Anda di halaman 1dari 32

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGUE


HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MELATI RSUD dr. HARYOTO
LUMAJANG

OLEH:
Zahra Marseliya Khusnah
NIM 182311101075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JANUARI, 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Dengue Haemoragic Fever (DHF) di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang
telah disetujui dan disahkan pada :
Hari, Tanggal :
Tempat: Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang

Jember, Januari 2019

Pembimbing Akademik Stase Pembimbing Klinik


Keperawatan Bedah Ruang Melati
FKep Universitas Jember RSUD dr. Haryoto Lumajang

Ns. Baskoro Setioputro, M.Kep. Ns. Ari Wahyuana, S. Kep.


NIP 19880510 201504 1 002 NIK 203200412 219820226
Mengetahui,
Kepala Ruang Gardena
RSD dr. Soebandi Jember

LAPORAN PENDAHULUAN

Suparman, Amd.Kep.
NIP 19760412 2006041014
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori tentang Penyakit


1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai
demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai
dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang
jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit
berupa bintik perdarahan (petechiea), lebam atau ruam (purpura) atau
renjatan (shock) (Depkes RI, dalam Deswara, 2012). Penyakit demam
berdarah dengue (DBD) ini merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti,
dimana penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian (Deswara, 2012).

2. Epidemiologi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau sering disebut dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk, jumlah penderita dan luas daeah
penyebarannya semakin bertambah. Di Indonesia, demam berdarah pertama
kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58
orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka
kematian (AK) mencapai 41,3%. Sejak itu, penyakit ini menyebar luas ke
seluruh Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2010).
Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di
34 Provinsi di Indonesia dan 1.229 orang di antaranya meninggal dunia.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni
sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal
dunia pada thun 2014. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan iklim dan
rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.

3. Etiologi
Penyebab dari penyakit demam berdarah adalah virus Dengue jenis
arbovirus dengan 4 serotipenya yaitu D1, D2, D3 dan D4. Virus ini
memerlukan perantara untuk bisa masuk ke tubuh manusia. Perantara/vektor
virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Sosok kedua
jenis Aedes ini hampir serupa, namun yang banyak menularkan demam
berdarah adalah Aedes aegypti. Nyamuk mendapat virus demam berdarah
dari pasien Demam Berdarah Dengue, demam Dengue, maupun orang yang
tidak tampak sakit namun dalam aliran darahnya terdapat virus Dengue
(karier) (Tapan, dalam Mahardika, 2009). Terdapat siklus hidup nyamuk
Aedes aegypti, yaitu sebagai berikut:
Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat air saat
bertelur. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kemudian,
dalam waktu 5-15 hari larva berkembang menjadi pupa. Setelah 2 hari,
nyamuk dewasa akan keluar dari pupa. Dalam suasana optimum
perkembangan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu sekurang-
kurangnya 9 hari. Aedes aegypti biasanya bertelur pada sore hari menjelang
matahari terbenam. Setelah bertelur nyamuk betina siap mengisap darah
lagi. Bila nyamuk terganggu pada waktu mengisap darah nyamuk akan
menggigit kembali orang yang sama atau berpindah ke orang lain sehingga
virus dipindahkan dengan cepat kepada beberapa orang. Umumnya nyamuk
betina akan mati dalam waktu 10 hari (Sungkar dan Sudin, dalam Niluh,
2009).
Pada keadaan istirahat nyamuk dewasa hinggap dalam keadaan sejajar
dengan permukaan. Nyamuk Aedes betina mempunyai abdomen yang
berujung lancip dan mempunyai cerci yang panjang. Hanya nyamuk betina
yang mengisap darah dan kebiasaan mengisap darah pada Aedes aegypti
umumnya pada waktu siang hari sampai sore hari. Lazimnya yang betina
tidak dapat membuat telur yang dibuahi tanpa makan darah yang diperlukan
untuk membentuk hormone gonadotropik yang diperlukan untuk ovulasi.
Hormon ini berasal dari corpora allata yaitu pituitary pada otak insecta,
dapat dirangsang oleh serotonin dan adrenalin dari darah korbannya.
Kegiatan menggigit berbeda menurut umur, waktu dan lingkungan.
Demikian pula irama serangan sehari-hari dapat berubah menurut musim
dan suhu. Kopulasi didahului oleh pengeriapan nyamuk jantan yang terbang
bergerombol mengerumuni nyamuk betina. Aedes memilih tanah teduh yang
secara periodik di genangi air. Jumlah telur yang diletakkan satu kali
maksimum berjumlah seratus sampai empat ratus butir.(Neva FA & Brown
HW, dalam Palgunadi dan Rahayu, 2012).
4. Klasifikasi
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, dalam Sinto, 2009), yaitu:
1) Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet.
2) Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdaran
lain.
3) Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.
4) Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

5. Patofisiologi
Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat
ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (Yuswulandary, 2008). Setelah
virus masuk ke dalam tubuh, virus berkembang biak dalam retikuloendotel
sel (sel-sel mesenkim dengan daya fagosit) sehingga tubuh mengalami
viremia (darah mengandung virus) yang menyebabkan terbentuknya
komplek virus antibodi. Terbentuknya komplek virus antibodi menyebabkan
agregasi trombosit yang berdampak terjadinya trombositopenia, aktivitas
koagulasi yang berdampak meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga
terjadi kebocoran plasma, aktivasi komplemen yang berdampak
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga dapat terjadi kebocoran
plasma dan syok. Syok yang tidak tertangani dapat menyebabkan terjadinya
Dengue Syock Syndrom (DSS) dan dapat menyebabkan kematian (WHO,
dalam Setiawati, 2011).
Lama perjalanan penyakit dengue yang klasik umumnya berlangsung
selama 7 hari dan terdiri atas 3 fase, yaitu fase demam yang berlangsung 3
hari (hari sakit ke-1 sampai dengan hari ke-3), fase kritis, dan fase
penyembuhan. Pada fase demam, pasien memerlukan minum yang cukup
karena demam tinggi. Pasien biasanya tidak mau makan dan minum
sehingga dapat mengalami dehidrasi, terlihat sakit berat, muka dapat terlihat
kemerahan (flushing), dan biasanya tanpa batuk dan pilek. Saat ini nilai
hematokrit masih normal dan viremia berakhir pada fase ini. Fase demam
akan diikuti oleh fase kritis yang berlangsung pada hari ke-4 dan ke-5 (24-
48 jam), pada saat ini demam turun sehingga disebut sebagai fase
deffervescene. Fase ini kadang mengecoh karena keluarga menganggap
pasien sembuh oleh karena demam turun padahal pasien memasuki fase
berbahaya ketika kebocoran plasma menjadi nyata dan mencapai puncak
pada hari ke-5. Pada fase tersebut akan tampak jumlah trombosit terendah
dan nilai hematokrit tertinggi. Pada fase ini, organ-organ lain mulai terlibat.
Meski hanya berlangsung 24-48 jam, fase ini memerlukan pengamatan
klinis dan laboratoris yang ketat.
Setelah fase kritis pada DBD, pasien memasuki fase penyembuhan,
kebocoran pembuluh darah berhenti seketika, plasma kembali dari ruang
interstitial masuk ke dalam pembuluh darah. Pada fase ini, jumlah trombosit
mulai meningkat, hematokrit menurun, dan hitung leukosit juga mulai
meningkat. Fase ini hanya berlangsung 1-2 hari tapi dapat menjadi fase
berbahaya apabila cairan intravena tetap diberikan dalam jumlah berlebih
sehingga pasien dapat mengalami kelebihan cairan dan terlihat sesak. Pada
hari-hari tersebut demam dapat meningkat kembali tetapi tidak begitu tinggi
sehingga memberikan gambaran kurva suhu seperti pelana kuda. Seringkali
pasien diberikan antibitiotik yang tidak diperlukan. Pada fase ini pasien
terlihat riang, nafsu makan kembali muncul, serta aktif seperti sebelum
sakit. Pada keadaan di daerah endemis dengue, infeksi dengue harus selalu
dipikirkan pada pasien dengan demam mendadak tinggi disertai muka
kemerahan tanpa selesma, petekie, dan atau uji torniket positif (Hadinegoro,
2012).
6. Tanda dan Gejala
a. Demam Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus
menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang
kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
b. Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu
atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura,
Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi,
Hematemesis, Melena dan Hematuri.
Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai
sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquest
positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar
penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapt juga dijumpai pada
penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri
(thypus abdominalis) dan lain-lain.
Petekie merupakan tanda pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda
ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Epistaksis dan
perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, sedangkan perdarahan
gastrointestinal biasanya menyertai renjatan. Kadang-kadang dijumpai
pula perdarahan konjungtiva serta hematuri.
c. Pembesaran hati (hepatomegali)
Sifat pembesaran hati:
1) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit
2) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
d. Renjatan (syok)
Tanda-tanda renjatan:
1) Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
tangan dan kaki
2) Penderita menjadi gelisah
3) Sianosis di sekitar mulut
4) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
5) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang Sebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran
plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu.
e. Trombositopeni
Jumlah trombosit ≤ 100.000/µl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit, pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa
jumlah trombosit dalam batas normal menurun. Pemeriksaan dilakukan
pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiga
hari sampai suhu turun.
f. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) ≥20% menggambarkan
hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang
peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan
hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit
mendahului peningkatan hematokrit (Depkes RI, dalam Mahardika,
2009).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji torniket bertujuan untuk menilai fragilitas kapiler dan tidak patognomonik
untuk diagnosis dengue. petekie dan uji tourniquet tidak selalu ditemukan pada
pasien DBD
Uji torniket dilakukan sebagai berikut:
1) Periksa tekanan darah pasien
2) Berikan tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang
dipasang pada lengan di atas siku; tekanan ini diusahakan menetap selama
percobaan.
3) Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit perhatikan timbulnya petekiae
di kulit lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian proksimal.
4) Uji dinyatakan positif bila pada satu inci persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat
lebih dari 20 petekiae.
Pada penderita DBD, uji torniket umumnya memberikan hasil positif.
Pemeriksaan itu dapat memberikan hasil negatif atau positif lemah selama
masa renjatan berat. Bila pemeriksaan diulangi setelah renjatan ditanggulangi,
pada umumnya akan didapat hasil positif, bahkan positif kuat.
b. Pemeriksaan darah lengkap harus selalu dilakukan pada pasien dengue
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hampir 70% pasien dengue
mengalami leukopeni (<5000/ul) yang akan kembali normal sewaktu
memasuki fase penyembuhan pada hari sakit ke-6 atau ke-7. Jumlah trombosit
mulai menurun pada hari ke-3 dan mencapai titik terendah pada hari sakit ke-5.
Trombosit akan mulai meningkat pada fase penyembuhan serta mencapai nilai
normal pada hari ke-7. Meski jarang, ada pasien yang jumlah trombositnya
mencapai normal pada hari ke-10 sampai ke-14. Pemeriksaan serial darah tepi
yang menunjukkan perubahan hemostatik dan kebocoran plasma merupakan
petanda penting dini diagnosis DBD. Peningkatan nilai hematokrit 20% atau
lebih disertai turunnya hitung trombosit yang tampak sewaktu demam mulai
turun atau mulainya pasien masuk ke dalam fase kritis/syok mencerminkan
kebocoran plasma yang bermakna dan mengindikasikan perlunya penggantian
volume cairan tubuh.
c. Saat ini uji serologi Dengue IgM dan IgG seringkali dilakukan
Pada infeksi primer, IgM akan muncul dalam darah pada hari ke-3,
mencapai puncaknya pada hari ke-5 dan kemudian menurun serta menghilang
setelah 60-90 hari. IgG baru muncul kemudian dan terus ada di dalam darah.
Pada infeksi sekunder, IgM pada masa akut terdeteksi pada 70% kasus,
sedangkan IgG dapat terdeteksi lebih dini pada sebagian besar (90%) pasien,
yaitu pada hari ke-2. Apabila ditemukan hasil IgM dan IgG negatif tetapi gejala
tetap menunjukkan kecurigaan DBD, dianjurkan untuk mengambil sampel
kedua dengan jarak 3-5 hari bagi infeksi primer dan 2-3 hari bagi infeksi
sekunder. IgM pada sesorang yang terkena infeksi primer akan bertahan dalam
darah beberapa bulan dan menghilang setelah 3 bulan. Dengan demikian,
setelah fase penyembuhan, baik IgM maupun IgG dengue akan tetap terdeteksi
meskipun pasien tidak menderita infeksi dengue. Setelah 3 bulan, hanya IgG
yang bertahan di dalam darah. Imunoglobulin G dapat terdeteksi pada
pemeriksaan darah seseorang yang telah terinfeksi oleh salah satu serotipe
virus dengue,. Hal itu disebabkan oleh IgG dalam darah bertahan dalam jangka
waktu yang lama bahkan dapat seumur hidup. Untuk itu, interpretasi serologi
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus dilengkapi dengan anmanesis,
pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan
diagnosis dengue. Pemeriksaan serologis terutama berguna untuk membedakan
antara infeksi primer dan sekunder (Hadinegoro, 2012).

8. Komplikasi
Komplikasi dari DHF yaitu terdiri dari:
1) Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Dalam perjalanan penyakit DBD, dengue dapat juga menyerang hati
sehingga sering menimbulkan komplikasi yaitu gangguan fungsi hati
akibat kerusakan sel hepar yang ditandai dengan meningkatnya kadar
enzim transaminase (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase/SGPT dan
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase/SGOT). Tidak jarang pada
pasien DBD ditemukan hepatomegali (pembesaran hepar) akibat kerja
berlebihan hepar untuk mendestruksi trombosit oleh infeksi dengue
(Hermayanti dkk, dalam Merina, 2014).
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura dan adanya dipsnea.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan/pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat
simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
1) Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :
a. Istirahat total di tempat tidur.
b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena
harus diberikan.
c. Berikan makanan lunak
d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau
dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan
perdarahan.
e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2. Penatalaksanaan pada pasien syok :
a) Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat
dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.
b) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap
jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari
pertamaselanjutnya tiap 24 jam.
Nilai normal Hemoglobin :
Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah
Laki-laki dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah
Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah
Nilai normal Hematokrit :
Anak-anak : 33 – 38 vol %
Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol %
Wanita dewasa : 37 – 43 vol %
c) Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka
diberi transfusi darah (Yuswulandary, 2008).
B. Clinical Pathway
Nyamuk Aedes aegypti
mengandung virus dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran darah


(Viremia)

Beredar dalam aliran darah

Bereaksinya virus dengan antibodi

Menstimulasi Terjadinya proses inflamasi


medulla vomiting
Aktivasi sistem komplemen Mempengaruhi
Mual, muntah hipotalamus

Anti histamin dilepaskan Suhu tubuh meningkat Pengeluaran


anoreksia keringat berlebih

Peningkatan permeabilitas Hipertermi dehidrasi


pembuluh darah
Metabolisme tubuh
Kekurangan
Kebocoran plasma volume cairan
Intake nutrisi
tidak adekuat
Berkurangnya volume Ketidakseimbangan
plasma darah Pemecahan kalori nutrisi: kurang dari
berlebih kebutuhan tubuh
Resiko perdarahan Trombosit menurun

Sakit kepala, nyeri otot, Gg. Fungsi trombosit


Hemoglobin berkurang
nyeri sendi Intoleransi Aktivitas
Kelainan sistem
Hemokonsentrasi koagulasi
Suplai O2 ke jaringan menurun (Hematrokit meningkat)
Nyeri akut
Penurunan
Metabolisme anaerob Syok/renjatan pembekuan darah

Penimbunan asam laktat Perdarahan, Petechi,


Resiko syok epistaksis, hematemesis,
di jaringan
melena

Iritasi terhadap ujung-


ujung syaraf Tubuh lemas
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas pasien: Nama, Jenis Kelamin, Pendidikan, Agama, Pekerjaan, No.
RM, status Perkawinan, Tanggal MRS
Umur: sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun
Alamat: Nyamuk Aedes Aegypti mempunyai jarak terbang dengan radius 100-
200 meter. Jadi, perlu menjaga kebersihan rumah dan wilayah rumah.
Hal tersebut perlu diperhatikan agar tidak terjadi penularan dari
adanya seseorang yang mengalami Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF).
1. Riwayat kesehatan
a. Diagnosa Medik: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
b. Keluhan Utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit
adalah panas tinggi 2-7 hari
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan pasien semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, melena, atau
hematemesis.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada pasien DHF bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota keluarga yang mengalami DHF

3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pendapat pasien maupun keluarga mengenai kesehatan dan cara keluarga
mempertahankan kesehatannya.
b. Pola nutrisi/metabolik
 Gejala: Penurunan nafsu makan, mual muntah, sakit saat menelan.
 Tanda: Mukosa mulut kering, nyeri tekan pada ulu hati.
c. Pola eliminasi
Mengkaji BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)
Tanda : penurunan berkemih, melena
d. Pola aktivitas dan latihan
Mengkaji Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi kardiovaskuler,
terapi oksigen.
 Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
 Tanda: Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala, ulu hati, pegal-
pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas bermain.
e. Pola tidur dan istirahat
Mengkaji durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur
 Gejala: Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
 Tanda: Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri
epigastrik, nyeri otot/ sendi.
f. Pola kognitif & perceptual
Mengkaji fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan indera
 Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
 Tanda : Cemas dan gelisah
g. Pola persepsi diri
Mengkaji gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan peran diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah
h. Pola seksualitas & reproduksi
i. Pola peran dan hubungan
j. Pola manajemen dan koping stres
k. Sistem nilai dan keyakinan
4. Pemeriksaan fisik
1) Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah,tanda-tanda vital
dan nandi lemah.
2) Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
4) Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitasdingin. berkeringat
dan kulit tampak biru.

a. Pengkajian Fisik :
1) Kepala
a) Wajah
Tanda: Muka tampak kemerahan karena demam (flusy), pembengkakan
sekitar mata, lakrimasi
b) Mata
Tanda: mata anemis, perdarahan sklera
c) Telinga
Tanda: adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya
pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging, gangguan pendengaran
d) Hidung
Tanda: Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis)
pada grade II,III, IV

2) Mulut
Tanda: Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan, tenggorokan mengalami hiperemia pharing
3) Leher
Tanda: terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior.
4) Thorax
Tanda: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
Ronchi (+)
5) Jantung
Tanda: tekanan darah menurun dengan tekanan sistole 80 mmHg atau kurang,
nadi lemah dan cepat
6) Abdomen
Tanda: mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepetomegali), asites. Pada
palpasi terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit
dapat menurun
7) Kulit
Tanda: Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
8) Ekstremitas
Tanda: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
9) Genetalia
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan perembesan cairan dari
intravaskuler sel ke ekstravaskuler sel
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah
d. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan adanya trombositopenia

3. Discharger Planning
a. Minum yang cukup, diselingi sari-sari buah-buahan.
b. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
c. Kenali tanda-tanda demam berdarah
d. Pencegahan 4M (Menguras, Menutup, Mengubur, dan Memantau).
Membuang sampah pada tempatnya dan memperbaiki tempat
penyimpanan air untuk mencegah nyamuk berkembang biak dengan
menutup tempat penampungan, mengosongkan air tergenang dari ban
bekas, kaleng bekas dan pot bunga.
4. Perencanaan keperawatan
DIAGNOS
IS
NO. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAW
ATAN
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Perawatan demam (3740)
(00007) pasien menunjukkan hasil: a. Pantau suhu dna tanda-tanda vital
Termoregulasi (0800) lainnya
Tujuan b. Monitor warna kulit dan suhu
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 c. Monitor asupan dan keluaran,
Berkeringat saat sadari perubahan kehilangan yang
1. 3 √ dirasakan
panas
Menggigil saat d. Beri obat atau cairan IV (Misal
2. 3 √ antipiretik)
dingin
e. Dorong konsumsi cairan
3 3 √
Denyut nadi radial
4. Tingkat pernapasan 3 √ NIC: Pengaturan suhu (3900)
Peningkatan suhu a. Monitor suhu setidaknya setiap 2
5. 2 √ jam, sesuai kebutuhan
kulit
6. Hipertermia 2 √ b. Monitor suhu dan warna kulit
Perubahan warna c. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. 2 √ adekuat
kulit
8. Dehidrasi 3 √ d. Sesuaikan suhu lingkungan
Keterangan: e. Berikan pengobatan antipiretik
1. Keluhan Berat
2. Keluhan cukup berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

- Tidak berkeringat saat panas (080010)


- Tidak ada menggigil saat dingin (080011)
- Denyut nadi radial dalam batas normal 60-100x/menit
(080012)
- Tingkat pernapasan dalam batas normal (16-24x/menit)
(080013)
- Tidak ada peningkatan suhu kulit (080001)
- Tidak ada hipertermia (Suhu dalam batas normal 35,8 0C-
37 0C) (080019)
- Tidak ada perubahan warna kulit kemerahan (080007)
- Tidak terjadi dehidrasi (080014)
2. Defisien NIC : Monitor NIC: Manajemen
volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Elektrolit (2000)
cairan pasien menunjukkan hasil: a. Monitor nilai serum elektrolit yang
abnormal
Keseimbangan Cairan: b. Monitor manifestasi
Tujuan ketidakseimbangan elektrolit
No. Indikator Awal c. Pertahankan pemberian cairan IV
1 2 3 4 5 berisi elektrolit dengan laju yang
lambat
1. Hipotensi ortostatik 2 √
d. Berikan diet sesuai dengan kondisi
2. Suara nafas adventif 2 √ pasien (kaya potasium, rendah sodium,
dan makanan rendah karbohidrat)
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
3. Asites 3 √ jenis, penyebab, dan pengobatan
apabila terdapat ketidakseimbangan
4. Distensi vena leher 2 √ elektrolit, yang sesuai
5. Edema perifer 3 √

Bola mata cekung Cairan (4130)


6. 2 √ a. Tentukan jumlah clan jenis intake/
dan lembek
asupan cairan serta kebiasaan
7. Konfusi 4 √ b. eliminasi
c. Tentukan faktor-faktor risiko yang
8. Kehausan 3 √ mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan (misalnya,
9 Kram otot 2 √ kehilangan albumin, Iuka bakar,
malnutrisi, sepsis, sindrom nefrotik,
10 Pusing 3 √
hipertermia, terapi diuretik, patologi
Keterangan: ginjal, gaga! jantung, diaforesis,
1. Keluhan berat disfungsi
2. Keluhan cukup berat d. hati, olahraga berat, paparan panas,
3. Keluhan sedang infeksi, paska operasi,
4. Keluhan ringan e. poliuria, muntah, clan diare)
5. Tidak ada keluhan f. Tentukan apakah pasien mengalami
kehausan atau gejala perubahan cairan
(misalnya, pusing, sering berubah
pikiran,
g. melamun, ketakutan, mudah
tersinggung, mual, berkedut)

3. Ketidaksei Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Penahapan Diet (1020)
mbangan pasien menunjukkan hasil: 1. Berikan nutrisi per oral, sesuai
nutrisi: kebutuhan
kurang dari Status Nutrisi (1004) 2. Kolaborasikan dengan tenaga kese
kebutuhan hatan lain untuk meningkatkan diet
Tujuan secepat mungkin jika tidak ada
tubuh No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 komplikasi
(00002) 3. Tawarkan makan 6x dengan porsi
1. Asupan Gizi √
2. Asupan Makanan √ kecil
3. Asupan Cairan √ 4. Tingkatkan diet dari cairan jernih,
4. Energi √ cair dan lembut
Rasio berat badan atau 5. Tingkatkan diet dari air gula
5. √ atau cairan elektrolit oral
tinggi badan 6. Monitor toleransi peningkatan
rasi diet
6. Hi √
7. Ciptakan lingkungan yang me-
Keterangan ; mungkinkan makanan disajikan
1. Sangat menyimpang dari rentang normal sebaik mungkin
2. Banyak menyimpang dari rentang normal 8. Monitor kesadaran pasien dan juga
3. Cukup menyimpang dari rentang normal reflek menelan
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal 9. Tuliskan batasan diet pasien di
samping tempat tidur, pada papan
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
chart dan di catatan perencanaan
pasien
- Asupan gizi adekuat (100401)
- Asupan makanan adekuat (100402) NIC : Terapi Nutrisi (11200
- Asupan cairan adekuat (100408) 1. Lengkapi pengkajian nutrisi
- Energi adekuat (100403) 2. Monitor intake makanan/cairan
- Rasio berat badan/tinggi badan normal (100405) dan hitung masukan kalori perhari
Tidak ada hidrasi (100411) 3. Tentukan jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
berkolaborasi dengan ahli gizi
4. Motivasi pasien untuk mengkon
sumsi makanan yang tinggi kalsium
5. Motivasi untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang tinggi
kalium sesuai kebutuhan
6. Pastikan bahwa dalam diet mengan
dung makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebu
tuhan
8. Berikan nutrisi yang dibutuhkan
Sesuai batas diet yang dianjurkan
4. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC: Manajemen Nyeri (1400)
jam pasien menunjukkan hasil: a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif yang meliputi lokasi,
Kepuasan Klien: Menejemen Nyeri (3016) karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
Tujuan kualitas, intensitas beratnya nyeri
No. Indikator Awal dan faktor pencetus;
1 2 3 4 5 b. Observasi adanya petunjuk
1. Nyeri terkontrol 3 √ nonverbalmengalami
ketidaknyamanan terutama pada
2. Tingkat nyeri 3 √ mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara edektif
Mengambil tindakkan c. Gunakan strategi komunikasi
3. untuk : mengurangi 3 √ terapuetik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri dan sampaikan
4. Mengambil tindakkan 1 √ penerimaan pasien terhadap nyeri
d. Gali pengetahuan dan kepercayaan
untuk : memberi pasien mengenai nyeri
kenyamanan e. Ajarkan prinsip-prinsip menejemen
nyeri
Pendekatan preventif f. Kolaborasi pemberian analgesik guna
5. 3 √
menejemen nyeri pengurangi nyeri
Menejemen nyeri
6. 2 √ NIC: Monitor Tanda-tanda Vital
sesuai budaya budaya
(6680)
Keterangan: a. Monitor Tekanan Darah , Nadi,
1. Keluhan ekstrime Respirasi dan Suhu
2. Keluhan berat b. Monitoring tekanan darah setelah
3. Keluhan sedang pasien meminum obat
4. Keluhan ringan c. Monitoring dan laporkan tanda dan
5. Tidak ada keluhan gejala hipotermia dan hiperternia
d. Monitoring nadi paradoks
e. Monitoring irama dan tekanan
jantung

5. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam Terapi Aktivitas (4310)
aktivitas pasien menunjukkan hasil:
(00092)  Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik,
Toleransi terhadap aktifitas (0005) okupasi dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program
No Indikator Awa Tujuan aktivitas jika diperlukan
. l  Pertimbangkan komitmen klien untuk
meningkatkan frekuensi dan jarak
1 2 3 4 5
aktivitas
1. Saturasi 3  Bantu klien untuk memilih aktifitas
oksigen dan pencapaian tujuan melalui aktivitas
ketika fisik yang konsistenn dengan
beraktifitas kemampuan fisik, fisiologi dan social
 Dorong aktifitas kreatif yang tepat
2. Frekuensi 3  Bantu klien mengidentifikasi aktifitas
nadi ketika yang di inginkan
beraktifitas  Bantu klien mengidentifikasi aktifitas
yang bermakna
3. Kemudahan 3  Bantu klien untuk menjadwalkan
bernafas waktu-waktu spesifik terkait dengan
ketika aktifitas harian
beraktifitas  Instruksikan klien dan keluarga untuk
mempertahankan fungsi dan kesehatan
4. Tekanan 3
terkait peran dalam beraktifitas secara
darah sistolik fisik, social, dan kognitif.
ketika  Dorong keterlibatan dalam aktifitas
beraktifitas fisik secara berkelompok
5. Tekanan 3 .
darah sistolik
ketika
beraktifitas

6. Kecepatan 3
berjalan
7. Kekuatan
tubuh bagian
atas

8. Kekuatan
tubuh bagian
bawah

Keterangan:

1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Deswara. Primadatu. 2012. Hubungan Kepadatan Nyamuk Aedes Aegypti di Dalam Rumah dengan Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD) Pada Masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hadinegoro, et al. 2012. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders. Jakarta: Universitas Indonesia.

Mahardika, Wahyu. 2009. Hubungan Antara Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. Semarang:Universitas Negeri Semarang.

Merina, AD. 2014. Hubungan Antara Kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase dengan Jumlah Trombosit pada Pasien Demam
Berdarah Dengue. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Niluh. 2009. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Penatalaksanaan DBD dan Faktor yang Berhubungan di Kelurahan
Paseban. Jakarta: Universitas Indonesia.

Palgunadi BU, Rahayu A. 2012. Aedes aegypti sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue. Surabaya: Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.

Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Setiawati, Santun. 2011. Analisis Fator-Faktor Risiko Terjadinya Dengue Syok Sindrom (DSS) Pada Anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) di RSUP Persahabatan dan RSUD Budhi Asih Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sinto, et al. 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue.Jakarta Selatan: Medicinus.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Yuswulandary, Vara. 2008. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Denguedi Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
dan Kegiatan Pemberantasannya Tahun 2003-2007. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai