Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gas Metana (CH4) adalah salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang
berbahaya. Berdasarkan IPCC, metana memiliki efek 20-30 kali lebih besar
dibanding dengan karbon dioksida. Metana (CH4) adalah salah satu dari gas rumah
kaca yang terbesar kedua (Kyoto Protocol) setelah karbondioksida (CO2) yang
potensi pemanasan globalnya 28 kali lebih besar dari CO2.
Salah satu penyumbang gas metana adalah Tempat Pengelolaan Akhir (TPA).
Gas metana dihasilkan melalui sampah-sampah organik yang terfermentasi secara
anaerobik oleh bakteri metan.
Saat ini terdapat kurang lebih 450 TPA di kota besar dengan sistem
open dumping dan baru sebagian kecil yang dikembangkan menjadi controled
landfil. Potensi sampah yang dapat dihasilkan dari 45 kota besar di Indonesia
mencapai 4 juta ton/tahun. Potensi gas metana yang bisa dihasilkan mencapai
11.390 ton CH4 / tahun atau setara dengan 239.199 ton CO2 / tahun, jumlah ini
merupakan 64% dari total emisi sampah berasal dari 10 kota besar, antara lain :
Jakarta, Surabaya, Bandung,Medan, Semarang, Palembang, Makasar, Bekasi,
Depok, dan Tanggerang (Herlambang dkk, 2010).
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, dari
sekitar 20.000 ton sampah yang dihasilkan di sejumlah TPA besar, dapat
menghasilkan sekitar 251 MW potensi termal dan 34,9 MW Landfill Gas
(esdm.go.id, 2018).
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah yang menyatakan bahwa “pengelolaan sampah diselenggarakan
berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan,
asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai
ekonomi”
Gas metan yang dihasilkan oleh TPA dapat diolah menjadi sumber energi
alternatif. TPA Regional yang dibangun dan dioperasikan sesuai dengan standar
perlindungan lingkungan, yaitu sanitary landfill dimana Landfill ini dilengkapi
dengan lapisan dasar yang kedap air (geomembrane), pipa pengumpul air lindi dan
instalasi pengolahan lindi, aplikasi tanah penutup harian dan akhir dan sistem
pengelolaan landfill gas memungkinkan untuk menghasilkan energi listrik dengan
pengelolaan terhadap gas metan yang terkandung dalam landfill gas. Salah satu
TPA regional adalah TPA Sampah Payakumbuh yang berada di Provinsi Sumatera
Barat (Rahajo dkk, 2014).
Ekstraksi energi non fosil berbentuk biogas ini merupakan salah satu bentuk
energi hijau, yang juga mendukung program nasional dalam Peraturan Presiden No.
61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAN GRK) dalam upaya melaksanakan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah disebutkan dapat diambil beberapa rumusan
masalah, yaitu:

1. Bagaimana proses ekstraksi gas metan dari TPA


BAB II
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai