pada saat yang
sama, kami akan bekerja sama untuk saling membantu untuk memiliki akses terhadap
sumber keuangan, mendapatkan keuntungan dari pembukaan pasar, memastikan
peningkatan kapasitas, menggunakan teknologi modern untuk mewujudkan pembangunan,
dan memastikan bahwa ada transfer teknologi, sumber daya manusia pengembangan,
pendidikan dan pelatihan untuk menghalau keterbelakangan selamanya.
19. Kami menegaskan kembali janji kami untuk memberikan fokus khusus, dan memberikan
perhatian prioritas kepada untuk berperang melawan kondisi di seluruh dunia yang
menimbulkan ancaman berat bagi pembangunan berkelanjutan rakyat kami. Di antara
kondisi ini meliputi: kelaparan kronis; malnutrisi; pendudukan asing; konflik bersenjata;
masalah narkoba; kejahatan terorganisir; korupsi; bencana alam; perdagangan senjata
terlarang; perdagangan manusia; terorisme; intoleransi dan hasutan terhadap kebencian
rasial, etnis, agama dan kebencian lainnya; xenofobia; dan penyakit endemik, menular dan
kronis, khususnya HIV / AIDS, malaria dan tuberkulosis.
20. Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa pemberdayaan dan emansipasi perempuan,
dan kesetaraan gender terintegrasi dalam semua kegiatan yang tercakup dalam Agenda 21,
Tujuan Pembangunan Milenium dan Rencana Pelaksanaan Johannesburg.
21. Kami menyadari bahwa masyarakat global memiliki sarana dan karunia sumber daya untuk
mengatasi tantangan pemberantasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan yang
dihadapi semua umat manusia. Bersama-sama, kami akan mengambil langkah ekstra untuk
memastikan bahwa sumber daya yang tersedia ini digunakan untuk kepentingan umat
manusia.
22. Dalam hal ini, untuk berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan dan target kami,
kami mendesak negara maju yang belum melakukannya untuk melakukan upaya konkret
mencapai tingkat bantuan pembangunan resmi yang disepakati secara internasional.
23. Kami menyambut baik dan mendukung munculnya kelompok dan aliansi regional yang
lebih kuat, seperti New Partnership for Africa's Development, untuk mempromosikan kerja
sama regional, meningkatkan kerjasama internasional dan pembangunan berkelanjutan.
24. Kami akan terus memberi perhatian khusus pada kebutuhan perkembangan dari pulau kecil
yang berkembang dan negara-negara terbelakang.
25. Kami menegaskan kembali peran vital masyarakat pribumi dalam pembangunan
berkelanjutan
26. Kami menyadari bahwa pembangunan berkelanjutan memerlukan perspektif jangka
panjang dan partisipasi berbasis luas dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan
dan implementasi di semua tingkat. Sebagai mitra sosial, kami akan terus bekerja untuk
kemitraan yang stabil dengan semua kelompok utama, menghormati peran mandiri dan
penting dari masing-masing kelompok.
27. Kami sepakat bahwa dalam mengejar kegiatan sektor swasta yang legal, baik perusahaan
besar maupun kecil, memiliki kewajiban untuk berkontribusi terhadap evolusi masyarakat
dan masyarakat yang adil dan berkesinambungan.
28. Kami juga setuju memberikan bantuan untuk meningkatkan peluang kerja menghasilkan
pendapatan, dengan mempertimbangkan Deklarasi Prinsip dan Hak Mendasar di tempat
Kerja pada Organisasi Perburuhan Internasional.
29. Kami setuju bahwa ada kebutuhan bagi perusahaan sektor swasta untuk menerapkan
akuntabilitas perusahaan, yang harus dilakukan dalam lingkungan peraturan yang
transparan dan stabil.
30. Kami berusaha untuk memperkuat dan memperbaiki tata kelola di semua tingkat untuk
pelaksanaan Agenda 21 yang efektif, tujuan pembangunan Milenium (MDGs) dan Rencana
Pelaksanaan KTT.
Multilateralisme adalah masa depan
31. Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, kami membutuhkan institusi
internasional dan multilateral yang lebih efektif, demokratis dan akuntabel.
32. Kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap prinsip dan tujuan Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional, serta untuk memperkuat
multilateralisme. Kami mendukung peran kepemimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa
sebagai organisasi yang paling universal dan representatif di dunia, yang paling baik
ditempatkan untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
33. Kami selanjutnya berkomitmen untuk memantau kemajuan secara berkala terhadap
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan kami.
Buat itu terjadi!
34. Kami sepakat bahwa ini harus merupakan proses inklusif, yang melibatkan semua
kelompok besar dan Pemerintah yang berpartisipasi dalam KTT Johannesburg yang
bersejarah.
35. Kami berkomitmen untuk bertindak bersama, dipersatukan oleh tekad yang sama untuk
menyelamatkan planet kami, mempromosikan pembangunan manusia dan mencapai
kemakmuran dan perdamaian yang mendunia.
36. Kami berkomitmen pada Rencana Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi tentang
Pembangunan Berkelanjutan dan untuk mempercepat pencapaian target waktu, sosial
ekonomi dan lingkungan yang terkandung di dalamnya.
37. Dari benua Afrika, tempat lahirnya kemanusiaan, kami dengan sungguh-sungguh berjanji
kepada orang-orang di dunia dan generasi yang pasti akan mewarisi Bumi ini bahwa kami
bertekad untuk memastikan bahwa harapan kolektif kami untuk pembangunan
berkelanjutan dapat direalisasikan.
BAB IV

TEKNIK PRODUKSI BERSIH

Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan


limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih
dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think,
Re-use, Reduce, Recovery and Recycle).
1. Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah
langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.
2. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada
saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:
· Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis
daur hidup produk.
· UpayaUpaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa
adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua
pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha
3. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan
limbah pada sumbernya.
4. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu
limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
5. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan
limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika,
kimia dan biologi.
6. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-
bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian
dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia
dan biologi.

Dari semua teknik tersebut, yang paling penting dan perlu diperhatikan untuk
mencapai keberhasilan program produksi bersih adalah mengurangi penyebab timbulnya
limbah. Penjelasan secara rinci diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Teknik-Teknik Produksi Bersih (USAID, 1997)

Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu
ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan
(1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan
pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle,
dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah. Tingkatan terakhir
dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya
produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan dengan langkah-langkah:
 Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah
dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan
pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan.
 Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah
yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan
khusus. Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep
produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan. Penekanan
dlakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan pengolahan
maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya dengan
pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.
Ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih adalah (Afmar, 1999):
1. Pengurangan pada Sumber
Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya.
Upaya ini meliputi
a. Perubahan produk
Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi
perubahan produk, proses dan jasa. Perubahan ini adapat bersifat komprehensif
maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: Subsitusi
produk Konservasi produk Perubahan komposisi produk
b. Perubahan Material Input
Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan
bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi
sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi.
c. Volume Buangan Diperkecil
Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu:
 Pemisahan
Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun
dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun. Teknologi ini dipakai untuk
mengurangi volume limbah dan menaikan jumlah limbah yang dapat diolah
kembali.
 Mengkonsentrasikan
Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah
komponen. Dilakukan dengan pengolahan fisik, misalnya pengendapan atau
penyaringan. Komponen yang terpisah dapat digunakan kembali.
d. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk
mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari
yang sederhana dalam waktu singkat dan biaya yang murah sampai perubahan yang
memerlukan investasi tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi
peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi
dan menurunnya biaya pengolahan limbah (Susanti, 1997).
e. Penerapan Operasi yang Baik (good house keeping)
Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu pilihan
pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau
institusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya
limbah. Penerapan operasi ini melibatkan unsur-unsur:
 Pengawasan terhadap prosedurprosedur operasi
 Loss prevention
 Praktek manajemen
 Segregasi limbah
 Perbaikan penanganan material
 Penjadwalan produk
2. Daur Ulang
Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya:
a. Dikembalikan lagi ke proses semula
b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain
c. Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat
d. Diolah kembali sebagai produk samping.
PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI PULP DAN KERTAS

Proses Produksi Kertas

Kertas diproduksi sebanyak 3 kali/shift dalam sehari. Satu shift membutuhkan waktu
sebanyak 8 jam. Proses produksi kertas pada umumnya menggunakan air dalam jumlah yang
cukup besar. Proses produksi diawali pada tahap penyiapan bahan/stock preparation. Pada
tahap ini terjadi pencampuran bahan baku, bahan baku yang digunakan diantaranya adalah
pulp, broke (kertas reject), kalsium karbonat (CaCO3), AKD (alkyl ketena dimer), starch,
retention dan pewarna kertas. Tujuan dari tahap penyiapan bahan baku adalah untuk membuat
kondisi pulp sesuai dengan yang dibutuhkan di area pembentukan (wire). Setelah kondisinya
siap untuk digunakan, pulp kemudian melewati wire. Pada unit wire terjadi pembentukan
lembaran kertas (basah). Wire berfungsi untuk membentuk jaringan serat dari bubur kertas.
Pemisahan kertas dari air dilakukan dengan proses vacuum. Lembaran kertas (basah) yang
telah dihasilkan kemudian masuk ke unit Dryer. Dalam dryer terjadi proses pengeringan
lembaran kertas (basah) untuk menjadi lebih kering dari sebelumnya. Kadar air dari lembaran
kertas sebelum masuk proses drying sekitar 70% dan setelah masuk proses drying berubah
menjadi 4%. Dalam kondisi aktual, dryer yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari empat
section. Dryer yang dimaksud berupa silinder-silinder berputar dan berisi uap panas (steam)
yang satu sama lainnya dihubungkan dengan felt sehingga silinder-silinder tersebut berputar
pada sumbunya. Pada kondisi aktual di pabrik, dryer (alat pengering) terdiri dari lima section
dan setiap section memiliki suhu yang berbeda. Tujuan dari pembedaan suhu di tiap section
adalah supaya kertas yang dihasilkan tidak terlalu kering yang bisa berakibat robek saat
digulung. Setelah proses pengeringan, kertas akan digulung di pope reel. Pope reel adalah
tahapan akhir dari proses pembuatan kertas, yakni pemotongan kertas dari gulungannya. Pada
tahapan ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar akan dibelah pada ketebalan yang
diinginkan, kemudian dipotong menjadi lembaran dan selanjutnya dirapikan serta dikemas.
Proses produksi kertas PT Pindo-Deli untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Aliran proses produksi kertas PT Pindo-Deli
Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas
Produksi bersih merupakan strategi preventif dan terpadu yang harus diterapkan pada
proses produksi untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP 2001).
Penerapan produksi bersih perlu dilakukan pada industri kertas untuk mengurangi timbulnya
limbah. Pada umumnya, opsi produksi bersih yang dapat dilakukan terdiri dari good
housekeeping, perubahan bahan baku, perubahan teknologi, modifikasi produk, on-site reuse
dan recycling (UNEP 2002).Berdasarkan Ebook Cleaner Production (2015), tindakan produksi
bersih yang penting harus dilakukan di industri kertas adalah:
1. Cleaning the roll: melakukan pembersihan roll pada lini produksi kertas untuk
menghindari timbulnya kerusakan kertas selama produksi berlangsung. Tindakan
ini meningkatkan good housekeeping bagi perusahaan. Good housekeeping adalah
langkah-langkah prosedural dan administratif yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi timbulnya limbah dan emisi (UNEP 2002). Selain itu, tindakan ini akan
mengurangi jumlah kerusakan pada kertas. Opsi cleaning the roll dapat dilakukan
dengan mudah oleh perusahaan karena tidak perlu merubah proses.
2. Adjustment of edge cutter: melakukan penyesuaian terhadap kertas yang akan
dihasilkan dengan memotong pinggir anyaman kawat wire untuk mengurangi
kehilangan trim. Tindakan ini dapat mengurangi biaya produksi dan mengurangi
konsumsi sumberdaya.
3. Use of soft water as a boiler feed water: menggunakan soft water sebagai umpan
masuk boiler. Soft water merupakan air yang memiliki kandungan mineral yang
rendah. Soft water dihasilkan dari proses water softening. Dengan menggunakan
soft water sebagai umpan masuk boiler, maka akan mengubah proses ke arah yang
lebih baik. Penggunaan soft water juga dapat mengurangi polusi udara.
4. Optimising the thermal effects on water: melakukan optimasi efek termal air yang
digunakan di area paper machine dan stock preparation. Tindakan ini dapat
mencegah terputusnya kertas selama proses produksi berlangsung.
5. Providing disk save-all: menyediakan gudang atau area yang dapat menyimpan
semua kertas reject yang berasal dari area paper machine. Tujuannya untuk
meningkatkan good housekeeping bagi perusahaan.
6. Repulping rejected paper: melakukan pengolahan kembali kertas yang rejected
dengan dijadikan kembali bahan baku pada unit stock preparation. Tujuannya untuk
mengurangi timbulnya limbah dan untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan
bahan baku.
Berdasarkan penelitian Tuong (1996), diketahui bahwa terdapat beberapa peluang
produksi bersih yang bisa diaplikasikan pada industri kertas. Opsi penerapan produksi
bersih yang bisa diterapkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Opsi Produksi Bersih pada Industri Kertas

Berdasarkan pembahasan mengenai identifikasi masalah pada industri kertas,


diketahui terdapat beberapa masalah yang kerap terjadi di industri kertas. Oleh karena itu,
dibutuhkan adanya suatu upaya berupa penerapan produksi bersih. Opsi produksi bersih
ditujukan sebagai solusi dari masalah yang ada. Opsi produksi bersih yang disarankan
tidak hanya berfokus pada pengurangan limbah saja, tetapi secara luas berfokus pada
perbaikan secara menyeluruh. Opsi produksi bersih yang disarankan dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 3. Skema opsi produksi bersih yang disarankan

1) Penerapan uji mutu/ kualitas pulp Bahan baku yang didatangkan dari para supplier seperti
perusahaan Lontar Papyrus setiap akan dimasak belum dilakukan pengujian kualitas pulp.
Padahal, pengujian terhadap kualitas awal bahan baku sangatlah penting karena dapat
mempengaruhi kualitas akhir dari produk yang dihasilkan. Pengawasan terhadap kualitas
pulp yang akan digunakan menjadi hal penting dalam rangka menjamin produk kertas yang
dihasilkan. Uji atau analisa kualitas pulp menjadi hal yang dibutuhkan dalam hal ini. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisa terhadap kualitas pulp. Analisa tersebut mencakup
pengujian kappa number, brightness dan viskositas. Analisa kappa number merupakan
pengujian kimia yang diperlakukan terhadap pulp untuk meningkatkan delignifikasi,
kekuatan relatif dan kesanggupan untuk diputihkan. Analisa ini berguna untuk menentukan
kadar lignin pulp. Analisa ini juga merupakan kunci untuk memantau dan mengontrol
proses pemasakan. Berikutnya terdapat pengujian brightness. Brightness merupakan sifat
lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang diukur pada suatu kondisi yang baku.
Brightness juga digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan. Keputihan pulp diukur
dengan kemampuannya memantulkan cahaya monokromatik dan dibandingkan dengan
standar yang telah diketahui (Sirait 2001). Tingkat kecerahan (brightness) pulp tergantung
pada jenis dan jumlah bahan kimia pemutih yang digunakan pada tahap bleaching. Analisa
terakhir yang harus dilakukan perusahaan untuk mengetahui kualitas pulp ialah analisa
viskositas. Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan suatu cairan berhubungan langsung dengan hambatan untuk mengalir. Jadi
viskositas dilakukan untuk menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Viskositas
cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-bagian lapisan cairan yang bergerak satu
sama lain. Secara umum viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu:
a) Viskometer Oswald Metode ini ditentukan berdasarkan Hukum Poiseuille
menggunakan alat Viskometer Oswald. Penetapannya dilakukan dengan jalan
mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari
atas ke bawah. Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan ke
dalam viskometer yang diletakkan pada termostat. Cairan kemudian diisap dengan
pompa ke dalam bola sampai di atas tanda garis atas. Cairan dibiarkan mengalir ke
bawah dan waktu yang diperlukan dari batas atas ke batas bawah dicatat
menggunakan stopwatch.
b) Viskositas Bola Jatuh Viskositas cairan dapat ditentukan dengan metode bola jatuh
berdasarkan Hukum Stokes. Penetapannya diperlukan bola kelereng dari logam dan
alat gelas silinder berupa tabung. Bola kelereng dengan rapatan d dan jari-jari r
dijatuhkan ke dalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan viskositasnya.
Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu
kemudian dicatat dengan stopwatch. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
viskositas ialah tekanan, konsentrasi dan suhu.
2) Penerapan good housekeeping Menurut Gandamiharja (2002), housekeeping adalah
pendekatan praktis yang dikembangkan dalam melaksanakan perbaikan tempat kerja oleh
setiap pegawai agar lingkungan menjadi aman dan nyaman. Secara umum, good
housekeeping
berkaitan dengan aktivitas “5R” yakni tindakan yang diambil orang dalam bentuk
rangkaian tahapan kegiatan “Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin”. Sehingga housekeeping
sering dianggap sebagai bagian dari kegiatan yang bersifat preventive dan pengendalian.
Pelaksanaan housekeeping yang kurang benar dapat mengakibatkan kerugian baik harta
maupun raga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuli (2000) dalam studinya
tentang hubungan penerapan housekeeping (5R) dengan tingkat kecelakaan kerja di PT.
Semen Gresik (Persero) Pabrik Tuban, diketahui terdapat hubungan bertautan antara
penerapan housekeeping dengan tingkat kecelakaan kerja. Pada penerapan housekeeping
yang masuk ke dalam kategori kurang, tingkat kecelakaan kerja yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan penerapan housekeeping yang masuk dalam kategori sedang. Pada
umumnya konsep good housekeeping sudah banyak diterapkan oleh kalangan industri
untuk meningkatkan efisiensi. Konsep ini dilakukan dengan cara good operating practice
yang mencakup:
a) Pengembangan program cleaner production
b) Pengembangan sumber daya manusia
c) Tata cara penanganan dan investasi bahan
d) Pencegahan kehilangan bahan
e) Pemisahan limbah menurut jenisnya
f) Tata cara perhitungan biaya
g) Penjadwalan produksi
3) Penggantian mesin lama dengan mesin baru. Berdasarkan survey di lapangan, diketahui
bahwa umur mesin pembentukan kertas sudah cukup tua. Hal ini terbukti dari suaranya
yang sudah tidak halus (kasar) serta nilai efisiensinya yang menurun. Efisiensi sendiri
diartikan sebagai kesuksesan dalam mengakomodasi output semaksimal mungkin dari
sejumlah input yang ada (Cahyani et al. 2012). Menurut pihak industri, dua hal ini adalah
efek utama dari umur mesin yang sudah tua. Suara kasar disebabkan oleh banyaknya
komponen yang sudah aus dan penggantian oli yang tak rutin. Penurunan efisiensi
disebabkan oleh kinerja atau performansi mesin yang tidak optimal. Melihat kondisi begitu,
dibutuhkan opsi produksi bersih sebagai solusi permasalahan tersebut. Opsi yang dimaksud
adalah penggantian mesin lama dengan mesin baru, artinya perusahaan harus membeli
mesin baru. Tujuan dari pembelian mesin baru adalah untuk meningkatkan efisiensi,
sehingga dengan demikian kualitas produk yang dihasilkan benar-benar baik. Selain itu,
jika mesin yang digunakan adalah mesin baru maka hal ini dapat mengurangi tingkat
kebisingan pada lingkungan kerja.
4) Pemantauan secara intensif saat proses produksi berjalan Pemantauan secara intensif perlu
dilakukan oleh pihak industri pada pos-pos yang telah disediakan di lini produksi. Tujuan
dari karyawan melakukan pemantauan intensif adalah memastikan supaya proses produksi
berjalan dengan lancar dan juga meminimalisir timbulnya loss pada produksi. Dengan
pemantauan secara intensif, lini produksi perusahaan akan menghasilkan produk yang baik
dan juga secara efisiensi akan lebih optimum. Berdasarkan hasil pengamatan di perusahaan,
pihak industri (para pegawai) pada dasarnya sudah ditugaskan agar setiap orang menjaga
di posnya masing-masing. Akan tetapi, dalam praktik pelaksanannya banyak karyawan
yang tidak mengerjakan sesuai instruksi yang diberikan. Secara umum rata-rata
kebanyakan karyawan hanya jaga di posnya sekitar 20-30 menit awal, sisanya mereka akan
masuk ke dalam ruang admin produksi. Berdasarkan hal ini, maka dapat dilihat bahwa perlu
adanya penegasan SOP dari perusahaan terhadap karyawan. Penegasan SOP ditujukan agar
para karyawan bekerja sesuai dengan aturan yang ada. Dengan demikian jika hal ini
dilakukan, maka akan berdampak secara tidak langsung terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. Tindakan penegasan SOP (Standar Operational Procedure) termasuk ke dalam
komponen good housekeeping, artinya opsi ini berhubungan lurus dengan penerapan good
housekeeping.
5) Penyesuaian suhu dengan kecepatan berputar roll dryer Salah satu proses terpenting dalam
pembuatan kertas ialah pengeringan, selain daripada pembentukan kertas. Proses
pengeringan dilakukan tepat setelah proses pembentukan dilakukan. Pada dasarnya, inti
dari proses pengeringan adalah pengurangan kadar air sampai dengan standar yang
ditentukan sehingga kertas dapat kering. Proses pengeringan dilakukan dengan
menggunakan steam (uap panas). Mekanismenya uap panas yang berada di belakang lini
produksi, kemudian ditransfer ke roll dryer sehingga roll dryer menjadi panas. Panas
tersebut yang nantinya akan membuat lembaran kertas basah menjadi kering saat melewati
bagian roll dryer. Berdasarkan hasil survey di pabrik, tidak jarang perusahaan mengalami
putus kertas saat proses produksi berjalan. Artinya sebenarnya ini menjadi kerugian bagi
perusahaan, baik dari segi biaya maupun waktu. Disisi lain berdasarkan wawancara dengan
pegawai setempat diketahui bahwa putusnya kertas di tengah-tengah lini produksi
disebabkan karena ketidaksesuaian antara kecepatan berputar roll dengan suhu roll dryer,
terlepas dari pencampuran bahan di stock preparation yang kurang tepat. Penyesuaian yang
baik antara suhu dengan kecepatan berputar roll dryer sangat dibutuhkan demi tercapainya
proses produksi yang maksimal. Opsi seperti ini termasuk ke dalam tindakan perubahan
teknologi. Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan (Afmar 1999).
Perubahan teknologi yang dimaksud adalah lebih kepada perubahan kondisi proses pada
lini produksi.
6) Penghematan penggunaan air dan pemakaian bahan baku Menurut Pokhrel dan
Viraraghavan (2004), proses keseluruhan industri kertas membutuhkan energi besar dan air
dalam jumlah banyak. Berdasarkan (Thompson et al. 2001; Sumathi dan Hung 2006),
industri kertas merupakan salah satu industri pencemar paling besar di dunia. Industri kertas
menghasilkan limbah tercemar berat dalam jumlah yang besar (Thompson et al. 2001;
Gupta 1997). Jumlah dan muatan limbah yang dihasilkan tergantung pada teknologi
produksi, kemurnian bahan baku, penggunaan bahan aditif dan efisiensi pengolahan air
(Tiku et al. 2007). Salah satu permasalahan yang terjadi pada industri kertas adalah
timbulnya limbah pada akhir proses produksi. Penggunaan serat selulosa sebagai bahan
baku dianggap sebagai salah satu faktor dalam menghasilkan limbah di industri kertas
(Rodriguez et al. 2010). Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada unit stock preparation
terlihat banyaknya ceceran air dimana-mana. Dari hasil wawancara dengan karyawan,
ceceran air tersebut rata-rata dihasilkan dari selang air yang tidak ditutup selepas dipakai.
Artinya hal ini merupakan bentuk inefisiensi. Air yang tercecer di lantai menimbulkan
kerugian seperti membuat lantai licin sehingga membahayakan pegawai yang sedang
bekerja, menambah cost perusahaan dalam melakukan produksi dan membuat kesan
“lembab” area stock preparation, sehingga terlihat kotor. Tindakan produksi bersih yang
harus dilakukan adalah mengurangi penggunaan air dengan cara memakai air secukupnya.
Mematikan kran air selepas air digunakan. Kemudian untuk pemakaian bahan baku,
berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa masih terdapat cukup banyak loss fiber di
akhir proses produksi. Setelah ditelusuri, hal ini disebabkan oleh persentase pulp murni
yang digunakan di area stock preparation di atas 50 %, artinya ini telalu banyak. Sehingga
banyak serat yang terbuang di akhir proses produksi. Tindakan produksi bersih yang harus
dilakukan adalah mengurangi penggunaan pulp murni dan menambah pemakaian bahan
tambahan, sehingga dengan demikian tidak banyak serat yang terbuang di akhir proses
produksi. Selain itu, mengumpulkan kembali ceceran pulp yang jatuh ketika pulp akan
dimasukkan ke hidropulper. Dengan pengumpulan tersebut akan meminimasi timbulnya
limbah di area stock preparation dan hal ini juga bisa mengurangi biaya produksi
perusahaan.
7) Daur ulang limbah kertas (potongan kertas, kertas rusak) di stock preparation untuk
digunakan kembali Dalam kegiatan finishing kertas, terdapat beberapa limbah yang
dihasilkan, diantaranya seperti potongan kertas (trim) dan kertas rusak/ reject (baik yang
sobek, tergores maupun kotor). Semua limbah-limbah ini diperoleh saat lini produksi
melakukan penyesuaian ukuran berdasarkan permintaan konsumen. Untuk bisa mentaati
permintaan konsumen, perusahaan melakukan resizing/ pemotongan termasuk sorting dan
wrapping/ packaging sesuai dengan kualitas dan jenis kertas. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan, tidak sedikit limbah yang dihasilkan dari proses finishing ini. Artinya pada
area finishing masih saja terdapat inefisiensi. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan
merugikan perusahaan. Seharusnya, pihak perusahaan bisa melakukan perencanaan
produksi lebih matang sehingga bisa meminimasi limbah yang terbentuk. Selain opsi
tersebut, alternatif produksi bersih lainnya adalah perusahaan melakukan daur ulang limbah
kertas di unit stock preparation. Unit stock preparation adalah unit yang berfungsi
mempersiapkan bahan baku pulp, sehingga kondisinya dapat digunakan dalam area
pembentukan (wire). Berkel (2000) menambahkan bahwa stock preparation adalah unit
yang mempersiapkan buburan pulp dengan dimodifikasi sedemikian rupa, sebelum
akhirnya di transfer ke mesin kertas sesuai dengan persyaratan dari mesin kertas dan
tuntutan kualitas kertas yang akan dihasilkan. Dengan melakukan daur ulang limbah,
perusahaan dapat menghemat biaya produksi.
8) Daur ulang terhadap white water agar bisa dipakai kembali di unit stock
preparation. White water adalah cairan limbah kertas yang masih mengandung serat.
Cairan ini punya nilai cukup tinggi karena masih mengandung fiber (serat). Artinya
sebenarnya cairan ini masih bisa dipakai lagi untuk membuat kertas. White water dihasilkan
dari proses produksi kertas terutama di bagian area pembentukan (wire). Pada wire
lembaran kertas yang masih basah kemudian diserap dengan vacuum sehingga kadar air
lembaran berkurang. Air yang terhisap dan masuk ke dalam wire pit dinamakan white
water. Tindakan produksi bersih yang dapat dilakukan perusahaan pada area limbah yaitu
melakukan daur ulang white water dengan diberi penambahan polimer sehingga nantinya
output dari pencampuran ini ialah air limbah dan serat akan terpisah. Air limbah akan
masuk kembali ke hidropulper. Serat akan kembali dipakai di area stock preparation untuk
diproduksi kembali menjadi kertas. Opsi produksi bersih seperti ini termasuk ke dalam on-
site reuse, yakni penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah baik
untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagai material input dalam proses lain.
DAFTAR PUSTAKA

Afmar, M.1999.Faktor Kunci dan Efektif Penerapam Cleaner Production di


Industri.ITB.Bandung
Berkel RV. 2000. Overview of The Cleaner Production Concept and Relation with Other
Environmental Management Strategies. Curtin University of Technology, Australia.

Cahyani N, Akbar SM, Susilaningrum D. 2012. Kajian Tentang Tingkat Efisiensi Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Umum Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur
Menggunakan Metode PCA- DEA. Jurnal Sains dan Seni. Vol. 1, No.1, ISSN: 2301 -
928X.

Ebook Cleaner Production. 2016. Technologies and Tools for Resource Efficient Production.
Book 2 in a series on Environmental Management. The Baltic University.

Gandamiharja. 2002. Perancangan House-keeping di Gedung PT DAPI [skripsi]. Surabaya


(ID): Institut Teknologi Sepuluh November.

Ghazali Muhktar.2017. Teknik Produksi Bersih. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri
Bandung, Bandung

Haryono, Aryosan Tetuko.2016. Analisis Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas (Studi
Kasus di Pt Pindo-Deli Pulp And Paper Mills Indonesia Unit Paper Machine 4.
Diakses tanggal 22 April 2019.(https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86845)

Kebijaksanaan Produksi Bersih di Indonesia. Diakses tanggal 22 April 2019


(http://www.menlh.go.id/kebijaksanaan-produksi-bersih-di-indonesia/)
Nugraha, Winardi Dwi.2006. Studi Penerapan Produksi Bersih (Studi Kasus Pada Perusahaan Pulp
And Paper Serang). Diakses tanggal 22 April 2019.
(https://core.ac.uk/download/pdf/11702202.pdf)

Roestamsjah. Teknologi Produksi Bersih dan Penerapannya di Indonesia. Diakses tanggal 22


April 2019 (https://www.scribd.com/doc/97041416/Teknologi-Produksi-Bersih-Dan-
Penerapannya-Di-Indonesia)

Rodriguez A, Sanchez R, Requejo A, Ferrer A. 2010. Feasibility of rice straw as a raw material
for the production of soda cellulose pulp. J. Clean. Prod. 18, 1084-1091.

Thompson G, Swain J, Kay M, Forster C. 2001 . The treatment of pulp and paper mill effluent:
a review. Bioresource Technology, Vol. 77, pp. 275-286.
Tiku DK, Kumar A, Sawhney S, Singh VP, Kumar R. 2007. Effectiveness of treatment
technologies for wastewater pollution generated by Indian pulp mills.
Environ Monit Assess; 132:453-66.

Yuli M. 2000. Hubungan Penerapan House-keeping (5R) dengan tingkat kecelakaan kerja di
PT. Semen Gresik (Persero) Pabrik Tuban pada Bagian Produksi Departemen
Operasi 1 PT DAPI [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh November.

Anda mungkin juga menyukai