Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pelayanan Perawatan Perioperatif


1. Tata laksana pasien pra operasi

Menerima pasien yang akan dilakukan tindakan


operasi yang diantar petugas, baik rawat inap dan IGD
Agar tidak terjadi kesalahan pasien dan kesalahan
diagnose / tindakan, maka perawat pre operasi
memeriksa kelengkapan pasien :
a. Nama pasien ( bila pasien di bawah umur bisa
ditanyakan kepada keluarga pasien ).
b. Daerah operasi yang akan dilakukan tindakan
operasi telah ditandai site marking
c. Tanyakan riwayat penyakit ( ashma, alergi obat, dan
riwayat penggunaan obat steroid dalam tiga bulan
terakhir).
d. Terpasang gigi palsu atau tidak, bila ya, petugas
anesthesi membantu untuk melepaskannya
e. Menanggalkan semua perhiasan pasien dan
menyerahkannya ke keluarga pasien.
f. Pastikan kuku dan bibir pasien bebas dari zat
pewarna (cutek dan lipstick) bila masih ada, petugas
anesthesi membantu membersihkannya.
g. Dokumen pasien : ( Informed consend, hasil
pemeriksaan Laboratorium, hasil pemeriksaan
Radiologi, hasil pemeriksaan fisik terakhir ).
h. Tempat kan pasien dengan rasa nyaman di ruang
persiapan dengan didampingi keluarga .
i. Dampingi oleh tim warois dengan pendekatan secara
spiritual menambah ketenangan.
2. Tataksana pasien intra operasi
a. prosedur cuci tangan bedah
b. Prosedur sebelum operasi dengan melakukan saig in,
time out dan saig out
c. Melakukan Aseptik dan antiseptik pada area operasi.
d. Melakukan draving area operasi
e. Tutup area non steril dengan linen operasi steril.
f. Membantu pelaksanaan operasi dengan operator ,
sebagai asistensi, scrub nurse dan Sirkuler yang
mempunyai peran masing - masing.
g. Membersihkan dan Menutup luka operasi

3. Tatalaksana pasien post operasi

1. Pasien diantar ke ruang pulih oleh penata anestesi


dan perawat sirkuler dan diobservasi di Ruang pulih
dibawah tanggung jawab Anestesi

2. Memonitoring keadaan pasien yang telah dilakukan


tindakan operasi dengan mengukur tanda – tanda vital
dan mencatat pada lembar pengawasan, apabila
kondisi pasien menurun menunjukan ke arah yang
lebih buruk atau tidak stabil, dilakukan pengawasan
di HCU

3. Pasien dipindahkan dari PACU/HCU ke rawat inap


sesudah mendapat persetujuan Anestesi dan diserah
terimakan kepada perawat rawat inap yang
menjemput pasien.
B. Tatak Laksana Pelayanan Operator bedah

1. Pemeriksaan pra bedah dan perencanaa pra bedah yang


terkoordinasi
Dokter operator harus melakukan evaluasi pra bedah
untuk membuat suatu asesmen pra bedah. Semua
informasi yang diberikan pada pasien, mengenai kondisi
pasien, diagnosis penyakit (indikasi operasi/tindakan),
Alasan mengapa harus dilakukan operasi/tindakan, hal
yang akan terjadi bila tidak dilakukan operasi atau
tindakan, apa yang dilakukan saat operasi atau tindakan,
rencana tindakan, alternatif tindakan, tingkat
keberhasilan, komplikasi operasi atau tindakan yang
mungkin terjadi, alternatif terapi atau tindakan lain (bila
ada), prognosis/kemungkinan-kemungkinan gambaran ke
depan yang terjadi dan rencana pengelolaan pasca bedah,
harus didokumentasi lengkap dan disertakan dalam rekam
medis pasien dan ditandatangani oleh pasien atau
keluarga,dokter bedah yang bersangkutan/DPJP, saksi
pihak pasien atau keluarga, Informasi yang diberikan
dicatat dalam lembar khusus informed consent yang
disertakan dalam rekam medis pasien.
2. Penandaan lokasi operasi

Penandaan Lokasi operasi oleh operator dilakukan di


ruang perawatan atau di ruang persiapan operasi dengan
tanda tanda linkaran bulat ( ⃝ ) menggunakan spidol
khusus . Penandaan dilakukan pada semua kasus-kasus
yang memungkinkan untuk dilakukan penandaan,
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
Dokter operator melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarganya mengenai :
a. Prosedur yang akan dijalani baik prosedur bedah atau
alternatif tindakan lain.
b. Resiko, komplikasi dan manfaat tindakan yang akan
dilakukan.
c. Kemungkinan kebutuhan transfusi darah maupun
komponennya beserta resiko dan manfaatnya.
d. Kemungkinan perawatan di ruang rawat intensif ICU.
4. Time Out dan Sign Out
Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum dilakukan
insisi, dokter operator bertanggung jawab atas
pelaksanaan prosedur “time out” dan “sign out” yang tata
caranya dijabarkan dalam SPO.
5. Laporan Operasi
Dokter operator harus mendokumentasi semua
tindakan bedah dan kejadian-kejadian yang terjadi selama
pembedahan. Dokter bedah mencatat laporan operasi yang
harus memuat minimal :
a. Tanggal dan jam waktu operasi dimulai dan selesai.
b. Diagnosa pre dan pasca bedah.
c. Dokter operator dan asisten.
d. Nama prosedur bedah.
e. Spesimen bedah untuk pemeriksaan.
f. Catatan spesifik yang terjadi selama pembedahan,
termasuk ada tidaknya komplikasi yang terjadi, dan
jumlah perdarahan.
g. Instruksi Pasca Bedah
h. Tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
6. Tata laksana pasca bedah.
a. Asuhan pasien pasca bedah harus segera
direncanakan dan dikomentasikan dalam rekam
medis pasien, termasuk asuhan medis, keperawatan
dan yang lain sesuai kebutuhan pasien
b. Dokter operator memberikan instruksi tata laksana
pasca bedah sesuai dengan kebutuhan pasien
7. Cakupan pelayanan bedah di Kamar bedah
Pelayanan bedah yang dapat dilakukan di kamar bedah
meliputi pelayanan Tindakan Operasi ,Bedah Umum,
Kebidanan, dan Pelayanan Dokter Spesialis Anak pada Bayi
Baru Lahir. Pelayanan Kamar bedah dapat dilakukan selama
jam kerja untuk operasi terjadwal (elektif) dan setiap saat
untuk operasi emergensi.
8. Jenis Operasi berdasarkan waktunya
a. Operasi terjadwal (elektif) dilakukan dengan
perencanaan dan penjadwalan yang sudah disetujui
dokter bedah.

b. Bila ada operasi ODC (one day care) dilakukan dengan


perencanaan dan penjadwalan yang sudah disetujui
dokter bedah.

c. Operasi emergensi dilakukan pada semua pasien yang


harus segera diambil tindakan pembedah
C. Tata Laksana Pelayanan Anestesi

Pelayanan ini berlaku seragam bagi semua pasien yang


mendapat pelayanan anestesi. Semua tindakan pelayanan
peri-anestesi didokumentasikan dalam rekam medis pasien
dan ditandatangani oleh dokter anestesi yang bertanggung
jawab dalam pelayanan anestesi tersebut. Pelayanan
anestesi dapat dilakukan diluar kamar bedah dengan
persiapan sesuai standar.

1. Sign In
Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum
pelayanan anestesi, dokter anestesi berperan dalam
pelaksanaan prosedur “Sign In” yang tata
caranya dijabarkan dalam SPO.
2. Pengelolaan Pre Anestesi
a. Seorang Spesialis Anestesi bertanggung jawab
untuk menilai dan menentukan status medis pasien
pre anestesi, membuat rencana pengelolaan
anestesi, asesmen pre anestesi dan memberi
informasi (informed consent) Anastesi kepada
pasien dan keluarga. Informasi berisi tentang
rencana tindakan anestesi beserta alternatifnya,
manfaat dan resiko dari tindakan tersebut dan
dicatat dalam lembar khusus
b. informed consent Anastesi yang disertakan dalam
rekam medis pasien.Sebelum dimulai tindakan
anestesi dilakukan pemeriksaan ulang pasien,
kelengkapan mesin, alat, dan obat anestesi dan
resusitasi. Spesialis Anestesi yang bertanggung
jawab melakukan verifikasi, memastikan prosedur
keamanan telah dilaksanakan dan dicatat dalam
rekam medis pasien.
3. Standard Pengelolaan Pre-anestesi
a. Proses assessment pre anestesi dilakukan pada
semua pasien setelah pasien yang akan menjalani
prosedur bedah dikonsultasikan ke bagian anestesi
untuk dilakukan operasi elektif minimal dalam 1 x
24 jam sebelum operasi, atau sesaat sebelum
operasi, seperti pada pasien emergensi.
b. Dokter Spesialis Anestesi bertanggung jawab untuk
melakukan pemeriksaan pasien pre anestesi untuk
membuat asesmen pre anestesi dan rencana
anestesi. Resume dari evaluasi pre anestesi dan
rencana anestesi dicatat dalam rekam medis pasien.
c. Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum
dilakukan anastesi, dokter spesiali anastesi
bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur
sign in yang tata caranya dijabarkan dalam SPO.
d. Spesialis Anestesi dibantu Perawat anestesi
bertanggung jawab melakukan verifikasi di ruang
persiapan operasi, pemeriksaan ulang pasien untuk
menilai assesmen pra sedasi memastikan prosedur
keamanan telah dilaksanakan, dicatat dalam rekam
medis anestesi dan dalam bentuk check list (sign
in).
e. Sebelum induksi anestesi dilakukan, pengecekan
kelengkapan mesin, alat, dan obat anestesi dan
resusitasi.
4. Pemantauan Selama Anestesi Umum dan Regional
Berlaku pada anestesi umum maupun regional
dan standar pemantauan ini dapat berubah dan direvisi
seperlunya sesuai dengan perkembangan teknologi dan
ilmu anestesi.
a. Tenaga anestesi yang berkualifikasi tetap berada
dalam wilayah kamar operasi selama tindakan
anestesi umum maupun regional.
b. Selama pemberian anestesi tenaga anestesi yang
bertanggung jawab harus secara kontinu
mengevaluasi tanda-tanda vital pasien seperti
oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi
jaringan yang semuanya dicatat dalam lembar
rekam medis anestesi. Interval waktu pengawasan
bisa setiap tiga, lima menit, atau sesuai dengan
penilaian dokter penanggung jawab terhadap
keadaan pasien.
5. Standar Pengelolaan Selama Anestesi
a. Tenaga anestesi yang berkualifikasi (Dokter
Spesialis Anestesi dan atau penata/perawat
anestesi) tetap berada dalam wilayah kamar operasi
selama tindakan anestesi umum maupun regional.
b. Bila ada bahaya langsung (radiasi) dan diperlukan
pemantauan jarak jauh yang intermiten maka
harus ada alat pelindung bagi tenaga anestesi.
c. Selama pemberian anestesi tenaga anestesi yang
bertanggung jawab harus mengevaluasi tanda-
tanda vital pasien :
1. Oksigenasi, dipantau kontinual dengan
pengamatan visual atau alat seperti oksimetri
pulsa
2. Ventilasi, dipantau kontinual dengan
pengamatan klinis seperti pengembangan dada,
auskultasi, pengembangan kantong udara (bag),
dan bila terpasang pipa trakeal atau sungkup
laryngeal
3. posisi pemasangan yang tepat harus selalu
dicek.
4. Sirkulasi dan perfusi, dipantau kontinual
dengan bed side monitor, untuk tekanan darah
minimal tiap 5 (lima) menit, oksimetri pulsa,
EKG dan produksi urin sesuai kebutuhan.
Suhu, jika diperkirakan terjadi perubahan suhu
yang bermakna
d. Semua tindakan, kejadian dicatat dalam rekam
medis anestesi yang akan disertakan dalam rekam
medis pasien
6. Pengelolaan Pasca Anestesi
a. Semua pasien yang menjalani anestesi umum atau
regional harus menjalani tatalaksana pasca
anestesi yang tepat, pemindahan pasien ke ruang
pulih harus didampingi tenaga anestesi yang
mengerti kondisi pasien.
b. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima
pasien kepada tenaga anestesi ruang pulih sadar.
Kondisi pasien harus dinilai kembali oleh tenaga
anestesi yang mendampinigi pasien bersama-
sama,dengan tenaga anestesi ruang pulih sadar.
c. Kondisi tanda vital pasien dimonitor secara
kontinu atau dengan interval 3-5 menit. atau
sesuai dengan penilaian dokter penanggung jawab
terhadap keadaan pasien.
d. Dokter Spesialis Anestesi bertanggung jawab atas
pengeluaran pasien dari ruang pulih berdasar
kriteria yang ada.
7. Standar Pengelolaan Pasca Anestesi
a. Semua pasien pasca tindakan anestesi menjalani
perawatan dan monitoring pasca aneshesia di ruang
pulih sampai dikeluarkan di ruang pulih dalam
tanggung jawab dr Spesialis Anestesi yang bertugas.
b. Dalam ruang pulih sadar harus tersedia alat-alat
monitor pasien serta alat dan obat emergensi.
c. Waktu masuk dan kondisi pasien setelah tiba di
ruang pulih dicatat.
d. Tenaga anestesi yang menangani pasien di ruang
pulih sadar dicatat.
e. Tenaga anestesi yang mengelola pasien harus
berada di ruang pulih sampai tenaga anestesi di
ruang pulih menerima pengalihan tanggung jawab.
f. Tanda-tanda vital pasien dimonitor dan dicatat
dengan metode yang sesuai dengan kondisi pasien.
g. Pasien dikeluarkan dari ruang pulih berdasar
kriteria yang telah dibuat oleh anestesi.
h. Instruksi pasca anestesi harus diberikan pada
petugas atau perawat ruangan sebelum pasien
dibawa kembali ke ruangan perawatan umum
8. Tabel skoring pemulihan menurut Aldrette scoring

Kesadaran Nilai
a. Orientasi baik 2
b. Dapat dibangunkan 1
c. Tidak dapat/susah 0
dibangunkan
Warna
a. Pink, perlu O2, saturasi 2
O2>92% 1
b. Pucat/kehitaman , perlu
O2. Saturasi <90% 0
c. Sianosis, dengan O2,
saturasi O2<90%
Aktifitas
a. 4 extremitas bergerak 2
b. 2 exremitas bergerak 1
c. Tidak ada gerak 0
Respirasi
a. Dapat nafas dalam dan 2
batuk 1
b. Nafas dangkal , sesak 0
c. Apneu, obstruktif
Kardiovascular
a. Tensi berubah < 20% 2
b. Tensi berubah 20% s/d 1
30% 0
c. Tensi berubag 50%
Scoring
>Dari 8 Boleh pindah ruangan
5 s/d 8 Observasi
< dari % Observasi ketat
D. Tata Laksana Pelayanan Prasarana Kebutuhan dan
Kelengkapan Operasi
1. Kelengkapan Instrumen dan alat anestesi
a. Semua kebutuhan perlengkapan bedah dikemas atau
dibungkus dengan pembungkus steril yang
memenuhi syarat.
b. Kemasan atau pembungkus steril harus diperiksa
terhadap:

1. Keutuhan dari bungkusan atau kemasan


tersebut (tidak robek, tidak terbuka, tidak
kotor).

2. Kelembaban dari kemasan atau bungkusan.

3. Tanggal steril harus tercantum di bagian luar


pembungkus, bila lewat dari 7 x 24 jam harus
disteril ulang.

c. Perlengkapan bedah yang dipergunakan untuk


operasi sepsis, harus segera diamankan agar tidak
menyebabkan kontaminasi.
d. Alat-alat bedah yang disposable tidak boleh diulang,
harus segera langsung dibuang.
e. Tempat larutan antiseptik atau desinfektan yang
dipakai di kamar bedah harus sering diganti, paling
sedikit seminggu sekali.
f. Alat-alat besar seperti: lampu operasi, unit suction
alat-alat mesin anestesi, troli dibersihkan dengan
desinfektan tertentu.
2. Kelengkapan Fisik banguanan dan penunjang
a. Udara yang masuk kamar bedah disaring bebas debu
dan kuman, filter harus sering diganti sesuai dengan
petunjuk dan harus sering diperiksa.Suhu dan
kelembaban udara harus diatur, suhu antara 200 -250
C, kelembaban antara 50-55. Tekanan udara dalam
kamar operasi sedikit lebih tinggi dari ruang sekitarnya
supaya kotoran tidak masuk ke dalam kamar operasi
bila pintu dibuka.
b. Persiapan Permukaan Kamar Operasi (Dinding, Lantai,
Plafon) Klorinasi air yang dipakai untuk cuci tangan
Dinding dan lantai dicuci dengan desinfektan tertentu
(Steriliside)
E. Tata Laksana Etika Kerja dan Kelengkapan Personil di
Kamar Operasi

1. Displin yang tinggi dalam menjalankan peraturan sepsis


jangan banyak bicara.

2. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan


terlalu banyak orang dalam kamar operasi.

3. Kesehatan dan kebersihan.

4. Petugas kamar operasi harus bebas dari kuman-kuman


yang mudah ditularkan (karier sangat sukar ditentukan).

5. Perlengkapan petugas:

a. Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan:

1. Baju kamar operasi

2. Penutup kepala

3. Masker

4. Alas kaki atau sepatu dalam kamar operasi

5. Jas operasi steril

6. Sarung tangan steril


b. Perlengkapan petugas yang lain:

1. Baju kamar operasi

2. Penutup kepal

3. Masker

4. Alas kaki

F. Tata Laksana Pelayanan Alur Kamar Operasi

Pada lalu lintas ini perlu diingat adanya daerah-daerah bebas,


area semirestriktik, daerah bersih dan area restriktik Lalu
lintas meliputi:

1. Alur Petugas Sarana pada lalu lintas petugas harus


ditentukan adanya, Ruang ganti pakaian,Perlengkapan-
perlengkapan khusus,Batas daerah bersih dan kotor
Batas-batas tersebut meliputi:

a) Petugas masuk ruang bedah lewat pintu khusus,


menuju ruang ganti pakaian (daerah bersih)

b) Petugas ganti pakaian dengan pakaian khusus


bedah (tidak boleh dirangkap) dan cuci tangan.

c) Pakaian petugas disimpan dalam lemari pakaian


yang sudah disiapkan.

d) Petugas masuk dalam area restriktik dalam kedaan


sudah memakai tutup kepala, masker dan alas kaki
khusus.

e) Bila sudah selesai bekerja petugas keluar melalui


jalur yang sama waktu masuk dengan meletakkan
kembali perlengkapan-perlengkapan yang sudah
dipakai di tempat yang sudah ditentukan.
2. Alur pasien pre operasi masuk dan alur keluar pasien post
operasi

a) Pasien pre operasi dari ruangan yang telah di bawa


oleh petugas / perawat masuk ke kamar ruang
persiapan dan ganti baju khusus kamar operasi.

b) Pindahkan pasien ke blankar yang sudah di


persiapkan lalu tempatkan dengan nyaman sebelum
masuk ke ruang opeasi

c) Ketika mau di mulai operasi pasien dipindahkan ke


meja operasi, brankar disimpan di luar kamar operasi
(masih dalam area restriktik).

d) Selesai operasi penderita dibawa ke kamar


pemulihan/HCU dengan jalur yang beda dengan
menggunakan brankar Instalasi Kamar Operasi dan
memakai pakaian bedah.

e) Apabila pasien sudah sadar dari ruang pemulihan /


HCU, pasien keluar menuju ruangan rawat inap
oleh petugas/perawat .

3. Alur masuk intrumen/linen steril dan linen bersih dari


CSSD dan alur keluar instrument kotor dan linen
kotor/infeksius ke CSSD dan Laundry

a. Instrumen/linen steril dan linen besih yang sudah


dipesan berdasarkan jenis operasi dan jumlah nya
dari ruang CSSD di bawa oleh prtugas CSSD dengan
troli kontainer khusus menuju pintu khusus masuk
ke kamar operasi
b. Setelah di terima dan dicatat sesuai pesanan oleh
petugas kamar operasi dan dipindahkan ke troli
khusus sebelum di gunakan operasi
c. Setelah dipakai instrumen tidak steril dan linen
kotor/infeksius dimasukan masing –masing kantong
sesuai SOP di kleuar lewat pintu belakang dan di
ambil petugas CSSD dan laundry

4. Alur sampah kotor dan infeksius dari kamar operasi

a. Sampah besih dan sampah infeksius seteh di pakai


di kamar operasi dimasukan sesuai dengan SOP
antara sampah besih dan sampah infeksius sesuai
dengan warna kantong masing masing
b. Setelah di pilah di ikat dan di keluar lewatb pintu
belakang dan diambil oleh petugas

5. Alur obat dan BHP dari depo farmasi kamar bedah

a. Penerimaan pesana obat/BHP sesuai dengan


kebutuhan operasi di suaikan dengan jenis operasi
dan jumlah nya dari depo farmasi kamar bedah
b. Lakukan penegecekkan ulang di kamar operasi
sesuai permintaan dari cheklist diagnosa jenis
operasi
G. Tata Laksana Pembedahan pada Penderita dengan HIV dan
Hepatitis B dan C

1. Penderita direncanakan dilakukan operasi terakhir,


supaya kamar operasi bisa langsung dibersihkan
setelah selesai pembedahan.

2. Harus menggunakan mesin anestesi yang bagian-


bagiannya dapat disterilkan dengan autoclave atau
memakai yang disposable, dan memakai virus filter
antarra endotracheal tube dengan closed circuit–nya.

3. Harus disiapkan:

a) Desinfektan yang cukup (glutaraldehyde 2 %)

b) Celemek plastik yang kedap cairan.

c) Pelindung mata dan muka.

d) Kantong plastik yang tebal dan kedap air dengan


tanda khusus untuk tempat kotor yang
terkontaminasi.

4. Personil kamar operasi harus memakai celemek plastik


kedap air di bawah jas operasi memakai pelindung mata
(kaca mata) dan pelindung muka, memakai sarung
tangan rangkap dua.

5. Personil dalam kamar operasi se sedikit mungkin dan


alat-alat yang diperlukan saja, harus ada dua orang
perawat keliling: 1 orang di dalam dan 1 orang lagi di
luar untuk menghindari kontaminasi ke luar ruangan.

6. Perawat keliling juga harus menggunakan sarung


tangan, pelindung mata dan muka, celemek kedap air
di bawah jas operasi yang steril.

7. Harus memakai linen disposable, meja operasi tertutup


dan kain yang kedap air, kemudian ditutup lagi dengan
kain disposable.

8. Penderita dibawa ruang pemulihan setelah sadar benar.

9. Instrumen yang telah dipakai harus dicuci dengan


sabun air panas sebelum di autoclave. Instrumen yang
tidak dapat di-autoclave setelah dicuci dengan sabun
air panas harus direndam dengan sterilicide atau
Natrium dichloroisocyanurate atau NaDCC (Solution)
sesuai kebutuhan.

10. Perawat yang mencuci instrumen tersebut harus


memakai perlengkapan seperti:

a) Sarung tangan yang kuat dan utuh.

b) Celemek plastik kedap air di bawah jas luar.

c) Pelindung mata (kaca mata), pelindung wajah ini


sangat penting dengan banyaknya percikan-
percikan air yang mengandung kuman.

11. Alat anestesi (closed circuit) setelah dipakai disterilkan.

12. Setelah pembedahan, kamar operasi dan alat-alat yang


telah dipakai harus segera dibersihkan dengan air
sabun panas.

13. Rahasia penderita harus dijaga kecuali tanda merah


status.

14. Darah dan cairan tubuh penderita harus dibakar.

15. Kamar operasi segera harus disterilkan sesuai prosedur


yang berlaku di kamar operasi (1 kali saja)

H. Tata Laksana Pelayanan di Ruang Sadar Pulih

1. Semua petugas di ruang sadar pulih harus bebas dari


penyakit yang menular melalui pernapasan atau udara
dan bebas dari luka terbuka.

2. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan


merujuk pada penularan lewat darah.

3. Sebelum masuk ruang sadar pulih semua petugas harus


mengganti pakaian dengan pakaian yang khusus dipakai
untuk bekerja di ruang tersebut, termasuk alas kaki,
pakaian tersebut tidak diperbolehkan dibawa ke luar
ruangan, dan pakaian dari luar tidak boleh dibawa
masuk.

4. Semua pengunjung harus mengenakan gaun pelindung


atau gaun dan alas kaki pelindung yang disediakan
sebelum memasuki ruangan.

5. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan


sabun antiseptik setiap kali kontak dengan pasien.

Anda mungkin juga menyukai